Anda di halaman 1dari 3

1.

SISWA BERESIKO
Anak beresiko adalah anak-anak yang terindentifikasi memiliki potensi untuk mengalami kegagalan
dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Hamdani (2015) mengatakan ada tiga alasan untuk
menyatakan bahwa anak memiliki potensi gagal di sekolah atau berkesulitan belajar, berikut
penjelasannya;
Hasil pemeriksaan medis
Melalui pemeriksaan medis pada masa bayi dan masa kanak-kanak dapat diprediksikan bahwa
Adanya kemungkinan kelak menjadi anak berkesulitan belajar, meskipun prediksi ilmiah tidak
selamanya tepat tetapi dapat digunakan untuk usaha intensif dalam mencegah terjadinya
penyimpangan pada anak di masa yang akan datang.
Resiko biologis
Resiko biologis menunjuk pada suatu kemungkinan yang didasarkan atas riwayat medis dan
kesehatan data menimbulkan kesulitan belajar di sekolah. Adapun contoh risiko biologis adalah
prematuritas dan orang tua yang berkesulitan belajar meskipun tidak pasti tetapi banyak kasus di
sekolah bahwa anak berkesulitan belajar adalah anak-anak yang memiliki latar belakang prematuritas
sehingga dapat diwaspadai akan pertumbuhan dan perkembangannya.
Resiko lingkungan
Terkait dengan adanya kekurangan stimulasi lingkungan sosial yang menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan anak tidak optimal. Stimulasi tersebut mencakup fisik, emosi, kognitif dan intuisi. Dari
penyebab lingkungan tersebut dapat diketahui dan diprediksikan serta diintervensi penyebab anak
dalam berkesulitan belajar.

2. SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS


Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental emosi atau fisik.Di Indonesia
sebagaimana yang telah kita ketahui pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan
asal-usul, status ekonomi maupun keadaan fisik seseorang termasuk anak- anak yang mempunyai
kelainan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 31. Dalam undang-undang nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Hamdani: 2015).
Hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-
anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus (special needs children). Anak
berkebutuhan khusus dapat diartikan secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) alami gangguan
(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya
(Hamdani: 2015). Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus seperti
disability, impairment, dan hendicap.
Menurut world health organization (Hamdani: 2015) definisi masing-masing istilah adalah sebagai
berikut:

Keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment ) untuk menampilkan
aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal biasanya digunakan dalam level
individu.

Kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis atau struktur anatomi atau fungsinya biasanya
digunakan pada organ.

Ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi atau
menghambat pembusukan peran yang normal pada individu.

JENIS-JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Hamdani (2015) mengatakan yang termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus antara lain:

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Karena tunanetra memiliki
keterbatasan dalam indera penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang
lain yaitu Indra peraba dan Indra pendengar. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat
bersuara.
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah gangguan
pendengaran sangat ringan (27-40dB), gangguan pendengaran ringan (41-55dB), gangguan
pendengaran sedang (56-70 dB),
gangguan pendengaran berat (71-90dB), gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas
91 dB). Karena memiliki hambatan dalam pendengaran Individu memiliki hambatan dalam berbicara
sehingga mereka bisa disebut tuna wicara.
Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan
disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku muncul dalam masa perkembangan.
Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ ialah sebagai berikut:
Tuna grahita ringan (IQ:51-70), tunagrahita sedang (IQ:36-51), tunagrahita berat (IQ:20-36),
tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20). Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititikberatkan
pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuromuskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk
celebral paisy, amputasi,polio dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu
memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi,
sedang yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik. Berat
yaitu itu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.
Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Individu tunalaras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang tidak sesuai dengan norma dan aturan
yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal
yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Kesulitan belajar
Kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada zat atau lebih kemampuan dasar
psikologi yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara yang disebabkan karena
gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak,dislexia, dan afasia perkembangan. Individu
kesulitan belajar memiliki IQ rata- rata atau di atas rata-rata. Mengalami gangguan motorik
persepsimu tarik gangguan koordinasi gerak gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan
perkembangan konsep.

3. PENDEKATAN PEMBELAJARAN SESUAI DENGAN KEBERAGAMAN PESERTA


DIDIK.
Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja yang menentukan tetapi juga
timur yang mendukung (Hamdani 2015) Berikut ini adalah komponen Tim work :
Guru pendidik khusus adalah mereka memberikan pembelajaran sehari-hari dan dukungan
lain bagi siswa berkebutuhan khusus
Bilingual special educator adalah guru yang memiliki pengetahuan baik di bidang bahasa
maupun pendidikan khusus.
Early childhood special educator adalah mereka yang memberikan pelayanan pada balita
Amerika dapat melakukan kerjasama dengan guru-guru di sekolah dalam hal pendidikan
umum.
Speech/language pathologist adalah mereka yang mendiagnosis anak-anak berkebutuhan
khusus, mendesain tindakan dan layanan yang tepat serta memonitor kemajuan nya.
School psychologist adalah mereka yang memiliki kompetensi untuk menentukan kebutuhan
anak-anak berkebutuhan khusus.
School counselor adalah mereka yang menangani bukan saja siswa biasa tetapi juga siswa
berkebutuhan khusus pada sekolah reguler.
School social worker adalah mereka yang mengkoordinasikan usaha-usaha pendidik keluarga
dan orang-orang lembaga yang terkait untuk memastikan bahwa siswa dapat menerima semua
pelayanan yang mereka butuhkan.
Social nurse adalah mereka yang bertanggung jawab dalam memeriksa dan menjaga
kesehatan siswa serta mengatur distribusi obat-obatan yang dibutuhkan siswa
Educational interpreter adalah mereka yang membantu siswa yang mengalami kesulitan
mendengar dengan menggunakan bahasa isyarat
General education teacher adalah guru pada kelas reguler yang memiliki kemampuan untuk
memberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus
Pereducator adalah para profesional bekerja di bawah arahan guru atau profesional dalam
memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus.
Parent atau orang tua siswa yang memberikan kontribusi terhadap sekolah mengenai
perkembangan serta kehidupan anaknya di luar sekolah
Edition high specialised service provider adalah yang memiliki keahlian spesifik di bidang
tertentu guna menangani siswa yang membutuhkan pelayanan khusus secara unik.
Keberagaman adalah untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik tertentu atau kelompok
kecil peserta didik dari pola pembelajaran yang lebih khusus untuk seluruh kelas agar peserta
didik menyukainya. Beberapa prinsip mendasar yang mendukung keberagaman ialah sebagai
berikut :
Kelas dengan kondisi peserta didik yang beragam, guru dan peserta didik memahami materi
cara mengelompokkan peserta didik cara mengakses pembelajaran dan elemen kelas lainnya
merupakan alat yang bisa digunakan dalam berbagai cara untuk menunjukkan keberhasilan
individu dalam seluruh kelas.
Keberagaman datang dari hasil penilaian afektif dan terus-menerus dari kebutuhan belajar
peserta didik, dalam kelas yang bervariasi perbedaan peserta didik diharapkan dapat dihargai
dan didokumentasikan sebagai dasar untuk merencanakan pembelajaran prinsip ini
mengingatkan kita akan hubungan dekat antara penilaian dan tugas. Kita bisa mengajar lebih
efektif jika kita tahu kebutuhan dan minat peserta didik dalam kelas yang bervariasi seorang
guru melihat semua hal yang dikatakan peserta didik atau menciptakan informasi yang
berguna untuk dipahami peserta didik.
Guru dan peserta didik dapat bekerja sama dalam pembelajaran, guru mengakses kebutuhan
belajar memfasilitasi pembelajaran dan merencanakan kurikulum yang efektif. Dalam kelas
diferensiasi guru mempelajari peserta didiknya dan terus melibatkan mereka untuk membuat
keputusan tentang kelas hasilnya peserta didik menjadi pembelajar yang lebih mandiri.
Semua peserta didik mempunyai pekerjaan yang sesuai, di dalam kelas yang bervariasi tujuan
guru adalah agar setiap peserta didik mereka tertantang terus sehingga pekerjaannya menarik
atau menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai