Anda di halaman 1dari 36

JENIS-JENIS LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG

BIMBINGAN KONSELING DISEKOLAH


Dosen Pengampu : Umi Aisyah,M.Pd.I

Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Pendididkan Islam

Disusun oleh :

Kelompok 3 BKI E

Ainun Nabila (1841040368)

Diastuti Suci Pertiwi (1841040320)

Lulu Hamida (1841040337)

Natasya Putri Salsabilah (1841040351)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 1441H/2020M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang mana atas berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Jenis-Jenis Layanan DanKegiatan Bimbingan Konseling Disekolah ” ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.,
serta keluarganya hingga akhir zaman. Aamiin.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu yang telah
membantu dan membimbing dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Tentunya ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan dari makalah ini, karena
itu kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita bersama.
Kami sudah berusaha untuk memperbaiki kualitas isi maupun penampilan fisik dan
hal lainnya dalam makalah ini, namun kekurangan tentu masih ada. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat kami harapkan utuk perbaikan selanjutnya.

Bandar Lampung, 10 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................……i

DAFTAR ISI.........................................................................................................……ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................…...1

B Rumusan Masalah………………………………………………...............…...1

C Tujuan penulisan ........................................................................................…...2

BAB II PEMBAHASAN

A. Layanan dalam bimbingan konseling


1. Layanan informasi
2. Layanan penempatan dan penyaluran
3. Layanan bimbingan belajar
4. Layanan konseling perorang
5. Layanan bimbingan dan konseling kelompok
6. Kegiatan penunjang
B. Kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling
1. Aplikasi instrumentasi
2. Himpunan data
3. Konferensi kasus
4. Kunjungan rumah
5. Alih tangan kasus

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ………………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan di negara asalnya yaitu Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya
pakar pendidikan yang menamatkan studinya di negeri Paman Sam itu kembali ke
Indonesia dengan membawa konsep-konsep bimbingan dan konseling yang baru. Hal
itu terjadi sekitar tahun 60-an. Tidak dapat dibantah bahwa pakar pendidikan itu telah
menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustakaan Amerika Serikat.
Khususnya mengenai pandangan mengenai anak didik yaitu bahwa anak didik
mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikan memberikan situasi
kondusif bagi perkembangan potensi tersebut cara optimal.

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cenderung berorientasi


layanan pendidikan (intruksional) dan pencegahan. Sejak tahun 1975 bimbingan dan
konseling digalakkan di sekolah-sekolah (Rochman Natawidjaja, 1987). Upaya ini
bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa sehingga ia dapat berkembang
dengan seoptimal mungkin. Disini amat terlihat konsep Barat mendominasi
bimbingan dan konseling di sekolah. (Sumber: Buku Konseling individual Teori dan
Praktek, Karangan: Prof. Dr. Sofyan S.Willis).

Bimbingan Konseling itu sendiri merupakan proses pemberian bantuan yang


dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai
potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu
itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal,
mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sajakah layanan dalam bimbingan konseling?


2. Apa sajakah kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling di sekolah?

C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui apa saja layanan dalam bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui apa saja kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling
di sekolah.
BAB II

PEMBAHAAN

A.Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

1. Layanan Orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk


memperkenalkan siswa baru atau seseorang terhadap lingkungan yang baru
dimasukinya. Dikarenakan siswa baru disekolah dan seseorang yang baru memasuki
lingkungan kerja, mereka belum banyak mengenal tentang lingkungan yang baru
dimasukinya.

a. Layanan orientasi disekolah

Bagi siswa, ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga


pendidikan (sekolah) yang baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan
proses belajarnya kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai
hasil belajar yang diharapkan. Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan
berbagai hal tentang lingkungan lembaga pendidikan yang baru itu.1

Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan


diri dengan lingkungan atau situasi yang baru secara lebih khusus, layanan orientasi
berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu pelayanan bimbingan dan konseling. Dilihat
dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar
memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja
dijumpainya. Hal-hal yang baru dijumpai, diolah oleh individu, dan digunakan untuk
sesuatu yang menguntungkan2.

Dilihat dari fungsi pencegahan, layanan orientasi bertujuan untuk membantu


individu agar terhindar dari hal-hal negatif yang dapat timbul apabila individu tidak
memahami situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan,
1
Prayitno dan erman amti, dasar-dasar bimbingan dan konseling,2013, hal. 256
2
ibid
apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan
secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu
akan dapat mengembangkan dan memelihara potensi dirinya.

Individu yang baru memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin
memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu diketahui itu pada garis
besarnya adalah keadaan lingkungan fisik (seperti gedung-gedung, peralatan,
kemudahan-kemudahan fisik), materi dan kondisi kegiatan (seperti jenis
kegiatan,lamanya kegiatan berlangsung, suasana sekolah), peraturan dan berbagai
ketentuan lainnya (seperti disiplin, hak dan kewajiban)3. Untuk lingkungan sekolah
misalnya, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah :

1) Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya;


2) Kurikulum yang ada;
3) Penyelenggaraan pengajaran;
4) Kegiatan belajar siswa yang diharapkan;
5) Sistem penilaian, ujian, dan kenaikan kelas;
6) Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, ruang praktek);
7) Fasilitas penunjang (sarana olahraga dan rekreasi, pelayanan kesehatan,
pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria dan tata usaha);
8) Staf pengajar;
9) Hak dan kewajiban siswa;
10) Organisasi siswa.
b. Metode layanan informasi

Pokok materi yang disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang


sekolah dan tingkat perkembangan anak4. Untuk anak-anak yang baru memasuki
kelas satu SD, tentulah materi-materi tersebut tidak perlu disampaikan. Pokok-pokok
materi itu sebaiknya disampaikan kepada orang tua murid. Pemahaman orang tua
3
ibid
4
ibid
terhadap berbagai materi itu akan membantu mereka memberikan kemudahan dan
pelayanan kepada anak-anak mereka untuk mengikuti pendidikan di SD dengan
sebaik-baiknya.

Untuk anak-anak yang segera memasuki SLTP, Allen dan McKean menyarankan
beberapa kegiatan :

1) Kunjungan ke SD pemasok
2) Kunjungan ke SLTP pemesan
3) Pertemuan dengan orang tua
4) Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
5) Mengunjungi kelas
6) Memanfatkan siswa-senior

Untuk siswa-siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SLTA, dan
mahasiswa perguruan tinggi) layanan serupa juga diperlukan.

2. Layanan informasi

Secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan


pemahaman pada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah
suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki.

Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan.


Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang
diperlukan untuk memecahakan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan
sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial budaya.5 Kedua, memungkinkan individu
dapat menentukan arah hidupnya “kemana ia ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat
menentukan arah hidup adalah apabila ia ingin mengetahui apa (informasi) yang
harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan
atas informasi-informasi yang ada itu. Ketiga, setiap individu adalah unik. Keunikan

5
ibid
itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda
beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu.6

a. Jenis- jenis informasi

Dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling, ada tiga jenis informasi yaitu :

1) Informasi pendidikan
Jenis-jenis informasi pendidikan meliputi :
a) Jadwal kegiatan sekolah,
b) Mata pelajaran yang ada,
c) Jurusan atau program-program yang tersedia,
d) Kegitan ko-kurikuler,
e) Fasilitas sumber belajar (seperti perpustakaan, labolatorium),
f) Sarana penunjang (seperti pelayanan kesehatan, bimbingan dan
konseling),
g) Kemungkinan bea-siswa, dan kemungkinan melanjutkan pelajaran ke
perguruan tinggi,
h) Peraturan sekolah, serta hak dan kewajiban siswa,
i) Keadaan fisik sekolah (gedung-gedung, pekarangan sekolah, alamat),
j) Prosedur penerimaan
2) Informasi jabatan
Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat hal-
hal sebagai berikut :
a) Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan.
b) Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan.
c) Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan.
d) Cara-cara atau prosedur penerimaan.
e) Kondisi kerja.
f) Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier.

6
ibid
g) Fasilitas penunjang untuk kesejahteraann pekerja, seperti kesehatan,
olahraga dan rekreasi.
3) Informasi sosial-budaya.
Informasi sosial-budaya meliputi :
a) Macam-macam suku bangsa.
b) Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasan.
c) Agama dan kepercayan-kepercayaan.
d) Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman suku bangsa lainnya.
e) Potensi-potensi daerah.
f) Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.
b. Metode layanaan informasi disekolah

Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, buku panduan, konferensi
karier dan sosiodrama.

3. Layanan penempatan dan penyaluran

Di sekolah banyak wadah dan kegiatan dan yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan bakat, kemampuan, dan minat serta hobi, misalnya kegiatan
kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok pecinta alam, kegiatan
kesenian, olahraga, dan kelompok-kelompok belajar.7 Demikian juga untuk
pengembangan bakat dan minat yang lebih lanjut, sekolah menyediakan jurusan-
jurusan dan program-program khusus pendidikan dan latihan.

Penempatan dan penyaluran siswa disekolah dapat berupa (a) penempatan siswa
di dalam kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok
belajar, (c) ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan (d) ke dalam jurusan/program
studi yang sesuai.

4. Layanan bimbingan belajar


7
ibid
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting
diselenggarakan di sekolah. Layanan bimbingan dilaksanakan melalui tahap-tahap 8:

a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar


Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada
umumnya dapat digolongkan atas :
1) Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki
intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara
optimal.
2) Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memilki bakat
akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih
memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan
kemampuan belajarnya yang amat tinggi itu.
3) Sangat lamabat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
4) Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang
bersemangat dalam belajar; mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5) Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang
kegiataan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan
seharusnya, seperti suka menuda-nunda tugas, mengulur-ulur waktu,
membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahuinya.

Siswa yang mengalami masalah belajar seperti ini dapat dikenali melalui prosedur
pengugkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan
sikap dan kebiasaan belajar, dan pengamatan.

b. Upaya membantu siswa yang mengalami masalah belajar

Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan :

8
ibid
1) Pengajaran perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan pada


seorang atau sekolompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka.
Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus,
karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar
belakang masalah yang dihadapi siswa.

2) Kegiatan pengayaan

Kegiataan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada


seorang atau sekolompok siswa yang sangat cepat dalam belajar. Mereka memerlukan
tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah memperluas pengetahuan dan
keterampilan yang telah dimilikinya dalam kegiatan belajar sebelumnya. Misalnya,
sistem pengajaran dengan modul, paket belajar, dan pengajaran yang berprogram
lainnya.9

3) Peningkatan motivasi belajar

Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan :

a) Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Siswa akan terdorong untuk lebih giat


belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak
dicapai
b) Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa
c) Memciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang, dan
menyenangkan
d) Menciptakan suasana hubungan yang hangat antara guru dan murid serta
antara murid dan murid

9
ibid
e) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti
suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan,
menjengkelkan)
4) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik

Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan
perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru
konselor, dan orang tua siswa. Untuk itu siswa hendaklah dibantu dalam :

a) Menemukan motif-motif yang tepat dalam belajar.


b) Memelihara kondisi kesehatan yang baik.
c) Mengatur waktu belajar, baik di sekolah maupun di rumah.
d) Memilih tempat belajar yang baik.
e) Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui kepada
guru, teman atau siapa pun juga.

5. Layanan Konseling Perorangan

Pada bagian ini konseling dimasudkan pelayanan khusus dalam hubungan tatap
muka langsung antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien di
cermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien
sendiri. Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling
utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan dalam masalah klien10. Bahkan
konseling dikatan sebagai “jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara
menyeluruh. Hal itu berarti bahwa apabila layanan konseling telah memberikan
jasanya, maka masalah klien akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya
bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping.

Implikasi lain pengertian “jantung hati” ialah apabila seorang konselor telah
menguasai dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, bagaimana pelayanan konseling
itu (dalam arti memahami, menghayati dan menerapkan wawasan, pengetahuan dan
keterampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka dapat diharapkan
10
ibid
seorang konselor tersebut dapat menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan
lainya dengan tidak mengalami banyak kesulitan. Disamping itu, perlu dipahami
pula bahwa “konseling multidimensional” sebagaimana telah disebutkan terlebih
dahulu, menjangkau aspek-aspek yang lebih luas daripada apa yang muncul pada
saat wawancara konseling. isi konseling menyangkut berbagai segi kehidupan dan
perkembangan klien yang mungkin perlu dikaitkan pada layanan-layanan orientasi
dan informasi, penempatan dan penyaluran, serta bimbingan belajar.

Untuk dapat menguasai “jantung hati” bimbingan sebagaimana dijabarkan diatas


konselor perlu mempelajari, menerapkan dan berpengalaman luas dalam layanan
konseling itu dengan segenap seluk-beluknya.

1. Layanan Konseling Diselenggarakan Secara “Resmi”


Konseling merupakan layanan yang teratur, terarah dan terkontrol, serta tidak
diselenggarakan secara acak. Sasaran (subjek penerima layanan), tujuan, kondisi
dan metodologi penyelenggaraan layanan telah digariskan dengan jelas. Sebagai
rambu-rambu pokok dalam

Pelaksanaan layanan konseling, Munro dkk (1979) mengemukakan tiga dasar


etika konseling, yaitu kerahasiaan, keterbukaan, dan tanggung jawab pribadi klien. 11
Konseling yang berhasil dan bersifat etis apabila kerahasiaan klien terlanggar,
demikian pula tidaklah etis suatu layanan konseling yang diselenggarakan dalam
suasana keterpaksaan klien. Dan tidaklah etis suatu layanan konseling
apabilatanggung jawab klien atas tingkah lakunya sendiri dikurangi. Tanggung
jawab dan kewajiban konselor sepenuhnya untuk mengusahakan terlaksananya
ketiga dasar etika konselor itu. Pelaksanaan asas-asas bimbingan dan konseling
sebagaimana sudah dijelaskan dengan baik pada bab III hanya mungkin apabila
ketiga dasar etika konseling itu telah diamalkan sebagaimana mestinya.

11
ibid
Diatas landasan sebagaimana telah diutarakan itu, sifat “resmi” layanan konseling
ditandai dengan adanya ciri-ciri yang melekat pada pelaksanaan layanan itu, yaitu
bahwa :
a. Layanan itu merupakan usaha yang disengaja.
b. Tujuan layanan tidak boleh lain daripada untuk kepentingan dan kebahagiaan
klien.
c. Kegiatan layanan di selenggarakan dalam format yang telah ditetapkan.
d. Metode dan teknologi dalam layanan berdasarkan teori yang telah teruji.
e. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.

Ketika akan mengawali hubungan konseling konselor perlu memasang niat dan
motivasi yang kuat untuk membantu klien. Niat itu merupakan wujud kesengajaan
yang bersifat batiniah yang apabila diikuti oleh kesadaran yang mendalam akan
mampu memberikan arah yang tepat bagi pekerjaan yang akan dilakukan, sebagai
refleksi landasan keagamaan dalam konseling.12 maka niat itu dibarengi dengan
permohonan ridho, rahmat, dan petunjuk dari Tuhan agar layanan yang akan
dilaksanakan itu berjalan dengan lancer dan memberikan hasil dengan manfaat yang
sebesar-besarnya.
Sebagaimana telah dikemukakan tujuan konseling umum bimbingan dan
konseling adalah pemeliharaan dan pengembangan diri klien seutuhnya.
Kepentingan dan kebahagiaan klien yang menjadi arah layanan konseling secara
langsung mengacu kepada pemeliharaan dan pengembangan klien. Apapun yang
muncul dalam layanan bimbingan konseling harus diarahkan pada tujuan tersebut.
Format konseling meliputi terutama jarak, arah, sikap duduk konselor dank lien,
serta tatap muka atau kontak mata antara klien dengan konselor.
Sebenarnya format standar berkenaan dengan duduk dan tatapan wajah itu ialah
konselor dank lien duduk berhadap-hadapan, konselor duduk dengan sikap
sempurna dan wajah konselor menghadap klien tanpa adu pandang antara konselor
dengan klien. Format standar itu dapat diterapkan tanpa menimbulkan reaksi-reaksi

12
ibid
negatif pada pihak klien, manfaat yang dapat diberikannya cukup banyak format
apapun yang terbentuk, standar atau hasil modifikasi, efek yang diharapkan dari
terbentuknya format itu ialah :
a. Konselor sepenuhnya menghadapi dan mencurahkan perhatian kepada klien,
sebaiknya klien sepenuhnya memperhatikan konselor, dalam hal ini baik klien
maupun konselor menyiapkan diri dalam kondisi tranparan atau tidak ada yang
ditutup-tutupi.
b. Klien benar-benar melihat dan merasakan bahwa konselor dalam sikap
nsempurna selalu memperhatikan diri klien dan permasalahannya.13
c. Suara, mimik dan gerak-gerik klien dan konselor jelas ditangkap oleh pihak
lainnya.
d. Klien dan konselor mudah bergerak.
e. Klien dan konselor merasa dekat satu sama lain, sambil tetap menjaga jarak.

2. Pengentasan Masalah Melalui Konseling


Memalui konseling klien mengharapkan agar masalah yang dideritanya dapat
dientaskan. Langkah-langkah umum upaya pengentasan masalah melalui konseling
pada dasarnya yaitu :
a. Permasalahan masalah.
b. Analisis sebab-sebab timbulnya masalah.
c. Aplikasi metode khusus.
d. Evaluasi.
e. Tindak lanjut.

Dalam konseling klien dan konselor harus benar-benar memahami masalah yang
dihadapi klien, sedapat-dapatnya secara rinci. Upaya pemahaman masalah itu
biasanya dilakukan pada awal proses konseling. unsur-unsur pengenalan klien dan
masalahnya yang diperoleh konselor diluar proses konseling, khususnya yang ada
sangkut-pautnya dengan masalah yang sedang dibahas, harus dicek kebenarannya

13
ibid
kepada klien sendiri dalam proses konseling. usaha pemahaman masalah klien
biasanya terkait langsung dengan kajian tentang sumber penyebab masalah itu.

Hubungan konseling adalah hubungan pribadi yang terbuka dan dinamis antara
klien dan konselor.hubungan ini ditandai adanya kehangatan, kebebasan dan
suasana yang memperkenankan klien menampilkan diri sebagaimana adanya. dalam
konseling tidak ada kata-kata yang mencemooh, merendahkan atau menyesalkan,
menilai negatif atau menyalahkan, atau kata-kata yang bermakna negatif lainya.
Setiap kata yang diluncurkan atau yang dikatakan oleh konselor hendaknya benar-
benar tepat atau mengenai suatu permasalahn tersebut dan dapat mengunggah hati
serta pikiran klien, tanpa menimbulkan reaksi-reaksi negatif pada diri klien.

Apabila hati dan pikiran klien dapat digugah, besarlah harapan kekuatan yang
ada di dalam diri klien terbangkkitkan untuk mengentaskan permaslahan yang
dialaminya. Tergugahnya hati dan pikiran klien itulah yang merupakan titik awal
pengentasan masalah secara nyata.14 Terpahaminya masalah klien yang baik serta
tergugahnya hati dan pemikiran klien belum tentu akan membuahkan hasil dan
terpecahkannya masalah. Dalam hal ini proses konseling masih perlu dilanjutkan
dengan penerapan metode khusus sesuai dengan rincian masalah dan sumber-
sumber penyebabnya.

3. Tahap-Tahap Keefektifan Pengentasan Masalah Melalui Konseling


Keefektifan pengentasan masalah melalui konseling sebenarnya dapat di deteksi
sejak awal klien mengalami masalah. Dari keadaan yang paling awal sampai
konseling yang paling akhir nantinya pada waktu masalah klien terentaskan, dapat
diidentifikasi dengan lima tahap. Dengan memperhatikan tahap-tahap tersebut akan
terlihat, apakah klien sejak awalnya sampai akhirnya memang menjalani tahap-
tahap yang mengarahkan dirinya untuk mencapai kedaan terentaskan masalahnya.
Atau sebaliknya, ia berhenti pada satu tahap dan tidak melanjutkan ke tahap
berikutnya, kehinga keefektifan pengentasan masalah tidak meningkat kepada taraf
keefektifan yang lebih tinggi.
14
ibid
4. Pendekatan Dan Teori Konseling
Dalam pendekatan dan teori konseling, teori tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan kedalam tiga pendekatan, yaitu pendekatan konseling direktif,
konseling non-direktif, dan konseling elektrik. Pendekatan direktif dan non direktif
masing-masing memiliki pandangan yang berbeda, dan bertolak belakang, terutama
tentang hakikat tingkah laku individu dan timbulnya masalah.
a.Konseling Direktif
Pendekatan ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G. Darley yang berasumsi
dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya.
Karena itu klien membutuhkan bantuan dari orang lain, yaitu konselor. 15 Dalam
konseling direktif, klien bersifat pasif dan yang aktif adalah konselor. Dengan
demikian peranan utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor.

Klien hanya menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor.
Dalam konseling direktif di perlukan data yang lengkap tentang klien untuk
dipergunakan dalam uasaha diagnosis.
Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum sebagai berikut :
1. Analisis data tentang klien.
2. Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan klien.
3. Diagnosis masalah.
4. Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya.
5. Pemecahan masalah.
6. Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.

b. Konseling Non-Direktif
Konseling ini sering disebut “Client Centered Therapy” pendekatan ini peleroleh
oleh Carl Rogers dari Universitas Wisconsin di Amerika Serikat. Konseling ini

15
ibid
merupakan upaya pemecahan masalah yang berpusat pada klien. 16 Melalui
pendekatan ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan
pikiran-pikirannya secara bebas. Menurut Rogers adalah menjadi tanggung jawab
klien untuk membantu dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang penting dalam
konseling non-direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai kematangannya,
produktif, merdeka, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Sesuai dengan teori Rogers tentang hakikat manusia dan tingkah lakunya,
pendekatan konseling non-direktif sering juga disebut pendekatan konseling yang
beraliran humanistic (Hansen, dkk, 1977) dan Brammer S Stone, 1982). Aliran ini
menekankan pentingnya pengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki
ada pada setiap individu. Potensi dan kemampuan yang telah berkembang itu
menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.

c.Konseling Elektrik
Menurut Gilliland mengemukakan bahwa konseling elektrik adalah konseling
yang tidak memiliki teori atau prinsip khusus tentang kepribadian. Tujuan
konseling elektrik adalah untuk membantu klien dalam mengembangkan
integrasinya pada level tertinggi yang ditandai pleh adanya aktualisasi diri dan
integritas yang memuaskan. Sedangkan layanan konseling elektrik bertujuan untuk
menggantikan tingkah laku yang terlalu emosiaonal dengan tingkah laku yang
bercorak lebih rasional dan kontruksif.
Pendekatan konseling elektrik dapat digunakan untuk membantu konseli atau
klien yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dengan
berbagai tuntunan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Dalam konseling
elektrik ada beberapa tahapan yaitu :

a. Tahapan eksplorasi masalah.

b. Tahap perumusan masalah.

c. Tahap identifikasi alternatif.


16
ibid
d. Tahap perencanaan.

e. Tahap penilaian atau umpan balik.

6. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok

Apabila konseling perorangan menunjukan layanan kepada individu atau klien


orang-perorangan, maka bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan
kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu
memberikan manfaat atau jasa kepada seumlah orang. Kemanfaatan yang lebih
meluas inilah yang paling menjadi perhatiaa semua pihak berkenaan dengan layanan
kelompok itu. Apalagi pada zaman yang menekankan perlunya efesiesi, perlunya
perluasaan pelayanan jasa yang mampu menjangkau lebih banyak konsumen secara
tepat dan cepat, layanan kelompok semakin menarik. Bahkan Larrabee dan Terres
(1984) meramalkan bahwa pada tahun 2004 layanan konseling kelompok
mendominasikan segenap upaya pelayanan bimbingan dan konseling.17

Keunggulan yang diberikan oleh layanan kelompok ternyata bukan hanya


menyangkut aspek ekonomi/efisiensi sebagaimana dituturkan diatas. Dinamika
perubahan yang terjadi ketika layanan itu berlangsung juga amat menarik perhatiaan.
Dalam layanan kelompok interaksi antar individu anggota kelompok merupakan
suatu yang khas, yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Dengan
interaksi sosial yang intensif dan dinamis selama berlangsungnya layanan, diharapkan
tujuan-tujuan layanan (yang sejajar dengan kebutuhan-kebutuhan individu anggota
kelompok) dapat tercapai secara lebih mantap. Selain itu, karena para anggota
kelompok dalam interaksi mereka membawakan kondisi pribadinnya, sebagaimana
mereka masing-masing tampilkan dalam kehidupan sehari-hari, maka dinamika
kelompok yang terjadi pada di dalam kelompok itu mencerminkan suasana kehidupan
nyata yang dapat dijumpai di masyarakat secara luas. Bagi para calon klien itu,
dinamika interaksi di dalam kelompok membuahkan berbagai hal yang pendalamanya
lebih lanjut akan dapat dilakukan dalam layanan konseling perorangan (Mc. Danniel,
1956).18 Dengan demikian layanan, layanan konseling perorangan. Selain itu, suasana
kelompok yang berkembang dalam konseling kelompok juga dapat menjadi tempat
pengembangan keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi sosial bagi klien setelah
menerima layanan konseling perorangan.

1. Ciri-Ciri kelompok

17
ibid
18
ibid
Meskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang tetapi kelompok bukan
sekedar kumpulan orang. Sejumlah orang yang berkumpul itu baru merupakan
“lahan” bagi terbentuknya kelompok. Unsur-unsur tersebut yang paling pokok
menyangkut tujuan, keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan yang diikuti.
Sekumpulan orang akan menjadi kelompok kala mereka mempunyai tujuan bersama.
Seluruh anggota kelompok melakukan kegiatan yang tertuju pada pencapaian tujuan
bersama itu. Dalam sebuah kelompok semua individu yang ada di dalam nya
mengikatkan diri pada satu tujuan. Keanggotaan suatu kelompok justru di tentukan
oleh keterikatan individu yang bersangkutan pada tujuan yang dimaksudkan itu.
Dengan demikian, tanda keanggotaan dalam kelompok adalah rasa kebersamaan yang
diikat dengan tujuan yang satu itu.

Kebersamaan dalam kelompok lebih lanjut diikat dengan adanya pemimpin


kelompok yang bertugas mempersatukaan seluruh anggotakelompok untuk
melakukan kegiatan bersama, untuk mencapai tujuan yang satu bersama. Selanjutnya,
kelompok yang sudah memiliki tujuan, anggota dan pemimpin itu tidaklah lengkap
apabila belum memiliki aturan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

2. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana
kelompok. Gazda(1978) mengemukakan bahwa bimbingan berkelompok di sekolah
merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun rencana dan keputusan yang tepat. 19 Dengan demikian jelas bahwa
kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah pemberiaan informasi untuk keperluaan
tertentu bagi para anggota kelompok.

3. Konseling Kelompok

Dimuka telah dibicarakan beberapa hal pokok tentang layanan perorangan.


Sehubungan dengan itu, layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan
konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Disana ada
konselor (yang jumlah nya mungkin lebih dari seorang) dan ada klien, yaitu oara
anggota kelompok (yang jumlahnya paling kurang dua orang). Disana terjadi
hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling
perorangan, yaitu hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban. Dimana juga ada
pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelurusan sebab-sebab timbulnya
masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode
khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Untuk memasuki konseling kelopok para

19
ibid
anggota atau klien pada awalnya tidak memerlukan persuapan tertentu. Dengan
demikian masalah yang akan mereka bawa masing-masing kedalam kelompok besar
kemungkinan berbeda-beda atau bahkan diantara mereka yang menurut kategori
Bordin “tidak bermasalah “. Mengenai masalah-masalah yang dibahas dala konseling
kelompok, selain masalah yang bervarasi seperti tersebut, konselor dapat menetapkan
(melalui persetujuan para anggota kelompok). Dengan pembahasan satu topik itu
konselor membawa dan mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat
langsung dala dinamika interaksi sosial kelompok.

Warner dan Smith (dalam Larrabee dan Terrs, 1984) menegaskan lebih lanjut
bahwa layanan konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk
menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam
pengembangan kemampuan pribadi mereka (misalnya pengendalian diri, tenggang
rasa, dan teposliro seperti tersebut). 20

2.KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

A. Aplikasi Instrumentasi

1. makna

aplikasi instrumentasi dapat bermakna pengungkapan yang dilakukan dengan


menggunakan alat ukur atau intrumen tertentu. Konsisi dalam diri siswa perlu
diungkap melalui instrumentasi dalam bimbingan dan konseling untuk memperoleh
pemahaman tentang siswa secara lebih cepat. Upaya pengungkapan dapat dilakukan
melalui tes dan nontes. Hasil instrument selanjutnya dianalisis dan di tafsirkan serta
disikapi untuk memberikan perlakuan secara tepat kepada siswa daam bentuk layanan
BK.

2. tujuan

Tujuan instrumentasi adalah supaya diperolehnya data tentang kondisi siswa.


Data yang diperoleh selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan
penyelenggaraan BK. Penyelenggaraan BK khususnya disekolah akan lebih efektif
dan efisien.secara khusus, apabila dikaitkan dengan fungsi BK terutama fungsi

20
ibid
pemahaman, data hasil instrumentasi bertujuan untuk memahami kondisi siswa
seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya, kondisi diri dan lingkungan, masalah
yang dialami, dan sebagainya. Pemahaman yang baik tentang siswa melalui
instrumentasi dapat dijadikan konselor sebagai pertimbangan dalam memberikan
bantuan kepada siswa sesuai kebutuhan dan masalah yang dialami.

3. komponen

Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi


adalah:

Pertama, instrument. Terkait dengan instrument, ada dua sub komponen yang
tidak bias dipisahkan, yaitu materi yang akan diungkapkan melalui instrument dan
bentuk instrumen itu sendiri. Hal-hal yang menyangkut tentang klien, yang akan
diungkapkan memalui instrument tertentu misalnya: a) kondisi fisik individu atau
siswa seperti keadaan jasmani dan kesehatan. b) kondisi dasar psikologi individu atau
siswa seperti potensi dasar bakat, minat dan sikap. c) kondisi dinamik fungsional
psikologis d) kondisi dan hasil belajar e) kondisi hubungan social f) kondisi keluarga
dan lingkungan siswa g) kondisi arah pengembangn dan kenyataan karir h)
permasalahan yang potensial atau yang sedang dialami individu. Sedangkan bentuk
instrument dibagi menjadi dua yaitu tes dan nontes. Instrument tes bisa dalam bentuk
tes psikologis, intelejensi, bakat dan minat, dan tes hasil belajar. yang termasuk
kedalam instrument nontes adalah a) angket, b) daftar isian, c) daftar pilihan, d)
sosiometri. Munculnya AUM (alat ungkap masalah) sebagai wujud penggunaan
perangkat teknologi dalam pengungkapan data klien atau siswa. Selain itu, konselor
bisa membuat instrument sendiri dengan memeperhatikan unsur validitas dan
reliabilitasnya21. Instrument yang digunakan konselor dalam mengungkapkan kondisi
klien harus sesuai dengan apa yang hendak diungkapkan oleh klien dan kondisi
pribadi klien.

Kedua, responden. Responden adalah individu yang mengerjakan instrument


tes maupun nontes melalui pengadministrasian yang dilakukan oleh konselor.
Dilingkungan sekolah respondennya adalah siswa. Dan tidak semua instrument cocok
untuk semua responden. Oleh sebab itu konselor harus cermat memilih instrument
mana yang sesuai dengan kondisi responden.

21
Tohirin, bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, 2015, hal. 200
Ketiga,penggunan instrument. Adalah pihak yang dapat menggunkan
instrument tertentu sesuai dengan kewenangannya.22 Misal instrument tes psikologis
untuk mengungkapkan kondisi kepribadian individu. konselor bisa
menyelenggarakan tes psikologis yang lebih sederhana seperti tes intelegensi dan tes
bakat.

4. teknik

Sebelum instrument diterangkan, terlenih dahulu diadakan analisis yang


mendalam terhadap siswa atau sekelompok siswa. Penyelenggaraan administrasi
instrument dan penyelenggaraan hasil intrumen sangan menentukan keerhasilan
layanan. Untuk itu perlu dilakukan hal sebagai berikut.

a) Penyiapan instrument

Instrument dengan siswa harus benar-benar cocok untuk mengungkapkan apa


yang ada dalam diri siswa. Unruk itu konselor perlu melakukan hal sebagai berikut:
1) mempeajari manual instrument 2) mengidentifikasi karakteristik siswa 3) melihat
kesesuaian antara instrument dan siswa 4) menyiapkan diri untuk mampu
mengadministrasikan instrument 5) menyiapkan aspek teknik dan administrasi.

b) Pengadministrasian instrument

Pengadministrasian instrumen harus sesuai dengan petunjuk yang telah


dikemukakan dalam manual instrumen. Dalam pengadministrasian intrumen,
konselor mengemukakan: 1) pokok isi, bentuk, tujuan, dan kegunaan instrumen bagi
responden 2) bagaimana bekerja dengan isntrumen tertentu, 3) bagaimana mengolah
jawaban reponden 4) bagaimana hasil pengolahan itu disampaikan kepada responden
5) bagaimana hasil tersebut digunakan, dan apa yang perlu dilakukan oleh responden.
Untuk menjamin hasil instrumen, konselor dalam menyampaikan hasil intrumen
harus disertai tanya jawab dengan reponden agar dapat menjalani proses instrumen
secara baik.

22
ibid
c) Pengolahan dan pemaknaan jawaban responden

Pengelolaan jawaban responden (siswa) dapatdilakukan secara manual dan dapat


menggunkan peralatan elektronik seperti program kompoter. Data atau jawaban
responden yang sudah diolah baik secara manual maupun computer, selanjutnya
dianalisis atau dimaknai dengan menggunkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan;
selanjutnya siap digunakan dalam pelayanan BK.23

d) Penyampaian hasil instrumen

Hasil instrumen harus disampaikan secara cermat dan hati-hati. Asas kerahasiaan
harus benar-benar diterapkan. Hasil instrumen tidak boleh diumumkan secara terbuka
dan dijadikan pembicaraan umum, hasil instrumen boleh dijadikan konsumsi umum
atau diskusi secara terbuka. Misalnya, disajikan atau didiskusikan di dalam kelas,
tetapi tidak satu namapun disebutkan dan satu datapun dikaitkan dengan pribadi
tertentu.

e) Penggunaan hasil instrumen

Hasil-hasil instrumentasi dapat digunakan bagi perencanaan program bimbingan,


penetapan peserta layanan, sebagai isi layanan, tidak lanjut dan bagi upaya
pengembangan.

e. pelaksanan kegiatan

kegiatan aplikasi instrmentasi merupakan suatu proses dimana pelaksananya


menempuh tahapan-tahapan tertentu. Adapun tahapan kegiatan adalah:

pertama, perencanaan. Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan konselor


adalah; a) menetapkan objek yang akan diukur atau diungkapkn, b) menetapkan
subjek yang akan menjalani pengukuran, c) menyusun instrumen sesuai dengn objek
yang akan diungkap, d) menetapkan prosedur pengungkap, e) menetapkan fasilitas, f)
menyiapkan kelengkpan administrasi.24
23
ibid
24
ibid
Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan konselor adalah: a)
mengomunikasikan rencana pelaksaan aplikasi instrumentasi kepada pihak terkait, b)
mengorganisasi kegiatan instrumentasi, c) mengadministraskan instrumentasi, d)
mengolah jawaban reponden, e) menafsirkan hasil instrumentasi, f) menetapkan arah
penggunaan hasil instrumen.

Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: a) menetapkn
materi evaluasi terhadap kegitan instrumentasi serta penggunaan hasl-hasilnya, b)
menetapkan prosedur dan cara-cara evaluasi, c) melaksanakan evaluasi, d) mengolah
data dan menafsirkan atau memaknai hasil evaluasi.

Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan konselor
adalah: a) menetapkan norma atau staandar analisis, b) melakukan analisis, c)
menafsirkan hasil analisis.

Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini yang dilakukan konselor adalah: a)
menetapkan jenis dan arah tindak lanjut terhadap kegiatan instrumentasi serta
penggunaan hasil-hasilnya, b) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada
kepada pihak terkait, c) melaksanakan tindak lanjut.

Keenam, pembuatan laporan. Pada tahap ini yang dilakukan konselor adalah:
a) menyusun laporan kegiatan aplikasi instrumentasi, b) menyampaikan laporan
kepada pihak terkait, c) mendokumentasikan laporan kegiatan.

B. Himpunan Data

1. makna himpunan data

Data merupakan deskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan tentang


sesuatu. Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan, pengelolaan-
pengelolaan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu.

2. tujuan
Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertian
lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik
dan membantu siswa memperoleh pemahaman diri sendiri.

3. komponen

Komponen dalam himpunan data adalah jenis data. Data yang dihimpundari
sisawa dapat berupa data psikologis dan data social. Menurut Prayitno (2014)
mengelompokkan empat jenis data yait25u:

a. Data pribadi: yaitu data mencakup identitas pribadi seperti nama, tempat
tanggal lahir, alamat, kewarga negaraan dan lain-lain.
b. Data kelompok: yaitu data yang mengenai sekelompok individu (siswa) dalam
jumlah terbatas.
c. Data umum: data ini berkaitan dengan hal-hal yang bersifat umum, mengenai
fakta atau keterangan tentang apa saja yang dapat diakses oleh siapa saja.
d. Data khusus: data yang berisi laporan tentang suatu kegitan, khususnya
laporan yang menyangkut kegiatan indvidu ataupun kelompok yang menjadi
tanggung jawab konselor (pembimbing).

4. Teknik

Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efektif konselor perlu
melakukan beberapa teknik, seperti: aplikasi instrumen, penyusunan dan
pennyimpanan data, penggunaan perangkat computer, dan tenaga administrasi. Selain
teknik diatas, secara umum teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan tes dan
nontes.

Pertama, teknik tes. Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk
memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan psikologis
seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan

25
ibid
suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diukur. 26 Tes yang digunakan dalam
himpunan data ada beberapa macam:

a. Tes hasil belajar (achievement test)


b. Tes kemampuan khusus atau tes bakat khusus ( test of specific ability)
c. Tes minat (test of vocational)
d. Tes perkembangan vokasional
e. Tes kepribadian

Kedua, teknik nontes. Yang termasuk alat-alat nontes dalam himpunan data
adalah:

1) Angket tertulis, angket memuat sejumlah item pertanyaan yang harus dijawab
oleh responden (siswa).
2) Wawancara, dalam wawancara komunikasi dilakukan dengan lisan ( dialog
atau tanya jawab secara lisan).
3) Observas, teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
seksama baik secara langsung maupun tidak langsung.
4) Otobiografi, merupakan karangan yang tertulis oleh siswa sendiri tentang
riwayat hidup.
5) Anekdot (anecdotal record), merupakan laporan singkat tentang berbagai
kejadian atau perilaku tentang siswa atau memuat deskripsi objektif tentang
perilaku siswa saat tertentu.
6) Skala penilaian ( rating scale), merupakan sebuah daftar yang menyajikan
sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalam bentuk skala.
7) Sosiometri, merupakan alat (instrmen) untuk mengumpulkan data tentang
hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku seorang siswa.
8) Kunjungan rumah, hal ini dilakukan untuk mengenal secara lebih dekat
lingkungan kelurga siswa.
9) Kartu Pribadi (comulative record) merupakan suatu catatan yang disusun
secara kronologis dan terus bertambah secara luas karena penambahan data
26
Ibid,
secara kontinu. Dalam konteks bimbingan konseling , kartu pribadi
merupakan suatu catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama
beberapa waktu dan memuat data yang signifikan bagi keperluan bimbingan.
10) Studi Kasus merupakan metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan
komprehensif. Studi kasus sangat diperlukan untuk memperoleh pemahaman
diri siswa yang dijadikan sebagai kasus.27 Siswa yang memerlukan studi kasus
adalah siswa yang menunjukkan gejala mengalami kesulitan atau masalah
serius sehingga memerlukan bantuan yang serius pula.

5. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan himpunan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

Pertama, perencanaan yang mencakup kegiatan : menetapkan jenis dan klasifikasi


data dan sumber-sumbernya, menetapkan bentuk himpunan data.

Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan : mengumpulkan data dan


memasukkannya ke dalam himpunan data sesuai dengan klasifikasi dan sistem etika
yang ditetapkan, memanfaatkan data untuk berbagai jenis layanan konseling.

Ketiga, evaluasi yang mencakup kegiatan : mengkaji atau menelaah efisiensi


sistematika dan penggunaan fasilitas yang digunakan, memeriksa kelengkapan,
keakuratan, keaktualan dan kemanfaatan data dalam himpunan data.

Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan
analisis terhadap hasil evaluasi.

Kelima, tindak lanjut. Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengembangkan
himpunan data lebih lanjut sesuai dengan hasil analisis.

Keenam, laporan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah : menyususn laporan
kegiatan himpunan data, menyampaikan data pada pihak terkait, mendokumentasikan
laporan.

27
ibid
C. Konferensi Kasus

1. Makna

Kasus bisa bermakna kondisi yang mengandung permasalahan tertentu. Dikatakan


kasus karena kondisi-kondisi yang mengandung masalah tertenru, hanya terjadi pada
individu atau sekelompok individu tertentu saja dan tidak terjadi pada individu lain. 28
Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau
konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya. Konferensi
kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor, dihadiri oleh
pihak-pihak tertentu yang terkait dengan kasus dan upaya pemecahannya.

2. Tujuan

Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih
luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus
(masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan
konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan dan
konseling. Berkenaan dengan fungsi pemahamn, semakin lengkap dan akurat data
tentang permasalahan yang dibahas, maka akan semakin dipahami secara mendalam
permasalahan itu oleh konselor dan pihak-pihak lain yang hadir dalam konferensi
kasus.

3. Komponen

Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu kasus itu sendiri, peserta
dan pembimbing atau konselor. Pertama, kasus-kasus yang di bahas dalam konferensi
kasus dapat mencakup : masalah klien yang ditangani oleh konselor, masalah yang
dialami oleh seseorang tetapi belum ditangani oleh konselor, kondisi lingkungan
berpotensi bermasalah. Kedua, peserta. 29Para peserta dalam konferensi kasus pada
dasarnya adalah semua pihak yang terkait dengan kasus atau permasalahan yang
dibahas. Ketiga, konselor (pembimbing) merupakan penyelenggara konferensi kasus
28
ibid
29
ibid
mulai dari perencanaan, pelaksanaa, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara
menyeluruh.

4. Tehnik

Pertama, kelompok nonformal. Konferensi kasus menggunakan tehnik ini bersifat


tidak resmi, artinya tidak menggunakan cara-cara tertentu yang bersifat instruksional,
atau tidak ada insturksi atau perintah dari siapa pun. Kedua, pendekatan normatif.
Penerapan tehnik ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) penyebutan
nama seseorang harus diseratai penerapan asas kerahasian, (b) pengungkapan sesuatu
dan pembahasannya harus didasarkan pada tujuan positif yang menguntungkan semua
pihak yang terkait, (c) pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa
pamrih dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang.

Ketiga, pembicaraan terfokus. Semua peserta konferensi kasus bebeas


mengmbangkan apa yang diketahui, dipikirkan, dirasakan,dialami, dan dibayangkan
akan terjadi berkaitan dengan kasus yang dibicarakan, namun jangan sampai
pembicaraan meluas diluar konteks, mengada-ada, apalagi sampai menyentuh daerah
yang menyinggung pribadi-pribadi tertentu.

5. Pelaksanaan Kegiatan

Konferensi kasus dapat dilaksanakan di mana saja, ditempat konselor bertugas


dan mempraktikan pelayanan profesional. Di sekolah atau madrasah dan ditempat-
tempat lainnya, atau dibuat kesepakatan antara konselor dan peserta serta pihak-pihak
yang betanggung jawab atas tempat tertentu.

Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai berikut :

Pertama, perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a)
menetapkan kasus yang akan dibawa ke konferensi, (b) meyakinkan klien tentang
pentingya konferensi kasus, (c) menetapkan peserta konferensi kasus, (d) menetapkan
waktu dan tempat konferensi kasus, (e) menyiapkan kelengkapan bahan untuk
pembahasan dalam konferensi kasus, (f) menyapkan fasilitas penyelenggaraan
konferensi kasus, (g) menyiapkan kelengkapan administrasi.30

Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a)
mengkomunikasikan rencana konferensi kepada para peserta, (b) menyelenggarakan
konferensi kasus.

Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) mengevaluasi
kelengkapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus, serta komitmen peserta dalam
penanganan kasus, dan (b) mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus.

Keempat, analisis evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan analisis terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap penanganan
kasus.

Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a)
menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperkuat komitmen
penanganan kasus, (b) mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus
lanjutan.

Keenam, laporan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : (a) menyusun
laporan kegiatan konferensi kasus, (b) mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak
yang terkait dengan kasus yang telah dibahas, (c) mendokumentasikan laporan yang
telah disusun.

D. Kunjungan Rumah

1. Makna

Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam


kaitanya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab
pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

2. Tujuan
30
ibid
Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih
lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang dihadapinya.
Selain itu, juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota
keluarga lainnya dalam pihak seklah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan
pemecahan masalah klien. Menurut Winkel (1991), kunjungan rumah bertujuan untuk
mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.31

3. Komponen

Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah yaitu: a) kasus,
kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami oleh klien (siswa)
yang terkait dengan factor-faktor keluarga, b) keluarga, keluarga yang menjadi fokus
kunjungan rumah meliputi semua kondis keluarga, c) konselor (pembimbing),
konselor atau pembimbing bertindak sebagai perencana, pelaksanaan dan sekaligus
penggunaan hasil-hasil kunjungan rumah.

4. Teknik

Hal-hal terkait dengan teknik kunjungan rumah adalah: a) format, b) materi, c)


peran klien (siswa), d) kegiatan, e) undangan terhadap keluarga, f) waktu dan tempat,
g) evaluasi.

5. Pelaksanaan kegiatan

Sebagaimana kegiatan-kegiatan bimbingan lainnya yang telah disebutkan diatas,


pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah juga menempuh tahapan-tahapan, yaitu: a)
perencanan kegiatan, b) pelaksanaa kegiatan kunjungan rumah, c) evaluasi, d) analisi
hasil evaluasi, e) tindak lanjut, f) laporan.32

E. Alih Tangan Kasus

1. Makna

31
ibid
32
ibid
Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang selain
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Adakalanya kasus-kasus tertentu
berada dalam kewenangan keilmuan psikologi, dan penangannya merupakan
kewenangan psikologi atau psikiater.

2. Tujuan

Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan untuk
memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara lebih
tuntas.

3. komponen

Ada tiga komponen pokok dalam alih tangan kasus, yaitu: a) klien (siswa) dan
masalahnya, b) pembimbing (konselor), c) ahli lain.

4. Teknik

Beberap hal yang terkait dengan teknik alih tangan kasus adalah: a)
pertimbangan, b) kontak, c) waktu dan tempat, d) evaluasi.

5.Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan alih tangan kasus menempuh beberapa langkah, yaitu


perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut serta
penyusun laporan.
KESIMPULAN

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan


data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan keterangan tentang
lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan
sekitarnya.

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang telah


dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini,
terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Aplikasi Instrumentasi,

Adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau
instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk
memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling.

2. Himpunan data,

Adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan
dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan
secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
Kegiaran ini memiliki fungsi pemahaman.

3. Konferensi kasus,

Adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan
yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus
bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh
keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh
kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien. Kegiatan
konferensi kasus memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.

4. Kunjungan rumah,

Merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan, dan komitmen


bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien.
Kerja sama dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh
keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk
mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah memiliki fungsi
pemahaman dan pengentasan.
5. Alih Tangan Kasus

Merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan
tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus
ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor,
dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui
pihak yang lebih kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan.

Sementara itu tujuan dari kegiatan pendukung bimbingan konseling ini adalah
diperolehnya data – data yang akurat dan baik demi mewujudkan terselesaikannya
masalah – masalah yang dihadapi klien dan juga pemahaman terhadap layanan
bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Amti erman. Prayitni. 2013. dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta:


PT.rinekacipta.

Tohirin. 2015. Imbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja
Grafindo persada.

Anda mungkin juga menyukai