Mata Kuliah: Layanan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah dan Tinggi
Dosen Pengampu: Veno Dwi Krisnanda, M.Pd., Kons.
Disusun Oleh:
Kelompok 8
Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah Manajemen Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Formal dan Perbandingannya dengan Non Formal dan Informal, sebagai
wujud pemenuhan tugas Mata Kuliah Layanan Bimbingan dan Konseling Pendidikan Menengah
dan Tinggi. Tentunya penyelesaian makalah ini tidak luput dari berbagai pihak, antara lain:
1. Bapak Veno Dwi Krisnanda, M.Pd., Kons.
2. Temen – teman seperjuangan kelas BK Ekstensi A semester 8
Dalam penulisan makalah ini, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan
Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah Formal dan Perbandingannya dengan Sekolah
Non Formal dan Informal dan berupaya disusun sesuai dengan kaidah penulisan yang baik, agar
mudah dipahami oleh pembaca, namun tidak menutup untuk dijadikan bahan diskusi yang
menarik.
Kami juga mengharapkan makalah ini banyak manfaatnya, karena apalah gunanya makalah
ini dibuat apabila tidak ada manfaatnya. Kami juga menyadari makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, kritik dan saran membangun untuk terciptanya makalah yang lebih baik itu juga
menjadi bagian dari harapan kami.
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 3
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan yang
diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap
muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli mempunyai kemampuan
atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan
masalahnya sendiri, atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang, sistematis dari
pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui tatap muka atau hubungan
timbal balik antara keduanya untuk mengunggkap maslah konseli sehingga konseli mampu
melihat masalah sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri
masalah yang dihadapinya.
Melalui manajemen yang baik terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, maka
diharapkan tercapai efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan kegiatan bimbingan
2
dan konseling di sekolah. Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan bagian inti
pendidikan karakter yang dilaksanakan dengan berbagai strategi pelayanan dalam upaya
mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai kemandirian, dengan memiliki
karakter yang dibutuhkan saat ini dan masa depan. Untuk mendukung implementasi
pendidikan karakter agar sesuai dengan visi dan misi yang menjadi tujuan sekolah, perlu
proses kegiatan manajemen. Manajemen tentang bagaimana sekolah dalam perencanaan,
pengorganisasian, implementasi dan melakukan karakter pendidikan kegiatan pengawasan
tersebut melalui berbagai kegiatan pembangunan karakter dalam sekolah (Guntama &
Ningrum, 2019). Dengan demikian peranan bimbingan dan konseling dalam
mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah formal?
2. Perbedaan manajemen bimbingan dan konseling di sekolah formal, nonformal dan
informal?
c. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
3
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling (BK) dapat berarti
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan aktifitas-aktifitas
pelayanan bimbingan dan konseling, serta penggunaan sumber daya lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Djamarah (2011) menyatakan bahwa manajemen BK
yang diawali dari perencanaan kegiatan BK, pengorganisasian aktivitas dan semua unsur
pendukung BK, melaksanakan kegiatan BK, memotivasi sumber daya agar kegiatan BK
mencapai mengupayakan agar tercapainya evektifitas dan efisien serta tercapainya tujuan.
Perencanaan dimulai dengan menganalisis kebutuhan yang diperlukan peserta didik,
pengorganisasian merupakan kegiatan pembagian tugas-tugas pada orang yang terlibat
kerjasama dalam sebuah kegiatan, actuating dalam organisasi sekolah adalah merangsang guru
dan personal sekolah melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan dengan penuh semangat,
monitoring/evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelayanan sudah terlaksana semua
sesuai rencana atau tidak.
Prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling adalah: (1) Efesien dan efektif,
artinya kesesuaian hasil layanan dengan tujuan yang ingin dicapai dari layanan bimbingan dan
konseling dengan memanfaatkan fasilitas yang ada secara optimal. (2) Kepemimpinan yang
efektif, artinya kepala sekolah perlu bersikap bijaksana dalam mengambil keputusan dan
mampu berkoordinasi dengan personel sekolah secara baik. (3) Kerjasama, artinya adanya
hubungan kerjasama yang baik antar personel sekolah. (4) Pengelolaan manajemen,
sistematika manajemen dari mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan evaluasi
(Sugiyo,2012).
4
Layanan Bimbingan dan Konseling merupakan layanan ahli oleh konelor. Menurut
(Zamroni & Rahardjo, 2015) konselor bukanlah guru pada hakikat sebenarnya dalam konteks
keilmuan maka calon konseli di satuan pendidik adalah peserta didik, tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan yang ada di satuan pendidikan tersebut. Maka manajemen pelayanan
konseling di sekolah bukan hanya sekedar menangani peserta didik. Selain itu, orang tua dari
peserta didik juga mendapatkan pelayanan konseling dari konselor pendidikan dengan topik
permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan yang dialami peserta didik tersebut.
6
Pola 1. Non-Professional
Kepala Sekolah /
Petugas Bimbingan Utama
Komite Sekolah
Tenaga Pengajar
Para Siswa
Pola 2. Non-Professional
Kepala Sekolah
Komite Sekolah
Tenaga Pengajar
Kepala Sekolah
Komite Sekolah
Tenaga Pengajar
Guru BK
Para Siswa
Pola 2. Professional
Kepala Sekolah
Komite Sekolah
Para Siswa
Staf BK Tenaga
Penunjang
8
B. Manajemen BK di Sekolah Nonformal
Berdasarkan uraian pelayanan bimbingan dan konseling dalam satuan pendidikan non
formal dalam pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidikan dan tenaga kependidikan
pendidikan jasmani dan bimbingan konseling, sebagai berikut:
1. Pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal penting
untuk dilakukan membantu peserta didik memecahkan masalah yang dihadapinya.
2. Karakteristik perkembangan warga belajar pada satuan jalur pendidikan nonformal
disebabkan bervariasinya usia warga belajar, sehingga tahap dan tugas
perkembangan yang harus dicapai untuk masing-masing warga belajar satu sama
lain adalah berbeda.
3. Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal
adalah membantu warga belajar dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
4. Fungsi pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal
mencakup : pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan
pengembangan.
5. Bidang pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan nonformal
mencakup pengembangan bidang kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan
belajar dan pengembang karir, kehidupan berkeluarga, dan kehidupan
keberagamaan.
6. Pelayanan bimbingan dan konseling yang menggunakan pendekatan berorientasi
pada pemecahan masalah lebih cocok digunakan untuk satuan jalur pendidikan
nonformal.
Berdasarkan uraian pelayanan bimbingan dan konseling dalam satuan pendidikan non
formal dalam pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidikan dan tenaga kependidikan
pendidikan jasmani dan bimbingan konseling, sebagai berikut:
9
1. Pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan informal penting
untuk membantu peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya secara positif dan dinamis sesuai dengan peranan yang
diinginkannya di masa depan.
2. Karakteristik perkembangan peserta didik pada satuan jalur pendidikan informal
tidak begitu mencolok, karena peserta didik dalam jalur pendidikan informal (home
schooling) dalam tahap perkembangan yang sama, sehingga tugas
perkembangannyapun dalam usia yang sama.
3. Untuk itu pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan
informal lebih berorientasi pada ketercapaian tugas-tugas perkembangannya
disamping juga membantu peserta didik dalam pemecahan masalah.
4. Fungsi pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan informal
mencakup : pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan
pengembangan.
5. Bidang pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan informal
mencakup pengembangan bidang kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar, pengembang karir, keagamaan, dan kekeluargaan.
6. Pelayanan bimbingan dan konseling yang menggunakan pendakatan berorientasi
pada ketercapaian tugas perkembangan dan pemecahan masalah lebih cocok
digunakan untuk satuan jalur pendidikan informal.
Berdasarkan uraian diatas tersebut maka dapat diklasifikasikan perbedaan manajemen bimbingan
dan konseling pada sekolah formal, nonformal dan informal melalui tabel berikut:
Tingkat keperluan adanya Perlu, haruskan ada Perlu, Tidak diharus Perlu, Tidak diharus
layanan bimbingan dan ada ada
konseling
10
Peninjau Badan Akreditasi - -
Nasional
Sekolah/Madrasah
(BANSM)
11
BAB III
SIMPULAN
Manajemen sangat penting dan dibutuhkan dalam suatu organisasi juga bagi seorang
individu, hal tersebut dikarenakan manajemen berkaitan dengan pencapaian suatu tujuan.
Bimbingan dan konseling merupakan yang ada di dalam sekolah juga memerlukan adanya
manajemen agar dapat mencapai tujuannya. Manajemen bimbingan dan konseling adalah
kegiatan manajemen yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan
konseling mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi untuk
mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang efektif dan efesien dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang ada.
Tingkat keperluan adanya Perlu, haruskan ada Perlu, Tidak diharus Perlu, Tidak diharus
layanan bimbingan dan ada ada
konseling
12
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor.
Naskah Akademik ABKIN.
Krisnanada, Veno Dwi. 2021. Bimbingan dan Konseling Dalam Satuan Pendidikan.
Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2004.
Surur, Naharus, et.al, Pengembangan Model Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bogor:
PPPPTK Penjas dan BK: Makalah tidak dipublikasikan, 2008
Sugiyo. 2012. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Widia, Yane Tri. 2019. Manajemen Bimbingan dan Konseling Di sekolah. Jurusan Bimbingan Dan
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
13