Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI LANSIA

“Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan Dewasa Lansia”

Dosen Pengampu: Endah Rahmawi,M.Pd


Disusun oleh :
1. Agil Rizki N (20012004)
2. Aliffah Agustiana S. (20012007)
3. Betty Wulandari (20012012)
4. Biliarta Eka W. (20012013)
5. Chori Nur A. (20012027)
6. Erna Yusroni (20012020)
7. Euis Kurnia Sari (20012022)
8. Fara Dila (20012024)
9. Fatonah Nuraini (20012026)
10. Purniawati (20012028)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI WATES
2021
KATA PENGANTAR

Selamat pagi. Salam sejahtera untuk kita semua. Pertama dan utama marilah kita
senantiasa selalu mengucapkan syukur Alhamdulilah kepada sang khaliq. Atas limpahan rahmat,
hidayah, taufiq seta innyayah-Nya kepada kita semua sehingga kita, masih diberi kesempatan
untuk menghirup udara oksigen yang ada di lapisan atmosfer bumi ini. Dan atas ridha Allah
Swt., makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Tujuan utama penulisan makalah
tersebut guna untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Perkembangan Dewasa
Lansia. Tugas tersebut diberikan agar mahsiswa mengupas informasi dari berbagai sumber
tentang manfaat pelayanan BK bagi lansia. Terselesaikannya makalah ini juga tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dorongan dan bimbingan ilmu pengetahuan
kepada saya. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini saya ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1.Endah Rahmawati, M.Pd, selaku dosen saya yang telah membimbing dan menasehati kami,
serta tiada henti-hentinya memberikan motivasi agar makalah ini cepat tuntas.
2.Teman-teman kelas BK A semester III, yang selalu memberikan semangat kepada satu sama
lain agar makalah ini cepat selesai, dan

4.Orang tua, yang telah memberikan do’a restu.

Nah, maka dari itu Kami sebagai penyusun makalah hakikat pendidikan kewarganegaraan
membutuhkan kritik, saran, dan sangat terbuka dari pihak manapun demi kesempurnaan makalah
ini.
Kiranya itu saja yang dapat Kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini.
Semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Wates,03 Desember 2021

Daftar Isi
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1 Rumusan Masalah
1.2 Tujuan Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling

2.2 Pengertian Usia Lanjut(Lansia)

2.3 Ciri-ciri Usia Lanjut

2.4 Masalah-masalah Lansia

2.5 Tujuan Pelayanan BK Untuk Lansia

2.6 Tugas Perkembangan Lansia

2.7 Acuan-acuan bidang Pelayanan BK Untuk Lansia

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mencoba memberikan pelayanan yang tepat untuk lansia adalah salah satu cara untuk membantu
lansia agar dapat menerima keadaanya yang sesungguhnya ia jalani, dengan begitu jika lansia
dapat memahami dirinya maka ia akan berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi
fisik, sosial, dan psikologis dengan tepat. Dengan memperlakukan lansia sesuai keinginannya hal
ini tidak menutup kemungkinan bahwa lansia perlahan-lahan akan lebih dapat menerima diri.
Keadaan yang ada pada lansia cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan secara khusus, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa. Oleh
karena itu diperlukan penyuluhan kepada lansia agar dapat menerima keadaan dengan mencari
sisi positif dari kemampuan dan pengalaman yang ada pada lansia, agar ia berfikir bahwa ia
masih berguna dan dibutuhkan orang lain.
Namun pada kenyataanya, dengan kulit keriput, fisik renta, sakit-sakitan, langkah gontai, pakaian
kusut, bahkan kadang cacat fisik, orang lanjut usia itu mengharap belas kasih orang lain bahkan
kadang dieksploitasi oleh pihak tertentu. Sementara dirmah mewah dijumpai lansia yang merasa
sudah tidak berguna, diacuhkan oleh keluarganya, kehilangan kekuasaan, dan sakit-sakitan.
Oleh karena itu pelayanan BK pada lansia tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor. Konselor
perlu bekerja sama dengan berbagai pihak dan adanya asas keterpaduan, terutama peran yang
sangat besar dari anggota keluarga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bimbingan dan konseling?
2. Apa pengertian lanjut usia?
3. Apa saja ciri-ciri lanjut usia?
4. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi lansia?
5. Bagaimana peran layanan BK bagi lanjut usia?
6. Apa yang menjadi tujuan layanan BK bagi lanjut usia?
7. Apa saja yang menjadi tugas perkembangan di usia lanjut?
8. Apa saja acuan-acuan dari layanan BK untuk usia lanjut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang bimbingan konseling dan lanjut usia.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri, masalah-masalah, dan tugas perkembangan pada lansia?
3. Untuk mengetahui bagaimana peran layanan BK bagi lansia dan apa saja acuan-
acuannya?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan”
(terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam
praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan.
Keduanya merupakan bagian yang integral. Secara etimologi menurut Winkel dalam Tohirin
istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata
dasarnya “guide”memiliki beberapa arti:
1.Menunjukkan jalan (showing the way),
2.Memimpin (leading),
3.Memberikan petunjuk (giving instruction),
4.Mengatur (regulating),
5.Mengarahkan (governing), dan
6. Memberi nasihat (giving advice).
Secara terminology bimbingan di kemukakan oleh beberapa para ahli diantaranya yaitu:
a. Miller dalam Surya, menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan terhadap
individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk
madrasah), keluarga, dan masyarakat.
b. Selanjutnya Surya mengutip pendapat Crow & Crow menyatakan bahwa bimbingan
adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang
memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari
setiap usia untuk menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat
pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri.
c.Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal
membantu individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal
dalam mengarahkan manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun
masyarakatnya’.     
d Djumhur dan M. Surya  memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses
pemberian bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan
masalah yang di hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self
understanding), kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan
untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri
(realization), sesuai dengan potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri
dengan lingkungan.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa Bimbingan berarti :  bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan
dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Secara etimologi istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus
artinya dikaitkan dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain
counsel), anjuran (to give counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di
atas, konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan
dengan bertukar pikiran.
Secara Terminologi konseling menurut ahli yaitu:
1.Mortensen menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana
orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan
menemukan masalahnya.
2. James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara
dua orang individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik
memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu
dan waktu yang akan datang.
3.Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan
langsung antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap
dan tingkah lakunya.
4.Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964)
mengemukakan konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di
mana yang seseorang di bantu oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan
kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
5. Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa
konseling adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha
memecahkan masalah dengan mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang
yang lebih muda atau orang yang mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara
keduanya di bantu oleh orang lain untuk memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan
diri sendiri.
6.Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa
konseling adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam
situasi itu karena latihan dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat
kepercayaan dari yang lain, berusaha menolong yang kedua dalam menghadapi,
menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah penyesuaian diri.
7. Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA)
mendefinisikan konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara
profesional dan individu yang memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa
atau konflik atau pengambilan keputusan.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian Konseling adalah  kontak atau
hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah
klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan
norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling
(BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor)
kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara
keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan
masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
B. Masa Lanjut usia
a.Pengertian lanjut Usia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi
dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal
ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta system
organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang  beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan
banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan kehidupan masa tua seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional.
Berikut beberapa pendapat mengenai pengertian masa tua:
1.Menurut Hurlock (2002), tahap terakhir dalam perkembangan ini dibagi menjadi usia
lanjut dini yang berkisar antara usia enam puluh sampai tujuh puluh tahun dan usia lanjut
yang dimulai pada usia tujuh puluh tahun hingga akhir kehidupan seseorang. Orangtua muda
atau usia tua (usia 65 hingga 74 tahun) dan orangtua yang tua atau usia tua akhir (75 tahun
atau lebih) dan orang tua lanjut (85 tahun atau lebih) dari orang-orang dewasa lanjut yang
lebih muda.
2.Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi
orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah
berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau
sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur
lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai
usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.
3.Menurut Bernice Neugarten(1968)James C. Chalhoun(1995) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
4.Badan kesehatan dunia (WHO)menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan
proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu
:  Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, Lanjut
usia tua (old) 75 - 90 tahun dan Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
b.Ciri-ciri masa lanjut usia
a.Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor fisik dan
psikologis.
b.Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini sebagai
waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.
c.Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua tidaklah
menyenangkan.
d. Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia
lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat
yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi
masyarakat sekitar.
e. Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia
lanjut.
f. Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang lebih
muda.
g.Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
h. Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk memperlambat
penuaan.

c.Masalah-masalah lansia
Proses perkembangan manusia dipengaruhi oleh kesuksesan perkembangan sebelumnya,
kondisi priode perkembangan individu yang terhambat sebelumnya akan menimbulkan
masalah pada masa priode lansia, ada beberapa yang menjadi masalah yang sering terjadi
pada lansia, yaitu menurunnya kondisi fisik dan psikologis pada lansia merupakan faktor
alami yang tidak dapat dicegah tetapi dapat diperlambat atau dipercepat tergantung kepada
lansia yang bersangkutan, pola makan, lingkungan dan keturunan.
Masalah kondisi fisik yang menurun karena disebabkan oleh faktor usia merupakan masalah
yang umum dan sangat wajar dialami oleh lansia, namun kondisi ini memerlukan penyesuain
yang baik pada lansia, sehingga pada masa tuanya tetap sehat, bahagia dan memiliki
kepercayaan diri yang baik, masalah psikis yang cenderung terjadi pada masa lansia, adalah
sebagai berikut; a) Kecemasan dan ketakutan yang muncul misalnya cemas akan perubahan
fisiknya dan fungsi anggota tubuh, cemas akan kekuatan sosial, cemas akan tersingkir dari
kehidupan sosial, takut penyakit, takut mati, takut kekurangan uang, b) Suasana hati lansia
cenderung peka, mudah tersinggung dan cepat berubah. Perasaan penuh dengan ketegangan,
gelisah dan sikap banyak menuntut, bahkan kadang kala terjadi ledakan emosional yang
penuh kecurigaan. c) rasa kesepian karena jauh dari keluarga dan anakanak, serta sedikitnya
teman yang seusia, d) dan kehilangan kepercayaan diri, akibat dari menurunya produksipitas
dan kondisi fisik yang menurun.

C. Layanan Bimbingan Konseling Bagi Lanjut Usia

Pelayanan BK secara professional pada usia lanjut belum banyak dilakukan. Berbagai
pelayanan terhadap lansia, baik oleh anak-anaknya, lembaga keagamaan. LSM, umumnya
dilakukan tidak secara utuh, yang kadangkala kurang memahami permasalahan lansia secara
menyeluruh. Di lembaga keagamaan misalnya lebih menekankan aspek spiritual, di pusat-
pusat rehabilitasi sosial khususnya di panti wreda sudah diupayakan  pelayanan secara
optimal, namun penekanannya masih dalam aspek fisik kesehatan. Kesulitan dalam
pelayanan BK bagi lansia juga diakui oleh George dan Cristiani (1981), dan menuntut
program pelatihan khusus bagi konselor yang melayani usia lanjut.
1 Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling
Secara umum tujuan layanan bimbingan dan konseling pada lansia adalah membantu lansia
untuk dapat mengatasi masalah-masalahnya, dapat menerima diri, mengembangkan diri,
mengaktualisasikan diri sehingga dapat merasakan kebahagiaan hidup di usia senja. Secara
khusus tujuan layanan BK pada lansia sejalan dengan masalah-masalah atau kebutuhan-
kebutuhan yang dihadapi oleh lansia.
Lansia akan merasa bahagia apabila kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi, atau mereka dapat
melaksanakan tugas perkembangan secara baik. Dalam kajian psikologi, yang diwarnai
budaya Amerika, Havinghurst mengemukakan tugas-tugas perkembangan usia lanjut, yaitu :
a.Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
b.Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income (penghasilan)
keluarga.
c.Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia.
e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
f.Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.
Tugas Perkembangan Lansia
Dalam budaya tertentu tugas perkembangan usia lanjut lebih luas lagi, misalnya dalam
masyarakat muslim para usia lanjut harus lebih intensif mempersiapkan diri menghadapi
kematian, dan kehidupan sesudah mati. Bagi lansia yang mampu menjalankan tugas-tugas
perkembangan dengan baik seperti di atas, maka dapat dipastikan lansia akan merasakan
kebahagiaan.
Hurlock mengetengahkan tanda umum penyesuaian yang baik pada lansia yaitu: (1) minat
yang kuat dan beragama, (2) kemandirian dalam hal ekonomi, yaug memungkinkan untuk
dapat hidup mandiri, (3) melakukan banyak hubungan sosial dengan segala umur, (4)
kenikmatan kerja yang menyenangkan dan bermanfaat tetapi tidak memerlukan banyak
biaya, (5) berpartisipasi dalam organisasi kemasyarakatan, (6) kemampuan untuk
memelihara rumah yang menyenangkan, (7) kemampuan untuk menikmati kegiatan masa
kini tanpa menyesali masa lalu, (8) mengurangi kecemasan terhadap diri sendiri maupun
orang lain, (9) menikmati aktivitas dari hari ke hari, (10) menghindari kritik dari orang lain,
(1l) menghindari kesalahan-kesalahan, khususnya tentang kondisi tempat tinggal dan
perlakuan dari orang lain.
Keberhasilan penyesuaian diri lansia tersebut dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : persiapan
untuk hari tua, pengalaman masa lampau, kepuasan dan kebutuhan, kenangan akan
persahabatan lama, anak-anak yang telah dewasa, sikap sosial, sikap pribadi, metode
penyesuaian diri, kondisi fisik, kondisi tempat tinggal, kondisi ekonomi.
Mengenai kebahagiaan yang menjadi tujuan akhir layanan BK bagi lansia, Hurlock
mengetengahkan tiga komponen kebahagiaan,  yaitu Acceplance,
affection, dan achievement. Acceptance menunjukkan lansia dapat menerima dan
memahami diri sendiri dan akhirnya diterima orang lain. Affection menunjukkan lansia
memiliki rasa cinta kasih pada lansia. Achievement menunjukkan lansia masih mampu
berprestasi, dan merasa bangga dengan prestasi yang dicapai, serta orang lain menghargai
prestasinya. Kebahagiaan lansia tersebut sifatnya relatif, temporal, spasial dan setiap budaya
memiliki sumber kebahagiaan yang berbeda-beda. Setiap lansia dalam budaya apapun, latar
belakang sosial ekonomi yang berbeda memiliki dan dapat merasakan kebahagiaan, dan
sumber kebahagiaan setiap lansia dapat berbeda-beda. Ada lansia yang merasa sangat
bahagia melihat anak-anak dan cucu-cucunya rukun, ada lansia yang sangat bahagia dapat
berkarya yang bermanfaat, ada lansia yang merasa sangat bahagia karena di usia senja
mereka dapat beribadah dan mendekat kepada Tuhan dengan sedekat-dekatnya, dan
sebagainya.
Dalam melihat kebahagiaan lansia, Monks mengetengahkan dua teori, yaitu :
a.Teori pelepasan (disengegement)
yaitu kebahagiaan lansia terwujud karena lansia melepaskan berbagai beban dan kewajiban
sosial. Pelepasan tersebut dapat berasal dari lansia sendiri, yaitu dengan, sengaja makin
melepaskan dirinya dari berbagai ikatan, dan dari luar lansia, yaitu lansia dilepaskan oleh
kehidupan bersama karena kondisi yang tidak memungkinkan. Teori tersebut dikritik oleh
berbagai fihak, karena dengan pelepasannya itu lansia justru mengalami kesepian dan
terisolasi.
b.Teori aktivitas
yaitu dengan tetap melakukan aktivitas, pala lansia akan memperoleh kepuasan dan
kebahagiaan, mereka merasa bermanfaat bagi orang lain, masih punya harga diri. layanan.
Dalam hal ini Lombada menekankan dua bentuk pelayanan kepada lansia yaitu remidial dan
prevention. Metode pelayanan dapat berbentuk layanan langsung, pelatihan dan melalui
media.
Kegiatan pelayanan BK pada lansia dapat berbentuk layanan orientasi, layanan informasi,
layanan penempatan/penyaluran, layanan pembelajaran, konseling individual, konseling
kelompok, dan bimbingan kelompok. Teknik pelayanan BK dapat menggunakan berbagai
model bimbingan dan konseling. Diantara metode bimbingan seperti ceramah, sosiodrama,
karyawisata, psikodrama, home room dan sebagainya. Diantara model konseling seperti
client centered, konseling eksistensial humanistik (terutama logoterapi), konseling
behavioral dan sebagainya. Dari berbagai metode dalam layanan BK pada lansia, ada dua
metode  yang populer yaitu BK kelompok sebaya lansia, dan konseling keluarga.
Dilihat dari bidang pelayanan, maka pelayanan BK pada lansia dapat memacu pada
pelayanan BK pada umumnya, yaitu bidang pribadi, bidang sosial, bidang karir, dan bidang
belajar. Keempat bidang tersebut saling terkait.
a.Pelayanan bidang pribadi
Pelayanan bidang pribadi membantu lansia agar memiliki keimanan dan ketaqwaan,
kesehatan mental psikologis, dan kesehatan fisik.
1.Bimbingan konseling kehidupan keagamaan/spiritual
Kehampaan, kehilangan makna hidup, penyesalan, ketakutan akan kematian dan sebagainya
sering dirasakan lansia. Kondisi tersebut berkaitan dengan kehidupan spiritual keagamaan. 
Layanan bidang ini bukan untuk mengubah keimanan lansia terhadap agama, tetapi lebih
pada membangkitkan kekuatan spiritualnya dalam menghadapi kehidupan, sehingga para
lansia, memiliki kecerdasan spiritual (spiritual intelligent).
Para lansia dibimbing dikembangkan komitmen,  penghayatan dan pengamalan keagamaan,
melalui berbagai kegiatan, misalnya melalui perkumpulan (jamaah) sesama lansia yang diisi
ceramah misalnya tentang perjalanan kehidupan, praktek keagamaan (dalam lslam misalnya
melakukan dzikir) dan sebagainya. Bimbingan agama hendaklah lebih menekankan pada
sentuhan emosional/ perasaan bukan aspek rasional, menekankan aspek hakekat/makrifat
bukan syariat. Dengan demikian diharapkan para lansia dapat mengisi usia senjanya dengan
kehidupan yang lebih bermakna, sehingga rasa kehampaan, kesepian, ketidakbermaknaan,
penyesalan semakin berkurang, dan diganti dengan kehidupan yang penuh pengharapan,
optimisme, sabar dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lansia dapat merasakan
makna dalam derita (meaning in suffering), dan hikmah dalam musibah (blessing in
disquise).
Dalam hal penghayatan keagamaan pada lansia ini, Dadang Hawari (1996) mencatat betapa
besarnya pengaruh komitmen agama pada lansia terhadap kesehatan fisik dan mental, yaitu :
a)Lanjut usia yang non religius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada yang
religius.
b) Lansia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat daripada yang non religius.
c) Lanjut usia yang religius lebih kebal dan lebih tenang menghadapi operasi.
d) Lansia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang kurang religius,
sehingga gangguan mental emosionalnya lebih kecil.
e)Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir (kematian)
daripada yang kurang religius.
2.Bimbingan konseling kesehatan mental dan psikologis
Diantara problem psikologis lansia yang pokok adalah rasa inferiority (rendah diri), atau rasa
harga diri yang kurang, sehubungan dengan proses penuaan dan keuzuran. Problem tersebut
akan berkembang menjadi problem yang lain. Oleh  karena itu konselor lansia harus
berusaha untuk membantu lansia mengatasi problem tersebut.
Dadang Hawari mengutip teori Heinz Kohut akan pentingnya aspek “narcissisme”
(kecintaan pada diri sendiri) pada lansia. Para lansia hendaknya tetap memiliki harga diri,
mampu mengatasi cidera narcistiknya akibat proses penuaan, terlebih manakala kehilangan
dukungan dari orang-orang sekitarnya.  Untuk tetap memelihara rasa harga diri pada lansia,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
a.Adanya jaminan sosial-ekonomi yang cukup memadai untuk hidup di usia lanjut.
b.Adanya dukungan dari orang-orang yang melindungi dirinya dari isolasi sosial dan
memperoleh kepuasan dari kebutuhan ketergantungannya pada pihak lain.
c.Kesehatan jiwa agar mampu beradaptasi dengan perubahan  perkembangan pada tahap
lanjut usia.
d.Kesehatan fisik agar mampu menjalankan berbagai aktivitas secara produktif dan
menyenangkan.
e.Kebutuhan spiritual agar diperoleh ketenangan batiniah.
Rasa inferioritas dan harga diri yang rendah tersebut karena para lansia umumnya
kehilangan otoritas dalam segala hal, demikian pula ketergantungannya kepada pihak lain.
Oleh karena itu tugas konselor adalah mengusahakan agar para lansia tetap memiliki
otoritas, otonomi diri, dan punya kemandirian dalam hal- hal tertentu. Kondisi tersebut akan
terwujud jika lingkungan mendukungnya, terutama peran anggota keluarga lansia.
Dalam menghadapi permasalahan psikologis, Kartini  Kartono dan Jenny Andari (1989)
memberi saran kepada lansia, yaitu “pada usia maghribi para mantan harus lebih sabar,
sareh, sumarah, sumeleh hati, dan tidak lagi bermimpi dan berfantasi ngayawara, yang
bukan-bukan”.
3. Layanan BK kesehatan fisik
Kesehatan fisik merupakan masalah umum para lansia. Upaya mengatasi masalah tersebut
menjadi kewenangan dokter atau ahli kesehatan. Yang terpenting bagi konselor, terutama
bagi anggota keluarga lansia adalah memberikan dukungan, support, dan lingkungan yang
menunjang agar para lansia dapat menerima  dan dapat menyesuaikan dengan kondisi
kemunduran fisik secara positif dan konstruktif.
4.Bimbingan bidang sosial
Mengacu pada teori pelepasan (disengagement), maka para lansia perlu dikurangi tanggung
jawab dan beban sosialnya, lansia tinggal menikmati masa tuanya di rumah. Namun banyak
lansia yang mengalami kesepian, kesendirian, terisolasi dengan adanya pelepasan tanggung
jawab tersebut. Jika demikian maka lansia perlu dilibatkan dalam aktivitas sosial yang cocok
dengan kondisinya, misalnya lansia dijadikan sesepuh dalam suatu kegiatan, menyampaikan
doa, nasehat dan sebagainya. Dengan aktivitas tersebut lansia merasa masih bermanfaat,
punya kebanggaan.
Bimbingan dan Konseling lansia sebaya perlu diselenggarakan melalui perkumpulan lansia,
sebagai wahana bertukar wawasan, berbagi rasa, supaya merasa tidak sendirian. Bagi
anggota keluarga lansia (anak dan cucu), perlu memberikan dukungan kepada lansia,
menciptakan suasana kehangatan dan atensi yang cukup. Jika keluarga lansia tidak ada
waktu memberikan kehangatan, atensi dan dukungan mungkin panti wreda akan
memberikan suasana persahabatan dan kehangatan. Budaya timur umumnya kurang
menerima kalau lansia ditempatkan di panti wreda.
5.Bimbingan karir
Kemiskinan, pengangguran, atau kerja berat umumnya menjadi masalah para lansia. Para
lansia jelas memerlukan aktivitas dalam bentuk berkarya. Dengan bekerja, di samping
memiliki nilai ekonomi, juga memberikan nilai tambah bidang sosial dan psikologis,
sehingga mereka akan memiliki harga diri, kemandirian. Mengingat berbagai kondisi fisik,
psikologis dan budaya, tentu lansia meniti karir yang sesuai dengan kondisinya, misalnya
bekerja yang tidak menuntut kekuatan dan kecepatan, otot. Beberapa bentuk karir lansia
seperti beternak, bertanam, menulis, berdakwah, meneruskan usaha sebelumnya dengan
mengurangi perannya.
6 Bimbingan bidang belajar
Para lansia perlu terus diberikan pelayanan yang sifatnya pembelajaran, agar mereka lebih
mampu menjalankan tugas perkembangannya. Para lansia diberi kesempatan untuk
mengikuti perkembangan informasi melalui media massa, buku-buku, pelatihan, ceramah
dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Individu usia lanjut umumnya memiliki sikap yang lemah, baik lemah terhdapa kondisi fisik maupun
lemah menyesuaikan dengan lingkungannya. Yang perlu digaris bawahi adalah meraih usia panjang tidak
hanya persoalan untuk menjaga fisik pada lansia, tetapi yang lebih penting adalah mental seseorang
dalam menyikapi rentang hidupnya. Seperti halnya usia lanjut disini mereka harus mampu menyikapi
rentang hidupnya dengan berusaha memahami keadaan yang ada pada dirinya.

Pelayanan BK secara professional pada usia lanjut belum banyak dilakukan. Berbagai pelayanan
terhadap lansia, baik oleh anak-anaknya, lembaga keagamaan. LSM, umumnya dilakukan tidak secara
utuh, yang kadangkala kurang memahami permasalahan lansia secara menyeluruh. Di lembaga
keagamaan misalnya lebih menekankan aspek spiritual, di pusat-pusat rehabilitasi sosial khususnya di
panti wreda sudah diupayakan  pelayanan secara optimal, namun penekanannya masih dalam aspek
fisik kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.

Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2014.

Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi


kelima) di terjemahkan oleh Istiwidayanti Jakarta: Erlangga, 1996.

Monks F.J, Konoers A.M.P, dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada, 1994

Jalaluddin, Pslkologi Agama Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip


Psikologi Jakarta: Rajawali Pers, 2002

[1]  Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2008), hlm. 15-16.

[2] Ibid., hlm. 16-17.

[3]  Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Berbasis Integrasi) (Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2014), hlm. 21.

[4] Ibid., hlm 23.

[5] Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan (edisi kelima) di terjemahkan oleh Istiwidayanti. (Jakarta : Erlangga, 1996), hlm. 380.

[6] Monks F.J, Konoers A.M.P, dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan. (Yogyakarta :


Universitas Gadjah Mada, 1994), hlm. 76.

[7] Ibid., hlm. 78.

[8]  Jalaluddin, Pslkologi Agama Memahami Perilaku Dengan Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip


Psikologi ( Jakarta: Rajawali Pers, 2002),  hlm. 109.

[9]  Monks F.J, Konoers A.M.P, dan Siti Rahayu Haditono,  Op.Cit., hlm. 80.

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js diakses pada 1 Desember 2021 pukul


14.57 WIB

Anda mungkin juga menyukai