Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Syaifurrijal

Nim : 16410158
REVIEW FILM GIFTED (2017)
1. Bagaimana silsilah keluarga dan kondisi keluarga?
Marry Adler, bocah usia 7 tahun yang menjadi tokoh utama dalam film ini berasal dari
keluarga yang memiliki bakat intelektual di atas rata-rata. Ibunya Diena Adler yang
merupakan seseorang ilmuwan matematika jenius, keberuntungan genetis yang jika ditarik ke
atas lagi didapat dari Neneknya, Evelyn Adler. Ibunya yang telah berhasil memecahkan
rumus matematika Navier-Stokes memilih bunuh diri karena beberapa permasalahan yang
mungkin tidak bisa dia selesaikan sendiri, salah satunya yang menganggap dirinya tidak bisa
memecahkan Nevies-Stokes, dirinya dianggap lemah, sama seperti ayahnya yang juga lemah,
semua orang menganggapnya lemah dan tak bisa diandalkan, hanya paman marry (Frank)
yang tau bahwa Diena berhasil memecahkan Navier-Stokes tersebut. Lahirnya Marry
membuat permasalahan baru dalam Diena karena dia takut apa yang dia rasakan dan apa yang
dia miliki juga terjadi pada Marry, keputusan akhir sebelum Diena memilih bunuh diri, dia
menitipkan Marry kecil pada Frank. Mary tinggal bersama pamannya, Frank, yang telah
mengasuhnya sejak ia kecil dan menjadi sosok ayah bagi Mary sejak ibunya meninggal dunia.
Frank pun memiliki IQ diatas rata-rata. Frank yang ternyata adalah seorang Profesor di
bidang filsafat mengasuh Marry sampai dia besar berumur 7 tahun. Seiring berjalannya waktu
dan usia Marry, Frank pun tau bahwa keponakannya memiliki keistimewaan dalam cara
berfikir yang jauh melampaui anak-anak seusianya sehingga membuatnya kurang memiliki
teman dan tidak mau keliar rumah kecuali bersama frank. Kemunculan Ny. Adler yang
merupakan ibu dari dari Diena datang untuk menjemput marry yang merupakan cucu dari
anaknya, dia ingin melatih dan menjadikan Marry seperti ibunya Diena, menjadi orang
terkenal sedunia dan menjadi salah satu dari 7 daftar orang terpintar sedunia. Akan tetapi,
besarnya ambisi Ny. Adler membuat anaknya sendiri Diena memilih untuk mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri, karena ketidak nyamanan akan sikap ibunya sendiri
terhadapnya yang hanya memikirkan eksistensi dirinya sendiri.
2. Bagaimana perkembangan kognitif?
Mary memiliki kemampuan matematika jauh diatas rata-rata teman sebayanya, sebagaimana
ditunjukkan dalam setting kelas. Ia menggelengkan kepalanya diatas meja saat gurunya
(Stevenson) mengajarkan pertambahan bilangan satuan. Pada saat itu Mary menganggap
bahwa pelajaran itu terlalu mudah, kemudian gurunya memberinya pertanyaan mengenai
hitungan hingga ke pertanyaan yang sulit dan tidak bisa dijawab oleh anak seusianya, tapi
Mary dapat menjawabnya dengan mudah. Selain gemar membaca, Mary juga memiliki
kemampuan berpikir yang bagus dan dapat memahami sesuatu dengan cepat. Berdasarkan
karakteristik keberbakatan Ellen Winner, Mary dapat diidentifikasi memiliki karakter
Precocity. Precocity didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memahami suatu
objek/hal/pelajaran lebih cepat dari anak seusianya. Mereka dapat menunjukkan progress
yang cepat dibanding anak lain seusianya ketika belajar sesuai domain yang dikuasainya.
Karena belajar dalam suatu domain lebih mudah bagi mereka. Domain adalah suatu area
pengetahuan yang terorganisasi seperti bahasa, matematika, musik, seni, dll. Dalam hal ini,
seperti yang ditunjukkan dalam adegan film, yaitu saat Mary dapat menjawab soal hitungan
bilangan dari gurunya dan juga dapat menyelesaikan soal ujian yang dirancang khusus untuk
menguji Marry.
3. Bagaimana perkembangan sosial-emosi?
Selain gemar membaca, Mary juga memiliki kemampuan berpikir yang bagus dan dapat
memahami sesuatu dengan cepat. Ia lebih suka berteman dengan orang yang lebih tua
darinya. Sebagaimana yang dikatakan Mary dalam adegan wawancara bersama hakim, Pat
Golding, bahwa teman seusianya ialah orang-orang yang membosankan. Ia juga memiliki rasa
ingin tahu yang besar dan sering mengajukan beberapa pertanyaan yang ingin ia ketahuinya
kepada Frank. Frank juga mengajarkan banyak hal kepada Mary dengan cara yang dapat
dipahami langsung oleh Mary. Di samping kelebihan yang Mary miliki, ia memiliki
kelemahan dalam relasi sosial. Atas hal tersebut, meskipun Mary direkomendasikan masuk
sekolah khusus anak gifted, Frank bersikukuh untuk menyekolahkannya di sekolah regular
agar Mary bisa bersosialisasi dengan teman seusianya. Marry tidak suka jika melihat teman
sebayanya ataupun teman kelasnya diganggu oleh teman yang usianya lebih dewasa, dia akan
meluapkan emosinya dengan cara apapun untuk memberi tahu bahwa bersifat nakal terhadap
teman itu tidak boleh, akan tetapi marry akan mengaku jika hal yang dia lakukan salah dan
meminta maaf. Marry pun akan mrnangis ketika dia tidak bersama frank. Dan akan merasa
takut ketika dia ditinggalkan oleh frank, karena dia hanya ingin melalui semuanya bersama
frank, hanya frank yang dipercayainya dan temannya yang merupakan tetangganya juga bisa
membuatnya senang.
4. Bagaimana dinamika psikologis?
Terdapat beberapa dinamika psikologis yang cukup kuat sehingga intervensi yang dilakukan
dalam film gifted ini ialah menyekolahkan Mary di sekolah regular agar ia dapat memiliki
teman seusianya dan memiliki kemampuan sosial yang baik. Frank tidak menginginkan ia
menjadi seperti ibunya yang hanya fokus pada domainnya hingga tidak bisa membedakan
mana laki-laki baik dan jahat. Frank menginginkan Mary dapat hidup layaknya anak normal
lain. Kemudian, mengingat pelajaran di sekolah regular dinilai membosankan untuk Mary, Ia
direkomendasikan untuk bersekolah di Sekolah khusus anak gifted. Hal ini dimaksudkan agar
Mary dapat menerima pelajaran sesuai dengan kemampuannya. Setelah melewati banyak
pertimbangan akhirnya Frank mengizinkan Evelyn (neneknya) untuk membawanya ke
sekolah tersebut. Mary pun akhirnya mengikuti sekolah bersama orang yang kemampuannya
setara. Mary juga mengakui bahwa sekolah tersebut menyenangkan baginya.
5. Bagaimana proses belajarnya?
Kebiasaan Marry dalam membaca buku dan memahami isinya membuat dia mengetahui
segala yang pernah dia pelajari, meskipun marry belajar sendiri dan mengasah otaknya sendir
itu tidak masalah baginya selama dia tidak diganggu, Frank ingin menyekolahkan marry
seperti teman sebayanya, akan tetapi marry tidak mau karena menganggap teman sebayanya
merupakan teman yang akan membuatnya sangat bosan, sehingga dia enggan untuk
bersekolah kecuali frank memaksanya untuk sekolah, perkembangan kognitifnya pun sangat
pesat, dia memahami dan bisa menjawab segala persoalan ataupun rumus rumus matematika
yang rumit atau bahkan seumuran dia yang masih 7 tahun sudah bisa menjawab rumus yang
orang pintar pun tidak bisa menjawabnya.

Anda mungkin juga menyukai