Materi 2
Yunani Kuno
Developing ones potential (pengembangan potensi individu. Plato : 1. Bagaimana membangun pribadi manusia melalui asuhan / pend.formal 2. Bagaimana anak dpt berpikir lebih efektif 3. Teknik apa yg dpt mempengaruhi manusia dlm mengambil kepeutusan dan mengembangkan keyakinan
Lanjutan
Aristoteles (murid Plato) studi interaksi individu dg lingkungannya, upaya mengembangkan fungsi individu secara optimal Hipocrates : mental disorder disebabkan faktor alam Secara umum masyarakat Yunani memperhatikan tentang : individualitas dan hak mengatur diri sendiri (self determination)
Lanjutan
Luis Vives (filosof) : suatu kebutuhan membimbing individu sesuai sikap dan bakatnya Rene Descartes (159601650) : manusia sebagai organisme yang bereaksi terhadap stimulus Jean Jacquen Rousseau (1712-1778) : Perkembangan individu berdasarkan dorongan alamiahnya Johann pestalozzi (1746-1827) : to help him self develop
1898
Jesse B. Davis mengembangkan program bimbingan secara sistematis di sekolah umum di Michigan Tujuan bimbingan : 1. mengembangkan karakter 2. mencegah diri dari perilaku bermasalah 3. menghubungkan minat pekerjaan dg pendidikan
1908
Mengembangkan Boston Vocational Bureau untuk membantu remaja mengambil keputusan karir Menulis Choosing A Vocation
1908
1900s
Clifford Beers
Mantan mahasiswa Yale, punya riwayat gangguan mental, menyerukan pentingnya treatment yang lebih baik untuk pasien gangguan mental Mempublikasikan buku A Mind That Found Itself
Teori Psikoanalisis Sigmund Freud menjadi dasar treatment pasien gangguan mental
1910s
National Vocational Guidance Association (NVGA) berdiri; National Vocational Guidance Bulletin dipublikasikan embrio Journal of Counseling and Development UU yang mengatur disediakannya dana bagi sekolah umum untuk menyediakan pendidikan karir Gerakan bimbingan karir mendukung berkembangnya psikometri setelah PD I
1920s
Sertifikasi pertama untuk konselor di Boston dan New York Publikasi Strong Vocational Interest Inventory (SVII) Abraham dan Hannah Stone mengembangkan pusat konseling perkawinan dan keluarga di New York Para konselor mulai meluaskan bidang, tidak hanya pada masalah vokasional
1930s
E.G. Williamson dan koleganya mengembangkan counselor-centered traitfactor approach John Brewer (1932)
Mempublikasikan buku Education as Guidance Setiap guru adalah konselor Bimbingan masuk dalam kurikulum sekolah
1940s
Carl Rogers
Mengembangkan konseling dengan client-centered approach Mempublikasikan buku Counseling and Psychotherapy
Pada awal PD II, dibutuhkan konselor dan psikolog untuk menyeleksi dan melatih individu dalam bidang militer dan industri US Veterans Administration membiayai training untuk konselor dan psikolog counseling psychology meluas
1950s
American Personnel and Guidance Association (APGA) didirikan cikal bakal American Counseling Association Divisi 17 (Counseling Psychology) dibentuk di APA National Defense Education Act (NDEA) didukung, dipicu peluncuran Sputnik I Teori baru mulai muncul (analisis transaksional, rational-emotive therapy). Bersaing dengan teori lama (psikoanalisis, behaviorisme, trait-factor, clientcentered)
1960s
Konseling pada developmental issues mendapat perhatian. Gilbert Wrenn mempublikasikan The Counselor in a Changing World Leona Tyler menulis tentang konseling dan psikologi konseling Konseling behavioral muncul sebagai teori konseling yang kuat, diawali dengan Revolution of Counseling karya John Krumboltz
1960s
Konselor mulai tertarik pada isu sosial dan krisis Muncul Community Mental Health Center Act APGA mempublikasikan kode etik ERIC Clearinghouse on Counseling and Personnel Services (CAPS) didirikan dan mulai membangun database riset mengenai konseling Peran dan standar training untuk konselor sekolah dibuat Jurnal The Counseling Psychologist dipublikasikan pertama kali
1970s
Diversifikasi konseling di luar seting pendidikan Derald Sue, editor Personnel and Guidance Journal, memfokuskan perhatian pada isu multikultural American Mental Health Counseling Association didirikan Basic helping skills programs dikembangkan oleh Allen Ivey dkk Lisensi dari negara bagian untuk konselor dipopulerkan (Virginia)
1980s
APGA berubah menjadi American Association for Counseling and Development (AACD) Standar konseling makin berkembang Pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi fokus konseling
Orang dewasa dan lansia Isu gender dan preferensi seksual Perkembangan moral Multikultural
1990s
AACD berubah menjadi American Counseling Association (ACA) Isu keberagaman dan multikultural makin berkembang Isu spiritual mulai diterima
Awal tahun 1950-an: Prof. Dr. Slamet Imam Santoso mengembangkan Psikologi di Universitas Indonesia Semula konseling dikembangkan di Sekolah Menengah Kemudian diterapkan di pusat rehabilitasi sosial, lembaga sosial, industri
Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 24 Agustus 1960. 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. disusun Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. 1978 diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP (setingkat D2 atau D3) untuk mengisi jabatan Guru Bimbingan dan Penyuluhan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menp an/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudaya
SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing.
persepsi negatif konselor sekolah dianggap polisi sekolah BK dianggap semata-mata sebagai pemberian nasehat BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental BK dibatasi untuk klien-klien tertentu saja
BK melayani orang sakit dan atau kurang normal BK bekerja sendiri konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien memusatkan usaha BK pada penggunaan instrumentasi BK (tes, inventori, kuesioner dan lain-lain) BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja.
disebabkan
2. Semangat luar biasa untuk melaksanakan BP di sekolahLahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Merupakan angin segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini karena di sana dikatakan Tugas guru adalah mengajar dan/atau membimbing. Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukung tenaga atau guru pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan atau Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun 1984/1985) masih kurang, menjadikan pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi dilaksanakan oleh guru-guru yang ditugasi sekolah berasal dari guru yang senior atau mau pensiun, guru yang kekurangan jam mata pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Pengakuan legal dengan SK Menpan tersebut menjadi jauh arahnya terutama untuk pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah
Akibatnya:
Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan salah satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya. Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam kelas-kelas tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang berhalangan hadir. Guru Pembimbing ditugasi sebagai polisi sekolah yang mengurusi dan menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak memakai pakaian seragam atau baju yang dikeluarkan dari celana atau rok.
Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami program pelayanan serta belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya, Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan fungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi bimbingan dan konseling.Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia.
Referensi
Gladding, S.T. (2000). Counseling. A comprehensive profession. 4th ed. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Gunarsa, S. (1996). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia Latipun. (2001). Psikologi konseling. Malang: UMM Press.
Tugas Kelompok