Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

LGBT

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah: KONSELING POPULASI KHUSUS

Dosen Pengampuh: ISMAIL AHMAD SIREGAR,S.Pd.I

DISUSUN

OLEH :

SRI RAHMADHANI PASARIBU (0303193179)

JOYA KARISMAYLINDA (0303193178)

MONADYA SYIAHFITRI

PRODI : BKPI 5/SEMESTER V

BIMBINGANG KONSELING PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DANILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelasaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya Penulis tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di yaumil akhir kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah KONSELING POPULASI
KHUSUSdengan judul makalah “LGBT”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, Penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nanti nya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Rantauprapat, 20 oktober 2021


Penulis

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian LGBT ........................................................................................ 3


B.Jenis-jenis LGBT ......................................................................................... 4
C. Penyebab Terjadinya LGBT ....................................................................... 5
D.Pencegahan Terjadinya LGBT ..................................................................... 8
E.Problematika Umum yang Dialami Oleh LGBT ......................................... 10
F.Cara Konseling Penyandang LGBT............................................................ 11
G.Peran Orang Tua terhadap LGBT .............................................................. 11
H.Peran Guru Bimbingan dan Konseling terhadap LGBT.............................. 13

BAB III PENUTUP

A Kesimpulan ............................................................................................... 15
B. Saran ........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka ......................................................................................................16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al-Quran diturunkan kepada manusia sebagai pedoman. Diantaranya pernikahan antar


lawan jenis, laki-laki dengan perempuan, tidak semata untuk memenuhi hasrat biologis
namun sebagai ikatan suci untuk menciptakan ketenangan hidup dengan membentuk keluarga
sakinah dan mengembangkan keturunan umat manusia yang berakhlak mulia. Perkawinan
yang dilakukan kaum homoseksual dan lesbian tidak akan menghasilkan anak, selain itu akan
mengancam kepunahan generasi manusia. Melakukan seks sesama jenis semata-mata untuk
menyalurkan kepuasan nafsu syahwat yang menyimpang. 1

Adapun pengertian LGBT sendiri yaitu Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender.
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada
sesama perempuan, Gay adalah sebuah istilah bagi laki-laki yang umumnya digunakan untuk
merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual, biseksual (bisexual) adalah
individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua
jenis kelamin baik pria ataupun wanita. Transgender merupakan ketidaksamaan identitas
gender seseorang terhadap jenis kelamin yang ditunjuk kepada dirinya. Seseorang yang
transgender dapat mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual,
biseksual maupun seksual.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud denganPengertian LGBT?

2. Apa yang dimaksud dengan Jenis-jenis LGBT?

3. Apa yang dimaksud dengan Penyebab Terjadinya LGBT?

4. Apa yang dimaksud denganPencegahan Terjadinya LGBT?

5. Apa yang dimaksud denganProblematika Umum yang Dialami Oleh LGBT?


6. Apa yang dimaksud dengan Cara Konseling Penyandang LGBT?
7. Apa yang dimaksud dengan Peran Orang Tua terhadap LGBT?

8. Apa yang dimaksud denganPeran Guru Bimbingan dan Konseling terhadap LGBT ?

1
ABD. Madjid Ahmad. "Masa'il Fiqhiyyah (membahas Masalah Fiqih yang Aktual". PT. Garuda Buana Indah,
Pasuruan - Jatim 1994.

1
C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk Memahami Pengertian LGBT?

2. Untuk Memahami Jenis-jenis LGBT?

3. Untuk Memahami Penyebab Terjadinya LGBT?

4.Untuk MemahamiPencegahan Terjadinya LGBT?

5. Untuk MemahamiProblematika Umum yang Dialami Oleh LGBT?


6. Untuk MemahamiCara Konseling Penyandang LGBT?
7. Untuk MemahamiPeran Orang Tua terhadap LGBT?

8.Untuk MemahamiPeran Guru Bimbingan dan Konseling terhadap LGBT?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian LGBT
LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan transgender". Istilah ini
digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa "komunitas gay"karena istilah ini
lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Akronim ini dibuat dengan tujuan
untuk menekankan keanekaragaman "budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan
gender".
Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah ini juga diterapkan
oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis identitas seksualitas dan gender di
Amerika Serikat dan beberapa negara berbahasa Inggris lainnya. Berikut adalah penjelasan
pengertian mengenai LGBT:[3]

1. Lesban :Seorang homo seksual perempuan; perempuan yang mengalami pencintaan


atau tertarik seksual kepada perempuan lain.

2. Gay : Istilah yang merujuk kepada seorang (laki-laki) homosexual, yaitu laki-laki
yang berhubungan dengan sesama sejenis atau laki-laki yang berhubungan dengan
sesama sejenis atau laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Bila ditelusuri
secara gramatikal, tidak ada perbedaan penggunaan kata antara homoseksual dan
lesbian. Dalam bahasa arab kedua-duanya dinamakan al-liwath. Pelakunya dinamakan
al-luthiy. Namun Imam Al-Mawardi dalam kitabnya al-Hawi al-Kabir menyebut
homoseksual dengan liwath, dan lesbian dengan sihaq atau musaahaqah.

3.Biseksual : Pada dasarnya istilah bisexual biasanya digunakan untuk


menggambarkan ketertarikan rimantisme atau ketertarikan sexual dalam konteks
manusia kepada orang lain tanpa membedakan laki-laki dan perempuan.

3
4.Transgender : istilah ini digunakan untuk seseorang yang dirinya merasa naluri,
jiwa, kepribadiannya, tidak sama dengan jenis kelamin yang ia miliki sejak lahir,
misal terlahir pria namun dia merasa dirinya wanita, dan sebaliknya. 2

B. Jenis-jenis LGBT
Setelah mengetahui konsep orientasi seksual dan identitas gender, barulah kita bisa
membahas istilah LGBT secara lebih mendalam. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai istilah LGBT:
1. Lesbian
Lesbian adalah orientasi seksual yang mengacu pada ketertarikan seksual, emosional, atau
romantis seorang wanita kepada wanita lainnya. Selain itu, istilah lesbian kini juga
dipakai untuk menggambarkan ketertarikan seorang transpuan kepada wanita atau
transpuan lainnya.
2. Gay
Gay adalah istilah yang menggambarkan ketertarikan seksual, romantis, atau emosional
seseorang kepada individu lain dengan jenis kelamin yang sama. Misalnya, seorang
pria tertarik kepada pria lain, atau seorang wanita tertarik kepada wanita lainnya.
Kendati demikian, istilah gay lebih sering digunakan untuk menggambarkan ketertarikan pria
kepada pria lainnya. Selain itu, istilah gay juga digunakan untuk:
 Transpria yang hanya tertarik kepada pria
 Transpuan yang hanya tertarik kepada wanita
Sebelumnya, orientasi seksual ini disebut dengan istilah homoseksual. Namun, kini istilah
homoseksual dianggap sebagai istilah yang sudah ketinggalan zaman dan
menyinggung. Oleh sebab itu, istilah gay kini lebih banyak dipakai daripada
homoseksual.
3. Biseksual
Biseksual atau yang sering disingkat dengan sebutan ‘bi’ adalah orientasi seksual yang
menggambarkan ketertarikan seksual, romantis, atau emosional seorang individu
terhadap 2 jenis kelamin atau lebih. Sebagai contoh, seorang pria memiliki
ketertarikan terhadap wanita sekaligus pria.

2
Adian Husaini, LGBT di indonesia, Perkembangan dan Solusinya (jakarta: Insist, TT). Hal. 25

4
Kendati demikian, ketertarikan yang dimiliki oleh seorang biseksual tidak selalu sama.
Misalnya, ada biseksual yang cenderung lebih tertarik kepada wanita tetapi juga
memiliki ketertarikan terhadap pria dan begitu juga sebaliknya.
4. Transgender
Transgender atau yang sering disingkat dengan sebutan ‘trans’ merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan individu yang identitas atau ekspresi gendernya
(maskulin dan feminin) berbeda dari jenis kelaminnya saat lahir (laki-laki dan
perempuan), misalnya:
 Transpuan, yaitu wanita yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir
 Transpria, yaitu pria yang ditetapkan sebagai perempuan saat lahir
Di dalam istilah transgender terdapat juga istilah transeksual. Transeksual adalah istilah yang
digunakan untuk transgender yang sudah melakukan perubahan fisik dengan terapi
hormon atau operasi, atau melakukan perubahan identitas, seperti perubahan nama
atau jenis kelamin. 3

C. Penyebab Terjadinya LGBT

Dalam kajian Counseling and Mental Health Care of Transgender Adult and Loved One,
fenomena transgender dinyatakan muncul tidak hanya karena pengaruh lingkungan. Pengaruh
dari budaya, fisik, seks, psikososial, agama dan kesehatan juga turut andil dalam membentuk
individu menjadi LGBT
Menurut Byrd, faktor genetik memang menjadi kontributor terbentuknya individu menjadi
seorang lesbi, gay, biseksual atau transgender sebagaimana yang digarisbawahi oleh kaum
LGBT. Namun demikian, bukan berarti otomatis membuatnya sebagai LGBT. Pola asuh
orang tua menjadi faktor terpenting dalam membentuk dan mewarnai sosok anak
Perilaku LGBT bukanlah merupakan sesuatu yang bersifat alami atau dibentuk oleh suatu
proses sosial budaya pada awal penciptaan manusia. Sehingga dalam hal ini ada tiga faktor
utama yang melatar belakangi terbentuknya perilaku LGBT, yaitu faktor biologis, psikologis
dan sosial budaya. Dengan kata lain sesorang menjadi pelaku LGBT bukan merupakan takdir,
melainkan sebauh kecenderungan yang dipengaruhi oleh kondisi dari ketiga faktor tersebut.

3
Arif, Muhammad. Saleh, Gunawan. 2017. Rekayasa Sosial Dalam Fenomena
Save LGBT.

5
Menurut Sidik Hasan dan Abu Nsma (2002) terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya
LGBT yaitu:
1. Faktor biologis. Hal ini terjadi karena sejak lahir seseorang memiliki kelainan pada
sususnan syaraf otak dan memiliki kelainan genetic atau hormonal. Sehingga, hal ini
berakibat ia memiliki kecenderungan untuk tertarik terhadap orang lain yang sejenis
2. Faktor psikologis. Hal ini misalnya terjadi akibat pengalaman masa lalu indvidu yang
pernah menjadi korban sodomi di saat masih kecil, atau ia pernah mencoba-coba
untuk melakukan hubungan seks sejenis dengan teman-temannya. Selain itu, faktor
psikologis ini bisa berupa kondisi dimana seorang perempuan atau laki-laki tidak
diperlakukan sebagaimana jenis kelaminnya. Hal ini lama kelamaan mempengaruhi
kecenderungan orientasi seksualnya dimasa yang akan datang.
3. Faktor lingkungan. Faktor ini muncul sebagai reaksi masyarakat terhadap perilaku
LGBT yang berubah-ubah seiring perkembangan zaman. Misalnya dengan
berkembangnya budaya demokrasi yang pada akhirnya memberikan kebebasan
memilih pasangan dengan cara yang melampaui batas, gencarnya web site yang
menampilkan video dan gambar porno, serta belum adanya sanksi tegas terhadap
pelaku LGBT
Bandura mengatakan, lingkungan dapat dibentuk oleh perilaku dan sebaliknya perilaku dapat
dibentuk oleh lingkungan. Dalam hubungan resiprokal ini terjadi pembelajaran sosial yang
mengarah pada transfer informasi, kebiasaan atau perilaku. Anak yang selalu menonton
tayangan perilaku tak laras gender seperti laki-laki yang berperilaku gemulai membuka
peluang bagi anak untuk bersikap sama. Reaksi yang muncul pertama kali adalah perasaan
aneh, lucu, atau bahkan tidak memberikan reaksi apapun, sebab anak belum memiliki skema
pengetahuan tentang sosok maskulinitas pada laki-laki. Reaksi kedua, anak mulai memiliki
pengetahuan bahwa laki-laki bersifat seperti apa yang dilihatnya. Reaksi ketiga anak
mengikuti gaya atau perilaku laki-laki yang sering dilihatnya. Selanjutnya perasaan aneh atau
lucu di awal reaksi berubah menjadi perasaan yang understandable dan acceptable.Dalam
kondisi ini sudah terjadi internalisasi nilai tentang sosok laki-laki yang lama kelamaan sangat
mungkin berubah menjadi internalisasi pola perilaku.
Jika lingkungan dapat mempengaruhi perilaku dan sebaliknya perilaku dapat dipengaruhi
oleh lingkungan, maka saat mulai terjadi internalisasi nilai, individu dapat membatasi diri
untuk bersikap lebih bijak dalam menyikapi fenomena LGBT.Individu dapat merubah
persepsi sekaligus pola fikir yang bersimpul pada pola perilaku untuk menolak atau
mengikuti suatu fenomena tertentu.

6
Saat ini banyak remaja laki-laki yang bersikap feminin. Mereka berbicara lemah lembut
dengan gaya dan intonasi layaknya perempuan, mengenakan pakaian berwarna mencolok dan
sikap tubuh yang tidak tegas. Remaja laki-laki yang berperilaku demikian semakin hari
semakin banyak mengemuka.Tanpa disadari masyarakat telah menerima kondisi mereka
dengan tetap berinteraksi seperti biasa.Masyarakat tidak menunjukkan “keganjilan” dalam
menerima mereka, sehingga perilaku semakin menguat.Remaja saat ini tidak lagi merasa
aneh dengan berperilaku gemulai, bahkan kecenderungan untuk menjadikannya life style
semakin menambah kepercayaan diri mereka dalam berpenampilan.Imitasi yang dilakukan
oleh remaja.
Menurut Saul McLeod, anak mengamati model yang memberikan contoh perilaku maskulin
atau feminin. Anak hanya meniru tanpa memikirkan objek tiru berperilaku maskulin atau
feminin yang sesuai gender atau tidak. Hampir sama dengan teori imitasi, perilaku remaja
laki-laki yang gemulai dapat dijelaskan dengan teori observasi (modelling). Perilaku
terbentuk dengan cara mengamati orang lain. Terdapat empat proses yang terlibat dalam
proses modelling ini, yaitu:
1) Attention merupakan perhatian yang dilakukan oleh individu dalam mengamati
perilaku. Anak menonton tayangan laki-laki gemulai secara terus menerus akan
menimbulkan kesan inderawi. mereka melihat dan mendengar bagaimana perilaku
gemulai itu dilakukan.
2) Retention merupakan penyimpanan memori atau ingatan terhadap apa yang mereka
tiru. Kesan yang didapat melalui atensi akan tersimpan di dalam memory.
Pengetahuan yang baru dimiliki ini tersimpan dengan sendirinya dan dapat dipanggil
lagi saat dibutuhkan.
3) Production merupakan hasil dari atensi yang sudah diretensi. Remaja dapat
melakukan gerakan-gerakan tertentu setelah memiliki pengetahuan di dalam
memorinya. Perilaku anak akan menghasilkan apa yang sudah mereka lihat dan
tersimpan di dalam memori. Perilakunya diproduksi secara berulang ulang hingga
akhirnya menjadi perilaku yang terbiasa.
4) Motivation, merupakan dorongan yang membuat mereka berperilaku gemulai
tersebut. Motivasi akan muncul manakala pertama; terjadi penguatan seperti paparan
terdahulu. Remaja yang “diterima” di masyarakat dengan perilaku demikian
cenderung akan melakukannya lagi; kedua, memiliki tujuan tertentu, seperti membuat
perilaku tandingan yang dapat menjadi trend setter; ketiga, ingin seperti sosok yang
diidolakannya.

7
Perilaku remaja laki-laki feminin ini berpeluang menjadikan mereka LGBT.Sikap yang
ditunjukkan dan diperkuat dengan tindakan menjadikan mereka memiliki perasaan lembut
seperti perempuan. Ketertarikan terhadap perilaku yang lemah lembut akan menjauhkan
mereka dari perilaku maskulin yang tegas dan berwibawa tanpa disadarinya. Sella
menemukan remaja yang melakukan imitasi terhadap perilaku dalam sebuah film drama
Korea tidak menyadari sudah mengaplikasikan apa yang dilihat ke dalam kehidupan sehari
hari

D. Pencegahan Terjadinya LGBT


Pola Asuh Islami Orang tua dalam mencegah timbulnya perilaku LGBT, terkait juga dengan
bagaiman cara orang tua memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sejak usia dini.
Berikut ini bentuk-bentuk pendidikan yang harus diperhatikan dan menjadi tanggung jawab
orang tua kepada anak-anaknya sejak usia dini

1. Pendidikan Iman
Pemahaman yang menyeluruh terhadap pendidikan anak adalah menumbuhkan anak
atas dasar pemahaman-pemahaman berupa dasar- dasar pendidikan iman dan ajaran Islam
sejak masa pertumbuhannya. Contoh pendidikannya adalah: Menyuruh anak untuk beribadah
ketika memasuki usia tujuh tahun.24Sesuai dengan hadits dari Ibnu Amr bin Al- Ash r.a. dari
Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda: “Perintahkanlah anak-anakmu menjalankan ibadah
shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun . Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun,
maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkanlah tempat tidur
mereka”

2. Pendidikan Moral/ Akhlak


Pendidikan moral adalah serangkaian prinsip dasar moral dan keutamaan sikap serta
watak yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia
menjadi seorang mukallaf (dewasa). Pengertian akhlak dalam hal ini bukan sekedar sopan
santun dalam hubungannya dengan sesama manusia saja, melainkan yang paling utama
adalah keluhuran budi seorang hamba terhadap Allah Yang Maha Luhur dan juga tetap
berbudi luhur terhadap semua makhluk ciptaan Allah selain manusia. Seorang anak apabila
sejak dini ditumbuhbesarkan atas dasar keimanan kepada Allah, terdidik untuk takut kepada
Allah, merasa dirinya selalu diawasi oleh- Nya, menyandarkan diri kepada-Nya, meminta
tolong dan berserah diri kepada- Nya

8
3. Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini agar terbiasa melakukan tata
krama sosial yang utama, yang bersumber dari aqidah Islamiyah di masyarakat.
Pendidikan sosial merupakan fenomena tingkah laku yang dapat mendidik anak guna
melakukan segala kewajiban sopan santun dalam berinteraksi dengan orang lain secara baik.

4. Pengawasan dan kritik sosial


Metode yang digunakan orang tua dalam pendidikan sosial adalah metode ceramah,
observasi, dan metode langsung. Metode ceramah digunakan denga cara memberikan
penjelasan dan pengarahan kepada anak atas apa yang disampaikan. Metode observasi
digunakan dengan cara memberikan contoh secara langsung yaitu dengan mengamati
kehidupan sosial berikutnya, sedangkan metode langsung digunakan orang tua dengan cara
memberikan contoh tindakan yang baik terhadap kehidupan sosial di lingkungan masyarakat.

5. Pendidikan Lingkungan
Pendidikan lingkungan adalah upaya yang dilakukan oleh orang tua kepada anak
untuk menjaga dan melestarikan lingkungan yang telah diciptakan Allah dan bagaimana ia
bergaul dengan lingkungannya. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar anak didik baik berupa benda-benda, peristiwa yang terjadi
maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak,
dan lingkungan di mana anak-anak bergaul.Metode yang digunakan adalah metode ceramah
dan metode langsung.

6. Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang
masalah-masalah seksual pada anak.Metode yang digunakan dalam pendidikan seksual yaitu
metode ceramah, observasi, dan metode langsung.Pendidikan seks atau bimbingan seks
penting sekali untuk diketahui oleh para generasi muda. Seperti yang terjadi pada zaman
Nabi Muhammad saw., bahwa kaum Muslim tidak pernah malu-malu untuk bertanya
kepada Rasulullah Saw tentang segala permasalahan (termasuk masalah yang demikian
pribadi seperti kehidupan seksual suami isteri) untuk mengetahuseluk beluk dan hukum-
hukum agama yang berkaitan dengan masalah-masalah tersebut. Aisyah, istri Nabi
Muhammad saw. memberikan kesaksian, “Semoga Allah membekali kaum wanita

9
Anshar! Rasa malu tidak menghalangi mereka mencari pengetahuan tentang agama
mereka.” (HR. Jama’ah, kecuali Tirmidzi). 4

E. Problematika Umum yang Dialami Oleh LGBT

Pada era globalisasi saat ini, ada banyak fenomena yang dapat ditemukan daam kehidupan

sehari-hari. Salah satunya adalah fenomena tentang LGBT. Belakangan ini, isu tentang

lesbian, gay, biseksual, transgender dan queer (LGBT) mengemuka di berbagai negara

termasuk di Indonesia. Kelompok lesbian, gay dan biseksual adalah masalah identitas seks

(sexual identities), transgender adalah masalah identitas gender (gender identity) sedangkan

queer adalah mengekspresikan gender lain atau para kalangan masyarakat biasa menyebutnya
banci.

Kebanyakan homoseksual (Lesbian, Gay, Transgender) mulai menyadari dirinya mempunyai

kecenderungan berbeda ketika dalam usia muda. Studi menunjukan perilaku homosexual dan

ketertarikan sesama jenis banyak dijumpai sejak usia 15. Keadaan ini memperlihatkan

kelompok usia sekolah adalah usia yang rentan untuk mulai terlibat dalam hubungan sesama

jenis. Sedangkan keputusan untuk menjadi homoseksual kebanyakan terjadi pada usia dewasa

muda (Nugroho 2010) atau pada usia ketika mereka kebanyakan menjadi mahasiswa.

Banyak persoalan dan resiko muncul ketika remaja muda mulai dalam hubungan sejenis,

untuk remaja pria kurangnya pengetahuan mengenai resiko hubungan seks dapat

menyebabkan mereka mudah terpapar HIV dan pelecehan seksual dari yang lebih

berpengalaman.

Masalah kesehatan yang dialami LGBT diantaranya penyakit terkait perilaku seks, merokok

dan pemakaian narkoba, serta masalah psikologi seperti depresi atau bunuh diri. Masalah

4
Eka Yanuarti, "Pola Asuh Islami Orang Tua Dalam Mencegah Timbulnya Perilaku LGbT Sejak Usia Dini", juni
2019, jurnal cendekia l, vol.17 No.1

10
sosial juga sering dialami oleh kelompok LGBT seperti stigma dan diskriminasi, termasuk

akses ke pelayanan kesehatan.

F. Cara Konseling Penyandang LGBT


Menurut dunia kedokteran saat ini, lesbian, gay, dan biseksual bukanlah penyakit dan
bukanlah gangguan. Jadi tidak perlu disembuhkan," katanya. "Kecuali jika orang
tersebut merasa tidak nyaman, itu bisa dibilang gangguan dan baru dilakukan terapi."
Tetapi, konseling yang dimaksud Ryu Hasan bukanlah untuk menghilangkan
perilakunya melainkan berfokus untuk menghilangkan rasa tidak nyaman. Dia
menegaskan orientasi seksual tidak bisa diubah."Kalau psikologi dikaitkan dengan
agama, memang lain lagi (sudut pandangnya).
Kondisi penyimpangan orientasi seksual merupakan kondisi individu yang tidak
muncul dalam unifaktor, dengan kata lain kondisi tersebut berkembang akibat dari
berbagai faktor dalam rentang kehidupan individu. Kondisi penyimpangan orientasi
seksual yang saat ini populer dengan LGBTQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender
dan Queer) merupakan fenomena yang selalu muncul dalam setiap komunitas
masyarakat yang dalam beberapa tahun ini hak dan kekebasannya tengah lantang
disuarakan oleh beberapa negara maju. Hal ini tentu saja menimbulkan permasalahan
dan polemik dalam dimensi kehidupan, tak terkecuali dalam kehidupan klien.
Konselor sebagai pekerja sosial yang dapat bersentuhan langsung dengan kondisi ini
merupakan pihak yang hendaknya memiliki langkah konkrit dalam penanganannya,
baik langkah preventif maupun langkah kuratif melalui pelayanan konseling dan
psikoterapi. Sudut pandang konseling dan psikoterapi dalam penanganan
permasalahan ini merupakan salah satu titik kunci yang dapat dijadikan pendekatan
awal. Selain itu, langkah konkrit dalam pelayanan konseling diharapkan mampu
menjadi jalan keluar bagi klien untuk berkehidupan yang membahagiakan, mandiri
dan memiliki pengendalian diri.

G. Peran Orang Tua terhadap LGBT


Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga memegang peranan
yang sangat penting dalam mengantisipasi terjerumusnya anak-anak dalam perilaku
LGBT. Orang tua perlu memberikan pendidikan seks yang benar pada anak-anaknya

11
untuk mencegah anak-anaknya menjadi LGBT. Pendidikan seks (Ulwan, 1995) tidak
semata mengajarkan atau memberi pengetahuan mengenai seksualitas, melainkan pula
berhubungan dengan aspek moral, etika, hukum, budaya, perilaku, dan sosial.
Pendidikan seks merupakan sebuah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan
tentang masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Bruess
dan Cassidy (dalam Qibtiyah, 2006) menekankan pentingnya pendidikan seks di
dalam menyediakan kebutuhan informasi yang benar dan luas tentang perilaku
seksual guna memahami seksualitas manusia sebagai bagian penting dari kepribadian
yang menyeluruh.Berdasarkan uraian di atas, fokus tulisan ini menekankan pada
peran orang tua dalam pendidikan seks bagi anak dalam keluarga untuk
mengantisipasi LGBT. Lebih detail, tulisan ini bertujuan untuk: (1) memahami
pentingnya pendidikan seks pada anak dalam keluarga untuk mengantisipasi LGBT;
dan (2) memahami peran yang harus dilakukan orang tua untuk mengantisipasi
LGBT.
Permasalahan Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) merupakan masalah
besar yang sangat mengkhawatirkan umat manusia dan mengancam kelangsungan
hidup manusia karena tidak sesuai dengan fitrah manusia. Secara naluri atau
fitrahnya, manusia diciptakan untuk saling berpasangan antara pria dan wanita. Di
mana membangun hubungan guna membina rumah tangga, nantinya akan mempunyai
keturunan dari proses hubungan biologis. LGBT merupakan masalah sosial yang
mengancam kehidupan beragama, ketahanan keluarga dan kepribadian bangsa.
Perkembangan LBGT akan memberikan pengaruh negatif yang sangat signifikan bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak.Jumlah LGBT semakin meningkat dan sudah
mulai berani mengeksperesikan diri di depan umum. Data Kementerian Kesehatan
pada 2012 menunjukkan bahwa terdapat 1.095.970 Lelaki berhubungan Seks dengan
Lelaki (LSL) alias gay yang tersebar di semua daerah. Jawa Barat merupakan provinsi
dengan jumlah LSL terbanyak (300.198 orang). Dari jumlah itu, 4.895 orang
penderita HIV/AIDS. Sementara itu, jumlah gay di Jawa Tengah sebanyak 218.227
orang. Dari jumlah itu, sebanyak 11.951 orang terindikasi sebagai penderita
HIV/AIDS. Jumlah gay di DKI Jakarta sebanyak 27.706 orang, dari jumlah itu
sebanyak 5.550 orang diduga menderita HIV/AIDS.
Orang tua seringkali menganggap tabu terhadap pendidikan seks. Hasil penelitian
Lestari dan Anganthi (2008) menyatakan pada umumnya orang tua beranggapan
bahwa anak akan mengetahui sendiri tentang seks apabila mereka telah besar dan

12
dewasa. Berdasarkan anggapan itu, orang tua akan cenderung menolak atau
menghindar ketika anak ingin mendiskusikan tentang seks. Orang tua sering
menganggap pendidikan seks akan diperoleh anak seiring dengan berjalannya usia
ketika ia sudah dewasa nanti. Orang tua seolah menyerahkan pendidikan seks kepada
pihak sekolah sebagai sumber ilmu bagi anaknya. Padahal pendidikan seks sendiri
belum diterapkan secara khusus dalam kurikulum sekolah. Kurangnya pengetahuan
orang tua terhadap kebutuhan anaknya sendiri dalam menghadapi tuntutan zaman
yang semakin berkiblat ke arah barat menjadi faktor utama belum tersampaikannya
pendidikan seks pada anak dalam keluarga. Orang tua kurang menyadari bahwa anak
secara alamiah memiliki rasa ingin tahu terhadap masalah seks. Sikap seperti itu,
justru mendorong anak khususnya remaja untuk mencari jawabannya pada sumber
lain yang mudah diakses seperti teman dan internet.5

H. Peran Guru Bimbingan dan Konseling terhadap LGBT

Dengan kehadiran perilaku trend LGBT dengan show-upnya dan rentannya fase
perkembangan di usia remaja telah mendapat perhatian serius dari pemerintah yang
menegaskan kepada orang tua dan pihak-pihak sekolah sebagai lingkungan kedua, khususnya
pada guru Bimbingan Konseling untuk membantu mengupayakan usaha-usaha pencegahan
agar pengaruh prilaku trend LGBT di kalangan remaja ini tidak terjadi dan dapat dicegah
sebelum membentuk perilaku dan kepribadi mereka.

Bimbingan konseling adalah salah satu kompenen yang penting dalam proses pendidikan
sebagai suatu sistem. Bimbingan konseling dipahami sebagai suatu proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada individu secara berkelanjutan, agar yang
bersangkutan dapat memahami diri sendiri, menghubungkan tentang pemahaman dirinya dan
tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sebagaimana dikemukakan M.
Arifin (1996:18) bahwa bimbingan konseling disekolah bertujuan untuk menghilangkan
faktor-faktor yang menimbulkan terganggunya mental para siswa dan mengarah mereka
kepada suasana kerohanian yang lebih tenang dan sehat. Dari penjelasan diatas, dapat
dipahami bahwa tugas seorang konselor adalah menjadikan siswa memiliki mental yang sehat
yaitu suatu mental yang mampu menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan lingkungan
sekitarnya, dan terhindar dari gejala jiwa yang mengarah kepada sikap destruktif ataupun
pelanggaran moral.

1. Peran Guru Bimbingan dan Konseling

Secara umum peran guru bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik untuk
mengenal bakat, minat dan kemampuannya, serta memilih dan menyesuaikan diri dengan

5
Dewi Wahyuni, "Peran orangtua dalam pendidikan seks bagi anak untuk mengantisipasi LGBT" Bandung; 2018
jurnal quantum, vol. XIV no. 25

13
kesempatan pendidikan untuk merencanakan karier yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.
Semua tujuan tersebut diletakkan dalam program tugas yang dimiliki oleh seorang guru
bimbingan dan konseling atau konselor di sekolah antara lain:

a. Mengadakan penelitian ataupun observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah, baik
mengenai peralatan, tenaga, penyelengara maupun aktivitas-aktivitas lainya.

b. Kegiatan penyusunan program dalam bidang bimbingan pribadi sosial, bimbingan belajar,
bimbingan karirserta semua jenis layanan termasuk kegian pendukung yang dihargai
sebanyak 12 jam.

c. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan


belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung yang
dihargai sebanyak 18 jam.

d. Kegiatan evalusai pelaksanaan layanan dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial,


bimbingan belajar, bimbingan karir serta semua jenis layanan termasuk kegiatan pendukung
yang dihargai sebanyak 6 jam.

e. Menyelengarakan bimbingan terhadap siswa, baik yang bersifat preventif, perservatif


maupun yang bersisifat korektif atau kuratif.

f. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru pembimbing atau konselor yang membimbing 150
orang siswa dihargai sebanyak 18 jam. ( Salahudin 2010: 206 )

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. LGBT dalam pandangan Islam, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah
dalam Al-Quran dan Sunah, homoseks/gay merupakan perbuatan hina dan pelanggaran berat
yang merusak harkat manusia sebagai makhluk ciptaan Allah paling mulia. Maka dari itu
Haram hukumnya seseorang masuk ke dalam golongan LGBT.

2. Pengaruh LGBT dalam kehidupan sosial, Seperti telah dijelaskan, keluarga dan
lingkungan pergaulan akan sangat mempengaruhi pembentukan peranan sosial seorang
individu, hal ini dikarenakan keluarga dan lingkungan pergaulan merupakan salah satu sistem
penopang masyarakat dimana seorang individu memiliki intensitas interaksi yang tinggi
terhadapnya. Dalam konteksnya sebagai salah satu bentuk penyimpangan sosial seorang
homoseksual pada awalnya memperoleh sosialisasi untuk menjadi homoseksual dari
lingkungan dan keluarganya.

3. Masyarakat Indonesia sangat tegas dan keras melarang segala bentuk praktik
LGBT berdasar ketentuan hukum, perundang-undangan, nilai-nilai agama, kesusilaan,
ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.

4. Solusi mencegah LGBT. Para Pemimpin dan tokoh-tokoh umat Islam perlu
banyak melakukan pendekatan kepada para pemimpin di media massa, khususnya media
televisi, agar mencegah dijadikannya media massa sebagai ajang kampanye penyebaran
paham dan praktik LGBT.

5. Solusi mencegah LGBT. Cara mencegahnya yaitu memberi pengarahan sejak


dini agar pengetahuan anak tentang seks tidak menyimpang, Giat menghadiri majlis ilmu,
memperbanyak membaca Al-Qur’an, Apabila tidur dibuat pembatas dengan teman-temannya,
Menghindari ikhtilath.

6. Solusi mengatasi LGBT. mengatasi LGBT dengan perlu adanya kesadaran dan
kemauan untuk sembuh, serta kesungguhan melakukan perubahan, dukungan keluarga dan
orang-orang dekat, serta membebaskan diri dari lingkungan LGBT.

B. Saran

Sekian makalah yang dapat kami buat, penulis sangat menyadari keterbatasan penulis
sebagai manusia yang tentunya berpengaruh pada hasil karya kami. Oleh karena itu, apabila
karya kami ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, penulis mohon maaf
yang seikhlasnya kepada pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat serta dapat menambah

15
wawasan para pembaca. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya. Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.

16
Daftar Pustaka

ABD. Madjid Ahmad. "Masa'il Fiqhiyyah (membahas Masalah Fiqih yang Aktual". PT.

Garuda Buana Indah, Pasuruan - Jatim 1994.

Adian Husaini, LGBT di indonesia, Perkembangan dan Solusinya (jakarta: Insist, TT). Hal.

25.

Arif, Muhammad. Saleh, Gunawan. 2017. Rekayasa Sosial Dalam FenomenaSave LGBT.

LatiEka Yanuarti, "Pola Asuh Islami Orang Tua Dalam Mencegah Timbulnya Perilaku LGbT

Sejak Usia Dini", juni 2019, jurnal cendekia l, vol.17 No.1 f, M. (2013).

Dewi Wahyuni, "Peran orangtua dalam pendidikan seks bagi anak untuk mengantisipasi

LGBT" Bandung; 2018 jurnal quantum, vol. XIV no. 25

17

Anda mungkin juga menyukai