Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS


KARAKTER

Dosen Pengampu:
Tatang Muhajang M, M.Ag.

Disusun oleh:
Sri Wulandari (037122069)
Nida Fitria Husaini (037122077)
Erna Wahyuni (037122080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAKUAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang sudah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
mengenai “Proses Pembelajaran Berbasis Karakter” dengan baik serta tepat waktu. Makalah
ini disusun sebagai salah satu pembahasan materi dalam mata kuliah Pendidikan Karakter.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang Proses
Pembelajaran Berbasis Karakter baik itu dari sisi pengertian pendidikan karakter maupun
keberadaan serta peran pendidikan karakter dalam membangun kemajuan sebuah bangsa
khususnya Indonesia. Semoga apa yang kami sampaikan melalui makalah ini
dapatmenambah wawasan baik itu untuk kami pribadi sebagai penulis maupun
dunia pendidikan pada umumnya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharap adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak - pihak yang sudah membantu dalam
penyusunan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
Latar Belakang......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
Menciptakan Proses Pembelajaran Berbasis Karakter...........................................2
A. Membangun Pembelajaran Berbasis Karakter..................................................2
B. Strategi Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Karakter..............................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................14
Kesimpulan.........................................................................................................14
Daftar Pustaka.....................................................................................................15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses pelaksanaan pendidikan di Indonesia saat ini, belum berjalan secara maksimal
sehingga hasil yang diharapkan juga belum tercapai. Hal ini dapat kita lihat pada proses
pendidikan di sekolah yang mengedepankan penguasaan pengetahuan dari pada proses.
Proses dalam pembelajaran bisa dilihat melalui karakter siswa, karakter tersebut isa dibentuk
juga melalui proses pembelajaran.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa diantara tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kecerdasan, kepribadian dan akhlak mutia. Dalam UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional tersebut dimaksudkan agar pendidikan tidak hanya membentuk
insan lndonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter sehingga nantinya
akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-
nilai luhur bangsa serta agama. Proses Pembentukan karakter yang berkualitas perlu dibina
sejak usia dini dan sudah harus dimaksimalkan padausia sekolah dasar.
Banyak pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter dalam proses
pedidikan khsususnya dalam dunia sekoah dasar diakibatkan olet masih lemahnya peran guru
dalam memberikan teladan terhadap peserta didik. Dalam rangka pendidikan karakter di
sekolah dasar maka harus diterapkan secara baik oleh setiap stakeholder sekolah khususnya
guru. Karena dengan terbentuknya karakter yang baik akan menghadirkan generasi yang
berkualitas.
Dalam usaha mendidik siswa yang berkarakter, terdapat delapan belas nilai-nilai
pendidikan karakter yang mesti ditanamkan oleh seorang guru. Hal tersebut telah ditegaskan
dalam Keputusan Presiden RI No 1 Tahun 2010 setiap jenjang pendidikan di Indonesia harus
melaksanakan pendidikan karakter. Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di
Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
Pendidikan karakter pada anak usia sekolah dasar harus dilakukan secara kontinyu dan
terukur oleh para pelaku pendidikan di sekolah dasar. Karena pendidikan karakter memliki
peran yang sangat utama dalam rangka terwujudnya tujuan pendidikan yang telah dirancang
oleh setiap satuan pendidikan. Sebagai barometer perubahan karkater dalam diri setiap anak
usia sekolah dasar dapat kita lihat atau amati dalam setiap gerak dan tingkah laku anak,
sehingga apabila pendidikan karakter dilaksanakan secara baik pada jenjang pendidikan dasar
maka akan menghasilkan generasi yang berakhlak mulia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

MENCIPTAKAN PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER


Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai
sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia
tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk di sekolah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan
tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu
bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Dan untuk itu
perlu adanya pengembangan pembelajaran berbasis karakter guna menjadi alat untuk
mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Untuk itu penulis menulis makalah yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran
berbasis karakter dan strategi pembelajaranya.

A. Membangun Pembelajaran Berbasis Karakter


Pelaksanaan kurikulum berbasis karakter di dalam proses pembelajaran di sekolah
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran. Tahap-tahap ini akan diuraikan lebih detail berikut ini :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan yang mula-mula dilakukan adalah analisis SK/KD,
pengembangan silabus berkarakter, penyusunan RPP berkarakter, dan penyiapan
bahan ajar berkarakter. Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai
karakter yang secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan.
Perlu dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk
membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang
bersangkutan. Guru dituntut lebih cermat dalam memunculkan nilai-nilai yang
ditargetkan dalam proses pembelajaran.
Secara praktis pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus
yang telah dikembangkan sebelumnya dengan menambah komponen (kolom) karakter
tepat di sebelah kanan komponen (kolom) Kompetensi Dasar atau di kolom silabus
yang paling kanan. Pada kolom tersebut diisi nilai(-nilai) karakter yang hendak
diintegrasikan dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada
nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah

2
dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran
(bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau dirumuskan ulang dengan
penyesuaian terhadap karakter yang hendak dikembangkan. Metode menjadi sangat
urgen di sini, karena akan menentukan nilai-nilai karakter apa yang akan ditargetkan
dalam proses pembelajaran.

Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam


rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran juga dilakukan
dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Revisi RPP dilakukan dengan langkah-
langkah :
1) Rumusan tujuan pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan
pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan
pembelajaran yang telah ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran
tidak hanya mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga
afektif (karakter), dan (2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan
untuk karakter.
2) Pendekatan/metode pembelajaran diubah (disesuaikan) agar pendekatan/metode
yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai pengetahuan dan
keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan karakter.
3) Langkah-langkah pembelajaran juga direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran
dalam setiap langkah/tahap pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup),
direvisi atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran pada
setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip
pendekatan pembelajaran kontekstual (ContextualTeachingandLearning),
pembelajaran kooperatif (CooperatifLearning), dan pembelajaran aktif (misal:
PAIKEM/Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
cukup efektif untuk mengembangkan karakter peserta didik.
4) Bagian penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau
menambah teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik
penilaian dipilih sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur
pencapaian peserta didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik
penilaian yang dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah
observasi, Penilaian kinerja, penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri.
Nilai karakter sebaiknya tidak dinyatakan secara kuantitatif, tetapi secara
kualitatif, misalnya :
a.) BT: Belum Terlihat,apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tandaawal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator.
b.) MT: Mulai Terlihat,apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya
tandatandaperilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum
konsisten.
c.) MB: Mulai Berkembang,apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai
tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten.

3
d.) MK: Menjadi Kebiasaan atau membudaya, apabila peserta didik terus
menerus memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam
indikator secara konsisten (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).
Bahan ajar disiapkan. Bahan ajar yang biasanya diambil dari buku ajar (buku teks)
perlu disiapkan dengan merevisi atau menambah nilai-nilai karakter ke dalam
pembahasan materi yang ada di dalamnya. Buku-buku yang ada selama ini meskipun
telah memenuhi sejumlah kriteria kelayakan buku ajar, yaitu kelayakan isi,
penyajian, bahasa, dan grafika, akan tetapi materinya masih belum secara
memadai mengintegrasikan pendidikankarakter didalamnya. Apabila guru sekedar
mengikuti atau melaksanakan embelajaran dengan berpatokan pada kegiatan kegiatan
pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter secara memadai belum
berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah dirancang pada silabus dan
RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar perlu diadaptasi. Adaptasi
yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah dengan cara menambah kegiatan
pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah
dengan mengadaptasi atau mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai.
Selain itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansi pembelajarannya :

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup
dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang
ditargetkan.
a.) Pendahuluan
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari.
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun
kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap
pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh :
1) Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin).
2) Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang
kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun,peduli)
3) Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religious)
4) Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
5) Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya
(contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
6) Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai
yangditanamkan: disiplin)
7) Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang
ditanamkan:disiplin, santun, peduli)

4
8) Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
9) Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan
butirkarakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD.
b.) Inti
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007,
kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap eksplorasi peserta
didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan
mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada
tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan
pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik
lebih luas dan dalam. Pada tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik
atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperoleh oleh siswa.

Berikut beberapa ciri proses pembelajaran pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi yang potensial dapat membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai yang
diambil dari Standar Proses :
1. Eksplorasi
a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang
jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan:
mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama.
b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras).
c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang
ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan.
d) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran
(contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri).
e) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau
lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras).
2. Elaborasi
a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu,
kreatif, logis).
b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh
nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya
diri, kritis).
d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif
(contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung
jawab).

5
e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras,
menghargai).
f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang
ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama).
g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai,
mandiri, kerjasama).
h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling
menghargai, mandiri, kerjasama).
i) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan:
percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama).
3) Elaborasi
a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang
ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis).
b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis,
kritis).
c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan:
memahami kelebihan dan kekurangan).
d) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru :
 berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
 membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
 memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
 memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang
ditanamkan: cinta ilmu); dan
 memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
4) Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru :
a) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri,
kerjasama, kritis, logis);

6
b) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan:
jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh
nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
e) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Ada beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong
dipraktikkannya nilai-nilai diantaranya :
Pertama, guru harus merupakan seorang model dalam karakter. Dari awal hingga
akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari
nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkannya.
Kedua, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki
dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang
tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan
verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroomaward) atau catatan
peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi
setiap siswanya selama proses pembelajaran.
Ketiga, harus dihindari olok-olok ketika ada siswa yang datang terlambat atau
menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah
sekolah ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo … oleh siswa secara serempak saat
ada teman mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan
kurang berterima. Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan
sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan
sebagainya.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atau penilaian merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Dalam pendidikan karakter, penilaian harus dilakukan dengan baik dan
benar. Penilaian tidak hanya menyangkut pencapaian kognitif peserta didik, tetapi
juga pencapaian afektif dan psikomorotiknya.

Penilaian karakter lebih mementingkan pencapaian afektif dan psikomotorik peserta


didik dibandingkan pencapaian kognitifnya. Agar hasil penilian yang dilakukan guru
bisa benardan objektif, guru harus memahami prinsip- prinsip penilaian yang benar
sesuai dengan standar penilaian yang sudah ditetapkan oleh para ahli penilaian.
Pemerintah (Kemdiknas/Kemdikbud) sudah menetapkan Standar Penilaian
Pendidikan yang dapat dipedomani oleh guru dalam melakukan penilaian di

7
sekolah, yakni Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan.

Dalam standar ini banyak teknik dan bentuk penilaian yang ditawarkan untuk
melakukan penilaian, termauk dalam penilaian karakter. Dalam penilaian karakter,
guru hendaknya membuat instrumen penilaian yang dilengkapi dengan rubrik
penilaian untuk menghindari penilaianyang subjektif, baik dalam bentuk instrumen
penilaian pengamatan (lembar pengamatan) maupun instrumen penilaian skala sikap
(misalnya skala Likert).

B. Strategi Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Karakter

1. Strategi Peningkatan Tahap Perkembangan Moral


Strategi Pembelajaran karakter pada dasarnya adalah merupakan cara, pola, metode, atau
upaya yang dilakukan oleh pendidik (fasilitator) dengan cara memberi kemudahan-
kemudahan agar peserta didik mudah belajar, dan dalam konteks pendidikan karakter,
pemberian kemudahan tersebut dalam kerangka untuk mengembangkan karakter baik,
atau agar peserta didik dapat mengembangkan karakter baiknya sendiri.
Pilihan strategi pada pembelajaran karakter, sangat tergantung pada pendekatan
pendidikan karakter yang mana yang dikembangkan.Ketika sebuah lembaga pendidikan
cenderung memilih pendekatan kognitivistik maka strategi pembelajarannya cenderung
kognitivistik, ketika pendekatan behavioristik yang dipilih maka strateginya cenderung
berorientasi pada behavioristik, dan ketika memilih pendekatan komprehenship maka
cenderung menggunakan komprehenship pula, dimana berbagai pendekatan dapat dipakai
secara saling melengkapi.
Berikut ini disajikan, pertama, strategi yang berorientasi pada pendekatan kognitif,
dimana pembelajaran diarahkan pada peningkatan perkembangan moral peserta didik,
pembelajaran diarahkan dalam kerangka meningkatkan pertimbangan moral peserta
didik;kedua, strategi yang berorientasi pada pendekatan komprehenship.Pendekatan
kognitif ini diperkenalkan oleh Kohlberg.
Langkah-langkah Pembelajaran :
Pengembangan strategi pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan komprehensif ini
setidak-tidaknya dilakukan dengan langkah-langkah:
(1) peserta didik dilibatkan untuk mengalami/melakukan tindakan moral tertentu (moral
action)dalam situasi kehidupan riil;
(2) refleksi dan diskusi terhadap tindakan moral tertentu dalam rangka untuk
meningkatkan kesadaran diri atau mempertajam perasaan moral(moral feeling);
(3) melalui tindakan moral dan refleksi terhadap tindakan moral tersbut pengetahuan
moral (moral knowing) peserta didik juga berkembang. Jika langkah-langkah
pembelajaran tersebut dilakukan, maka pelaksanaan pembelajaran akan berlaku secara
konstruktivistik.

8
Model Komprehensif yang Memadukan Pikiran dan Hati
Model ini dilandasi oleh sebuah pandangan bahwa, perilaku baik akan terjadi pada diri
peserta didik jika perilaku itu merupakan perwujudan dengan pertimbangan pikiran (ilmu
pengetahuan empiric) dan dikendalikan dengan hati (ajaran agama-agama). Jika
seseorang menggunakan pertimbangan rasionalnya dan dikendalikan dengan ajaran Tuhan
maka akan terwujud perilaku baik (menggambarkan perilaku orang-orang yang berakal).

Prinsip pembelajaran yang mementingkan keseimbangan aspek piker dan hati dilakukan
dengan prinsip/langkah-langkah :
1) Libatkan siswa dalam pengalaman belajaran secara otentik (melakukan) langsung
atau melalui simulasi.
2) Lakukan refleksi terhadap pengalaman belajar siswa secara otentik tersebut dengan
mengungkap keadaan nilai yang ada pada diri peserta didik, yang terfokus pada
pengakuan akan rendahnya penghargaan pada nilai-nilai, atau pelanggaran pada
standard penilaian.
3) Pengakuan kesalahan/pelanggaran pada standard penilaian dan bertobat dan berjanji
untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran yang sama.
4) Ingatkan dan perkuat dengan ajaran agama-agama untuk penguatan nilai-nilai dan
karakter.
5) Berdoa yang bersifat motivasional untuk pencapaian nilai-nilai karakter ideal yang
diharapkan.
6) Model ini banyak dikembangkan oleh Abdullah Gymnastiar, yang dipraktikkan dalam
lingkungan Pondok Pesantren Daarut-Tauhied Bandung.

2. Strategi Pendekatan Kontekstual dalam Penyampaian Kurikulum Pembelajaran


berbasis Karakter
Selain pendekatan yang sudah dikemukakan, penulis juga mengemukakan pendekatan
lain, yaitu pendekatan kontekstual. Pendekatan konteekstual merupakan konsep belajar
yang membantu pendidik mengaitkan antara kurikulum yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata peserta didi dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan lebih bermakna
bagi siswa.
Penyampaian kurikulum dalam proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk
kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari pendidik kepada
peserta didik. Strategi pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil akhir yang berupa
angka numerik. Peserta didik perlu mengerti makna belajar, manfaatnya, status mereka
sebagai peserta didik dan cara mencapainya. Peserta didik diharapkan menyadari bahwa
yang sedang mereka pelajari akan berguna kelak. Jadi, disini peran pendidik hanya
sebagai pengarah dan pembimbing.
Kontekstual hanya sebuah pendekatan dan juga sebagai suatu strategi pembelajaran
berbasis karakter. Pendekatan kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran berjalan lebih produktif, bermakna, dan benar-benar menanamkan karakter
pada peserta didik. Dalam hal ini tugas guru adalah membantu peserta didik mencapai

9
tujuannya. Maksudnya, pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas pendidik mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik).
Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum
dan tatanan yang sudah ada.
Berbagai alasan mengapa pendekatan kontekstual dapat digunakan adalah bahwa selama
ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan
merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafalkan. Kelas masih berfokus kepada
pendidik sebagai sumber utama pengetahuan. Kemudian ceramah menjadi pilihan strategi
utama pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi pembelajaran yag tidak
memaksa siswa untuk menghafalkan semua materi, tetapi sebuah strategi yang
mendorong peserta didi untuk mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri
dan kemudian mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.
Alasan lain adalah bahwa pengetahuan bukan merupakan seperangkat fakta dan konsep
yang siap diterima, tetapi sesuatu yang harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik.
Oleh karena itu, diperlukan strategi belajar yang harus diterapkan kepada peserta ddik,
yaitu sebagai berikut :
1) Menekankan pentingnya pemecahan suatu masalah.
2) Mengakui perlunya kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam berbagai konteks
seperti rumah dan masyarakat.
3) Mengajarkan dan memantau peserta didik agar dapat belajar mandiri dan efektif.
4) Menekankan pelajaran pada konteks kehidupan peserta didik yang berbeda-beda.
5) Mendorong peserta didik untuk belajar dari sesama dan belajar bersama.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan
antara materi kurikulum yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan peseta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.Hal penting yang perlu diperhatikan adalah perlunya pendidik
membekali diri dengan berbagai sikap positif seperti keinginan untuk selalu memperbaiki
diri, selalu ingin tahu hal baru, dan bersedia menerima kegagalan ataupun kritikan.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat dijadikan sebagai alat untuk
membangun karakter bangsa. Model-model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
menekankan keterlibatan aktif peserta didik dalam belajar. Baik dalam tugas mandiri
maupun kelompok.
Disamping itu, pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki tujuan dan
komponen yang sangat mendukung bagi terlaksananya nulai-nilai karakter bangsa.
Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan umtuk membangun nilai-nilai karakter siswa
melalui pendekatan pembelajaran yang baik. Pendekatan pembelajaran itu adalah sebagai
berikut :
1) Constructivisme, Pendidik meyakinkan pada pikiran peserta didik bahwa ia akan lebih
belajar bermakna jika ia mampu bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan membentuk
atau membangun pengetahuan serta ketrampilan barunya sendiri.

10
2) Inquiry. Pendidik dan peserta didik melaksanakan proses penemuan pengetahuan
secara mandiri, dan menjadi inti dari ppembelajaran kontekstual. Komponen ini sangat
mendorong tumbuhnya jiwa kemandirian peserta didik.
3) Questioning, Pendidik dan peserta didik senantiasa mengembangkan pertanyaan agar
menumbuhkan rasa ingin tahu. Komponen ini mendorong terwujudnya nilai orientasi
pada keunggulan. Hal ini juga merupakan alat bagi siswauntuk dapat menyelesaikan
masalah belajar ketika menghadapi tantangan.
4) Learningcommunity. Pendidik senantiasa membiasakan membangun belajar kelompok,
atau dapat juga dengan berpasangan. Kemudian peserta didik dilatih dan dimantapkan
pengetahuannnya untuk bekerja secara perorangan. Komponen itu sangat penting bagi
upaya terwujudnya nilai demokratis, menghargai, gotong royong, bertanggung jawab, dan
selalu berorientasi pada keunggulan.
5) Modelling. Dalam sebuah pembelajaran ketrampilan tertentu ada model yang bisa
ditiru, baik dari pendidik, peserta didik maupun alat peraga yang dgunakan untuk
mempermudah pemahaman siswa. Komponen ini dapat melahirkan nilai-nilai berakhlak
mulia, iman dan taqwa, cinta tanah air, dan menumbuhkan jiwa kreatif. Hal ini bisa
dipelajari misalnya ketika mata pelajarn Geografi menerangkan tentang kekayaan alam
indonesia beserta persebarannya dengan menggunakan media peta.
6) Reflection. Cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir tentang sesuatu
yang sudah dilakukan. Refleksi dapat berupa pernyataanlangsung tentang sesuatu yang
diperolehnya pada hari itu, baik berupa ctatanataujurnal di buku peserta didik. Komponen
ini dapat melahirkan kesadaranuntuk senantiasa berintropeksi diri setiap kali telah
melakukan suatu hal.
7) Authenticassessment. Proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar peserta didik., baik oleh pendidik maupun oleh peserta didik. Bagi
siswa, komponen ini membiasakan siswa untuk mengukur diri apakah sudah lebih baik
atau belum, apakah sudah ada kemajuan atau belum, apakah ada hambatan dan
bagaimana cara mengatasinya. Peserta didik yang sejak dini terbiasa
dengangauthenticassessment akan menjadi tulang unggung negara dalam membangun
bangsa.

3. Strategi Pengembangan Karakter Dengan Model Pembelajaran Berbasis Pancasila


a. Perlunya Model Pembelajaran Berbasis Pancasila
Pendidikan merupakan suatu proses untuk menuju ke arah yang menjadi baik atau lebih
baik. Pendidikan juga merupakan sarana dalam membentuk karakter anak sejak dini
dalam rangka menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter. Di
Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-
sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran
serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik
tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada
masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan
disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan

11
rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa
semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa optimisme diri. Dalam
membangun karakter bangsa harus diawali dari lingkup yang paling kecil, terutama di
lingkungan sekolah. Upaya-upaya dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter akan
lebih mudah ketilka diwujudkan melalui pembelajaran disekolah. Pembelajaran disekolah
ini dapat mengadopsi nilai-nilai karakter bangsa yang luhur terutama yang terdapat pada
Pancasila.
b. Proses Pengimplementasian dan Penerapan Model Pembelajaran Karakter Berbasis
Pancasila
Keberagaman nilai pancasila merupakan suatu modal yang sangat besar dalam penerapan
dan pengembangan pembelajaran karakter di dunia pendidikan. Nilai-nilai dasar Pancasila
sangatlah kompleks dalam peroses pembentukan karakter peserta didik yang kini mulai
ditinggalkan. Melalui pendidikan yang di terapkan di sekolah, pembelajaran berbasis
karakter Pancasila hendaknya ditanamkan melalui sebuah kebiasaan.
Dalam nilai-nilai sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dapat diterapkan didalam
maupun di luar jam pembelajaran.
Nilai pada sila pertama ini berupa sikap percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing serta saling menghormati dan
bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-
beda sehingga terbina kerukunan hidup. Model pembelajaran dari sila ini dapat berupa
memberikan jam istirahat kepada peserta didik pada saat jam sholatDzuhur, agar mereka
dapat sholat berjamaah di masjid ataupun mushola sekolah. Selain itu yang terpenting
adalah penanaman sikap saling toleransi antar umat beragama agar terjalin suasana yang
rukun dan terbebas dari rasa diskriminasi.
Sila kedua, yaitu Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab memiliki nilai-nilai yang berupa
pangakuan persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia serta merasa
bahwasannya setiap individu merupakan bagian dari seluruhuman manusia, dimana
mereka harus saling menghormati dan bekerjasama antara satu dengan lainnya. Dalam
hal ini, sekolah hendaknya memberikan apresiasi kepada peserta didik dalam membangun
dan mengembangkan sikap saling menghargai dan saling menghormati antara peserta
didik satu dengan lainnya. Model pembelajaran yang dapat di diterapkan berdasarkan sila
ini berupa diskusi dan presentasi dalam pembelajaran guna membentuk pemberadaban
sesama. Melalui diskusi, akan muncul berbagai argumen-argumen yang mana akan
menimbulkan sikap saling menghargai pendapat antar anggota kelompok. Hal ini juga
akan menyadarkan kepada peserta didik bahwa setiap manusia memiliki pendapat yang
berbeda-beda.
Sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia memiliki nilai-nilai yang berupa menempatkan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan, cinta akan tanah air, serta
bangga sebagai warga negara Indonesia. Proses pembelajaran pada sila ini dapat
situnjukkan dengan banyaknya perbedaan yang terdapat pada setiap peserta didik.
Perbedaan - perbedaan yang ada akan sangan bermanfaat apabila dibarengi dengan
tumbuh suburnya rasa persatuan. Untuk menumbuhkan persatuan, setiap peserta didik
dibimbing untuk cinta terhadap tanah air. Cinta dengan bahasa daerah, adat,

12
kebudayaannya tetapi tidak untuk diperdebatkan perbedaannya merupakan upaya
sederhana dan strategis guna menggapai kekuatan persatuan. Dalam perjalanannya, maka
akan muncul pandangan bahwa perbedaan itu akan selalu ada, dan perbedaan itu tidak
akan pernah bisa untuk dihilangkan. Oleh karena itu, perbedaan yang ada haruslah
disatukan agar menjadi sebuah kekuatan yang besar.
Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan memiliki nilai berupa tidak memaksakan kehendak orang
lain, selalu menguamakan musyawarah dalam setiap mengambil keputusan, serta
keputusa yang di ambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan. Model yang dapat diterapkan dari sila ini adalah dengan cara
mengenalkan kebiasaan mentaati tata tertib dengan sungguh-sungguh sehingga terbangun
generasi yang tahu, mau dan mampu berdisiplin. Kebebasan berpendapat memang hak
warga negara akan tetapi peserta didik perlu ditumbuhkan pengertian dan pemahaman
bahwa kebebasan berpendapat yang dimaksud harus bertanggung jawab. Artinya
kebebasan setiap warga negara berada di samping kebebasan berpendapat orang lain.
Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia memiliki nilai-nilai berupa
sikap adil terhadap sesama, saling menghormati hak-hak orang lain, serta bersama-sama
berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Metode dari sila ini
dapat berupa penanaman kepada peserta didik sebuah konsep adil terhadap sosial orang
lain) sebagaimana orang lain itu seperti dirinya sendiri. Artinya, orang lain harus
dirasakan sebagai wahana juang dari seorang individu. Pendek kata, berjuang untuk
sesama bukan untuk dirinya sendiri merupakan indikasi dari sikap adil terhadap sosial.
Menengok teman yang sakit atau kena musibah dan mengumpulkan dana sosial untuk
musibah di tempat lain adalah bentuk-bentuk pembiasaan yang perlu ditumbuh suburkan
kepada peserta didik.Pembentukan karakter pada seseorang, khususnya peserta didik akan
tertanam kuat dalam pikiran seseorang apabila kebiasaan itu diulang terus menerus setiap
harinya selama 21 hari. Setelah lewat dari 21 hari, maka kebiasaan tersebut akan terulang
secara otomatis. Dalam proses pembiasaan tersebut, hendaknya dilakukan pengawasan
dan bimbingan serta yang terpenting selalu dilakukan evaluasi dalam penerapan
kesehariannya.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin Y. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika.

Aditama Megawangi R. 2004. Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun
Bangsa. Jakarata: Kemendiknas.

BP Migas dan Star Energy. 2010. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa.
Jakarta: Kemendiknas.

Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Alexandria ASCD.

Lickona T. 2002. Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara.

Lickona T. 2002. Educating For Character. Jakarta: Bumi Aksara.

Samani M, Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosda Karya.

https://pndkarakter.wordpress.com/category/tujuan-dan-fungsi-pendidikan-karakter/

http://dedi26.blogspot.co.id/2013/06/pendidikan-karakter-bangsa.html
http://rinitarosalinda.blogspot.co.id/2014/04/konsep-dasar-pendidikan-karakter.html
http://wardconanstory.blogspot.co.id/2016/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-x_24.html
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/pengembangan-ruang-kelas-berkarakter/
http://rinitarosalinda.blogspot.co.id/2015/02/strategi-menciptakan-sekolah.html
http://rinitarosalinda.blogspot.co.id/2015/02/pembelajaran-berbasis-karakter.html

15

Anda mungkin juga menyukai