Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA REMAJA

Disusun guna memenuhi tugas :


Mata Kuliah : Psikologi Agama
Dosen Pengampu :

DISUSUN OLEH KELOMPOK AS-SHIDIQ :


1. M. Rizqon (2021315500)
2. Nurul Fadhilah S. (2021315508)
3. Alim As-Shidiq (2021315513)

JURUSAN TARBIAH PROGDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahan kepada nabi Muhammad saw. yang
menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui ilmu tentang
Psikologi Agama yang diberikan oleh dosen mengenai Perkembangan Agama Pada Masa
Remaja. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas, tujuan penulis selanjutnya adalah untuk
mengetahui bagaimana pengertian dari remaja, bagaimana perkembangan fisik dan psikis
pada remaja, bagaimana perkembangan agama pada masa remaja, apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan agama pada masa remaja, bagaimana ciri-ciri kesadaran
beragama pada masa remaja, bagaimana sikap remaja dalam beragama?
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan kurangnya ilmu pengtahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih
perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat
dan maslahat bagi semua orang.

Wasalamu'alaikum Wr.Wb

Pekalongan, Oktober 2016

Penyusun
FILOSOFI NAMA AS-SHIDIQ

Siddiq artinya benar. Benar adalah suatu sifat yang mulia yang menghiasi akhlak
seseorang yang beriman kepada Allah dan kepada perkara-perkara yang ghaib. Ia merupakan
sifat pertama yang wajib dimiliki para Nabi dan Rasul yang dikirim Tuhan ke alam dunia ini
bagi membawa wahyu dan agamanya.

Pada diri Rasulullah SAW, bukan hanya perkataannya yang benar, malah
perbuatannya juga benar, yakni sejalan dengan ucapannya. Jadi mustahil bagi Rasulullah
SAW itu bersifat pembohong, penipu dan sebagainya.

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya. (QS An-Najm: 4~5)

Kejujuran adalah sifat rosul dimana Rosul juga menganjurkan untuk berprilaku dan
berkata jujur,karena kejujuran adalah jalan untuk menuju kemenangan yaitu surga atau
jannah.walaupun kejujuran kadang membawa kepahitan,

Kaitannya kejujuran dengan psikology atau ilmu kejiwaan, yaitu dengan berprilaku dan
berkata jujur kita dapat mengurangi beban pikiran karena apa yang kita lakukan dan katakana
sesuai dengan kenyataan yang ada dan sesuai dengan kata hati, bahkan sebaliknya jika kita
berbohong tentunya hal tersebut akan mempengaruhi pikiran dan menjadi sebuah beban
psikis kita selain itu kita merasa tertekan dan di kejar kejar akan kebohongan tersebut,

Kaitannya dengan pergaulan remaja sekarang tentunya kita tahu betul bahwa remaja
sekarang sudah terpengaruh budaya luar sehingga kejujuran bukan prioritas utama melainkan
kesenangan untuk dirinya bahkan menghalalkan berbagai cara.

Salah satu contohnya ialah membohongi uang SPP sekolah yang seharusnya di bayarkan
malah di gunakan untuk kesenangan dirinya dan masih banyak contoh lainnya. Harapan kami
selanjutnya sehabis ini kita dapat menjunjung tinggi nilai kejujuran, khususnya untuk pribadi
saya dan kami semua, karena JUJUR PANGKAL MUJUR.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

TENTANG AS-SHIDIQ................................................................................................. iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja
B. Perkembangan Fisik dan Psikis Pada Remaja
C. Perkembangan Agama Pada Masa Remaja
D. Faktor-aktor yang Mempengaruhi Perkembangan Agama Pada Masa Remaja
E. Ciri-ciri Kesadaran Beragama Pada Masa Remaja
F. Sikap Remaja dalam Beragama

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase) remaja.
Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan
individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa
dewasa yang sehat.
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki
tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa:
Juvenilitas (adolescantium), pubertas dan nubilitas. Sejalan dengan perkembangan
jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja turut dipengaruhi perkembangan
itu. Maksudnya penghayatan para remaja terhadap ajaran agama dan tindak keagamaan
yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan tersebut.
Agama dan Remaja merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji, hal
itu karena kehidupan remaja dan kehidupan keagamaan merupakan dua istilah yang
tampak berlawanan, kehidupan keagamaan sering ditafsirkan dengan kehidupan yang
penuh dengan ketenangan, kedamaian dan kemapanan. Sedangkan kehidupan remaja
cenderung akan kehidupan yang penuh dengan gejolak, kegoncangan, dan
pemberontakan.
Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu
sistem tentang keyakinankeyakinan, sikap-sikap dan praktek-praktek yang kita anut,
pada umumnya berpusat sekitar pemujaan. Bagi kebanyakan orang, agama merupakan
jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka
melekatkan dirinya dan untuk menopang harapanharapannya.
Sedangkan, Kehidupan remaja merupakan masa perkembangan setelah masa
anakanak menuju dewasa, dari masa tanpa identitas menuju masa kepemilikan identitas
diri. Pada fase tersebut perkembangan semua aspek dari dalam diri remaja dipengaruhi
oleh suasana transisi yang penuh dengan gejolak. Kemampuan melewati masa transisi
inilah yang kemudian akan membawa kepada fase kedewasaan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dari remaja?
2. Bagaimana perkembangan fisik dan psikis pada remaja?
3. Bagaimana perkembangan agama pada masa remaja?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan agama pada masa remaja?
5. Bagaimana ciri-ciri kesadaran beragama pada masa remaja?
6. Bagaimana sikap remaja dalam beragama?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REMAJA
Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adoloscentia yang
berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Kata tersebut mengandung aneka kesan,
ada yang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang potensinya dapat
dimanfaatkan dan kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dalam masa
depan.
Masa remaja merupakan masa perkembangan menuju kematangan jasmani,
seksualitas, pikiran dan emosional. Masa remaja kadang panjang kadang pendek
tergantung lingkungan dan budaya di mana remaja itu hidup. Kehidupan remaja itu
sendiri merupakan salah satu fase perkembangan dari diri manusia. Fase ini adalah masa
transisi dari masa kanak-kanak dalam menggapai kedewasaan. Disebut masa transisi
karena terjadi saling pengaruh antara aspek jiwa dengan aspek yang lain, yang
kesumuanya akan mempengaruhi keadaan kehidupan remaja.
Masa remaja adalah suatu masa peralihan dari masa yang disebut kanak-kanak ke
masa yang disebut dewasa. Dalam kehidupannya manusia melewati beberapa fase
kehidupan yaitu prenatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua. Fase-fase
tesebut selalu berubah, sehingga mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia
itu sendiri. Dalam hal ini, fase remaja merupakan fase yang paling unik dalam kehidupan
manusia. Pada fase ini, remaja merasa bukan kanak-kanak lagi, namun belum bisa
memikul tanggung jawab seperti halnya orang dewasa, hal ini mengakibatkan
kegoncangan atau ketidakstabilan pada remaja yang tampak pada tingkah laku sehari-
hari, baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat.
Dalam ajaran islam, istilah remaja tidak dikenal khusus, karena memang belum
jelas, begitu juga batasan usia remaja. Adapun yang dikenal dalam islam adalah baligh.
Pertumbuhan akal merupakan hal yang abstrak dan berproses sejalan dengan
perkembangan waktu sampai batas yang kongkret unsur baligh yang memisahkan antara
kesempurnaan dan kekurangan akal pada saat sampai batas usia itulah taklif mulai
berlaku (M. Abu Zahrah, t.th.503).1

B. PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKIS PADA MASA REMAJA


Perkembangan fisik pada remaja mengalami perkembangan dengan cepat lebih
cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan fisik
mereka terlihat jelas pada tungkai kaki dan tangan, otot-otot tubuh bekembang pesat
sehingga kelihatan bertubuh tinggi tetapi kepalanya masih mirip anak-anak.
Segala fungsi jasmaniah pada fase ini mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan
jasmani mereka dapat dianggap sama dengan orang dewasa. Demikian pula, segi seks.

1 Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani, Psikologi Belajar dalam Perspektif Islam, Cet. Ke-1 (Bogor :
Ghalia Indonesia), hlm.111
Mereka telah mampu berketurunan. Pertumbuhan jasmani dari luar dan dalam (kelenjar)
yang telah matang itu akan mengakibatkan timbulnya dorongan-dorongan seks, yang
perlu mendapat perhatian. Dorongan yang bersifat biologis tersebut menimbulkan
kegoncangan emosi, yang selanjutnya membawa berbagai tindakan, kelakuan, atau sikap
yang menjurus ke arah pemuasan dorongan tersebut.
Pada pria akan nampak hal-hal seperti: (a) timbulnya rambut di daerah alat kelamin
public hair (b) timbulnya rambut di ketiak axillary hair seringkali tumbuh rambut di
lengan, kaki dan dada (c) kulit menjadi lebih kasar (d) kelenjar yang menghasilkan
lemak di kulit sebacious menjadi aktif sehingga timbul banyak kukul jerawat (e)
kelenjar keringat bertambah besar dan aktif sehingga banyak keringat keluar (f) otot
tubuh, kaki dan tangan membesar (g) timbulnya perubahan suara pada umur kurang
lebih 13 tahun suara mulai membesar.
Sedangkan pada wanita akan nampak hal sebagai berikut: (a) Perkembangan
pinggul yang membesar dan menjadi bu lat disebabkan oleh membesarnya tulang
pinggul pelvis (b) perkembangan buah dada (c) timbulnya rambut di daerah kelamin
(d) timbulnya rambut di ketiak (e) kelenjar sebaceous menjadi lebih besar dan aktif yang
menyebabkan timbulnya jerawat (f) kelenjar keringat menjadi lebih aktif (g) tumbuhnya
rambut di lengan dan kaki.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa yakni
antara 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja, menunjukkan ke masa
peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batas umurnya. Masa
remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda
kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada wanita dan
pada laki-laki lebih tua sedikit.
Kadangkala terlihat adanya seorang remaja putri sudah mulai masaremajanya pada
umur 9 atau 10 tahun, tetapi ini merupakan suatu terkecualian. Tiba-tiba bagian tubuh
bertambah panjang, yakni lengan dan kaki, dan meningginya badan merupakan tanda
permulaan yang mudah dikenal. Saat berakhirnya masa remaja sulit ditentukan,
mengingat pengertian mandiri yang berbeda-beda. Masyarakat yang majemuk dengan
kebudayaan dan peradaban yang tinggi memerlukan masa remaja yang panjang untuk
menjalani semua persiapan pendewasaan agar mampu hidup mandiri.2
Dalam aspek psikis, Stanley Hall mengemukakan bahwa perkembangan psikis
banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis. Faktor-faktor fisiologis ini ditentukan
oleh genetika, di samping proses pematangan yang mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan.3 Pada usia ini pribadi mereka masih mengalami kegoncangan dan ketidak
pastian. Perhatian lawan jenis sangat diharapkan, apabila tidak mendapatkan perhatian

2 Singgih D.Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Cet. Ke-13 (Jakarta : Gunung
Mulia), hlm.203
dari lawan jenis maka terkadang akan merasa sedih, menyendiri, atau akan mencoba
untuk melakukan hal-hal yang menarik perhatian. Bahkan kadang-kadang ada yang
mengalami kegoncangan jiwa dengan bermacam-macam gejala.
Pada umur ini, mereka merasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi remaja.
Mereka akan merasa sedih, apabila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat dan
teman-temannya. Karena itu, mereka tidak mau ketinggalan mode atau kebiasaan
temantemannya. Kadang-kadang mereka juga marah kepada orang tuanya apabila
mereka mencoba membatasi mereka. Mereka juga sering marah pabila ditegur, dikritik,
atau dimarahi di depan teman-temannya karena takut akan kehilangan penghargaan
dirinya.
Ada empat perubahan yang bersifat universal selama masa remaja, yaitu sebagai
berikut :
1. Meningkatnya emosi, intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikologis yang terjadi, perubahan emosi ini banyak terjadi pada masa awal remaja.
2. Perubahan fisik, perubahan minat dan peran, yang diharapkan oleh kelompok sosial
menimbulkan masalah-masalah baru, sehingga selama masa ini remaja merasa
ditimbuni masalah.
3. Dengan perubahan minat dan perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang
dianggap penting/bernilai pada masa kanak-kanak, sekarang tidak lagi. Kalau pada
masa kanak-kanak segi kuantitas yang dipentingkan, sekarang segi kualitas yang
diutamakan.
4. Sebagian besar remaja bersikap ambivalensi pada setiap perubahan. Mereka
menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab
akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk melaksanakan tanggung
jawab tersebut (M. Alisuf Sabri, 2007 : 26).4

C. PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASA REMAJA


Masa remaja merupakan masa pencapaian identitas, bahkan bisa dikatakan
perjuangan pokok pada masa remaja adalah antara identitas dan kekacauan peran. Pada
waktu orang remaja menemukan siapa dirinya yang sebenarnya atau identitasdiri,
tumbuhlah kemampuan untuk mengikat kesetiaan kepada suatu pandangan atau ideologi.
Pada usia remaja, sering kali kita melihat mereka mengalami kegoncangan atau
ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya, mereka kadang-kadang sangat tekun sekali
menjalankan ibadah, tetapi pada waktu lain enggan melaksanakannya. Bahkan
menunjukkan sekiap seolah-olah anti agama. Hal tersebut karena perkembangan jasmani

3 Ibid, hlm.205

4 Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani, Op.Cit, hlm.114


dan rohani yang yang terjadi pada masa remaja turut mempengaruhi perkembangan
agamannya. Dengan pengertian bahwa penghayatan terhadap ajaran dan tindak
keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan faktor
perkembangan jasmani dan mereka.
Zakiah Daradjat, Starbuch, William James, sependapat bahwa pada garis besarnya
perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang secara
kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda. Adapun penghayatan keagamaan
remaja adalah sebagai berikut:
1. Masa Remaja Puber (13-16)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan
terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan
agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami
kegoncangan. Kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi
kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara ibadanya yang kadang-
kadang rajin dan kadang-kadang malas. penghayatan rohani cenderung skeptis
sehingga muncul keengganan dan kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan
ritual yang selama ini dilakukannya dengan penuh kepatuhan.
Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul, karena disebabkan oleh
faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan dengan matangnya organ
seks, yang mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun di sisi
lain ia tahu bahwa perbuatannya itu dilarang oleh agama. Kondisi ini menimbulkan
konflik pada diri remaja. Faktor internal lainnya adalah bersifat psikologis, yaitu
sikap independen, keinginan untuk bebas, tidak mau terikat oleh norma-norma
keluarga (orangtua). Apabila orangtua atau guru-guru kurang memahami dan
mendekatinya secara baik, bahkan dengan sikap keras , maka sikap itu akan muncul
dalam bentuk tingkah laku negatif, seperti membandel, oposisi, menentang atau
menyendiri, dan acuh tak acuh.

2. Masa Remaja Awal (16-18)


Masa remaja terakhir dapat dikatakan bahwa anak pada waktu itu dari segi
jasmani dan kecerdasan telah mendekati kesempurnaan. Yang berarti bahwa tubuh
dengan seluruh anggotanya telah dapat berfungsi dengan baik, kecerdasan telah
dianggap selesai pertumbuhannya, tinggal pengembangan dan penggunaannya saja
yang perlu diperhatikan.
Akibat pertumbuhan dan perkembangan jasmani, serta kecerdasan yang telah
mendekati sempurna, atau dalam istilah agama mungkin dapat dikatakan telah
mencapai tingkat baligh berakal, maka remaja itu merasa bahwa dirinya telah
dewasa dan dapat berpikir logis. Di samping itu pengetahuan remaja juga telah
berkembang pula, berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh bermacam-macam
guru sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing telah memenuhi otak
remaja. Remaja saat itu sedang berusaha untuk mencapai peningkatan dan
kesempurnaan pribadinya, maka mereka juga ingin mengembangkan agama,
mengikuti perkembangan dan alur jiwanya ynag sedang bertumbuh pesat itu.
Kendatipun kecerdasan remaja telah sampai kepada tahap mendekati
sempurna. Mereka menuntut agar ajaran agama yang dia terima itu masuk akal,
dapat difahami dan dijelaskan secara ilmiah dan orisinil, namun perasaan masih
memegang peranan penting dalam sikap dan tindak agama remaja.
Menurut para ahli psikologi perkembangan, sifat atau karakteristik remaja
awal dapat di kelompokan menjadi delapan tipe, yaitu : tipe intelektual, tipe kalem,
tipe prenung, tipe pemuja, tipe ragu ragu, tipe sok bisa, Tipe kesadaran, tipe brutal.
Dan perbedaan karakteristik remaja tersebut akan terus berkembang sehingga
menjadi kepribadiannya setelah mereka menginjak dewasa nanti. Dengan
memahami perbedaan masing - ,masing tipe tersebut. maka akan memudahkan orang
tua dan guru untuk memberikan bimbingan sesuai dengan tipenya masing masing..

3. Masa Remaja Akhir (18 21)


Pertumbuhan fisik mas remaja akhir hampir mendekati kesempurnaan. Sedangkan
dari segi jiwa akan terus mengalami perkembangan. Adapun ciri ciri remaja akhir
yaitu :
a. Mulai menemukan identitas kepribadiannya
b. Mampu menentukan cita cita hidupnya yang lebih realitas
c. Mulai dapat memikul tanggung jawab
d. Mampu menghimpun norma norma sendiri
e. Dapat menentukan jalan hidupnya
Secara umumnya masa remaja akhir ini mengalami kegoncangan jiwa ,namun
berbeda dengan masa sebelumnya.
Diantara sebab kegoncangan perasaan, yang sering terjadi pada masa remaja
terakhir itu adalah pertentangan dan ketidakserasian yang terdapat dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat. Disamping itu, yang juga menggelisahkan remaja adalah
tampaknya perbedaan antara nilai-nilai akhlak yang diajarkan oleh agama dengan
kelakuan orang dalam masyarakat. Terutama yang sangat menggelisahkan remaja,
apabila pertentangan itu terlihat pada orangtua, guru-gurunya di sekolah, pemimpin-
pemimpin dan tokoh-tokoh agama. Banyak lagi faktor yang menggoncangkan jiwa
remaja, seyogyanya guru agama dapat memahaminya, agar dapat menyelami jiwa remaja
itu, lalu membawa mereka kepada ajaran agama, sehingga ajaran agama yang mereka
dapat itu, betul-betul dapat meredakan kegoncangan jiwa mereka.5

5 Ifa Nadhifah, Perkembangan Agama Pada Remaja,


http://ifadah26.abatasa.co.id/post/detail/49451/perkembanganagamapadaremaja.html, (9 Juni 2015), diakses 9
Oktober 2016
Kehidupan keagamaan mempunyai beberapa sisi, hal ini kemudian disebut sebagai
dimensi rasa keagamaan Verbit 1970 mengemukakan enam dimensi rasa agama, yaitu
doctrine, ritual, emotion, knowledge, ethic, dan community.
Perkembangan dimensi Doctrine. Doctrine adalah pernyataan tentang hubungan
dengan tuhan, oleh Stark dan Glock disebut dimensi belief yaitu keyakinan tentang
ajaran ajaran agama. Perkembangan dimensi agama pada usia remaja bersifat abstrak,
yang merupakan penilaian diri secara abstrak tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
Tuhan. Pemahaman agama pada masa remaja bisa merupakan kelanjutan dari apa yang
diperoleh pada usia kanakkanan, bisa juga merupakan hal baru yang diterima oleh
remaja. Tetapi dari segi cara pandang remaja terhadap kebenaran berkaitan dengan tuhan
atau kebenaran agama berbeda dengan masa sebelumnya.
Perkembangan dimensi Ritual. Ritual adalah dimensi rasa keagamaan yang
berkaitan dengan perilaku peribadatan yang menunjukkan pernyataan tentang keyakinan
diri terhadap tuhan dan ajarannya. Pada masa remaja, tujuan dan sifat peribadatan sudah
bersifat abstrak dan umum, serta sudah mulai terdapat dorongan dari dalam diri.
Intensitas dan kualitas peribadatan remaja ini sangat dipengaruhi oleh pembiasaan ritual
yang sudah ia terima semasa kanak kanak dan juga peristiwa peristiwa kejiwaan yang
sedang dialaminya.
Perkembangan Emotion keagamaan. Perkembangan dimensi emosi (emotion)
keagamaan remaja banyak dipengaruhi oleh perkembangan emosi pada umumnya.
Situasi emosi remaja banyak dipengaruhi oleh perasaan perasaan yang baru diantaranya
rasa khawatir (anxiety) yang muncul karena proses menuju kemandirian, raa
kebingungan (confusion and conflict) antara nilai dan realita yang ada di lingkungan
sekitarnya, juga timbulnya perasaan cinta terhada lawan jenisnya. Kesensitifan emosi
remaja disebabkan karena dalam diri mereka muncul sikap yang wajar menurut orang
dewasa.
Perkembangan pengetahuan keagamaan Perkembangan pengetahuan keagamaan
berkaitan dengan keterlibatan diri terhadap pemilikan pengetahuan yang meliputi semua
aspek keagamaan.perkembangan intelektual remaja merupakan fase formal operation.
Unsur pokok pemikirannya adalah pemikiran deduktif, induktif, dan abstraktif. Mereka
memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan reasoning dan logika. Pemikiran
keagamaan yang tertanam pada usia anak yang akan muncul lagi dengan disertai daya
kritik dan evaluasi terhadap pemikiran tersebut.
Etik keagamaan. Perkembangan etika keagamaan erat hubungan dengan
perkembangan moral, yaitu aspek jiwa yang berkaitan dengan dorongan untuk
berperilaku sesuai dengan aturan moral di lingkungannya. Perkembangan moral pada
usia remaja disebut fase autonomy, yaitu fase ketika orientasi moral didasarkan pada
prinsip prinsip aturan yang telah terinternalisasikan dalam hati nurani melalui otoritas
eksternal dan orientasi sosial.
Perkembangan orientasi sosial keagamaan. Kelompok kawan sebaya merupakan
faktor pemberi pengaruh yang cukup kuat terhadap perkembangan remaja, karena
kelompok kawansebayanya merupakan media pengembangan dorongan kemandiriannya
Kelompok teman sebaya seagama akan menjadi sumber proses pengayaan konsep
keagamaan remaja melalui proses aplikasi perilaku dan juga menumbuhkan rasa
kepedulian sosial keagamaan, sebagai dorongan diri yang diperlukan untuk dasar aplikasi
ajaran agam tentang ikatan social kemasyarakatan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN AGAMA


PADA MASA REMAJA
Perkembangan rasa keagamaan pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh
tumbuhnya hati nurani keagamaan, baik kualitasnya pada akhir usia anak maupun
perkembangan pada usia remaja. Hati nurani yang sudah tumbuh kuat pada akhir masa
anak-anak akan akan memudahkan perkembangan rasa keagamaan pada masa remaja.
Faktor consience atau hati nurani ini mempunyai padanan kata superego, inner
light dan inner policemen. Pada masa remaja, anak masuk ke dalam tahap pendewasaan,
dimana hati nurani (conscience) sudah mulai berkembang melalui pengembangan dan
pengayaan pada usia anak melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi nilai tersebut
terlaksana melalui proses identifikasi anak terhadap perilaku orang tuanya dan juga
orang orang di sekelilingnya yang memiliki kesan dominan secara kejiwaan, sehingga
terjadi proses imitasi sikap dan perilaku. Kekuatan dari kata hati sebagiannya justru
terletak pada ketidak mengertian anak, karena dengan begitu konsep nilai yang masuk
dalam diri anak terbentuk melalui proses tanpa tanya, begitu saja terserap tanpa adanya
reaksi dari dalam.
Proses kerja hati nurani dibantu oleh gejala jiwa yang lain yang disebut rasa
bersalah (guilt) dan rasa malu (shame), yang akan muncul setiap kali ia melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan hati nuraninya. Clark menyatakan bahwa kapasitas
untuk memiliki kata hati adalah merupakan potensi bawaan bagi setiap manusia, tetapi
substansi dari kata hati merupakan hasil dari proses belajar. Rasa bersalah (guilt) adalah
perasaan yang tumbuh jika dirinya tidak melakukan sesuatu sesuai dengan hati
nuraninya.
Beriringan dengan itu kemudian muncul rasa rasa malu (shame), yaitu reaksi emosi
yang tidak menyenangkan terhadap perkiraan penilaian negatif dari orang lain terhadap
dirinya. Kata hati, rasa bersalah dan rasa malu dalam perkembangan religiousitas adalah
mekanisme jiwa yang terbentuk melalui proses internalisasi nilai nilai keagamaan pada
usia anak, yang akan berfungsi sebagai pengontrol perilaku pada usia remaja. Hati nurani
mulai mengambil peran pada masa remaja yang juga membantu dalm proses pemilikan
pandangan hidup yang akan menjadi dasar dasar pegangan hidupnya dalam
bermasyarakat.
Menurut W. Stabuck(dalam jalaludin,2002), pertumbuhan dan perkembangan
agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat berkaitan dengan:
1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental
Pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari
agama yang lahiriyah menuju agma yang batiniah. Perkembangan kognitif memberi
kemungkinan remaja untuk meninggalkan agama anak-anak yang diperoleh dari
lingkungan dan mulai memikirkan konsep serta bergerak menuju agama iman
yang sifatnya sungguh-sungguh personal.
2. Perasaaan Beragama
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-
kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan
emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada
Tuhan/Agama. Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang
sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak
acuh dan menentang.
3. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara
pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung
untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung
pada pertimbangan lingkungan sosialnya.

4. Perkembangan Moral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan
pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru
dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja.
5. Sikap dan Minat
Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil
dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan agama yang
mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).6

E. CIRI-CIRI KESADARAN BERAGAMA YANG MENONJOL PADA MASA


REMAJA
Pengalaman ketuhanannya semakin bersifat individual Remaja semakin mengenal
dirinya. Ia menemukan dirinya bukan hanya sekedar badan jasmaniah, tetapi merupakan
suatu kehidupan psikologis rohaniah berupa pribadi. Remaja bersifat kritis terhadap

6 Jalaluddin, Psikologi Agama, Cet. Ke-15 (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada), hlm.74-76


dirinya sendiri dan segala sesuatu yang menjadi milik pribadinya. Ia menemukan
pribadinya terpisah dari pribadi-pribadi lain dan terpisah pula dari alam sekitarnya.
Penemuan diri pribadinya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri menimbulkan rasa
kesepian dan rasa terpisah dari pribadi lainnya. Secara formal dapat menambah
kedalaman alam perasaan, akan tetapi sekaligus menjadi bertambah labil. Keadaan labil
yang menekan menyebabkan si remaja mencari ketentraman dan pegangan hidup.
Penghayatan kesepian, perasaan tidak berdaya menjadikan si remaja berpaling kepada
Tuhan sebagai satusatunya pegangan hidup, pelindung dan penunjuk jalan dalam
goncangan psikologis yang dialaminya.
Keimanannya semakin menuju realitas yang sebenarnya. Terarahnya perhatian ke
dunia dalam menimbulkan kecendrungan yang besar untuk merenungkan, mengkritik,
dan menilai diri sendiri. Intropeksi diri ini dapat menimbulkan kesibukan untuk
bertanyatanya pada orang lain tentang dirinya mengenai keimanan dan kehidupan
agamanya.
Dengan berkembangnya kemampuan berpikir secara abstrak, si remaja mampu
pula menerima dan memahami ajaran agama yang berhubungan dengan masalah ghaib,
abstrak dan rohaniah, seperti kehidupan alam kubur, hari kebangkitan dan lain-lain.
Penggambaran anthropormofik atau memanusiakan Tuhan dan sifat-sifatNya lambat laun
diganti dengan pemikiran yang lebih sesuai dengan realitas.
Peribadatan mulai disertai penghayatan yang tulus Agama adalah pengalaman dan
penghayatan dunia dalam seseorang tentang ketuhanan disertai keimanan dan
peribadatan. Pada masa remaja dimulai pembentukan dan perkembnagan suatu sistem
moral pribadi sejalan dengan pertumbuhan pengalaman keagamaan yang individual.
Melalui kesadaran beragama dan pengalaman keTuhanan akhirnya remaja akan
menemukan Tuhannya yang berarti menemukan kepribadiannya. Ia pun akan
menemukan prinsip dan norma pegangan hidup, hati nurani, serta makna dan tujuan
hidupnya. Kesadaran beragamanya menjadi otonom subjektif dan mandiri sehingga sikap
dan tingkah lakunya merupakan pencerminan keadaan dunia dalamnya, penampilan
keimanan dan kepribadian yang mantap.

F. SIKAP REMAJA DALAM BERAGAMA


Terdapat empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
1. Percaya ikut-ikutan
Percaya ikutikutan ini biasanya dihasilkan oleh pendidikan agama secara sederhana
yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun demikian ini biasanya hanya
terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah itu biasanya berkembang
kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan perkembangan psikisnya.

2. Percaya dengan kesadaran


Semangat keagamaan dimulai dengan melihat kembali tentang masalah-masalah
keagamaan yang mereka miliki sejak kecil. Mereka ingin menjalankan agama
sebagai suatu lapangan yang baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak
mau lagi beragama secara ikut-ikutan saja. Biasanya semangat agama tersebut
terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun. Semangat agama tersebut mempunyai dua
bentuk:
Dalam bentuk positif
Yaitu berusaha melihat agama dengan pandangan kritis, tidak mau lagi
menerima hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka ingin memurnikan dan
membebaskan agama dari bidah dan khurafat, dari kekakuan dan kekolotan.
Dalam bentuk negatif
Semangat keagamaan ini akan menjadi bentuk kegiatan yang berbentuk khurafi,
yaitu kecendrungan remaja untuk mengambil pengaruh dari luar ke dalam
masalah-masalah keagamaan, seperti bidah, khurafat dan kepercayaan-
kepercayaan lainnya.

3. Percaya, tetapi agak ragu-ragu


Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya dapat dibagi menjadi dua:
Keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan terjadinya proses perubahan dalam
pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran. Keraguan disebabkan adanya kontradiksi
atas kenyataan yang dilihatnya dengan apa yang diyakininya, atau dengan
pengetahuan yang dimiliki.

4. Tidak percaya atau cenderung atheis


Perkembangan ke arah tidak percaya pada tuhan sebenarnya mempunyai akar atau
sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau
kezaliman orangtua, maka ia telah memendam suatu tantangan terhadap kekuasaan
orangtua, selanjutnya terhadap kekuasaan apapun, termasuk kekuasaan Tuhan.7

BAB III
KESIMPULAN

Istilah remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik, masa remaja
merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan
pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri Perkembangan fisik pada remaja mengalami
perkembangan dengan cepat lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa
dewasa. Segala fungsi jasmaniah pada fase ini mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan
jasmani mereka dapat dianggap sama dengan orang dewasa. Dalam aspek psikis, pada usia
ini pribadi mereka masih mengalami kegoncangan dan ketidak pastian.
Adapun penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut:
a. Masa Remaja Puber Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga
memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhawatiran. Bahkan,
kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami
kegoncangan. Kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi

7 Ifa Nadhifah, Op.Cit


kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara ibadanya yang kadang-kadang
rajin dan kadang-kadang malas.
b. Masa awal remaja diantara tahapannya adalah: Sikap negative, pandangan dalam hal
keTuhanannya menjadi kacau, dan penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic.
c. Masa remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikut ini: sikap kembali ke
arah positif, pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks agama
yang dianut dan dipilihnya, dan penghayatan rohaniahnya kembali tenang.
Diantara faktor yang mempengaruhi agama remaja adalah: concience atau hati nurani,
pertumbuhan dan pikiran mental, perasaaan beragama, pertimbangan sosial, perkembangan
moral.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, Singgih D, 2008, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung
Mulia.
Jalaluddin, 2011, Psikologi Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sopiatin, Popi dan Sohari Sahrani, 2011, Psikologi Belajar dalam Prespektif Islam, Bogor:
Ghalia Indonesia
http://ifadah26.abatasa.co.id/post/detail/49451/perkembanganagamapadaremaja.html. 9
Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai