Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Pendididkan Islam
Disusun oleh :
Kelompok 3 BKI E
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang mana atas berkat rahmat,
karunia serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Jenis-Jenis Layanan DanKegiatan Bimbingan Konseling Disekolah ” ini dengan sebaik-
baiknya. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW.,
serta keluarganya hingga akhir zaman. Aamiin.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu yang telah
membantu dan membimbing dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Tentunya ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan dari makalah ini, karena
itu kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita bersama.
Kami sudah berusaha untuk memperbaiki kualitas isi maupun penampilan fisik dan
hal lainnya dalam makalah ini, namun kekurangan tentu masih ada. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat kami harapkan utuk perbaikan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................……i
DAFTAR ISI.........................................................................................................……ii
BAB I PENDAHULUAN
B Rumusan Masalah………………………………………………...............…...1
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan ………………………………………………………………. 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan di negara asalnya yaitu Amerika Serikat. Bermula dari banyaknya
pakar pendidikan yang menamatkan studinya di negeri Paman Sam itu kembali ke
Indonesia dengan membawa konsep-konsep bimbingan dan konseling yang baru. Hal
itu terjadi sekitar tahun 60-an. Tidak dapat dibantah bahwa pakar pendidikan itu telah
menggunakan dasar-dasar pemikiran yang diambil dari pustakaan Amerika Serikat.
Khususnya mengenai pandangan mengenai anak didik yaitu bahwa anak didik
mempunyai potensi untuk berkembang karena itu pendidikan memberikan situasi
kondusif bagi perkembangan potensi tersebut cara optimal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui apa saja layanan dalam bimbingan konseling.
2. Untuk mengetahui apa saja kegiatan pendukung dalam bimbingan dan konseling
di sekolah.
BAB II
PEMBAHAAN
1. Layanan Orientasi
Individu yang baru memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin
memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu diketahui itu pada garis
besarnya adalah keadaan lingkungan fisik (seperti gedung-gedung, peralatan,
kemudahan-kemudahan fisik), materi dan kondisi kegiatan (seperti jenis
kegiatan,lamanya kegiatan berlangsung, suasana sekolah), peraturan dan berbagai
ketentuan lainnya (seperti disiplin, hak dan kewajiban)3. Untuk lingkungan sekolah
misalnya, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah :
Untuk anak-anak yang segera memasuki SLTP, Allen dan McKean menyarankan
beberapa kegiatan :
1) Kunjungan ke SD pemasok
2) Kunjungan ke SLTP pemesan
3) Pertemuan dengan orang tua
4) Staf konselor bertemu dengan guru membicarakan siswa-siswa baru
5) Mengunjungi kelas
6) Memanfatkan siswa-senior
Untuk siswa-siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SLTA, dan
mahasiswa perguruan tinggi) layanan serupa juga diperlukan.
2. Layanan informasi
5
ibid
itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda
beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu.6
Dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling, ada tiga jenis informasi yaitu :
1) Informasi pendidikan
Jenis-jenis informasi pendidikan meliputi :
a) Jadwal kegiatan sekolah,
b) Mata pelajaran yang ada,
c) Jurusan atau program-program yang tersedia,
d) Kegitan ko-kurikuler,
e) Fasilitas sumber belajar (seperti perpustakaan, labolatorium),
f) Sarana penunjang (seperti pelayanan kesehatan, bimbingan dan
konseling),
g) Kemungkinan bea-siswa, dan kemungkinan melanjutkan pelajaran ke
perguruan tinggi,
h) Peraturan sekolah, serta hak dan kewajiban siswa,
i) Keadaan fisik sekolah (gedung-gedung, pekarangan sekolah, alamat),
j) Prosedur penerimaan
2) Informasi jabatan
Informasi jabatan/pekerjaan yang baik sekurang-kurangnya memuat hal-
hal sebagai berikut :
a) Struktur dan kelompok-kelompok jabatan/pekerjaan.
b) Uraian tugas masing-masing jabatan/pekerjaan.
c) Kualifikasi tenaga yang diperlukan untuk masing-masing jabatan.
d) Cara-cara atau prosedur penerimaan.
e) Kondisi kerja.
f) Kesempatan-kesempatan untuk pengembangan karier.
6
ibid
g) Fasilitas penunjang untuk kesejahteraann pekerja, seperti kesehatan,
olahraga dan rekreasi.
3) Informasi sosial-budaya.
Informasi sosial-budaya meliputi :
a) Macam-macam suku bangsa.
b) Adat istiadat dan kebiasaan-kebiasan.
c) Agama dan kepercayan-kepercayaan.
d) Bahasa, terutama istilah-istilah yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman suku bangsa lainnya.
e) Potensi-potensi daerah.
f) Kekhususan masyarakat atau daerah tertentu.
b. Metode layanaan informasi disekolah
Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, buku panduan, konferensi
karier dan sosiodrama.
Di sekolah banyak wadah dan kegiatan dan yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan bakat, kemampuan, dan minat serta hobi, misalnya kegiatan
kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok pecinta alam, kegiatan
kesenian, olahraga, dan kelompok-kelompok belajar.7 Demikian juga untuk
pengembangan bakat dan minat yang lebih lanjut, sekolah menyediakan jurusan-
jurusan dan program-program khusus pendidikan dan latihan.
Penempatan dan penyaluran siswa disekolah dapat berupa (a) penempatan siswa
di dalam kelas, (b) penempatan dan penyaluran ke dalam kelompok-kelompok
belajar, (c) ke dalam kegiatan ko/ekstra kurikuler, dan (d) ke dalam jurusan/program
studi yang sesuai.
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti ini dapat dikenali melalui prosedur
pengugkapan melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan
sikap dan kebiasaan belajar, dan pengamatan.
8
ibid
1) Pengajaran perbaikan
2) Kegiatan pengayaan
9
ibid
e) Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu (seperti
suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan,
menjengkelkan)
4) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan
perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru
konselor, dan orang tua siswa. Untuk itu siswa hendaklah dibantu dalam :
Pada bagian ini konseling dimasudkan pelayanan khusus dalam hubungan tatap
muka langsung antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien di
cermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien
sendiri. Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling
utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan dalam masalah klien10. Bahkan
konseling dikatan sebagai “jantung hatinya” pelayanan bimbingan secara
menyeluruh. Hal itu berarti bahwa apabila layanan konseling telah memberikan
jasanya, maka masalah klien akan teratasi secara efektif dan upaya-upaya
bimbingan lainnya tinggal mengikuti atau berperan sebagai pendamping.
Implikasi lain pengertian “jantung hati” ialah apabila seorang konselor telah
menguasai dengan sebaik-baiknya apa, mengapa, bagaimana pelayanan konseling
itu (dalam arti memahami, menghayati dan menerapkan wawasan, pengetahuan dan
keterampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka dapat diharapkan
10
ibid
seorang konselor tersebut dapat menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan
lainya dengan tidak mengalami banyak kesulitan. Disamping itu, perlu dipahami
pula bahwa “konseling multidimensional” sebagaimana telah disebutkan terlebih
dahulu, menjangkau aspek-aspek yang lebih luas daripada apa yang muncul pada
saat wawancara konseling. isi konseling menyangkut berbagai segi kehidupan dan
perkembangan klien yang mungkin perlu dikaitkan pada layanan-layanan orientasi
dan informasi, penempatan dan penyaluran, serta bimbingan belajar.
11
ibid
Diatas landasan sebagaimana telah diutarakan itu, sifat “resmi” layanan konseling
ditandai dengan adanya ciri-ciri yang melekat pada pelaksanaan layanan itu, yaitu
bahwa :
a. Layanan itu merupakan usaha yang disengaja.
b. Tujuan layanan tidak boleh lain daripada untuk kepentingan dan kebahagiaan
klien.
c. Kegiatan layanan di selenggarakan dalam format yang telah ditetapkan.
d. Metode dan teknologi dalam layanan berdasarkan teori yang telah teruji.
e. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.
Ketika akan mengawali hubungan konseling konselor perlu memasang niat dan
motivasi yang kuat untuk membantu klien. Niat itu merupakan wujud kesengajaan
yang bersifat batiniah yang apabila diikuti oleh kesadaran yang mendalam akan
mampu memberikan arah yang tepat bagi pekerjaan yang akan dilakukan, sebagai
refleksi landasan keagamaan dalam konseling.12 maka niat itu dibarengi dengan
permohonan ridho, rahmat, dan petunjuk dari Tuhan agar layanan yang akan
dilaksanakan itu berjalan dengan lancer dan memberikan hasil dengan manfaat yang
sebesar-besarnya.
Sebagaimana telah dikemukakan tujuan konseling umum bimbingan dan
konseling adalah pemeliharaan dan pengembangan diri klien seutuhnya.
Kepentingan dan kebahagiaan klien yang menjadi arah layanan konseling secara
langsung mengacu kepada pemeliharaan dan pengembangan klien. Apapun yang
muncul dalam layanan bimbingan konseling harus diarahkan pada tujuan tersebut.
Format konseling meliputi terutama jarak, arah, sikap duduk konselor dank lien,
serta tatap muka atau kontak mata antara klien dengan konselor.
Sebenarnya format standar berkenaan dengan duduk dan tatapan wajah itu ialah
konselor dank lien duduk berhadap-hadapan, konselor duduk dengan sikap
sempurna dan wajah konselor menghadap klien tanpa adu pandang antara konselor
dengan klien. Format standar itu dapat diterapkan tanpa menimbulkan reaksi-reaksi
12
ibid
negatif pada pihak klien, manfaat yang dapat diberikannya cukup banyak format
apapun yang terbentuk, standar atau hasil modifikasi, efek yang diharapkan dari
terbentuknya format itu ialah :
a. Konselor sepenuhnya menghadapi dan mencurahkan perhatian kepada klien,
sebaiknya klien sepenuhnya memperhatikan konselor, dalam hal ini baik klien
maupun konselor menyiapkan diri dalam kondisi tranparan atau tidak ada yang
ditutup-tutupi.
b. Klien benar-benar melihat dan merasakan bahwa konselor dalam sikap
nsempurna selalu memperhatikan diri klien dan permasalahannya.13
c. Suara, mimik dan gerak-gerik klien dan konselor jelas ditangkap oleh pihak
lainnya.
d. Klien dan konselor mudah bergerak.
e. Klien dan konselor merasa dekat satu sama lain, sambil tetap menjaga jarak.
Dalam konseling klien dan konselor harus benar-benar memahami masalah yang
dihadapi klien, sedapat-dapatnya secara rinci. Upaya pemahaman masalah itu
biasanya dilakukan pada awal proses konseling. unsur-unsur pengenalan klien dan
masalahnya yang diperoleh konselor diluar proses konseling, khususnya yang ada
sangkut-pautnya dengan masalah yang sedang dibahas, harus dicek kebenarannya
13
ibid
kepada klien sendiri dalam proses konseling. usaha pemahaman masalah klien
biasanya terkait langsung dengan kajian tentang sumber penyebab masalah itu.
Hubungan konseling adalah hubungan pribadi yang terbuka dan dinamis antara
klien dan konselor.hubungan ini ditandai adanya kehangatan, kebebasan dan
suasana yang memperkenankan klien menampilkan diri sebagaimana adanya. dalam
konseling tidak ada kata-kata yang mencemooh, merendahkan atau menyesalkan,
menilai negatif atau menyalahkan, atau kata-kata yang bermakna negatif lainya.
Setiap kata yang diluncurkan atau yang dikatakan oleh konselor hendaknya benar-
benar tepat atau mengenai suatu permasalahn tersebut dan dapat mengunggah hati
serta pikiran klien, tanpa menimbulkan reaksi-reaksi negatif pada diri klien.
Apabila hati dan pikiran klien dapat digugah, besarlah harapan kekuatan yang
ada di dalam diri klien terbangkkitkan untuk mengentaskan permaslahan yang
dialaminya. Tergugahnya hati dan pikiran klien itulah yang merupakan titik awal
pengentasan masalah secara nyata.14 Terpahaminya masalah klien yang baik serta
tergugahnya hati dan pemikiran klien belum tentu akan membuahkan hasil dan
terpecahkannya masalah. Dalam hal ini proses konseling masih perlu dilanjutkan
dengan penerapan metode khusus sesuai dengan rincian masalah dan sumber-
sumber penyebabnya.
Klien hanya menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor.
Dalam konseling direktif di perlukan data yang lengkap tentang klien untuk
dipergunakan dalam uasaha diagnosis.
Konseling direktif berlangsung menurut langkah-langkah umum sebagai berikut :
1. Analisis data tentang klien.
2. Pensintesisan data untuk mengenali kekuatan-kekuatan dan kelemahan-
kelemahan klien.
3. Diagnosis masalah.
4. Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya.
5. Pemecahan masalah.
6. Tindak lanjut dan peninjauan hasil-hasil konseling.
b. Konseling Non-Direktif
Konseling ini sering disebut “Client Centered Therapy” pendekatan ini peleroleh
oleh Carl Rogers dari Universitas Wisconsin di Amerika Serikat. Konseling ini
15
ibid
merupakan upaya pemecahan masalah yang berpusat pada klien. 16 Melalui
pendekatan ini, klien diberi kesempatan mengemukakan persoalan, perasaan dan
pikiran-pikirannya secara bebas. Menurut Rogers adalah menjadi tanggung jawab
klien untuk membantu dirinya sendiri. Salah satu prinsip yang penting dalam
konseling non-direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai kematangannya,
produktif, merdeka, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Sesuai dengan teori Rogers tentang hakikat manusia dan tingkah lakunya,
pendekatan konseling non-direktif sering juga disebut pendekatan konseling yang
beraliran humanistic (Hansen, dkk, 1977) dan Brammer S Stone, 1982). Aliran ini
menekankan pentingnya pengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki
ada pada setiap individu. Potensi dan kemampuan yang telah berkembang itu
menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya.
c.Konseling Elektrik
Menurut Gilliland mengemukakan bahwa konseling elektrik adalah konseling
yang tidak memiliki teori atau prinsip khusus tentang kepribadian. Tujuan
konseling elektrik adalah untuk membantu klien dalam mengembangkan
integrasinya pada level tertinggi yang ditandai pleh adanya aktualisasi diri dan
integritas yang memuaskan. Sedangkan layanan konseling elektrik bertujuan untuk
menggantikan tingkah laku yang terlalu emosiaonal dengan tingkah laku yang
bercorak lebih rasional dan kontruksif.
Pendekatan konseling elektrik dapat digunakan untuk membantu konseli atau
klien yang kurang bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar dengan
berbagai tuntunan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Dalam konseling
elektrik ada beberapa tahapan yaitu :
1. Ciri-Ciri kelompok
17
ibid
18
ibid
Meskipun suatu kelompok terdiri dari sejumlah orang tetapi kelompok bukan
sekedar kumpulan orang. Sejumlah orang yang berkumpul itu baru merupakan
“lahan” bagi terbentuknya kelompok. Unsur-unsur tersebut yang paling pokok
menyangkut tujuan, keanggotaan dan kepemimpinan, serta aturan yang diikuti.
Sekumpulan orang akan menjadi kelompok kala mereka mempunyai tujuan bersama.
Seluruh anggota kelompok melakukan kegiatan yang tertuju pada pencapaian tujuan
bersama itu. Dalam sebuah kelompok semua individu yang ada di dalam nya
mengikatkan diri pada satu tujuan. Keanggotaan suatu kelompok justru di tentukan
oleh keterikatan individu yang bersangkutan pada tujuan yang dimaksudkan itu.
Dengan demikian, tanda keanggotaan dalam kelompok adalah rasa kebersamaan yang
diikat dengan tujuan yang satu itu.
2. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana
kelompok. Gazda(1978) mengemukakan bahwa bimbingan berkelompok di sekolah
merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun rencana dan keputusan yang tepat. 19 Dengan demikian jelas bahwa
kegiatan dalam bimbingan kelompok ialah pemberiaan informasi untuk keperluaan
tertentu bagi para anggota kelompok.
3. Konseling Kelompok
19
ibid
anggota atau klien pada awalnya tidak memerlukan persuapan tertentu. Dengan
demikian masalah yang akan mereka bawa masing-masing kedalam kelompok besar
kemungkinan berbeda-beda atau bahkan diantara mereka yang menurut kategori
Bordin “tidak bermasalah “. Mengenai masalah-masalah yang dibahas dala konseling
kelompok, selain masalah yang bervarasi seperti tersebut, konselor dapat menetapkan
(melalui persetujuan para anggota kelompok). Dengan pembahasan satu topik itu
konselor membawa dan mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat
langsung dala dinamika interaksi sosial kelompok.
Warner dan Smith (dalam Larrabee dan Terrs, 1984) menegaskan lebih lanjut
bahwa layanan konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk
menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam
pengembangan kemampuan pribadi mereka (misalnya pengendalian diri, tenggang
rasa, dan teposliro seperti tersebut). 20
A. Aplikasi Instrumentasi
1. makna
2. tujuan
20
ibid
pemahaman, data hasil instrumentasi bertujuan untuk memahami kondisi siswa
seperti potensi dasarnya, bakat dan minatnya, kondisi diri dan lingkungan, masalah
yang dialami, dan sebagainya. Pemahaman yang baik tentang siswa melalui
instrumentasi dapat dijadikan konselor sebagai pertimbangan dalam memberikan
bantuan kepada siswa sesuai kebutuhan dan masalah yang dialami.
3. komponen
Pertama, instrument. Terkait dengan instrument, ada dua sub komponen yang
tidak bias dipisahkan, yaitu materi yang akan diungkapkan melalui instrument dan
bentuk instrumen itu sendiri. Hal-hal yang menyangkut tentang klien, yang akan
diungkapkan memalui instrument tertentu misalnya: a) kondisi fisik individu atau
siswa seperti keadaan jasmani dan kesehatan. b) kondisi dasar psikologi individu atau
siswa seperti potensi dasar bakat, minat dan sikap. c) kondisi dinamik fungsional
psikologis d) kondisi dan hasil belajar e) kondisi hubungan social f) kondisi keluarga
dan lingkungan siswa g) kondisi arah pengembangn dan kenyataan karir h)
permasalahan yang potensial atau yang sedang dialami individu. Sedangkan bentuk
instrument dibagi menjadi dua yaitu tes dan nontes. Instrument tes bisa dalam bentuk
tes psikologis, intelejensi, bakat dan minat, dan tes hasil belajar. yang termasuk
kedalam instrument nontes adalah a) angket, b) daftar isian, c) daftar pilihan, d)
sosiometri. Munculnya AUM (alat ungkap masalah) sebagai wujud penggunaan
perangkat teknologi dalam pengungkapan data klien atau siswa. Selain itu, konselor
bisa membuat instrument sendiri dengan memeperhatikan unsur validitas dan
reliabilitasnya21. Instrument yang digunakan konselor dalam mengungkapkan kondisi
klien harus sesuai dengan apa yang hendak diungkapkan oleh klien dan kondisi
pribadi klien.
21
Tohirin, bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah, 2015, hal. 200
Ketiga,penggunan instrument. Adalah pihak yang dapat menggunkan
instrument tertentu sesuai dengan kewenangannya.22 Misal instrument tes psikologis
untuk mengungkapkan kondisi kepribadian individu. konselor bisa
menyelenggarakan tes psikologis yang lebih sederhana seperti tes intelegensi dan tes
bakat.
4. teknik
a) Penyiapan instrument
b) Pengadministrasian instrument
22
ibid
c) Pengolahan dan pemaknaan jawaban responden
Hasil instrumen harus disampaikan secara cermat dan hati-hati. Asas kerahasiaan
harus benar-benar diterapkan. Hasil instrumen tidak boleh diumumkan secara terbuka
dan dijadikan pembicaraan umum, hasil instrumen boleh dijadikan konsumsi umum
atau diskusi secara terbuka. Misalnya, disajikan atau didiskusikan di dalam kelas,
tetapi tidak satu namapun disebutkan dan satu datapun dikaitkan dengan pribadi
tertentu.
e. pelaksanan kegiatan
Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: a) menetapkn
materi evaluasi terhadap kegitan instrumentasi serta penggunaan hasl-hasilnya, b)
menetapkan prosedur dan cara-cara evaluasi, c) melaksanakan evaluasi, d) mengolah
data dan menafsirkan atau memaknai hasil evaluasi.
Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan konselor
adalah: a) menetapkan norma atau staandar analisis, b) melakukan analisis, c)
menafsirkan hasil analisis.
Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini yang dilakukan konselor adalah: a)
menetapkan jenis dan arah tindak lanjut terhadap kegiatan instrumentasi serta
penggunaan hasil-hasilnya, b) mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada
kepada pihak terkait, c) melaksanakan tindak lanjut.
Keenam, pembuatan laporan. Pada tahap ini yang dilakukan konselor adalah:
a) menyusun laporan kegiatan aplikasi instrumentasi, b) menyampaikan laporan
kepada pihak terkait, c) mendokumentasikan laporan kegiatan.
B. Himpunan Data
2. tujuan
Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh pengertian
lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik
dan membantu siswa memperoleh pemahaman diri sendiri.
3. komponen
Komponen dalam himpunan data adalah jenis data. Data yang dihimpundari
sisawa dapat berupa data psikologis dan data social. Menurut Prayitno (2014)
mengelompokkan empat jenis data yait25u:
a. Data pribadi: yaitu data mencakup identitas pribadi seperti nama, tempat
tanggal lahir, alamat, kewarga negaraan dan lain-lain.
b. Data kelompok: yaitu data yang mengenai sekelompok individu (siswa) dalam
jumlah terbatas.
c. Data umum: data ini berkaitan dengan hal-hal yang bersifat umum, mengenai
fakta atau keterangan tentang apa saja yang dapat diakses oleh siapa saja.
d. Data khusus: data yang berisi laporan tentang suatu kegitan, khususnya
laporan yang menyangkut kegiatan indvidu ataupun kelompok yang menjadi
tanggung jawab konselor (pembimbing).
4. Teknik
Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efektif konselor perlu
melakukan beberapa teknik, seperti: aplikasi instrumen, penyusunan dan
pennyimpanan data, penggunaan perangkat computer, dan tenaga administrasi. Selain
teknik diatas, secara umum teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan tes dan
nontes.
Pertama, teknik tes. Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk
memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan psikologis
seseorang, dengan menggunakan pengukuran (measurement) yang menghasilkan
25
ibid
suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diukur. 26 Tes yang digunakan dalam
himpunan data ada beberapa macam:
Kedua, teknik nontes. Yang termasuk alat-alat nontes dalam himpunan data
adalah:
1) Angket tertulis, angket memuat sejumlah item pertanyaan yang harus dijawab
oleh responden (siswa).
2) Wawancara, dalam wawancara komunikasi dilakukan dengan lisan ( dialog
atau tanya jawab secara lisan).
3) Observas, teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
seksama baik secara langsung maupun tidak langsung.
4) Otobiografi, merupakan karangan yang tertulis oleh siswa sendiri tentang
riwayat hidup.
5) Anekdot (anecdotal record), merupakan laporan singkat tentang berbagai
kejadian atau perilaku tentang siswa atau memuat deskripsi objektif tentang
perilaku siswa saat tertentu.
6) Skala penilaian ( rating scale), merupakan sebuah daftar yang menyajikan
sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalam bentuk skala.
7) Sosiometri, merupakan alat (instrmen) untuk mengumpulkan data tentang
hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku seorang siswa.
8) Kunjungan rumah, hal ini dilakukan untuk mengenal secara lebih dekat
lingkungan kelurga siswa.
9) Kartu Pribadi (comulative record) merupakan suatu catatan yang disusun
secara kronologis dan terus bertambah secara luas karena penambahan data
26
Ibid,
secara kontinu. Dalam konteks bimbingan konseling , kartu pribadi
merupakan suatu catatan tentang masing-masing siswa yang disusun selama
beberapa waktu dan memuat data yang signifikan bagi keperluan bimbingan.
10) Studi Kasus merupakan metode pengumpulan data yang bersifat integratif dan
komprehensif. Studi kasus sangat diperlukan untuk memperoleh pemahaman
diri siswa yang dijadikan sebagai kasus.27 Siswa yang memerlukan studi kasus
adalah siswa yang menunjukkan gejala mengalami kesulitan atau masalah
serius sehingga memerlukan bantuan yang serius pula.
5. Pelaksanaan Kegiatan
Keempat, analisis hasil evaluasi. Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan
analisis terhadap hasil evaluasi.
Kelima, tindak lanjut. Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengembangkan
himpunan data lebih lanjut sesuai dengan hasil analisis.
Keenam, laporan. Yang dilakukan pada tahap ini adalah : menyususn laporan
kegiatan himpunan data, menyampaikan data pada pihak terkait, mendokumentasikan
laporan.
27
ibid
C. Konferensi Kasus
1. Makna
2. Tujuan
Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih
luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus
(masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah. Secara khusus tujuan
konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-fungsi tertentu layanan bimbingan dan
konseling. Berkenaan dengan fungsi pemahamn, semakin lengkap dan akurat data
tentang permasalahan yang dibahas, maka akan semakin dipahami secara mendalam
permasalahan itu oleh konselor dan pihak-pihak lain yang hadir dalam konferensi
kasus.
3. Komponen
Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu kasus itu sendiri, peserta
dan pembimbing atau konselor. Pertama, kasus-kasus yang di bahas dalam konferensi
kasus dapat mencakup : masalah klien yang ditangani oleh konselor, masalah yang
dialami oleh seseorang tetapi belum ditangani oleh konselor, kondisi lingkungan
berpotensi bermasalah. Kedua, peserta. 29Para peserta dalam konferensi kasus pada
dasarnya adalah semua pihak yang terkait dengan kasus atau permasalahan yang
dibahas. Ketiga, konselor (pembimbing) merupakan penyelenggara konferensi kasus
28
ibid
29
ibid
mulai dari perencanaan, pelaksanaa, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara
menyeluruh.
4. Tehnik
5. Pelaksanaan Kegiatan
Pertama, perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a)
menetapkan kasus yang akan dibawa ke konferensi, (b) meyakinkan klien tentang
pentingya konferensi kasus, (c) menetapkan peserta konferensi kasus, (d) menetapkan
waktu dan tempat konferensi kasus, (e) menyiapkan kelengkapan bahan untuk
pembahasan dalam konferensi kasus, (f) menyapkan fasilitas penyelenggaraan
konferensi kasus, (g) menyiapkan kelengkapan administrasi.30
Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a)
mengkomunikasikan rencana konferensi kepada para peserta, (b) menyelenggarakan
konferensi kasus.
Ketiga, evaluasi. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a) mengevaluasi
kelengkapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus, serta komitmen peserta dalam
penanganan kasus, dan (b) mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus.
Keempat, analisis evaluasi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan analisis terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap penanganan
kasus.
Kelima, tindak lanjut. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah : (a)
menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan memperkuat komitmen
penanganan kasus, (b) mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus
lanjutan.
Keenam, laporan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah : (a) menyusun
laporan kegiatan konferensi kasus, (b) mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak
yang terkait dengan kasus yang telah dibahas, (c) mendokumentasikan laporan yang
telah disusun.
D. Kunjungan Rumah
1. Makna
2. Tujuan
30
ibid
Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih
lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang dihadapinya.
Selain itu, juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota
keluarga lainnya dalam pihak seklah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan
pemecahan masalah klien. Menurut Winkel (1991), kunjungan rumah bertujuan untuk
mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.31
3. Komponen
Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah yaitu: a) kasus,
kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami oleh klien (siswa)
yang terkait dengan factor-faktor keluarga, b) keluarga, keluarga yang menjadi fokus
kunjungan rumah meliputi semua kondis keluarga, c) konselor (pembimbing),
konselor atau pembimbing bertindak sebagai perencana, pelaksanaan dan sekaligus
penggunaan hasil-hasil kunjungan rumah.
4. Teknik
5. Pelaksanaan kegiatan
1. Makna
31
ibid
32
ibid
Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang selain
memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Adakalanya kasus-kasus tertentu
berada dalam kewenangan keilmuan psikologi, dan penangannya merupakan
kewenangan psikologi atau psikiater.
2. Tujuan
Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan untuk
memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara lebih
tuntas.
3. komponen
Ada tiga komponen pokok dalam alih tangan kasus, yaitu: a) klien (siswa) dan
masalahnya, b) pembimbing (konselor), c) ahli lain.
4. Teknik
Beberap hal yang terkait dengan teknik alih tangan kasus adalah: a)
pertimbangan, b) kontak, c) waktu dan tempat, d) evaluasi.
5.Pelaksanaan Kegiatan
1. Aplikasi Instrumentasi,
Adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan memakai alat ukur atau
instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk
memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling.
2. Himpunan data,
Adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan
dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data diselenggarakan
secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
Kegiaran ini memiliki fungsi pemahaman.
3. Konferensi kasus,
Adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan
yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan
komitmen bagi terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus
bersifat terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh
keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh
kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien. Kegiatan
konferensi kasus memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.
4. Kunjungan rumah,
Merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan yang lebih tepat dan
tuntas atas permasalahan yang dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus
ke pihak lain yang lebih kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor,
dokter serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui
pihak yang lebih kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan.
Sementara itu tujuan dari kegiatan pendukung bimbingan konseling ini adalah
diperolehnya data – data yang akurat dan baik demi mewujudkan terselesaikannya
masalah – masalah yang dihadapi klien dan juga pemahaman terhadap layanan
bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2015. Imbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja
Grafindo persada.