Disusun oleh :
Kelompok 5 (BKI E)
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kasih dan sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW. beserta seluruh
keluarga dan sahabatnya yang senantiasa setia membantu perjuangan beliau dalam
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian study mata
kuliah Konseling Kelompok pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Study
Bimbingan dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Tentunya kami sebagai manusia tidak luput dari kesalahan, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif
serta membangun dari semua pihak sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini
nantinya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT. kita kembalikan semua urusan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para pembaca
pada umumnya. Semoga Allah SWT. meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisiNya, amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Masalah......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behaviora........... 2
B. Tahap-tahap Konseling Kelompok dengan pendekatan Behavioral .......4
C. Peranan dan Fungsi Konselor pada Konseling Kelompok dengan
Pendekatan Behavioral............................................................................. 6
D. Konsep-konsep Behavioral.......................................................................6
E. Tujuan Konseling Kelompok.................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konseling kelompok dengan pendekatan behavioral?
2. Apa saja tahapan konseling kelompok menurut behavioral?
3. Apa peran konselor pada konseling kelompok behvioral secara keseluruhan ?
4. Apa konsep konseling behvioral?
5. Apa tujuan pendekatan aliran behavioral?
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap dari kita memiliki pola-pola perilaku unik, dan sebagian besar dari kita
yakin kalau kita sanggup memahai kenapa kita bersikap dengan cara tertentu bahkan
mengapa orang lain berperilaku tertentu. Riset dan publikasi penting pendekatan
klasiknya dilakukan oleh Watson Thorndike dan teoretisi awal lainnya, namun baru
pada B.F Skinner pendekatan behavioral dikembangkan secara sistematis dan prinsip
prinsip nya disempurnakan sehingga teori ini bisa popular seperti sekarang. Kaum
behavioris melihat perilaku sebagai perangkat respons yang di pelajrai terhadap
kejadian , pengalaman ,peristiwa, atau sitimuli dalam sejarah hidup seseorang. Kaum
behavioris yakin jika perilaku bisa dimodifikasi dengan menyediakan kondisi dan
pengalaman belajar yang tepat.
1
M. Edi Kurnanto, Konseling Kelompok. (Bandung: Alfabeta, 2013). Hlm 62.
2
behavioral adalah John D. Krumboltz (1966, hlm 13-20) yang secara historis
menepatkan prosedur-prosedur behavioral menjadi empat kategori yaitu;
1. Pembelajaran Operan
Pendekatan ini didasarkan kepada manfaat penguat dan pewaktuan
persentasi mereka utuk menghasikan perubahan. Penguat-penguat bisa jadi
merupakan penghargaan konkret diekspresikan sebagai persetujuan atau atensi.
2. Pembelajaran Imitative
Pendekatan ini membantu pencapian respons baru dengan mempelajari
model model perilaku yang diinginkan.
3. Pembelajaran Kongnitif
Pendekatan ini mendukung pembelajaran terhadap respon yang tepat dengan
sekedar mengintruksikanklien cara beradaptasi dengan baik.
4. Pembelajaran Emosi
Pendekatan ini melibatkan penggantian merespons emosi yang bisa
diterima secara sosisl untuk reaksi-reaksi emosi yang tidak menyenagkan dengan
menggunakan teknik-teknik yang diambil dari pengkondisian klsik.
Menurut Hackney dan Cornier (1996, hlm 213) menyatakan hal hal berikut :
a. Individu yang memilki orientasi tujuan kuat yaitu dimotivasikan oleh pencapaian
tujuan atau keinginan untuk memperoleh hasil yang sukses
b. Individu yang memiliki orientasi tujuan kuat yaitu selalu aktif, terFokus tujuan
dan mau berpartisipasi di dalam propses bantuan.
3
c. Individu yang tertarik untuk mengubah keadaan dan membatasi dua/tiga jumlah
perilakunya.
Dasar teori terapi behavioral adalah bahwa prilaku dapat dipahami sebagai
kombinasi (1) belajar waktu lalu dalam hubungannya dengan keadaan yang serupa (2)
keadaan motivasional perbedaan-perbedaan biologic baik secara genetic ataukarna
ganguan fisiologik. Dengan eksperimen-eksperimen terkontrol secara seksama maka
menghasilkan hukum-hukum yang mengontrol perilaku tersebut.
Dalam hal ini Skinner walaupun dipegaruhi Stimulus-Respon (S-R) tetapi dia
mempunyai pandangan tersendiri mengenai perilaku, yaitu;
(1) Respons tidak perlu selalu ditibulan oleh situmulus, akan tetapi lebih kuat oleh
pengaruh reinforcement (penguatan)
(2) Lebih menekankan pada studi subjek individual ketimbang generalisasi
kecendrungan kelompok.
(3) Menekankan pada penciptaan situasi tertentu terhadap terbentuknya perilaku
ketimbang motivasi di dalam diri.2
4
Dalam konseling behavioristic, pengukuran (assasement), pemantauan dan
penilaian merupakan kegiatan yang berkesinambungan. Hal yang sama juga
berlaku dalam konseling kelompok behavioristik, proses ini merupakan hal yang
mesti dilakukan secara berkesinambungan pula, termasuk di dalamnya pada tahap
pelaksanaan ini. Dalam konseling kelompok, ketiga hal tersebut dilakukan oleh
konselor bersama-sama dengan semua anggota kelompoknya agar diperoleh bahan
untuk memilih dan menentukan startegi kegiatan lain yang efektif. Natawidjaja
(2009:268-269) mengemukakan beberapa strategi kegiatan bantuan yang dapat
digunakan dalam tahap pelaksanaan sebagai berikut:
1) Penguatan kembali. Merupakan prosedur intervensi yang penting dalam
konseling kelompok perilaku.
2) Kontrak kontigensi. Menjelaskan perilaku yang harus dilakukan, perubahan,
atau penghentian kegiatan, hadiah yang dihubungkan dengan mencapai tujuan,
kondisi-kondisi untuk menentukan pemberian hadiah-hadiah.
3) Pemberian contoh. Merupakan alat mengajar yag sangat kuat yang digunakan
dalam konselor kelompok perilaku.
4) Gladi perilaku (behavioral rehearsal). Tujuan utama dari gladi perilaku adalah
untuk mempersiapkan para konseli supaya mampu melakukan atau
menampilkan perilaku yang dikehendaki dan telah diperoleh dalam kelompok
itu dalam suasana di luar kelompok konseling. Dalam hal ini kelompok baru
dipraktikkan dalam konteks yang aman yang mengumpamakan dunia luar
yang sebenarnya.
5) Melatih (coaching). Dalam hal ini pelatih duduk di belakang peserta yang
sedang melakukan gladi perilaku. Latihan sedapat mungkin secepatnya
dikurangi, supaya peserta dapat segera mampu melakukan peranan atau
perilakunya secara mandiri, sebelum dia mencobanya dalam suasana
kehidupan sehari-hari di luar kelompok.
6) Penataan kembali kognisi (cognitive restructuring). Penataan kembali kognisi
adalah proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak
negatif pemikiran tertentu terhadap perilaku, dan belajar mengganti kognisi
tersebut dengan pemikiran yang lebih realistic dan lebih cocok.
7) Pemecahan masalah. Adalah suatu pendekatan perilaku kognitif yang
memungkinkan individu mengambnagkan pola perilaku untuk menangani
berbagai masalah. Tujuan utama dari pemecahan masalah adalah menemukan
5
alternatif yang paling efektif untuk menangani situasi permasalahn dan
memberikan latihan yang sistematik tentang keterampilan-keterampilan
kognitif dan perilaku yang dapat membantu konseli untuk secara mandiri
menangani situasi permasalahan dalam dunia yang sesungguhnya.
c. Tahap akhir
Konselor pertama-tama berusaha membantu konseli-konselinya untuk mengalihkan
perubahan yang telah diperoleh konseli-konseli itu dalam kelompok kepada keadaan
yang sebenarnya dalam lingkungan sehari-hari. Perlu juga diberikan latihan
kepemimpinan dan kemandirian. Pada tahap ini juga dilakukan perencanaan pada
tindak lanjut kegiatan kelompok. Tindak lanjut ini penting untuk dilakukan untuk
mengetahui sampai dimana perilaku-perilkau baru dapat diterapkan denganberhasil
dalam kehidupan sesungguhnya.3
3
Ibid.Hlm.64.
6
D. Konsep-Konsep Behavioral
Ada beberapa konsep pokok yang mesti menjadi acuan bagi para konselor yang
memberikan layanan konseling kelompok dengan menggunakan pedekatan behavioral
sebagai berikut :
a. Pemusatan pada perilaku yang tampak dan khusus
Dalam hal ini konselor kelompok meminta para konseli untuk mengkhususkan
perilaku apa yang benar-benar yang ingin diubahnya, dan perilaku yang baru ingin
diperolehnya.
b. Tujuan terapeutik yang tepat
Dalam hal ini, tugas konselor kelompok adalah merinci dan memilih tujuan yang
khusus, kongkrit, dan dapat diukur yang dapat ditelusuri dengan sistematik.
c. Perumusan rancangan kegiatan dan penerapan metode-metode yang berorientasi
tindakan
Para anggota diharapkan melakukan sesuatu, bukan hanya memperhatikan secara
pasif dan terlena dalam introspeksi saja. Meskipun wawasan kognitif dan
emosional dihargai dalam pendekatan ini, dan mendengarkan secara aktif serta
pemahaman yang empatik dianggap sebagai keterampilan konseling yang penting,
akan tetapi konseli harus diajar untuk melakukan tindakan khusus apabila
perubahan perilaku konseli itu diinginkan.
d. Penilaian obyektif terhadap hasil dan balikan
Penilaian kemajuan konseling merupakan suatu proses yang terus menerus dan
bersinambungan, karena penilaian itu bukan saja diarahkan kepada hasil
konseling, melainkan juga diarahkan kepada keberhasilan dan efektivitas prosedur
dan teknik yang digunakan.4
7
(d) Penilian obektif mengenai hasil konseling5
BAB III
5
Robert L Gibson, Bimbingan dan Konseling. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2011). Hlm. 78.
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. B.F Skinner pendekatan behavioral dikembangkan secara sistematis dan
prinsip prinsip nya disempurnakan sehingga teori ini bisa popular seperti
sekarang. Kaum behavioris melihat perilaku sebagai perangkat respons yang
di pelajrai terhadap kejadian , pengalaman ,peristiwa, atau sitimuli dalam
sejarah hidup seseorang. Kaum behavioris yakin jika perilaku bisa
dimodifikasi dengan menyediakan kondisi dan pengalaman belajar yang
tepat.
2. Tahap permulaan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
3. Peranan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral
a) Melakukan wawancara dengan calon anggota kelompok pada pertemuan
pertama sebagai penilaian awal.
b) Mengajar peserta tentang proses-proses kelompok dan mengenai cara
bagaimana memperoleh manfaat dari kelompok.
c) Melaksanakan penilaian dan asesmen yang terus menerus terhadap
masalah setiap anggota kelompok.
d) Membantu anggota kelompok untuk mengembangkan tujuan pribadi dan
tujuan kelompok secara khusus.
e) Memilih secara tepat teknik-teknik yang sangat banyak untuk dirancang
dalam mencapai tujuan-tujuan.
f) Membantu para anggota kelompok mempersiapkan berakhirnya kegiatan
kelompok.
4. Konsep-konsep Behavioral. Pemusatan pada perilaku yang tampak dan
khusus, Tujuan terapeutik yang tepat, Perumusan rancangan kegiatan dan
penerapan metode-metode yang berorientasi tindakan, dan Penilaian obyektif
terhadap hasil dan balikan
5. Tujuan konseling behavioral adalah untuk membantu klien membuang
respons-respons yang lama yang merusak diri dan mempelajari respon yang
baru yang lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
9
Gibson, Robert L, 2011. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
DAFTAR PUSTAKA
10
11