1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Pendekatan dan Metode” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pembelajaran Seni Rupa di SD.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini, tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingannya, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Penulis,
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul……........................................................................................... .. 1
Kata Pengantar………....................................................................................... .. 2
Daftar Isi............................................................................................................ .. 3
B. Rumusan Masalah ...................................................................................4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 16
B. Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ .. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya mengacu kepada misi dan
tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan karakteristik bahan ajar, dan lingkungan
belajar. Misi pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan tujuan
agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara jasmani-rohani, mental-
spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah harus mempertimbangkan bahwa pendidikan seni sebagai wahana bermain
yang bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni
sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan
seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan.
Jenis dan karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni
rupa/kerajinan yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill) penguasaan
kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan berekspresi-kreatif, ada yang
menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis besar, dapat pula dibedakan antara “belajar
pemertahanan” (maintenance learning) dan “belajar inovatif” (innovative learning) (Botkin,
1984).
Pendidikan Seni Rupa dapat mencakup kognisi, apresiasi dan berkreasi. Kegiatan kognisi
dan apresiasi memberi bekal kepada anak untuk mengenal dan memahami pengetahuan
kesenirupaan, seperti: mengenal unsur-unsur dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi seni,
hubungan seni dengan kehidupan masyarakat. Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya
memberikan kebebasan berekspresi dan memberikan saluran emosi serta memiliki peran dalam
mengembangkan mental-spiritual anak-anak.
B. Rumusan Masalah
4
3. Apa tujuan penggunaan metode?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Tiga pendekatan yang dikenal, yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3)
pendekatan demokratis dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
1. Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan. Cara ini penting untuk
melatih dan membina aspek kedisiplinan, ketelitian, prosedur/teknik pembuatan karya tertentu.
Ada kegiatan-kegiatan belajar dan aturan kerja yang harus diikuti untuk mencapai sasaran
tertentu. Pebelajar tidak bisa berlaku dan bekerja seenaknya.
1) Menggunakan dan memelihara alat-alat. Ada alat-alat harus dipelihara dan digunakan
menurut cara yang benar. Jika tidak, alat akan rusak atau membahayakan. Contoh: bagaimana
menggunakan gergaji dan ketam serta pahat, bagaimana menyimpannya.
2) Mencapai penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa mencapai mutu
tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika belum dicapai harus dilatih berulang terus.
6
2. Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap anak didik. Kebebasan
adalah hak setiap orang. Belajar itu sendiri berlangsung dalam diri masing-masing, tak dapat
dipaksakan. Hasil belajar dianggap akan optimal jika sesuai dengan minat dan keinginan peserta
didik. Oleh sebab itu, menurut pandangan ini, jangan ada pengarahan-pengarahan atau petunjuk-
petunjuk.
3. Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa tiap orang memiliki hak untuk menyatakan
pendapat. Berbeda dengan pendekatan permisif, gagasan pendekatan demokratis tidak
menghendaki kebebasan penuh, sebab kebebasan seseorang harus juga memperhatikan
kebebasan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan sebagai kebijakan umum, terutama jika
mengingat bahwa peserta didik adalah manusia dewasa yang sudah memiliki kesadaran diri dan
kesadaran sebagai warga negara. Setiap warga negara atau peserta didik dapat mengajukan
gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil karya. Mereka hanya akan senang belajar
dalam suasana kondusif-demokratis. Peran guru dalam hal ini sebagai fasilitator dan dinamisator.
Menekankan pada pembentukan kelompok yang erat (kohesif). Kelompok yang bekerja sama
secara erat akan menghasilkan nilai lebih. Kelompok bukan sekedar penjumlahan dari individu-
7
individu, tetapi kesatuan yang memiliki kekuatan. Pendekatan ini ditunjang oleh psikologi massa
khususnya dinamika kelompok.
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan kelompok adalah membina kerja sama di antara siswa
dalam menyesaikan permasalahan bersama. Dalam hal ini mereka saling melakukan interaksi
dan sekaligus saling mengenal lebih dekat mengenai kekuatan dan kekurangan fotensi yang
dimilikinya sehingga diharapkan saling mangisi, saling membantu dan mentolelir antara yang
satu dengan yang lainnya.
Pendekatan-pendekatan ini dapat dipilih secara silih berganti sesuai keperluan; bisa jadi pula
suatu proses kegiatan menggunakan beberapa pendekatan. Maka kita katakan bahwa
pendekatan eklektik (gabungan) adalah cocok digunakan.
Guru dapat memberi stimulasi untuk penciptaan model-model inovatif. Pendekatan yang sering
dipakai biasanya pendekatan Inspiratif, pendekatan analisis hasil karya dan pendekatan empatik
6. Pendekatan Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus
memperhatikan dan mempettimbangkan bahwa pendidikan seni sabagai wahana bermain yang
bermuatan edukatif dan membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai
sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni,
meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan. Pendekatan yang yang utama
dalam pembelajaran pendidikan seni rupa ialah pendekatan inspiratif.
Karya seni merupakan curahan emosi yang diberi bentuk yang indah dan kreatif. Karya ini lahir
dari keharuan, dari hari nurani yang paling dalam. Bagi dunia anak, jenis pendekatan inspiratif
ini diharapkan dapat menggugah keharuan anak untuk mencurahkan ekspresinya ke dalam
8
bentuk karya seni. Bentuk penggugah keharuan yang oleh Lansing disebut dengan
istilah stimulation dan cultural stimulation yang terdiri dari: Direct experience as a form
stimulation (pemberian rangsangan melalui pengalaman), Verbal stimulation (perangsangan
malalui cerita/dongeng), Art material as stimulation (perangsangan melalui bahan), dan Audio-
visual aids as stimulation (perangsangan melalui media audio visual).
B. Pengertian Metode
Tujuan metodologi pengajaran adalah untuk merencanakan dan melaksanakan cara – cara yang
efektif untuk mencapai tujuan. Dasar metode yang tepat adalah relevansinya dengan
tujuan/sasaran yang di rumuskan. Yang mana indikatornya adalah kualitas hasil pembelajaran
dalam proses pembelajarannya.
Pembelajaran seni dapat menggunakan metode seperti ceramah, demonstrasi, multimedia, slide,
pameran, belajar partisipasi, diskusi, resitasi, latihan, kerja kelompok, kerja kreatif, imitasi, kritik
seni dll.
9
Metode ekspresi bebas pada dasarnya adalah suatu cara untuk membelajarkan siswa agar dapat
mencurahkan isi hatinya dalam bentuk karya seni rupa. Agar metode ini tercapai secara
maksimal, maka perlu dilakukan :
a. Tawarkan dan tetapkan beberapa pilihan tema sebagai perangsang daya cipta.
Metode ekspresi bebas identik dengan metode ekspresi – kreatif atau metode kerja cipta. Metode
ini merupakan pengembangan dari pendapat Victor Lowenfield yang menganjurkan agar setiap
guru yang bermaksud mengembangkan kreasi siswanya untuk bebas berekspresi ( free
expression ) atas dasar tersebut metode ini sering disebut metode ekspresi – kreatif. Dalam
pelaksanaan metode ini, kehadiran guru memiliki peran sangat kecil bahkan hampir tidak
diperlukan. Metode hasil kerja cipta dapat di terapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi,
mendesain benda – benda kerajinan, menggambar reklame dan sebagainya.
a. Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan konsep dalam proses
kelahiran suatu karya.
b. Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada desain gambar dekorasi, reklame atau
barang –barang kerajinan yang akan dibuat.
c. Selama proses pengerjaan, guru menganjurkan sumbang saran antar siswa terjadi.
10
2. Metode Demonstrasi – eksperimen
Metode mencontoh merupakan metode tertua dalam seni kerajinan. Metode ini banyak
dilakukan di pusat – pusat pembelajaran seni zaman dahulu. Untuk belajar keterampilan motorik,
cara ini dapat dilakukan.
Pada dasarnya metode mencontoh memiliki manfaat yang tinggi dalam meningkatkan
kemampuan motorik, sedangkan untuk keterampilan mental dan kreasi tidak memiliki apa – apa.
d. memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda yang akan di tiru.
4. sebaiknya model yang akan ditiru dipilih oleh siswa itu sendiri
5. seyogyanya secara berangsur – angsur apa yang dilakukan oleh siswa berubah dan
membuat aplikasi tepat menjadi modifikasi model yang dicontoh.
11
Yang termasuk jenis – jenis mencontoh adalah :
1. melatih siswa bekerja teliti dalam mengamati model yang akan digambar.
2. Melatih siswa dalam mencari posisi/ sudut pandang yang baik dari model yang akan di
gambar.
3. Siswa dihadapkan pada kenyataan yang rasional sehingga tidak terjadi penyimpangan dari
gambar yang ditiru.
Penggunaan metode ini biasanya dipakai dalam menggambar adegan gerak (action)
manusia atau binatang. Metode ini merupakan penyederhanaan bentuk atau wujud menusia atau
binatang menjadi tongkat atau garis patah – patah sesuai dengan lekukan/ persendian pada
manusia atau binatang.
12
Metode ini biasa digunakan pada awal belajar menggambar bentuk. Tujuan penggunaan
metode ini adalah agar anak dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang
disediakan.
Teknik ini dipandang lebih mudah, karena anak diminta untuk menangkap benda secara
keseluruhan dengan mengabaikan bagian – bagian detailnya. Metode ini cocok untuk siswa yang
sedang belajar pada tahap – tahap awal.
Teknik ini lebih cocok bagi siswa, mahasiswa atau ahli gambar teknik yang sudah
memiliki kemampuan motorik. Secara teknik, penggambar dituntut untuk menangkap benda
secara global dan menyederhanakannya dalam bentuk gambar-gambar dasar (geometris) yang
dibuat dengan goresan garis. Kemudian gambar tersebut dikembangkan untuk disempurnakan
menjadi bentuk benda yang kompleks (detail).
a) Metode Group Work (kerja kelompok jenis paduan), Dalam kegiatan ini para siswa
bekerja sama untuk menyelesaikan sketsa sebuah gambar yang sebelumnya telah
dirancang oleh seorang temanya yang bertindak sebagai ketua kelompok sekaligus
sebagai desainer.
13
7. Metode – metode dalam kritik seni
a. Metode induktif
Langkah – langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode ini adalah :
5. Tafsirkan dan ringkas ide, tema,kualitas ekspresi dari makna dari karya
6. Evaluasi karya dengan criteria kritikdan tunjukkan bukti-bukti untuk mendukung penilaian.
b. Metode Dedukatif
Pendekatan ini dapat mempertinggi keterlibatan antara pekerja seni, secara khusus jika
kita mau untuk meletakkannya sebagai percobaan, untuk dibicarakan, yang memerlukan waktu
banyak dengan standar perbedaan masing-masing. Pendekatan ini juga memberikan peluang
bentuk pembahasan yang dapat membuktikan ketertarikan dan kejelasan tentang seni.
c. Metode Empatik
14
Adapun beberapa teknik yang dapat membantu mengembangkan rasa empati dan
keterlibatannya ketika kita menilai suatu karya seni, diantaranya :
1. Jangan memandang karya seni terlalu berlebihan karena dapat melupakan orang yang lebih
terlatih pada bidang seni.
3. Gunakan analogi dan metaphora untuk menghubungkan apa yang kita lihat dan rasakan
4. Gunakan pengalaman dan pengetahuan sendiri untuk membandingkan apa yang kita lihat
dapat dirasakan
d. Metode Interaktif
2. Gambarkan seperti banyak orang yang memungkinkan untuk masuk kedalam proses
menjelaskan karya.
3. Ketika orang kelihatan untuk keluar dari penjelasan, kemudian panggil hipotesis.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pelajaran seni adalah suatu pelajaran yang berbeda dari pelajaran lain maka dari itu
sebelum memulai pembelajaran seni sebagai guru harus tahu pendekatan, metode dan model agar
pembelajaran seni di kelas dapat efektif.
16
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Seni. 2016. Pendidikan Seni. Makassar: Laboraturium Seni PGSD FIP UNM
http://abang-arul.blogspot.co.id/2013/10/model-pendekatan-dan-metode.html Diakses Pukul
13.00 WIB. Minggu, 10 Mei 2020
http://muryatisahrul.blogspot.co.id/2016/05/makalah-seni-pendekatan-model-dan.html Diakses
Pukul 13.00 WIB. Minggu, 10 Mei 2020
17