Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Program Bimbingan dan Konseling merupakan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan di sekolah dan
menjadi bagian terpadu dari keseluruhan program pendidikan di sekolah.
Sebagai bagian yang terpadu dari program pendidikan di sekolah, program
bimbingan dan konseling diarahkan pada upaya yang memfasilitasi peserta
didik untuk mengenal dan menerima dirinya sendiri serta lingkungannya
secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan yang bertanggung
jawab, mengembangkan serta mewujudkan diri secara efektif dan produktif
sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan.
Agar pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah
dapat terlaksana secara efektif dan efisien serta tujuanya dapat tercapai efektif
dan efisien pula maka harus disusun programnya secara terencana dan
sistematis dengan perkataan lain, pelayanan BK di sekolah dan madrasah
perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai secara sistematis sehingga di
rasakan manfaatnya oleh berbagai pihak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian analisis kebutuhan BK?
2. Apa saja langkah-langkah analisis kebutuhan?
3. Bagaimana pelaksanaan analisis kebutuhan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian analisis kebutuhan BK.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah analisis kebutuhan.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan analisis kebutuhan.
4.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANALISIS KEBUTUHAN BIMBINGAN KONSELING


Analisis kebutuhan merupakan kegiatan untuk mengumpul informasi
yang mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
(kesenjangan) proses pelayanan untuk menetapkan media yang tepat dan
relevan dalam mencapai tujuan pelayanan (goals and objectives) yang
mengarah pada pencapaian tugas perkembangan.
Analisis kebutuhan konseling dilakukan sebelum suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling dirancang dan dikembangkan. Pada
prinsipnya tujuan analisis kebutuhan adalah untuk mengidentifikasi topik dan
media pelayanan yang tepat dan relevan.
Tujuan melakukan analisis kebutuhan adalah untuk mengetahui topik-
topik materi pelajaran yang benar-benar dibutuhkan peserta didik, format
materi sajian yang dibutuhkan, model sajian materi pelajaran yang efektif,
dan topik materi pelajaran yang tepat untuk disajikan.
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa yang menjadi pertimbangan
dan kajian dalam analisis kebutuhan adalah (a) kurikulum, yang meliputi
pemilihan topik dan  penjabaran materi, dan (b) silabi, yang meliputi
kesulitan materi, pentingnya materi, dan adanya minat khusus.
Berikut ini Uwes Chaeruman (2007) dalam makalahnya yang berjudul
analisis kebutuhan multi media pembelajaran mengutip pendapat ahli tentang
pengertian analisis kebutuhan:
a. Pendapat Brinkerhof & Gill (1994) analisis kebutuhan adalah “sebuah
proses untuk mengidentifikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi”.
b. Pendapat Molenda, Pershing & Reigeluth, (1996) analisis kebutuhan
adalah “metode untuk mengetahui sifat dan luasnya masalah kinerja dan
bagaimana cara penyelesaiannya”.

2
c. Pendapat Gupta, (1999) analisis kebutuhan adalah “sebuah proses untuk
menentukan alasan kesenjangan dalam kinerja atau metode untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan baru dan masa depan”.
Secara umum analisis kebutuhan adalah suatu proses untuk
mengidentifikasikan pengetahuan, keterampilan, permasalahan, populasi,
layanan yang diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan diri
peserta didik, lingkungan peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling
dalam rangka pencapaian tugas-tugas perkembangan secara optimal.

B. LANGKAH-LANGKAH ANALISIS KEBUTUHAN


1. Pengumpulan Informasi
Witkin (1984) mendefinisikan analisis kebutuhan, sebagai proses
membuat keputusan dengan memanfaatkan informasi yang dikumpulkan.
Tiga hal yang dapat diingat dalam proses perencanaan pengumpulan data;
a. Apa yang anda ingin ketahui?
b. Bagaimana yang anda dapat lakukan dalam proses pengumpulan data
tersebut?
c. Siapa yang dapat dijadikan sumber informasi dalam proses
pengumpulan data tersebut?
2. Identifikasi kesenjangan
Langkah-langkah kesenjagan terdari dari:
a. Input; kondisi yang tersedia pada saat ini, misalnya tentang keuangan,
waktu, bangunan, guru, pelajar, problem, tujuan, materi kurikulum.
b. Proses; meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan yang terdiri
atas pola pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai
dengan kompentensi, perencanaan, metode, pembelajaran individu,
dan kurikulum yang berlaku.
c. Produk; meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan,
pengetahuan, dan sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi

3
d. Output; meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi.
e. Outcome; hasil akhir yang diperoleh.
3. Analisis performance
a. Mengidentifikasi guru.
b. Mengidentifikasi sarana dan kelengkapan penunjang.
c. Mengidentifikasi berbagai kebijakan sekolah.
d. Mengidentifikasi iklim sosial dan iklim psikologis
4. Identifikasi hambatan dan sumber
Mengidentifikasi hambatan dan sumber yang terkait dengan peserta
didik yang menjadi masalah dalam perkembangan pembelajaran.
5. Identifikasi karakteristik siswa 
Menyangkut keadaan pribadi individu seperti sikap, minat, kondisi
jasmaniah, hubungan sosial kejiwaan, kondisi rumah serta keluarga, dll.
6. Identifikasi prioritas dan tujuan
7. Merumuskan masalah

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis kebutuhan dirinci


lebih komprehensif oleh Kaufman (1986) sebagai berikut :
a. Mengambil keputusan mengenai penggunaan data pengukuran kebutuhan
untuk perencanaan.
b. Memilih tingkat kebutuhan pengukuran.
c. Mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengukuran kebutuhan.
d. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran tentang partisipasi mereka.
e. Mencapai kesepakatan tentang tingkat pengukuran kebutuhan dan
perencanaan.
f. Mengumpulkan data.
g. Membuat daftar kebutuhan yang telah diidentifikasi.
h. Menyusun prioritas kebutuhan.
i. Merekonsiliasi data yang bertentangan, dan

4
j. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran kebutuhan tentang kebutuhan-kebutuhan yang diprioritaskan.

C. PELAKSANAAN ANALISIS KEBUTUHAN


1. Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi Kebutuhan bimbingan dan konseling merupakan
kegiatan mengelompokan masalah yang berkaiatan atau yang ada pada
peserta didik. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat diidentifikasi
melalui:
a. Karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan
belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah
tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan
tanggung jawab).
b. Harapan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat dianalisis dari
tugas-tugas perkembangan yang dijabarkan dalam rumusan
kompetensi dan materi pengembangan kompetensi yang ada dalam
silabus.
2. Kegiatan Analisis
Pengukuran kebutuhan merupakan kegiatan penting dalam menyusun
program bimbingan di sekolah. Dalam hal ini Klein dalam Briggs (1979)
menyatakan bahwa pengukuran kebutuhan perlu dalam penyusunan
program karena:
a. Pengukuran kebutuhan akan menfokuskan perhatian perencanaan
program kepada masalah-masalah yang penting. Ini akan membantu
perencanaan program menyusun rencana penggunaan dan pengelolaan
waktu serta sumber-sumber secara efisien.
b. pengukuran kebutuhan memberikan dasar pengesahan bahwa
perhatian perencana program hanya kepada kebutuhan tertentu.
c. pengukuran kebutuhan memberikan informasi dasar untuk mengukur
perubahan performasi siswa.

5
Hal di atas dikuatkan dengan pendapat Roseefl (1991:157)
menyatakan bahwa pengukuran kebutuhan di pandang perlu dalam
menyusun program bimbingan karena hasil pengukuran kebutuhan
membantu:
a. pembuatan keputusan,
b. menyusun rancangan program,
c. mengembangkan,
d. melaksanakan, dan
e. menilai program bimbingan.
Dari pendapat diatas dapat digaris bawahi bahwa pengukuran adalah
kegiatan penting dalam penyusunan program, oleh karena itu maka
pengukuran kebutuhan menjadi kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan
atau wajib dilaksanakan dalam penyusunan program, maka keakuratan
dan kesinambungan proses pengukuran kebutuhan perlu diperhatikan
(Gibson& Mitchell, 1980).
Dalam rangka menjaga keakuratan pengukuran kebutuhan, istilah
kebutuhan perlu diberi batasan yang jelas. Batasan kebutuhan dalam
pratek pengukuran sangat beragam, misalnya dengan problem, sumber,
keinginan, ataupun kesenjangan. Keragaman itu akan menyamarkan
batasan kebutuhan jika tidak diberi batasan yang jelas, sehingga dapat
mempengaruhi ketepatan pengukuran kebutuhan.
Setelah prioritas kebutuhan ditetapkan, alam kerangka perencanaan
program, diikuti dengan kegiatan dengan pengumpulan data tentang
program bimbingan yang sedang berjalan, dan diidentifikasi sumber-
sumber yang tersedia. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi
pemahaman kepada perencana program mengenai latar populasi target
sasaran (siswa) dan kondisi program yang ada (Gibson & Mitchell, 1981).

D. PERENCANAAN (PLANNING) PROGRAM BK


Asesmen atau analisa (need assessment/analysis) terhadap kebutuhan
siswa menjadi hal pertama dan mendasari perencanaan program BK.

6
Kemudian, perlu adanya dukungan dari unsur sekolah untuk menjamin
program BK yang maksimal. Dasar perencanaan dijabarkan dan perlu
ditetapkan kemudian dalam perencanaan layanan.
Asesmen atau analisa kebutuhan diperlukan, baik untuk perencanaan
program jangka panjang, program jangka pendek, maupun program khusus,
yang kemudian menjadi dasar dan mempengaruhi bagaimana program-
program tersebut dirancang dan dikembangkan. Asesmen ini memengaruhi
bagaimana landasan program, tujuan program, lingkup layanan yang
diberikan, kegiatan yang direncanakan, teknis pelaksanaan dan sarana-
prasarana apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.
Dalam pelaksanaan asesmen kebutuhan, POP BK (Kemdikbud, 2016)
menyebutkan langkah-langkah asesmen tersebut, yaitu,
1. mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program
layanan, seperti tugas-tugas perkembangan, permasalahan dan prestasi
peserta didik/konseli;
2. memilih instrumen yang tepat untuk mengumpulkan data, termasuk
instrumen dengan pendekatan masalah (AUM-U, AUM-PTSDL, DCM),
instrumen dengan pendekatan SKKPD (ITP), atau instrumen dengan
pendekatan tujuan empat bidang layanan (pribadi, sosial, belajar, karir)
melalui angket, pedoman observasi, wawancara, atau sosiometri;
3. data yang telah terkumpul kemdian diolah dan dianalisa, serta
diintepretasikan untuk menemukan kebutuhan dan permasalahan yang
kemudian akan dilayani.
Dalam proses asesmen kebutuhan, Sukmadinata (2007) memberikan
kerangka ringkas, dimana identifikasi terhadap peserta didik dilakukan untuk
memahami kebutuhan (fisik, sosial, afeksi, dan intelektual), tantangan yang
mereka hadapi (dalam studi, karir, sosial, dan pembinaan diri), dan masalah
yang ada dalam keseharian peserta didik (termasuk dalam hal pendidikan atau
pengajaran, karir, dan sosial maupun pribadi). Dalam mengidentifikasi
kebutuhan dan tantangan, guru BK dapat melakukan pengamatan, membuat
catatan anekdot, menyusun check list, ataupun daftar pernyataan untuk

7
mengumpulkan data dari peserta didik. Terhadap identifikasi masalah,
pengamatan, catatan anekdot, angket atau daftar cek (seperti AUM dan DCM)
dan studi dokumen dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan data.
Kemudian, data yang teridentifikasi dan terkumpul, dianalisa, diintepretasi
dan disimpulkan.
Kerangka need analysis serupa dikembangkan oleh Brown dan Trusty
(2005). Asesmen yang diusulkan dilakukan terhadap lima komponen atau
unsur yang berbeda, antara lain
1. Kebutuhan guru, yang berisi area atau hal-hal yang berhubungan dengan
bagaimana guru menangani/menghadapi siswa dan perlu mendapatkan
bantuan dari guru BK;
2. Topik atau diskusi BK yang lalu, yang pernah diselenggarakan
sebelumnya dan direncanakan untuk program selanjutnya dan dinilai
kebutuhannya oleh guru yang lain;
3. Kebutuhan siswa, versi siswa, yang berisi topik-topik atau permasalahan
yang dibutuhkan atau sedang dialami oleh para siswa,
4. Kebutuhan siswa, versi guru, berisi kebutuhan-kebutuhan siswa menurut
persepsi guru dan dinilai prioritas kebutuhan pemberian layanannya, dan
5. Kebutuhan konseling yang dianggap perlu dan mendesak (berdasarkan
besarnya jumlah siswa) dari pandangan sekolah lain di sekitar.
Data-data yang terkumpulkan kemudian diolah untuk menentukan dan
memberi masukan terhadap penentuan dan perancangan tujuan layanan,
meliputi (1) kebutuhan apa saja yang perlu dilayani, (2) kapan layanan
tersebut akan dilaksanakan, (3) bagaiman kebutuhan akan ditangani atau
layanan tersebut akan diberikan, dan (4) bagaimana mengukur ketercapaian
tujuan layanan sebagai upaya mengevaluasi keberhasilan atau dampak
layanan (Brown dan Trusty, 2005).
Selain kebutuhan dari sisi siswa, POP BK (Kemendikbud, 2016) juga
mengingatkan adanya kebutuhan yang perlu dinilai dan dianalisa oleh guru
BK adalah kebutuhan sarana-prasarana yang menunjang layanan BK
nantinya. Analisa kebutuhan sarana prasarana tersebut dapat menilik apa yang

8
sudah ada atau tersedia, apa yang masih dibutuhkan atau perlu diadakan, dan
tujuan pengadaan sarana prasarana tersebut.
Hal selanjutnya setelah asesmen kebutuhan dilakukan, untuk
mengupayakan perencanaan program BK yang maksimal, guru BK perlu
menilik dukungan unsur sekolah yang ada. Unsur sekolah yang dimaksudkan
melibatkan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang ada. Selain itu,
komite sekolah juga berperan dalam mendukung program BK sekolah. Rekan-
rekan guru juga berperan mendukung program BK yang ada, karena mereka
yang juga menghadapi dan memahami kondisi siswa sehari-hari di kelas.
Orang tua dapat dilibatkan untuk memberikan dukungan bagi program BK
juga. Upaya-upaya untuk mengumpulkan dukungan tersebut dapat diadakan
melalui konsultasi, rapat, sosialisasi dan usaha persuasi lainnya.
Brown dan Trusty (2005) menambahkan beberapa pertimbangan dalam
perencanaan program BK, antara lain:
1. ketersediaan dukungan administratif, karena program BK nantinya
juga melibatkan unsur-unsur administratif sekolah;
2. pemilihan dan penetapan pemimpin yang mengarahkan langkah dan
mengawal proses perencanaan dan desain,
3. ketersediaan sumber daya yang mendukung, termasuk secara finansial,
manusia/SDM, dan fisik/sarana prasarana;
4. pertimbangan kondisi dan masalah yang ada dalam program/layanan
BK yang telah dilaksanakan sebelumnya;
5. penyusunan jadwal kerja yang jelas untuk optimalisasi pelaksanaan
layanan BK,
6. pengukuran/pertimbangan dampak positif dan/atau negatif yang
potensial muncul nantinya, dan
7. kebutuhan konsultan dari luar sekolah jika diperlukan untuk menyusun
rancangan program yang lebih maksimal.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Analisis kebutuhan adalah kegiatan mengidentifikasi faktor-faktor
pendukung dan penghambat (kesenjangan) proses pelayanan untuk
menetapkan media yang tepat dan relevan dalam mencapai tujuan
pelayanan (goals and objectives) yang mengarah pada pencapaian tugas
perkembangan.
2. Analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengidentifikasi: permasalahan diri peserta didik,
lingkungan peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling dalam
rangka pencapaian tugas perkembangan secara optimal.
3. Langkah-langkah analisis kebutuhan yaitu mengambil keputusan
mengenai penggunaan data pengukuran kebutuhan untuk perencanaan,
memilih tingkat kebutuhan pengukuran, mengidentifikasi orang-orang
yang terlibat dalam pengukuran kebutuhan, mencapai kesepakatan dengan
orang-orang yang terlibat dalam pengukuran tentang partisipasi mereka,
mencapai kesepakatan tentang tingkat pengukuran kebutuhan dan
perencanaan, mengumpulkan data, membuat daftar kebutuhan yang telah
diidentifikasi, menyusun prioritas kebutuhan, erekonsiliasi data yang
bertentangan, dan mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang
terlibat dalam pengukuran kebutuhan tentang kebutuhan-kebutuhan yang
diprioritaskan.

B. SARAN
Kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih sangat
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan
datang menjadi lebih baik lagi. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua serta menambah pengetahuan kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Puskur Balitbang.


Kemendikbud. (2016). Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan Dan
Konseling SD/SMP/SMA/SMK.

Mungin Eddy Wibowo. 2002. Manajemen Bimbingan dan Konseling. Semarang.


Bahan kuliah S2.
Nurihsan. A. Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Prayitno. 1994. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santoadi, F. (2010). Manajemen Bimbingan dan Konseling
Komprehensif. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sukardi, Dewa ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan


Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukmadinata, N. S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam praktek:
Mengembangkan Potensi dan kepribadian Siswa. Bandung: Maestro.

Winkel, W. S., & Hastuti, M. S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi


Pendidikan. Media Abadi.

11

Anda mungkin juga menyukai