(ABK)
Disusun Oleh :
Yosie Wahyu Endayani (1702101098)
2020
KOMUNIKASI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Oleh
Yosie Wahyu Endayani
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Madiun
E-mail : yosiewahyu58@gmail.com
ABSTRACT:
This article discusses communication in children with special needs. As
social beings, communication is very important in everyday life.
Communication problems often occur in those who have both physical
and psychological developmental barriers. These constraints also often
occur in children in groups of children with special needs (ABK).
Children with special needs are children who in the process of growth
or development experience abnormalities or deviations (physical,
mental, intellectual, social, emotional), thus requiring special
treatment.
METODE PENULISAN
Dalam penulisan artikel ini menggunakan metode Content Analysis. Metode Content
Analysis merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari
komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasikan atau
dapat didokumentasikan. Dengan digunakannya metode ini maka akan diperoleh
suatu pemahaman terhadap berbagai isi pesan yang disampaikan secara objektif,
sistematis, dan relevan.
PENDAHULUAN
Interaksi sosial penting untuk diajarkan pada anak sejak dini. Interaksi sosial
terjadi anata individu dengan individu yang lain. Dengan interaksi sosial secara tidak
langsung mengajarkan anak bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang tidak
pernah lepas dari lingkungan sosial di sekitarnya.
Yang telah kita ketahui bahwa interaksi yang dilakukan oleh manusia
berkaitan dengan komunikasi, yaitu proses penyampaian dan pertukaran pesan. Pada
kenyataannya komunikasi dilakukan oleh setiap manusia sejak manusia itu lahir ke
dunia dan akan terus berjalan seiring dengan kehidupan manusia itu sendiri.
Komunikasi akan terus dilakukan selama interaksi sosial berlangsung.
Manusia selalu menggunakan komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi sosial.
Namun beberapa orang mengalami gangguan dalam berkomunikasi dengan faktor-
faktor gangguan yang berbeda. Salah satunya orang yang mengalami gangguan
komunikasi dalam berinteraksi sosial adalah anak berkebutuhan khusus.
Dalam kehidupan di sekitar kita, tentu tidak jarang kita menjumpai anak yang
menagalami hambatan dalam komunikasi baik yang di derita sejak lahir maupun yang
terjadi di dalam perjalanan aspek perkembangannya. Komunikasi Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus melalui intervensi pihak lain, misalnya psikoterapi maupun
fisioterapi. Sikap negative orang tua akan memperburuk perkebangan kepribadian
anak dan menghambat potensi mereka untuk melakukan aktualisasi diri yang
semestinya menjadi hak setiap individu dalam kondisi apapun.
Sebagai individu, kondisi anak berkebutuhan khusus perlu mendapat pelakuan
yang sama terkait hak mereka untuk mengaktualisasikan dirinya. Bentuk dukungan
bagi ABK bukan hanya terfokus pada diri sang anak, melainkan juga pada penciptaan
lingkungan yang kondusif. Masyarakatlah yang saat ini harus lebih banyak diberi
edukasi tentang apa dan bagaimana seharusnya memperlakukan anak berkebutuhan
khusus di sekitar kita. Saatnya kita lebih mendekatkan diri dan bersahabat dengan
ABK. Emosi positif yang terus diberikan lingkungan kepada mereka sangat
membantu perkembanganya ke arah perbaikan. Mereka juga mempunyai masa depan
selayaknya orang lain.
PEMBAHASAN
1. Arti Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari
bahassa Latin communication yang bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi kalau dua orangterlibat dalam
komunikasi misalnya bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau
berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan (Efendy,
2001: 9).
Definisi dari komunikasi diatas tentunya dapat dikembangkan. Sebab pada
dasarnya, dalam suatu komunikasi, ternnyata yang muncul tidak hanya sebatas pada
interaksi antar individu dalam bentuk percakapan yang bersifat informative saja,
tetapi sebenarnya pada saat tercapai kefahaman suatu pesan yang bersifat non verbal
pun dan kemudian terjadi kesepakatan antara dua individu meyakini atau melakukan
suatu kegiatan maka sebenarnya kegiatan komunikasi tersebut telah berlangsung
namun bersifat persuasive.
Susanto menyatakan bahwa ada lima konteks komunikasi, yaitu: komunikasi
intrapersonal (intrapersonal communication), komunikasi antarpersonal (interpersonal
communication), komunikasi kelompok (group communication), komunikasi
organisasi (organizational communication) dan komunikasi massa (mass
communication).
1) Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam
diri seseorang. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan
proses dimana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan
tanggungjawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. 2) Komunikasi
antarpribadi yaitu: melibatkan paling sedikit dua orang, adanya umpan balik atau
feedback , tidak harus tatap muka, tidak harus bertujuan, menghasilkan beberapa
pengaruh atau effect. 3) Komunikasi kelompok menitikberatkan pembahasan pada
interaksi di antara orang-orang dalam kelompok kecil, yang terdiri dari beberapa
orang yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama. 4) Komunikasi organisasi
merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok
formal maupun informal dari suatu organisasi. 5) Komunikasi massa merupakan
proses penciptaan makna yang sama diantara media massa dan para komunikannya.
Proses komunikasi massa melibatkan aspek komunikasi intrapersonal, komunikasi
antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Ja’far. 2011. Meningkatkan Kemandirian Interaksi Sosial dan Komunikasi Anak
Autis. Skripsi. Yogyakarta: UIN
Deddy Mulyana. 2012. Ilmu komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hidayat, Mengajarkan Bahasa Dan Komunikasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus , dalam
www.file.upi.edu/.../Mengajarkan_Bahasa_%26_ Komunikasix.pdf , diunduh
pada 11 Juni 2020
Leonita, D.A,. & Weny, S.S, (2014). Pemahaman Pedagogik Guru dalam Menagajar Anak
Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inkusi. Provitae Jurnal Psikologi Pendidikan, vol.6,
1, 73-89
Nida, (2013). Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Komunikasi Penyiaran
Islam. Vol.1 163-189
Nurfadilah., & Nurhastuti. (2018). Media Pembelajaran Video Komunikasi Total Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kosakata Anak Tunarungu. Jurnal Penelitian Pendidikan
Kebutuhan Khusus. Vol.6. 230-237
Rahayu Fitri. 2014. Kemampuan Komunikasi Anak Autis Dalam Interaksi Sosial (Kasus
Anak Autis di Sekolah Inklusi, SD Negeri Giwangan Kotamadya Yogyakarta),
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta