Anda di halaman 1dari 8

VERBATIM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matrikulasi


Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sanyata, M.Pd.

Disusun oleh :

Iis Solihah 19713251046

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
VERBATIM
PRAKTIK KONSELING INDIVIDUAL

A. Identitas Konseli (disamarkan)


Nama :Q
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama :Islam
Etnis :Jawa-Sunda
Sekolah/pendidikan: S2

B. Deskripsi masalah yang dikeluhkan (profil konseli)

Konseli dengan inisial (Q) adalah perempuan berdarah sunda dan jawa yang lahir dan menetap di
medan. Saat ini (Q) sedang melanjutkan studi di salah satu Universitas ternama yang terletak di
Yogyakarta. (Dari segi sosial) (Q) cenderung suka bersosialisasi dengan banyak orang. Selama masa
studinya (Q) mengeluhkan adanya sebuah permasalahan yang mengganggu aktivitasnya, ketika kami
melakukan pertemuan (Konseling) pada minggu kemarin, (Q) mengatakan bahwa ada penurunan
kinerja pada saat mengerjakan tugas kampus. Ia merasa bahwa tugas yang setiap hari menumpuk
membuatnya bingung akan memulai dari mana untuk menyelesaikannya (faktor kognitif). Hal ini
juga terlihat dari bahasa non-verbal konseli pada saat proses konseling berlangsung, yaitu
menundukkan kepala sambil kedua bola matanya berputar ke arah atas (seperti orang yang sedang
memikirkan sesuatu). Setelah itu konseli juga menceritakan bahwa ketika merasa malas yang konseli
lakukan adalah membereskan kamar seperti menyapu, mengepel dan beres-beres semuanya. Dalam
hal ini konseli juga mengatakan bahwa lingkungan di sekitar kosannya tidak begitu mendukung
dirinya untuk berkembang. Contohnya ketika cuaca hujan maka konseli memilih berdiam diri di
dalam kamarnya dan konseli merasa jenuh karena tidak ada teman untuk berbagi cerita. Setelah
dieksplor lebih dalam, ternyata masih ada faktor yang menjadi permasalahan konseli, yaitu konseli
merasa ragu untuk menentukan seseorang yang nantinya akan dijadikan pendamping. Disini saya
menduga bahwa untuk mendapatkan arahan bagi pertanyaan yang kerap kali muncul tentang
pasangan ideal, ia berharap bisa langsung bertanya dan bercerita dengan teman-temannya di kosan.

C. Kerangka kerja teoretik


Reality Therapy (Terapi Realitas) merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis,
relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan dalam rangka
mengembangkan dan membina kepribadian konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung
jawab kepada konseli yang bersangkutan. Terapi Realitas berprinsip seseorang dapat dengan penuh
optimis menerima bantuan dari terapis/konselor untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dan
mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Pendekatan yang dikembangkan oleh William Glasser ini lebih menekankan masa kini, maka dalam
memberikan bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling
dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan datang.
Beberapa ciri Reality Therapy antara lain : (1) Menolak adanya konsep sakit mental pada setiap
individu, yang ada adalah perilaku tak bertanggungjawab tetapi masih dalam taraf mental yang sehat;
(2) Berorientasi pada keadaan yang akan datang dengan fokus pada perilaku yang sekarang yang
mungkin diubah, diperbaiki, dianalisis dan ditafsirkan. Perilaku masa lampau tidak bisa diubah tetapi
diterima apa adanya, sebagai pengalaman yang berharga; (3) Menekankan aspek kesadaran dari konseli
yang harus dinyatakan dalam perilaku tentang apa yang harus dikerjakan dan diinginkan oleh konseli.
Tanggung jawab dan perilaku nyata yang harus diwujudkan konseli adalah sesuatu yang bernilai dan
bermakna dan disadarinya; (4) Menekankan konsep tanggung jawab agar konseli dapat berguna bagi
dirinya dan bagi orang lain melalui perwujudan perilaku yang nyata.
D. Diagnosis
Sering merasa jenuh ketika tidak bisa bercerita kepada teman tentang masalahnya, kurang untuk
mengerjakan tugas kampus dan ragu terhadap pilihan pasangan hidup.
E. Prognosis
Membantu konseli agar dapat aktif membantu diri dengan mengisi hari-harinya dengan kegiatan yang
memotivasi dan dapat mengurangi rasa malas.
F. Tujuan Konseling
Mendorong konseli agar berani berkomitmen dan bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang
ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
G. Layanan Konseling

1. Pendekatan yang digunakan


Reality Therapy (Terapi Realitas). Pendekatan ini digunakan dengan alasan bahwa konseli
hendaknya bertanggungjawab atas apa yang telah menjadi pilihannya, yaitu pindah ke Bimbingan dan
Konseling, dan menghadapi segala konsekuensinya.
2. Teknik
Konselor membantu konseli untuk merumuskan perilaku tertentu yang akan dilakukannya dan
juga melalui humor. Humor digunakan untuk mendorong suasana yang segar dan rileks. Secara verbal
dapat juga digunakan untuk memotivasi konseli dan memberikan penguatan atau mungkin konfrontasi.
3. Langkah-langkah konseling yang ditempuh

- Mengawali Konseling. Bentuknya berupa attending agar konseli merasa diterima dan nyaman dengan
konselor. Konselor juga menciptakan rapport, yaitu hubungan baik dengan konseli agar timbul rasa
percaya konseli bahwa segala usaha konselor disadari benar oleh konseli untuk kepentingannya.

- Inti Konseling. Konseli didorong untuk mengatakan perasaan-perasaannya saat menjalani konseling,
dan membantu memberikan arahan. Memotivasi konseli untuk menyadari apa yang menjadi tanggung
jawabnya saat ini.
- Mengakhiri Konseling. Setelah konseli memperoleh pemahaman tentang dirinya dan menyadari
tanggung jawab yang dimiliki, konseling akan memasuki tahap akhir. Konseli memiliki kepercayaan
terhadap dirinya bahwa dia mampu menghadapi segala konsekuensi atas pilihannya.

4. Pelaksanaan konseling
Selama konseling, konselor berperan sebagai motivator, yang mendorong konseli untuk :
(a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin
dicapainya; dan (b) merangsang konseli untuk mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga tidak
menjadi individu yang hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.
Konselor juga berperan sebagai moralis yang memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari
tingkah laku konseli. Konselor akan memberi pujian apabila konseli bertanggung jawab atas perilakunya,
dan sebaliknya. Teknik humor dipakai dalam keadaan tertentu yang memungkinkan konseli merasa rileks
atau konseling menjadi proses yang tidak menegangkan seperti diadili.
{{DIALOG}}
Konselor/Konseli Percakapan Keterampilan/Teknik
Konseli (suara pintu di ketuk).. assalamualaikum. Attending
-Duduk agak condong kearah konseli
Konselor Waalaikumsalam, silahkan masuk ( ekspresi senyum - duduk rileks tetapi penuh perhatian
hangat), mempersilakan duduk. kepada konseli dan tetap siaga
mendengarkan pembicaraan konseli
Setelah keduanya (konselor dan konseli) duduk dengan -posisi tubuh terbuka (tangan tidak,
baik maka konselor membuka pertanyaan terlebih kaki tidak menyilang)
dahulu untuk membangun Rappot. -Pandangan lurus ke arah konseli
(fokus)
Konselor Bagaimana kabarnya hari ini mba (Q)? -menampilkan gerakan luwes dalam
meespon konseli
Konseli Alhamdulillah, Baik. -menganggukan kepala dengan luwes
sebagai tanda memahami pembicaraan
Konselor Bagaimana kuliahnya hari ini, apakah menyenangkan? konseli
(konseli mulai menununjukkan ekpresi wajah sedih) -menjaga kondisi lingkungan selama
proses konseling dengan tidak
K “Iya” (jawabnya singkat). menghadirkan barang/hal yang dapat
mengganggu.
Konselor Sepertinya mba (Q) kelihatan gelisah?

K Hmm.. iya, sebenarnya saya merasa gak mood tentang


sesuatu. (KLARIFIKASI)

Konselor Kalau boleh tau, apa yang membuat mba (Q) merasa
ada sesuatu yang membuat tidak mood ?

K Sebenarnya saya sedang merasa malas aja gitu ketika


mengerjakan tugas.

Konselor Merasa malas bagaimana mba?

K Yaa, malas. Kayak kurang motivasi gitu.

Konselor Jadi, mba Q merasa malas mengerjakan tugas


dikarenakan kurang motivasi, begitu?

K Iya,
Konselor Tadi mba Q mengatakan bahwa kurang termotivasi
ketika mengerjakan tugas, kalau boleh tahu, bagaimana
kondisi lingkungan tempat tinggal mba Q?

K Jadi di kos saya itu kalau cuaca sedang hujan (seperti


sekarang ini) anak-anak yang ada di kost tersebut jarang
keluar dan kami tidak bisa berkumpul, yang biasanya
kami kumpul di teras depan dan berbagi cerita terpaksa
harus berdiam di kamar masing-masing ketika hujan.
Konselor Oh, begitu.. (menganggukan kepala). Lalu apa yang
dilakukan mba Q ketika di kamar? [Pertanyaan terbuka]
K Ya, paling beres-beres kamar dan nyapu.
Beres-beres maksudnya bagaimana mba?
Ya, kayak nyapu ngepel gitu.

Konselor Hm.. baiklah, tadi mba Q mengatakan bahwa sering [Proses pemecahan masalah]
berkmpul di teras bersama teman-teman, benar begitu
mba?
K Ya
[Klarifikasi]
Konselor lalu, apa yang biasa diceritakan mba Q ketika
K berkumpul bersama teman-teman?
Kami biasanya cerita tentang gimana sih memilih
pasangan hidup.

Konselor Tadi mba Q mengatakan biasanya menceritakan tentang [Paraphrase]


bagaimana memilih pasangan hidup, apa yang mba Q
pikirkan tentang pasangan hidup?

K Jadi saya merasa bingung untuk memilih pasangan


hidup karena belum lama ini banyak yang datang dan
lebih baik dari sebelumnya.

Konselor Lebih baik dari sebelumnya, maksudnya seperti apa itu?

K Ya, lebih sholeh dan ilmu agamanya lebih baik.

Konselor Tadi mba Q bilang kalau lebih baik dari sebelumnya,


memang kalo yang sebelumnya bagaimana?
K Ya intinya kalo untuk yang sekarang itu lebih
komunikatif (nyambung), terus pinter ngaji juga dan
sepertinya cocok dengan kriteria saya.

Konselor (menganggukan kepala), apakah yang mba maksud


seseorang ini sesuai dengan kriteria, begitu?

K Iya.. Jadi, saya bingung juga untuk menentukan siapa


yang terbaik untuk dijadikan pendamping masa depan.

Konselor Jika menurut mba sudah sesuai dengan kriteria, lalu apa
yang mba pikirkan?

K Saya masih ragu, karena saya pikir belum pantas untuk


bersama dia, dia mengerti soal agama dan lain
sebagainya akan tetapi saya masih jauh dari kata
sempurna.

Kalau begitu kenapa tidak mencoba untuk belajar


Konselor memperdalam ilmu agama bersama, siapa tahu bisa
sedikit menjawab rasa penasaran mba dengan si mas-
nya hehe..

K Tapi saya malu untuk memulainya,

Konselor Mungkin mba bisa mengajak teman yang lain untuk


bergabung sehingga bisa sama-sama belajar, saya rasa
itu akan menjadi lebih bagus.

K Yang mba katakan benar juga, mungkin saya akan


mencoba mengajak teman-teman untuk belajar
bersama.
Konselor Silahkan mba, semoga bisa membantu menjawab
keraguan yang selama ini mba rasakan njih..
Mungkin masih ada yang ingin disampaikan?

konseli Sudah cukup mba,, sebelumnya terimakasih njih..

Njih mba, sama-sama..


konselor
Baiklah kalau begitu, sebelum kita mengakhiri proses
konseling hari ini jika ada hal-hal yang ingin
disampaikan bisa kita lanjutkan pada pertemuan Konseling diakhiri
berikutnya ya mba. Semoga pertemuan kita hai ini
dapat membantu mba Q dan semoga mba Q diberikan
kemudahan dalam setiap urusannya.

Yogyakarta, 23 Maret 2020


Dosen Pembimbing, Praktikan,

Dr. Sigit Sanyata, M.Pd Iis Solihah

Anda mungkin juga menyukai