Anda di halaman 1dari 3

Konsep Dasar Media dalam Bimbingan Klasikal

Oleh: Sunawan, Ph.D.

Proses penting dalam kegiatan bimbingan klasikal pada dasarnya adalah


komunikasi dan interaksi antara konselor dengan siswa dalam rangka membahas
suatu konten atau materi tertentu guna mencapai tujuan bimbingan kelompok.
Ketercapaian tujuan bimbingan kelompok merupakan bentuk pemenuhan
kebutuhan siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Dalam
proses komunikasi dan interaksi akan selalu terdapat penghalang atau burrier yang
menyebabkan pesan informasi dalam bimbingan klasikal tidak tersampaikan
kepada siswa atau konselor secara akurat dan tepat. Guna mengurangi dampak
hambatan itulah maka konselor memerlukan alat bantu dan media dalam
melaksanakan bimbingan klasikal. Lihat gambar 1 untuk memperjelas peran media
dalam bimbingan klasikal.

Gambar 1. Alur komunikasi dalam kegiatan pendidikan dan bimbingan klasikal


(Sumber: https://riswantohidayat.wordpress.com/komunikasi/proses-komunikasi/)

Relevan dengan Gambar 1, media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai


segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar (Miarso, 2004). Keberadaan media memungkinkan pesan
yang dikirim oleh pengirim pesan (sender) dapat diterima dan diinterpretasi secara
akurat oleh penerima pesan (receiver). Burdin dan Byrd (1999), selanjutnya,
memaparkan bahwa media memiliki kontribusi sebagai berikut:

Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018


a. Isi bimbingan klasikal lebih terorganisir dan terpilih. Melalui penggunaan
media, informasi dan materi yang disampaikan dalam bimbingan klasikal dapat
distruktur dan diorganisir secara lebih sistematis. Dampaknya, siswa dapat
memproses informasi dalam bimbingan klasikal secara lebih bermakna.
b. Penyampaian isi bimbingan klasikal lebih terstandar. Keberadaan media
memungkinkan suatu materi bimbingan klasikal yang sama apabila
disampaikan oleh konselor yang berbeda maka lingkup materi bimbingan
klasikal akan tetap sama.
c. Bimbingan klasikal akan menjadi lebih menarik. Penggunaan media
memungkinkan konselor untuk menarik perhatian siswa karena materi yang
dibahas dalam bimbingan klasikal bukan sesuatu yang abstrak.
d. Bimbingan klasikal menjadi lebih interaktif. Pemanfaatan media
memungkinkan konselor memiliki waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi
dengan siswa. Di samping itu, konselor dapat melakukan tanya-jawab sesuai
dengan objek yang diamati siswa dari media yang disajikan konselor.
e. Waktu yang digunakan lebih singkat. Keberadaan media membuat waktu yang
diperlukan untuk menyampaikan suatu materi atau konten bimbingan klasikal
lebih efisien dan lebih singkat. Dengan waktu yang lebih efisien ini, maka
konselor masih memiliki waktu tambahan untuk memfasilitasi siswa melakukan
aktivitas lain yang lebih bermakna dalam bimbingan klasikal. Sebagai contoh,
dalam bimbingan klasikal konselor dan siswa tidak memiliki bahan dan media,
kemudian siswa diminta mencatat bahan bimbingan klasikal agar dalam
membahas topik tertentu siswa memiliki gambaran. Dalam situasi ini, waktu
siswa habis untuk mencatat, interaksi antara siswa-konselor dalam bimbingan
klasikal berkurang, dan pembahasan isu penting tidak memiliki waktu yang
cukup.
f. Kualitas belajar dalam bimbingan klasikal dapat ditingkat. Penggunaan media
membuat siswa dan konselor memiliki gambaran yang kongkrit tentang isu atau
topik yang dibahas dalam bimbingan klasikal. Dampaknya, mereka bersama

Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018


dapat membahas isu-isu yang lebih bermakna tentang objek yang disajikan
dalam media, seperti menganalisis mengevaluasi, mengkritisi, dan seterusnya.
g. Kegiatan bimbingan klasikal dapat diberikan kapanpun dan di manapun
diperlukan. Apabila suatu konten atau materi atau isu sudah dirangkum dan
disajikan sedemikian rupa dalam suatu jenis media tertentu, maka konselor
dapat menyampaikan materi tersebut kapanpun.
h. Sikap positif individu terhadap apa yang dipelajari dalam bimbingan klasikal.
Media juga berdampak terhadap pensikapan siswa terhadap kegiatan bimbingan
klasikal yang dilaksanakan oleh konselor. Jika konselor mempersiapkan media
secara komunikatif dan menarik, maka siswa akan bisa memahami bahwa
konselor telah mempersiapkan kegiatan bimbingan klasikal secara profesional.
Pemahaman ini kemudian membuat siswa memandang bahwa kegiatan
bimbingan klasikal merupakan kegiatan yang profesional dan konselor yang
menyampaika adalah konselor yang kredibel dan berkompeten.
i. Peran konselor dapat ditingkatkan. Dalam situasi yang ekstrim, ketiadaan media
membuat konselor menjadi tukang tulis di papan tulis atau tukang dikte bahan
yang akan dipelajari dalam bimbingan klasikal. Namun, dengan menggunakan
media konselor dapat berperan sebagai presenter dan fasilitator yang
profesional dalam bimbingan klasikal.
Isu yang dibahas dalam kegiatan bimbingan klasikal menjadi lebih kongkret.
Penggunaan media yang tepat menjadi konselor dapat menghadirkan contoh atau
objek yang kongkret sehingga kegiatan bimbingan klasikal lebih menarik.

Daftar Pustaka
Burdin, P.R., & Byrd, D.M. 1999. Methods for Effective Teaching. Boston: Allyn
and Bacon.
Miarso, Y.H. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media.

Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018

Anda mungkin juga menyukai