Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ILMU JIWA AGAMA

PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA MASA REMAJA

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................4
Rumusan Masalah ............................................................................................5
Batasan Masalah ...............................................................................................5
Tujuan Makalah.................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA PADA MASA REMAJA............
1. Pengertian Remaja.................................................................................6
2. Perkembangan fisik psikis keagamaan masa remaja.............................7
3. perkembangan keagamaan masa remaja................................................8
4. cirri cirri perkembangan agama masa remaja......................................10
5. Sikap remaja terhadap Agama..............................................................11
6. Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja.......................................16
7. Faktor mempengaruhi perkembangan keberagamaan remaja..............22
8. konflik dan keraguan beragama pada remaja.......................................24
9. Motivasi beragama pada masa remaja.................................................26
10. Metode menanamkan nilai nilai agama pada remaja.........................27
Kesimpulan Dan Saran
Daftar pustaka

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Remaja telah melalui proses pembinaan diri dalam waktu yang cukup
lama, sejak lahir sampai remaja. Waktu dan kondisi serta berbagai peristiwa
yang dilaluinya telah banyak membawa hasil dalam berbagai bentuk sikap dan
modal kelakuan. Agama dan Remaja merupakan suatu permasalahan yang
menarik untuk dikaji, hal itu karena kehidupan remaja dan kehidupan
keagamaan merupakan dua istilah yang tampak berlawanan, kehidupan
keagamaan sering ditafsirkan dengan kehidupan yang penuh dengan ketenangan,
kedamaian dan kemapanan.
Sedangkan, kehidupan remaja cenderung akan kehidupan yang penuh
dengan gejolak, kegoncangan, dan pemberontakan. masa perkembangan setelah
masa anak-anak menuju dewasa, dari masa tanpa identitas menuju masa
kepemilikan identitas diri. Pada fase tersebut perkembangan semua aspek dari
dalam diri remaja dipengaruhi oleh suasana transisi yang penuh dengan gejolak,
sebagai usia bermasalah, masa mencari identitas ketika manusia itu sudah
menginjak usia remaja maka dia akan mulai berpikir bagaimana cara
mengimplementasikan ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-
harinya.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa sikap kegamaan merupakan integrasi
secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama, serta tindak
keagamaan dalam diri seseorang hal ini menunjukkan bahwa sikap keagamaan
menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. Dalam makalah ini
akan dibahas lebih lanjut mengenai perkembangan keberagamaan usia remaja
beserta penjelasannya sehingga kita bisa mengambil sebuah pelajaran untuk
diaplikasikan dalam hidup.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian remaja?
2. Bagaimana Perkembangan fisik psikis keagamaan masa remaja?
3. Apa yang dimaksud dengan perkembangan keagamaan masa remaja?
4. Apa saja cirri cirri perkembangan agama masa remaja?
5. Bagaimana Sikap remaja terhadap Agama?
6. Bagaimana Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja?
7. Faktor apa yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan remaja?
8. Bagaimana konflik dan keraguan beragama pada remaja?
9. Motivasi beragama pada masa remaja?
10.Metode menanamkan nilai nilai agama pada remaja?

C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok dari
dosen pembimbing tentunya sebagai pelatihan pembuatan karya ilmiah dan
untuk menambah ilmu pengetahuan dalam bidang “ILMU JIWA AGAMA”
pada rumusan masalah diatas.

D. Batasan Makalah
Makalah ini hanya membahas seputar rumusan masalah diatas agar
tidak menyimpang dari pembahasan maka dari kami sebagai penyusun
makalah membatasi untuk mempermudah untuk dipahami.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja

1. Pengertian remaja
Remaja dalam bahasa latin adalah adolescere
(katabendanya adoloscentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial
dan fisik. Kata tersebut mengandung aneka kesan, ada yang berkata bahwa
remaja merupakan kelompok yang potensinya dapat dimanfaatkan dan
kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dalam masa depan.
Masa remaja merupakan masa perkembangan menuju kematangan
jasmani, seksualitas, pikiran dan emosional. Masa remaja kadang panjang
kadang pendek tergantung lingkungan dan budaya di mana remaja itu hidup.
Kehidupan remaja itu sendiri merupakan salah satu fase perkembangan dari
diri manusia. Fase ini adalah masa transisi dari masa kanak-kanak dalam
menggapai kedewasaan. Disebut masa transisi karena terjadi saling pengaruh
antara aspek jiwa dengan aspek yang lain, yang kesumuanya akan
mempengaruhi keadaan kehidupan remaja.1
Neidahart menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan
dan ketergantungan pada masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini
remaja dituntut untuk mandiri. Pendapat ini hampir sama dengan yang
dikemukakan oleh Ottorank bahwa masa remaja merupakan masa perubahan
yang drastis dari keadaan tergantung menjadi keadaan mandiri, bahkan
Daradjat mengatakan masa remaja adalah masa dimana munculnya berbagai
kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang
lebih jelas dan daya fikir yang matang.2

1 Tati nurhayati, Perkembangan Rasa Keagamaan Pada Usia Remaja dalam Jurnal Al-Tarbiyah
edisi XX, vol I Juni 2007, 60
2 http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/, 21 Mei 2012

4
2. perkembangan fisik dan psikis pada masa remaja
Perkembangan fisik pada remaja mengalami perkembangan dengan cepat
lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.
Perkembangan fisik mereka terlihat jelas pada tungkai kaki dan tangan, otot-
otot tubuh bekembang pesat sehingga kelihatan bertubuh tinggi tetapi
kepalanya masih mirip anak-anak.
Segala fungsi jasmaniah pada fase ini mulai atau telah dapat bekerja.
Kekuatan jasmani mereka dapat dianggap sama dengan orang dewasa.
Demikian pula, segi seks. Mereka telah mampu berketurunan. Pertumbuhan
jasmani dari luar dan dalam (kelenjar) yang telah matang itu akan
mengakibatkan timbulnya dorongan-dorongan seks, yang perlu mendapat
perhatian. Dorongan yang bersifat biologis tersebut menimbulkan kegoncangan
emosi, yang selanjutnya membawa berbagai tindakan, kelakuan, atau sikap
yang menjurus ke arah pemuasan dorongan tersebut.3
Pada pria akan nampak hal-hal seperti: (a) timbulnya rambut di daerah
alat kelamin ‘public hair’; (b) timbulnya rambut di ketiak ‘axillary
hair’ seringkali tumbuh rambut di lengan, kaki dan dada; (c) kulit menjadi
lebih kasar; (d) kelenjar yang menghasilkan lemak di kulit ‘sebacious’ menjadi
aktif sehingga timbul banyak ‘kukul’ jerawat; (e) kelenjar keringat bertambah
besar dan aktif sehingga banyak keringat keluar; (f) otot tubuh, kaki dan tangan
membesar; (g) timbulnya perubahan suara pada umur kurang lebih 13 tahun
suara mulai membesar.4
Sedangkan pada wanita akan nampak hal sebagai berikut: (a)
Perkembangan pinggul yang membesar dan menjadi bulat disebabkan oleh
membesarnya tulang pinggul ‘pelvis’; (b) perkembangan buah dada; (c)
timbulnya rambut di daerah kelamin; (d) timbulnya rambut di ketiak; (e)
kelenjar sebaceous menjadi lebih besar dan aktif yang menyebabkan timbulnya

3 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 65


4 http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com/2010/01/perkembangan-agama-pada-usia-remaja-
dan.html, 21 Mei 2012

5
jerawat; (f) kelenjar keringat menjadi lebih aktif; (g) tumbuhnya rambut di
lengan dan kaki.5
Dalam aspek psikis, pada usia ini pribadi mereka masih mengalami
kegoncangan dan ketidak pastian. Perhatian lawan jenis sangat diharapkan,
apabila tidak mendapatkan perhatian dari lawan jenis maka terkadang akan
merasa sedih, menyendiri, atau akan mencoba untuk melakukan hal-hal yang
menarik perhatian. Bahkan kadang-kadang ada yang mengalami kegoncangan
jiwa dengan bermacam-macam gejala.6
Pada umur ini, mereka merasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi
remaja. Mereka akan merasa sedih, apabila diremehkan atau dikucilkan dari
masyarakat dan teman-temannya. Karena itu, mereka tidak mau ketinggalan
mode atau kebiasaan teman-temannya. Kadang-kadang mereka juga marah
kepada orang tuanya apabila mereka mencoba membatasi mereka. Mereka juga
sering marah pabila ditegur, dikritik, atau dimarahi di depan teman-temannya
karena takut akan kehilangan penghargaan dirinya.7

3. perkembangan agama pada masa remaja


Masa remaja merupakan masa pencapaian identitas, bahkan bisa
dikatakan perjuangan pokok pada masa remaja adalah antara identitas dan
kekacauan peran. Pada waktu orang remaja menemukan siapa dirinya yang
sebenarnya atau identitasdiri, tumbuhlah kemampuan untuk mengikat kesetiaan
kepada suatu pandangan atau ideologi.8
Pada usia remaja, sering kali kita melihat mereka mengalami
kegoncangan atau ketidakstabilandalam beragama. Misalnya, mereka kadang-
kadang sangat tekun sekali menjalankan ibadah, tetapi pada waktu lain enggan
melaksanakannya. Bahkan menunjukkan sekiap seolah-olah anti agama. Hal

5 http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com/2010/01/perkembangan-agama-pada-usia-remaja-
dan.html, 21 Mei 2012
6 Bambang, Psikologi Agama, 66
7 Bambang, Psikologi Agama, 67
8 Robert W. Crapps, Dialog Psikologi dan Agama, (Yogyakarta: KANISIUS, 1995), 90

6
tersebut karena perkembangan jasmani dan rohani yang yang terjadi pada masa
remaja turut mempengaruhi perkembangan agamannya. Dengan pengertian
bahwa penghayatan terhadap ajaran dan tindak keagamaan yang tampak pada
para remaja banyak berkaitan dengan faktor perkembangan jasmani dan
mereka.9
Zakiah Daradjat, Starbuch, William James, sependapat bahwa pada garis
besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga
tahapan yang secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda.
Adapun penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut:
1. Masa awal remaja (12-18 tahun)
dibagi ke dalam tiga sub tahapan sebagai berikut:
Pertama; Sikap negative (meskipun tidak selalu terang-terangan)
disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang
beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan ucapannya tidak
selalu selaras dengan perbuatannya. Mereka meragukan agama bukan karena
ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan karena ingin menerima agama
sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri
dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
Kedua; Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia
banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran
paham banyak yang tidak cocok atau bertentangan satu sama lain.
Ketiga; Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic (diliputi kewas-
wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang
selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2. Masa remaja akhir
ditandai antara lain oleh hal-hal berikut ini:
Pertama; Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan
tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan
hidupnya menjelanh dewasa.

9 Bambang, Psikologi Agama, 68

7
Kedua; Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks
agama yang dianut dan dipilihnya.
Ketiga; Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses
identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan antara agama sebagai
doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya, yang baik shalih) dari yang tidak
shalih. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan jenis
keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang
hidup didunia ini.10

1. Ciri-ciri perkembangan jiwa keagamaan pada remaja


Menurut Zakiyah masih ada beberapa patokan umum yang menjadi ciri
yang dialami oleh remaja dalam perkembangan jiwa keagamaannya, antara lain
sebagai berikut:
a. Pertumbuhan jasmani secara cepat telah selesai
Hal ini berarti bahwa dari segi jasmanianh mereka telah matang. Artinya
segala fungsi jasmaniah mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan jasmani
mereka dapat dianggap sama dengan orang dewasa demikian pula segi seks.
Mereka telah mampu berketurunan. Pertumbuhan jasmani dari luar dan dalam
yang telah matang itu akan mengakibatkan timbulnya dorongan seks, yang
perlu mendapat perhatian.
b. Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai
Pada usia remaja, mereka telah mampu memahami hal-hal yang abstrak
dan sekaligus telah mampu mengambil kesimpulan abstrak dari sesuatu yang
bersifat indrawi. Sebagai akibat dari kematangan kecerdasan itu, mereka selalu
menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap ketentuan hukum agam
yang dibawakan kepadanya.
c. Pertumbuhan pribadi belum selesai
Hal ini berarti bahwa dalam usia ini, pribadi mereka masih mengalami
kegoncangan dan ketidak pastian. Dari segi jasmaniah mereka merasa cukup

10http://hakie.wordpress.com/2012/05/14/perkembangan-rasa-beragama-pada-remaja/, 21 Mei
2012

8
matang dan seperti orang dewasa demikian pula dalam hal kecerdasan mereka
merasa telah mampu berfikir objektif dan dapat mengambil kesimpulan. Pada
masa muda digambarkan sebagai gerak peralihan dari cara berfikir konkret ke
cara berfikir proposisional. Akan tetapi mereka belum mampu berdiri sendiri
belum sanggup mencari nafkah untuk membiyayai sendiri segala
kebutuhannya.
d. Pertumbuhan jiwa sosial masih berjalan
Pada umur ini, mereka merasa betapa pentingnya pengakuan sosial bagi
remaja. Mereka kan merasa sangat sedih apabila diremehkan atau dikucilkan
dari masyarakat dan teman-temannya. Karena itu mereka tak mau ketinggalan
dari mode atau kebiasaan teman-temannya. Erik Erikson telah menekankan
sifat krisis pergulatan orang muda untuk menemukan identitas dan
mengutarakan kebutuhan untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan
mendapatkan rasa cukup atas harga diri, peran untuk berhubungan dengan
orang lain. 11
e. Keadaan jiwa agama yang tak stabil
Remaja pada umur-umur ini mengalami kegoncangan atau
ketidakstabilan beragama12. Misalnya, mereka kadang-kadang sangat tekun
menjalankan ibadah tetapi pada waktu lain, enggan melaksanakannya bahkan
mungkin menunjukkan sikap seolah-olah anti agama.

2. Sikap remaja terhadap agama


Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan dapat dikatakan
sangat bergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang
mempengaruhi besar kecil mereka terhadap masalah keagamaan. Menurut
Zakiah membagi siakap remaja terhadap masalah keagamaan sebagai berikut:
a. Percaya ikut- ikutan

11Drs. Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008, hal 65-
67
12 Drs. Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008, hal 65-
67

9
Sesungguhnya kebanyakan remaja yang percaya kepada tuhan dan
menjalankan ajaran agama adalah mereka yang terdidik dalam lingkungan
yang bergama, ibu bapaknya orang yang beragama, teman-teman dan
masyarakat sekelilingnya rajin beribadah. Oleh karena itu, merekapun ikut
percaya dan melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama, sekedar mengikuti
suasana lingkungan dimana dia hidup. Kepercayaan seperti inilah yang disebut
kepercayaan yang turut-turutan. Sifat beragama yang ikut-ikutan ini biasanya
hanya terjadi pada usia diantara 13-16 tahun, dan akan hilang jika pemikiran
kritis remaja sudah berkembang. Seperti apa karakteristik percaya ikut-ikutan
ini.
1) Bersikap apatis dalam mengekspresikan ajaran/tindakan agama.
2) Tidak ada perhatian untuk meningkatkan penghayatan agamanya.
3) Tidak mau terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan agama.
Jadi secara umum dapat dikatakan remaja yang sikap keberagamaannya
masih percaya ikut-ikutan dalam kelaksanakan ibadah dan ajaran agama
sekedar hanya mengikuti suasana lingkungan dimana dia hidup. Apa factor
yang menyebabkan munculnya sikap remaja beragama, percaya ikut-ikutan.
a) Jika semenjak kecil diberikan pendidikan agama dengan cara yang
menyenangkan, yang jauh dari pengalaman-pengalaman pahit.
b) Pada saat remaja, mereka tidak mengalami peristiwa-peristiwa atau hal
yang menggoncangkan jiwanya.
Kedua factor ini menyebabkan remaja tidak perlu meninjau kembali
ajaran/tindakan keagamaan yang diterima dimasa kanak-kanak, sehingga cara
beragama yang bersifat kekanak-kanakan masih terus berjalan.
b. Percaya dengan kesadaran
Kesadaran atau semangat keagamaan pada masa remaja dimulai dengan
kecenderungannya untuk meninjau dan meneliti ulang cara ia beragama dimasa
kecil dulu. Oleh karena itu, ia tak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan saja.
Biasanya, semangat keagamaan itu tidak terjadi sebelum umur 17 atau 18
tahun. Semanagat keagamaan itu mempunyai dua bentuk yaitu semangat positif

10
dan semnagat kuratif. 13 Sifat beragama remaja yang percaya dengan kesadaran
ini biasanya dimulai sekitar usia 16 tahun. Apa yang menyebabkan munculnya
sikap beragama remaja yang percaya dengan kesadaran?
1) Meredanya kegoncangan yang dialami remaja sebagai dampak dari
perubahan jasmani yang begitu cepat.
2) Hampir selesainya pertumbuhan jasmani.
3) Kemampuan berpikir yang sudah semakin matang.
4) Bertambahnya pengetahuan remaja.
Semua kondisi itu mendorong remaja untuk lebih memikirkan dirinya
sendiri, ingin mengambil tempat dan menonjol dalam masyarakat, perhatiannya
pada ilmu pengetahuan, agama dan masalah sosial semakin bertambah.
karakteristik remaja yang percaya dengan kesaradan
a) Dalam diri remaja muncul semangat keagamaan yang dimulai dari
munculnya kecenderungan remaja untuk meninjau kembali cara beragama
yang diterima masa kecil dulu.
b) Remaja punya keinginan untuk menjadikan agama sebagai suatu
lapangan baru untuk membuktikan kepribadiannya.
Semangat remaja sebagai dampak adanya kepercayaan dengan kesadaran
ini muncul dalam 2 bentuk:
a. Semangat agama dalam bntuk positif Cirinya:
 Remaja berusaha melihat agama dengan pandangan yang kritis.
 Remaja tidak mau lagi menerima hal-hal yang tidak masuk akal dalam
masalah agama.
 Remaja tidak mau mencampuradukkan agama dengan hal-hal yang
bersifat khurafat/tahayyul.
 Remaja menjauhkan bid’ah dalam masalah agama
 Remaja akan menyerang adat kebiasan yang dipandang tidak masuk akan
dan kurang sesuai dengan agama.
 Remaja melontarkan kritik kepada pemimpin agama, yang mereka
anggap kolot dan tidak mengikuti perkembangan zaman.
13 Ibid hal 67-72

11
Intinya: Remaja ingin membersihkan agama dari segala yang
mengurangi kemurnian agama. Seperti apa tindakan/sikap keagamaan remaja
yang memiliki semangat keagamaan dalam bentuk positif ini. Tindakan dan
sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang positif ini akan terlihat
berbeda satu sama lainnya.
b. Semangat agama dalam bentuk negatif Cirinya:
 Cenderung mengambil unsur-unsur luar yang tercampur dalam agama,
seperti: khurafat/tahayyl, bid’ah dan lain-lain.
 Senang pergi dan percaya pada dukun, tempat-tempat tertentu atau jimat.
 Menjadikan ayat-ayat sebagai jimat penangkal bahaya.
Tindakan dan sikap keagamaan remaja yang memiliki semangat yang
negatif juga berbeda antara remaja yang berkepribadian introvert dengan
remaja yang berkepribadian ekstrovert.
c. Percaya tetapi agak ragu-ragu (bimbang)
Kebimbangan remaja terhadap agama itu tak sama, antara satu dengan
lainnya sesuai dengan kepribadiannya masing-masing. Ada yang mengalami
kebimbangan ringan, yang dengan cepat dapat diatasi dan ada yang sangat
berat sampai membawanya berubah agama. Puncak kebimbangan remaja pada
agama terjadi antara usia 17-20 tahun. Faktor apa yang menyebabkan remaja
bimbang pada ajaran agamanya yaitu;

a. Keadaan jiwa remaja yang bersangkutan, Kebimbangan remaja itu


mungkin disebabkan oleh kebebasan berpikir sehingga agama menjadi sasaran
dari arus sekularisme.

b. Keadaan sosial serta kebudayaanyang melingkupi remaja tersebut,


Kebimbangan remaja pada agama itu mungkin disebabkan oleh keadaan
masyarakat yang dipenuhi oleh penderitaan, kemorosotan moral dan
kekacauan.

c. Adanya kontradiksi antara kenyataan yang dilihat remaja dengan apa


yang diyakinya, Kontradiksi itu meliputi:

12
 Kontradiksi antara ajaran agama dengan ilmu pengetahuan

 Kontradiksi antara nilai-nilai moral dengan tingkah laku manusia dalam


kenyataan hidup.

 Kontradiksi antara nilai-nilai agama dengan tindakan para tokoh agama,


guru, pimpinan, orang tua, dan lain-lain.

Menurut Hurlock, dampak dari kebimbangan itu antara lain:

a) Bagi sekelompok remaja menjadi tidak taat beragama

b) Bagi sekelompok remaja yang lain berusaha untuk mencari


kepercayaan/agama lain yang dapat memenuhi kebutuhannya dari pada
kepercayaan yang dianut keluarganya.

c) Bagi remaja yang tidak menemukan jalan keluar untuk menghilangkan


keraguannya sesuai dengan ajaran agamanya, mereka akan cenderung menjadi
ateistik/tidak percaya pada Tuhan/Agama.

Apa yang harus dilakukan agar remaja terhindar dari dampak negatif
akibat dari kebimbangan tersebut dengan; 1). Menciptakan hubungan dengan
penuh kasih sayang antara remaja dengan orang tua atau dengan orang-orang
yang dicintainya. 2) Kelompok/Masyarakat harus mampu menciptakan kondisi
yang mencerminkan ketekunan dalam menjalankan syariat agama. Hal ini akan
menjauhkan remaja dari keingkaran karena merasa terikat oleh tata
tertib/aturan masyarakat.3) Remaja bersangkutan harus berjuang untuk
mengatasi perasaan kebimbangan yang muncul terhadap Tuhan/Sifat-sifat
Tuhan/Agama.

d. Tak percaya sama sekali (tak percaya kepada tuhan)

Ketidakpercayaan sama sekali kepada tuhan tidak terjadi sebelum umur


20 tahun. Mungkin saja, terjadi pengakuan dari seseorang remaja bahwa ateis,
tetapi ketika dianalisis dibalik keingkarannya itu tersembunyi kepercayaan

13
terhadap tuhan. Dalam hal seperti inilah kebanyakan remaja dibawah umur 20
tahun mengaku atau menyangka ia tidak percaya kepada tuhan, tetapi
sesungguhnya pengakuan tersebut hanyalah proses atau ketidakpuasan
terhadap tuhan. 14 Ketidakpercayaan remaja pada Tuhan, pada remaja dibawah
usia 20 tahun terwujud dalam bentuk: Protes atau tidak puas terhadap Tuhan
yang menyebabkan sikap tidak percaya pada Tuhan dimasa remaja:
a). Bersumber dari pengalaman pahit anak semasa kecil, apabila
seseorang anak merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua
kepadanya. Kondisi ini menyebabkan timbulnya sikap mendendam dan
menentang terhadap kekuasaan orang tua dan kekuasaan siapapun. Setelah usia
remaja sikap menentang itu dialihkan kepada Tuhan.
b). Keadaan dan peristiwa-peristiwa yang dialami remaja, terutama
kebudayaan dan filsafat yang leingkupinya Seperti:1) Dalam masyarakat ada
ide-ide dan keyakinan yang baru yang dapat menggantikan ide dan keyakinan
remaja.2) Temuan-temuan baru dalam bidang pengetahuan yang bertentangan
dengan ide dan keyakinan remaja.3) Temuan-temuan baru dalam bidang
pengetahuan yang bertentangan dengan ide dan keyakinan agama yang
dianutnya.
c). Dorongan seksual yang dirasakan remaja tidak terpenuhi itu
menyebabkan remaja menjadi kecewa. Apabila kekecewaannya berulang-ulang
dan bertumpuk, maka akan tumbuh dalam dirinya rasa pesimis dan putus asa
dalam hidup. Dalam kondisi seperti itu, lambat laun akan benci/marah kepada
agama, kebiasaan dan nilai-nilai akhlak, karena agama, kebiasaan-kebiasaan
dan nilai-nilai akhlak menghalanginya untuk mencapai kepuasan seksual.15

6. Perkembangan jiwa keagamaan pada remaja


Perkembangan rasa agama

14 Ibid hal 74-75


15 Zakiah darajat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta : Bulan Bintang, 2003),hlm 106-122 dan Sururin,
Ilmu jiwa agama, (Jakarta: PT Raka Grafindo Utama,2004 ),hlm.72-78

14
Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja
menduduki tahap progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja
mencakup masa pubertas dan nubilitas.16 Sejalan dengan perkembangan
jasmani dan rohaninya, maka agama pada para remaja terhadap ajaran agama
dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak berkaitan dengan
faktor perkembangan tersebut. Perkembangan agama pada para remaja di
tandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya.
Perkembangan itu antara lain menurut W.Starbuck adalah:
a. Pertumbuhan pikiran dan mental
Pertumbuhan pengertian tentang ide-ide agama sejalan dengan
pertumbuhan kecerdasan.17 Menurut Peaget ”Perkembangan kognitif usia
remaja bergerak dari cara berpikir yang konkrit menuju cara berpikir yang
proporsional”. Berdasarkan pendapat ini, Ronald Goldman menerapkannya
dalam bidang agama dengan membuat sebuha kecimpulan: “Pertumbuhan
kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang
lahiriyah menuju agma yang batiniah”. Jadi, perkembangan kognitif memberi
kemungkinan remaja untuk meninggalkan agama anak-anak yang diperoleh
dari lingkungan dan mulai memikirkan konsep serta bergerak menuju agama
“iman” yang sifatnya sungguh-sungguh personal.18 Agama berkaitan dengan
hal-hal yang abstrak seperti tentang hari akhirat, syurga, neraka, dll. Pengertian
tentang hal-hal yang abstrak itu baru dapat diterima apabila pertumbuhan
kecerdasan individu telah memungkinkan untuk itu.

Pada masa remaja perkembangan mental dan pemikirannya berkembang


kearah berpikir logis. Apa dampaknya terhadap pandangan dan
kepercayaannya pada Tuhan? Dampaknya: “Remaja tidak dapat melupakan
Tuhan dari segala peristiwa yang terjadi dialam ini, sehingga segala apapun
yang terjadi dialam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial
dilimpahkan tanggung jawabnya kepada Tuhan”. Misalnya:
16 Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal 72
17 Zakiah darajat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta : Bulan Bintang, 2003),hlm 86
18 Sururin, Ilmu jiwa agama, (Jakarta: PT Raka Grafindo Utama,2004 ),hlm.67

15
 Ketika remaja melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan
dalam masyarakat, maka mereka akan merasa kecewa terhadap Tuhan, padahal
Tuhan Maha Kuasa.
 Sebaliknya, ketika remaja melihat keindahan alam, keharmonisan dalam
segala sesuatu, maka mereka akan menjadi yakin kepada Tuhan, bahwa Tuhan
Maha bijaksana.
Ide dan dasar keyakinan beragama yang di terima remaja dari masa
kanak-kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka, sikap kritis ajaran
agama mulai timbul. Selain masalah agama merekapun sudah mulai tertarik
pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan
lainya. Hasil penelitian Allport, Gillesphy, dan Young menunjukan19 :
1. 85% remaja katolik romawi tetap taat menganut ajaran agamanya.
2. 40% remaja protestan tetap taat terhadap ajaran agamanya
Dari hasil ini di nyatakan selanjutnya, bahwa agama yang ajaranya yang
bersifat konservatif lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk taat
pada ajaran agamanya.
b. Perkembangan perasaan
Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,
mendorong remaja untuk menghayati perkehidupan yang terbiasa dalam
lingkunganya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih
dekat ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang
mendapat pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah di dominasi
dorongan seksual. Masa remaja merupakan masa kematangan seksual. Di
dorong oleh perasaan ingin tahu dan perasaan super, remaja lebih mudah
terperosok ke arah tindakan seksual yang negatif.20

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan


yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan
terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja.

19 Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Revisi 2012), hal 75
20 Ibid hal 72-73

16
Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama. gelombang kuatnya
rasa agama bagi remaja adalah merupakan usaha-usaha remaja untuk
menenangkan kegoncangan jiwa yang sewaktu-waktu muncul dan Perasaan
remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan
percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan
menentang .21

c. Pertimbangan sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada
konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja
cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan
remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya.22
Corak keagamaan para remaja juga di tandai oleh adanya pertimbangan
sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara
pertimbangan moral dan material. Karena kehidupan duniawi lebih di
pengaruhi kepentingan akan materi, maka para remaja lebih cenderung jiwanya
untuk bersikap materialis.

Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada


konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja
cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan
remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya. Jika
remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan
kehidupan duniawi/materialitas, maka remaja akan menjadi cenderung jiwanya
untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama. Sebaliknya, jika remaja hidup
dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang
religious/moralis, maka remaja akan cenderung jiwanya untuk menjadi
religious/moralis.23

21 Zakiah darajat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta : Bulan Bintang, 2003),hlm 96-98 dan Sururin,
Ilmu jiwa agama, (Jakarta: PT Raka Grafindo Utama,2002 ),hlm.70
22 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: 2004, Raja Grafindo Persada), 75
23 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: 2004, Raja Grafindo Persada), 75

17
d. Perkembangan moral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-
pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua.
Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia
remaja.24 Pada masa remaja perkembangan moral bertitik tolak dari rasa
bersalah dan usaha untuk mencari proteksi. Pada masa remaja Tuhan lebih
menonjol sebagai penolong moral.

Pada masa remaja, dorongan seksual bangkit dalam bentuk yang lebih
jelas. Kondisi ini merupakan bahaya yang mengancam nila-nilai/norma yang
dipatuhi remaja selama ini. Dari sini timbul pada diri remaja perasaan tidak
berdaya dalam menghadapi dorongan yang belum diketahui dalam hidupnya
dulu. Untuk mengatasi dorongan-dorongan naluri itu disatu sisi dan disisi lain
adanya keinginan untuk mengurangkan hubungannya dengan orangtuanya
dalam menghadapi kenyataan hidup menyebabkan remaja berusaha mencari
pertolongan Allah.25 Perkembangan moral para remaja bertitik tolak dari rasa
berdosa dan usaha untuk mencari proteksi. Tipe moral yang juga terlihat pada
para remaja juga mencakupi:26

a) Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan


pribadi.

b) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.

c) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan


agama.

d) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.

24 Zakiah darajat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta : Bulan Bintang, 2003),hlm 97


25 Zakiah darajat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta : Bulan Bintang, 2003),hlm 100
26 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: 2004, Raja Grafindo Persada), 76

18
e) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral
masyarakat.27

e. Sikap dan minat


Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh di katakan
sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan
agama yang mempengaruhi mereka (besar kecil minatnya).28Pada masa remaja
sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan sangat kecil, namun hal
ini masih sangat tergantung pada kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama
yang mempengaruhi mereka.

f. Ibadah
Perkembangan remaja dalam bidang agama juga dipengaruhi oleh
pandangan mereka terhadap ibadah. Kehidupan keagamaan mempunyai
beberapa sisi, hal ini kemudian disebut sebagai dimensi rasa keagamaan Verbit
1970 mengemukakan enam dimensi rasa agama, yaitu doctrine, ritual,
emotion, knowledge, ethic, dan community.29
1) Perkembangan dimensi Doctrine
Doctrine adalah pernyataan tentang hubungan dengan tuhan, oleh Stark
dan Glock disebut dimensi belief yaitu keyakinan tentang ajaran ajaran agama.
Perkembangan dimensi agama pada usia remaja bersifat abstrak, yang
merupakan penilaian diri secara abstrak tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan tuhan.
2) Perkembangan dimensi Ritual
Ritual adalah dimensi rasa keagamaan yang berkaitan dengan perilaku
peribadatan yang menunjukkan pernyataan tentang keyakinan diri terhadap
tuhan dan ajarannya.
3) Perkembangan Emotion keagamaan

27 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: 2004, Raja Grafindo Persada), 76


28 Ibid hal 73-74
29 Tati, Perkembangan Rasa Keagamaan Pada Usia Remaja, 63

19
Perkembangan dimensi emosi (emotion) keagamaan remaja banyak
dipengaruhi oleh perkembangan emosi pada umumnya.
4) Perkembangan pengetahuan keagamaan
Perkembangan pengetahuan keagamaan berkaitan dengan keterlibatan
diri terhadap pemilikan pengetahuan yang meliputi semua aspek keagamaan.
perkembangan intelektual remaja merupakan fase formal operation.
5) Etik keagamaan
Perkembangan etika keagamaan erat hubungan dengan perkembangan
moral, yaitu aspek jiwa yang berkaitan dengan dorongan untuk berperilaku
sesuai dengan aturan moral di lingkungannya.
6) Perkembangan orientasi sosial keagamaan
Kelompok kawan sebaya merupakan faktor pemberi pengaruh yang
cukup kuat terhadap perkembangan remaja, karena Kelompok teman sebaya
seagama akan menjadi sumber proses pengayaan konsep keagamaan remaja
melalui proses aplikasi perilaku dan juga menumbuhkan rasa kepedulian sosial
keagamaan, sebagai dorongan diri yang diperlukan untuk dasar aplikasi ajaran
agam tentang ikatan social kemasyarakatan.30

7. Factor factor yang mempengaruhi perkembangan pada masa


remaja
Perkembangan rasa keamaan pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh
tumbuhnya hati nurani keagamaan, baik kualitasnya pada akhir usia anak
maupun perkembangan pada usia remaja. Hati nurani yang sudah tumbuh kuat
pada akhir masa anak-anak akan akan memudahkan perkembangan rasa
keagamaan pada masa remaja. Faktor consience atau hati nurani ini
mempunyai padanan kata superego, inner light dan innerpolicemen. 31
a. Factor interen

30http://andreastea83.blogspot.com/2012/01/perkembangan-dimensi-rasa-agama-pada.html, 22
Mei 2012
31Hurlock, E.B., Child development. (New York :1978, Mc Graw Hill Book Company),388

20
a) Faktor kognitif, mengacu pada remaja yang memiliki mental masih
abstrak, mereka hanya mengkaji isu-isu agama dengan berpatokan pada dasar-
dasar agama tanpa memperdalaminya lebih lanjut.
b) Faktor personal, mengacu pada konsep individual dan identitas,
individual maksudnya seseorang itu selalu menyendiri sedangkan identitas
maksudnya proses menuju pada kestabilan jiwa.
c) Faktor hereditas, perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan
menimbulkan rasa bersalah dalam diri pelakunya. Bila pelanggaran yang
dilakukan terhadap larangan agama maka akan timbul rasa berdosa dan
perasaan seperti ini yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan
seseorang.
d) Tingkat usia, pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan
seksual mempengaruhi perkembangan jiwa keagamaan mereka. Tingkat
perkembangan usia dan kondisi yang dialami para remaja ini menimbulkan
konflik kejiwaan yang cenderung mempengaruhi terjadinya konversi agama.
Bahkan pada usia adolesensi sebagai rentang umur tipikal terjadinya konversi
agama meskipun konversi cenderung dinilai sebagai produk sugesti dan bukan
akibat dari perkembangan kehidupan spiritual seseorang.
e) Kepribadian, dalam kondisi normal secara individu manusia memiliki
perbedaan dalam kepribadian dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh
terhadap perkembangan aspek-aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan. Di
luar itu dijumpai pula kondisi kepribadian yang menyimpang seperti
kepribadian ganda dan sebagainya kondisi seperti ini juga ikut mempengaruhi
perkembangan berbagai aspek kejiwaan termasuk jiwa keagamaan.
f) Kondisi kejiwaan, seorang yang mengidap schizoprenia akan
mengisolasi diri dari kehidupan sosial serta persepsinya tentang agama akan
dipengaruhi oleh berbagai halusinasi. Demikian pula pengidap phobia akan
dicekam oleh perasaan takut yang irasional sedangkan penderita infantil
autisme (berperilaku seperti anak-anak) akan berperilaku seperti anak-anak.
2. Faktor ekstern yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan jiwa
keagamaan dapat dilihat dari lingkungan.

21
a. Lingkungan keluarga, konsep father image (citra kebapaan) menyatakan
bahwa perkembangan jiwa keagamaan dipengaruhi oleh citra terhadap
bapaknya. Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam
meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan.
b. Lingkungan institusional, yang ikut mempengaruhi perkembangan jiwa
kegamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah ataupun yang
nonformal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi.
c. Lingkungan masyarakat, yang memiliki tradisi keagamaan yang kuat
akan berpengaruh positif bagi perkembangan jiwa keberagamaan sebab
kehidupan keagamaan terkondisi dalam tatanan nilai maupun institusi
keagamaan. Keadaan seperti ini akan berpengaruh dalam pembentukan jiwa
keagamaan warganya.

8. Konflik dan Keraguan beragama pada Remaja

W. Sturbuck yang meneliti mahasiswa Middle Burg College. Dari 142


remaja yang berusia 11-26 tahun, terdapat 53% yang mengalami keraguan
tentang:1) Ajaran agama yang mereka terima.2)Cara penerapan ajaran
agama.3)Keadaan lembaga-lembaga keagamaan.4)Para pemuka agama.
Sedangkan keraguan itu disebabkan oleh factor:32

1. Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis kelamin, bisa menyebabkan remaja
melakukan salah tafsir terhadap ajaran agama.
a. Bagi individu yang memiliki kepribadian yang introvert, ketika mereka
mendapatkan kegagalan dalam mendapatkan pertolongan Tuhan, maka akan
menyebabkan mereka salah tafsir terhadap sifat Maha Pengasih dan Maha
Penyayangnya Tuhan
b. Perbedaan jenis kelamin,Wanita yang cepat matang akan lebih
menunjukkan keraguan pada ajaran agama dibandingkan pada laki-laki cepat
matang.

32 Jalaludin, pisikologi agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, revisi 2012), hlm 78

22
2. Kesalahan Organisasi Keagamaan dan Pemuka Agama
Kesalahan ini dipicu oleh “dalam kenyataannya, terdapat banyak
organisasi dan aliran-aliran keagamaan”. Dalam pandangan remaja hal itu
mengesankan adanya pertentangan dalam ajaran agama.
3. Pernyataan Kebutuhan Manusia
Pada dasarnya manusia memiliki sifat konservatif (senang dengan yang
sudah ada), namun disisi lain, manusia juga memiliki dorongan curiosity
(dorongan ingin tahu). Kedua sifat bawaan ini merupakan kenyataan dari
kebutuhan manusia yag normal. Jika dalam pengkajian itu terdapat perbedaan-
perbedaan atau terdapat ketidaksejalanan dengan apa yang telah dimilikinya
(konservatif) maka akan menimbulkan keraguan.
4. Kebiasaan
Remaja yang sudah terbiasa dengan suatu tradisi keagamaan yang
dianutnya akan ragu untuk menerima kebenaran ajaran lain yang baru
diterimanya/dilihatnya.
5. Pendidikan
Kondisi ini terjadi pada remaja yang terpelajar. Remaja yang terpelajar
akan lebih kritis terhadap ajaran agamanya. Terutama yang banyak
mengandung ajaran yang bersifat dogmatis. Apalagi jika mereka memiliki
kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama yang dianutnya secara lebih
rasional.
6. Percampuran Antara Agama dengan Mistik
Dalam kenyataan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kadang-kadang
tanpa disadari ada tindak keagamaan yang mereka lakukan ditopangi oleh
mistik dan praktek kebatinan.Penyatuan unsur ini menyebabkan remaja
menjadi ragu untuk menentukan antara unsur agama dengan mistik. Keraguan
remaja pada agama bisa juga terjadi secara individual. Keraguan yang bersifat
individual ini disebabkan oleh:33
a. Kepercayaan

33 Jalaludin, pisikologi agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, revisi 2012), hlm 80

23
b. Tempat Suci
c. Alat Perlengkapan Agama
d. Fungsi dan Tugas dalam Lembaga
e. Pemuka agama, biarawan dan biarawati
f. Perbedaan aliran dalam keagamaan
Keraguan yang dialami remaja dalam bidang agama dapat memicu
konflik dalam diri remaja. Bentuk dari konflik itu “Remaja akan dihadapkan
kepada pemilihan antara mana yang baik dan yang buruk serta antara yang
benar dan salah”.34
a) Konflik yang terjadi antara percaya dan ragu.
b) Konflik yang terjadi antara pemilihan satu diantara dua macam agama atau
antara dua ide keagamaan atau antara dua lembaga keagamaan.
c) Konflik yang terjadi oleh pemilihan antara ketaatan beragama atau sekuler.
d) Konflik yang terjadi antara melepaskan kebiasaan masa lalu dengan
kehidupan keagamaan yang didasarkan atas petunjuk Ilahi.
Tingkat keyakinan dan ketaatan remaja pada agama sangat dipengaruhi
oleh kemampuan mereka dalam menyelesaikan keraguan dan konflik batin
yang terjadi dalam dirinya cenderung untuk bergabung dalam peer groups-nya
dalam rangka berbagi rasa dan pengalaman. Kondisi ini pun akan
mempengaruhi keyakinan dan ketaatan remaja pada agama.35

9. Motivasi Beragama pada Remaja


motivasi beragama adalah: Usaha yang ada dalam diri manusia yang
mendorongnya untuk berbuat sesuatu tindak keagamaan dengan tujuan tertentu
atau usaha yang menyebabkan seseorang beragama. Menurut Nico Syukur,
Manusia termotivasi untuk beragama atau melakukan tindak keagamaan.

a) Didorng oleh keinginan untuk mengatasi frustasi dalam kehidupan,


baik:itu Frustasi karena kesukaran alam, Frustasi karena social, Frustasi karena
moral dan Frustasi karena kematian

34 Jalaludin, pisikologi agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, revisi 2012), hlm 80
35 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: 2004, Raja Grafindo Persada), 78-81

24
b) Didorong oleh keinginan untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib
masyarakat

c) Didorong oleh keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu atau intelek
ingin tahu manusia.

d) Didorong oleh keinginan menjadikan agama sebagai sarana untuk


mengatasi ketakutan.

e) Didorong oleh kebutuhan remaja akan Tuhan sebagai pengendali


emosional dan nalurinya.

f) Didorong oleh perasaan takut atau perasaan bersalah.

g) Didorong oleh teman-teman sebaya dimana ia berkelompok.36

10. Metode penanaman nilai-nilai agama pada remaja dan dewasa

Ada banyak metode-metode untuk menanamkan nilai agama pada remaja


dan dewasa yang terdiri atas:
a. Metode penanaman nilai agama sejak dini
Rasulullah bersabda bahwa setiap anak itu terlahir dalam keadaan fitrah
(Islam) orang tuanyalah yang menjadikan dia majusi, nasrani atau yahudi. Jadi
jika anak ditanamkan nilai agama sejak dini maka ketika dia menginjak usia
remaja akan memiliki aqidah agama yang kuat apabila lingkungan sekitarnya
terutama orang tua memberikan stimulus positif. Ketika dia menginjak usia
dewasa maka dia akan lebih mantap pada aqidah agama yang dipeluknya.
b. Metode penanaman nilai agama lewat pembiasaan diri
Setiap orang pasti memiliki kebiasaan yang dilakukannya secara terus
menerus dan tanpa disadari sehingga kadang-kadang orang berpikir mengapa
melakukan kegiatan itu sedangkan dalam pikirannya tidak ada niatan untuk

36 Sururin, Ilmu jiwa agama, (Jakarta: PT Raka Grafindo Utama,2004 ),hlm.72

25
melakukan kegiatan itu. Jadi bagaimana membiasakan kebiasaan yang positif,
hal ini dapat dilakukan apabila lingkungan sekitar terutama orang tua
menanamkan nilai-nilai positif sejak dini sehingga hal itu dapat menjadi
kebiasaan setiap hari.
c. Metode pendekatan analisis nilai
Memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan remaja dan
dewasa untuk berpikir secara positif serta mengaplikasikannya pada kehidupan
sehari-hari. Kemudian mereka diberikan keleluasaan untuk beraktifitas serta
menilai apakah yang dilakukannya itu bermanfaat bagi orang lain atau tidak
sehingga mereka dapat mengintropeksi diri dan biarkan diri mereka sendiri
yang menilai.
d. Metode penanaman nilai agama lewat pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik dari ungkapan ini dapat
diambil kesimpulan bahwa setiap orang itu pasti memiliki pengalaman yang
berbeda dari pengalaman tersebut metode ini mencoba menanamkan nilai-nilai
agama lewat pengalaman. Orang yang ceroboh pasti tidak akan mengulangi
kesalahan yang pernah dilakukannya dan seorang muslim sejati tidak akan
terjerumus pada lubang yang sama.

26
PENUTUP

A. Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi perkembangan keberagamaan yang meliputi,

Faktor intern dan Faktor eksternal. Perkembangan agama pada para remaja di

tandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya.

Perkembangan itu antara lain menurut W.Starbuck adalah; Pertumbuhan

pikiran dan mental, Perkembangan perasaan, Pertimbangan social,

Perkembangan moral dan Sikap dan minat.

Ciri yang dialami oleh remaja dalam perkembangan jiwa keagamaannya,

antara lain sebagai berikut; Pertumbuhan jasmani secara cepat telah selesai,

Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai, Pertumbuhan pribadi belum selesa,

Pertumbuhan jiwa sosial masih berjalan, Keadaan jiwa agama yang tak stabil.

Menurut Zakiah membagi siakap remaja terhadap masalah keagamaan

sebagai berikut; Percaya turut-turuta, Percaya dengan kesadaran, Percaya

tetapi agak ragu-ragu (bimbang), Tak percaya sama sekali (tak percaya kepada

tuhan)

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat untuk
kita semua dan pastinya makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami mohon partisipasinya untuk memberi saran dalam menelaah makalah ini
lebih jauh.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bambang Syamsul, 2008, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia


Bambang Syamsul Arifin , Psikologi Agama, (Bandung: CV.Pustaka Setia,
2008)
Crapps , Robert W, 1995, Dialog Psikologi dan Agama, Yogyakarta:
KANISIUS
Hurlock, E.B., Child development, New York :1978, Mc Graw Hill Book
Company
http://www.duniapsikologi.com/remaja-pengertian-dan-definisinya/, 21 Mei
2012
http://kajad-alhikmahkajen.blogspot.com/2010/01/perkembangan-agama-pada-
usia-remaja-dan.html, 21 Mei 2012
http://andreastea83.blogspot.com/2012/01/perkembangan-dimensi-rasa-agama-
pada.html, 22 Mei 2012
http://hakie.wordpress.com/2012/05/14/perkembangan-rasa-beragama-pada-
remaja/, 21 Mei 2012
Jalaluddin. Psikologi Agama.1996, 2004, 2012. Jakarta : PT Raja Grafindo
persada
Nurhayati, Tati, 2007 Perkembangan Rasa Keagamaan Pada Usia
Remaja dalam Jurnal Al-Tarbiyah edisi XX, vol I Juni
Robert W.Crapps, Perkembangan Kepribandian dan Keagamaan, (Yogyakarta:
Kanisius, 1994)
Sururin, Ilmu jiwa agama. 2002 Jakarta: PT Raka Grafindo Utama
Zakiah darajat, Ilmu Jiwa Agama. 2003, 2005Jakarta : Bulan Bintang

28

Anda mungkin juga menyukai