Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM BK

KETERAMPILAN KONFRONTASI DAN PEMECAHAN MASALAH

Disusun Oleh:

Dian Saufia Athari (Smstr 3)


NPM: 170101006

UNIVERSITAS HAMZANWADI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

TP. 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik yang berupa
saran, kritik, bimbingan maupun bantuan lainnya. Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan motivasi serta bimbingannya.
Demikian penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak keterbatasan dan kekurangan ada
di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
peningkatan wawasan kami dalam memberikan penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat pada semua pihak.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................

A. Latar Belakang .....................................................................................................

B. Rumusan Masalah ................................................................................................

C. Tujuan ...................................................................................................................

D. Manfaat .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................

A. Pengertian Komunikasi dalam BK .......................................................................

B. Bagaimana keterampilan komunikasi konfrontasi ......................................................

C. Bagaimana keterampilan komunikasi pemecahan masalah ........................................

BAB III PENUTUP .................................................................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................................................

B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konseling merupakan suatu wadah yang memberikan layanan-layanannya untuk
membantu siswa yang membutuhkan layanan tersebut. Layanan bimbingan dan konseling meliputi
beberapa aspek yaitu aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Dalam setiap layanan yang diberikan
terdapat fungsi bimbingan antara lain : fungsi pencegahan, fungsi pemeliharaan,
fungsipengembangandanmasihbanyaklagi.
Untuk mewujudkan tujuan bimbingan dan konseling yaitu perkembangan siswa optimal, maka
diperlukan suatu kerjasama dari berbagai pihak baik konselor (guru BK), siswa pihak sekolah,
orangtua siswa dan semua pihak yang bersangkutan.
Dalam pemecahan masalah setiap siswa, tentunya seorang konselor membutuhkan
keterampilan komunikasi. Komunikasi merupakan langkah pertama dalam proses konseling,
membina hubungan sangatlah peting dan konseling adalah bentuk khusus dari hubungan atau
komunikasi interpersonal. Dalam hal ini diartikan bahwa kaidah-kaidah yang berlaku pada
proses komunikasi yang berarti berlaku juga dalam proses konseling.
Komunikasi diantara orang-orang yang ada dalam satu hubungan konseling harus
menunjukan sikap menerima dan respeck, konselor harus harus berempati terhadap klien.
Oleh karena itu makalah ini akan menjelaskan secara singkat tentang aspek psikologi
(komunikasi dalam konseling)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian komunikasi dalam bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana keterampilan komunikasi konfrontasi?
3. Bagaimana keterampilan komunikasi pemecahan masalah?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi konfrontasi.
2. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi pemecahan masalah.
D. MANFAAT
1. Para konselor dapat menerapkan teknik komunikasi ini dengan baik
2. Para siswa yang bermasalah menjadi lebih mudah diatasi
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi dalam Konseling


Komunikasi merupakan landasan bagi berlangsungnya suatu konseling. Komunikasi
dapat diartikan sebagai suatu proses memindahkan informasi antara dua orang manusia atau
lebih dengan menggunakan simul-simbul bersama. Komunikasi sekurang-kurangnya
melibatkan dua partisipan yaitu memberi dan menerima. Komunikasi akan lebih efektif
apabila tercapai saling pemahaman, yaitu pesan yang disampaikan saat diterima dan
dipahami oleh penerima
Proses konseling yang melibatkan konselor dan klin secara tatap muka di dalamnya
terdapat komunikasi di dalamnya terdapat komunikasi antara dua pihak yaitu konselor dan
klien selama proses konseling itu berlangsung. Keberhasilan konseling sangat ditentukan
oleh keefektifan komunikasi antara konseling dan klien. Dalam hal ini, konselor dituntut
untuk mampu berkomunikasi secara efektif untuk menunjang pelaksanaan proses konseling.
Salah satu keterampilan yang diperlukan oleh konselor adalah keterampilan komunikasi
dengan klien.
Dengan cara ini, maka proses konseling dapat dilaksanakan dengan tepat. Komunikasi
dalam proses konseling merupakan bentuk dialog antara satu pihak yaitu konselor dengan
pihak klien dalam suatu tujuan bersama yakni menemukan pemecahan masalah klien dan
dapat membuat keputusan secara tetap.
Untuk dapat melaksanakan komunikasi dengan baik, seorang konselor dituntut untuk
menguasai keterampilan komunikasi secara efektif. Penguasaan materi dan ketrampilan ini
diwujudkan dalam praktik berkomunikasi secara efektif dalam suatu proses konseling.
Apabila konselor mampu menerapkan keterampilan komunikasi dalam proses konseling,
konselor dapat mngeksplorasi masalah klien (asesmen masalah) hingga dapat memahami
masalah klien, dan mampu menetapkan tujuan konseling

B. KETERAMPILAN KONFRONTASI
1. Pengertian
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien atau
keterampilan/teknik yang digunakan oleh konselor dimana berarti atau karena tingkah laku klien
ditafsirkan/diduga dan dimengerti dengan dikomunikasikan pada klien. Selain itu dalam
interpretasi, konselor menggali arti dan makna yang terdapat dibelakang kata-kata klien atau
dibelakang perbuatan/tindakannya yang telah diceritakannya.

komunikasi yang menantang konseli, karena ada ketidaksesuaian/inkonsistensi dalam


pernyataan dan tingkah atau ide awal dengan ide berikutnya.
Contoh: “Kamu mengatakan bahwa kamu rela tetapi wajah kamu terlihat kecewa” atau
“Kamu mengatakan sudah memaafkannya, tetapi kamu masih ungkapkan kekesalan”
Konfrontasi ini sifatnya membantu konseli, bukan dimaksudkan untuk menyerang konseli tetapi
dibatasi pada komentar-komentar khusus terhadap perilaku konseli yang tidak konsisten.
2. Tujuan Konfrontasi
a. Mendorong konseli dalam mengadakan penelitian diri secara jujur
b. Membantu konseli menjadi lebih baik menyadari kesenjangan atau ketidakselarasan di
dalam pikiran, perasaan, dan perilaku.
c. Membuat konseli agar memiliki cara pandang yang baru yang mengarah pada tingkah laku
baru.
3. Konselor perlu melakukan konfrontasi apabila pada diri konseli didapati adanya :
a. Ada kesenjangan antara dua pernyataan
b. Antara apa yang dikatakannya dengan apa yang dia lakukan berbeda
c. Antara pernyataan dengan tingkah laku non verbal yang tidak sama
d. Antara dua tingkah laku non verbal yang tidak kongruen.

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan konfrontasi, antara lain:


a. Konfrontasi dapat dilakukan jika hubungan klien dan konselor sudah mencapai keprcayaan,
jika tidak justru terjadi resistensi (mempertahankan diri) pada diri klien.
b. Konselor harus cukup yakin tentang apa yang ditunjukkan klien sebagia pertentangan dan
tidak boleh bicara dengan nada mengadili, menuduh atau memamerkan ketajaman
pengamatannya.

Dalam praktiknya, konfrontasi diungkapkan melalui kalimat gabungan yang mengandung dua
kondisi yang kontradiktif seperti:

” Anda mengatakan bahwa anda senang bersekolah di sekolahmu, tetapi anda sering
membolos”.

” dik Nanda mengatakan sangat senang dengan keputusan orang tua, tetapi dik Nanda
menangis”.

“ Tadi kamu katakan bahwa kamu tidak mencintainya tetapi baru saja kamu juga mengatakan
bahwa kamu tidak bisa hidup tanpa dia”.

Konfrontasi digunakan hanya melalui kata-kata yang merupakan penyimpulan dari perkataan,
dan atau perbuatan konseli. Dengan kata lain, konfrontasi mendiskripsikan pesan konseli,
mengobservasi tingkah laku konseli, dan bukti-bukti lain yang sedang terjadi pada konseli.
Konfrontasi tidak boleh berisikan tuduhan, penilaian atau pemecahan masalah.

5. Kelebihan Tekhnik Konfrontasi


a. Penerapan tekhnik sangat mudah sekali di aplikasikan dalam konseling
b. Konselor dapat mengetahui perasaan konseli yang sebenarnya
c. Konselor dapat mengukur keberhasilan konseling.
d. Konseli dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan kemampuan konseli setelah konselor
melakukan tekhnik konfrontasi.

6. Kelemahan Tekhnik Konfrontasi


Konseli sering terjebak dengan emosinya saat melakukan pertanyaan konfrontasi karena
mekanisme pertahanan diri konseli yang kuat sehingga menyakitkan hati konseli.

C. KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH


1. Pengertian Pemecahan Masalah (Problem solving)

Menurut Marzano dkk (1988) problem solving adalah salah satu bagian dari proses
berpikir yang berupa kemampuan untuk memecahkan persoalan. Terminologi problem
solving digunakan secara ekstensif dalam psikologi kognitif, untuk mendeksripsikan ‘semua
bentuk dari kesadaran/pengertian/kognisi’. Anderson (1983) misalnya dikutip Marzano dkk
sebagai mengklasifikasikan semua perilaku yang diarahkan kepada tujuan (yang disadari atau
tidak disadari) sebagai problem solving. Jika Wickelgren (1974) mendefinisikan problem
solving sebagai upaya untuk mencapai tujuan khusus, maka Van Dijk dan Kintsch (1983)
dikutip Marzano dkk sebagai menyatakan bahwa problem solving terjadi bila pencapaian
tujuan tertentu mensyaratkan kinerja dan langkah langkah mental tertentu.
Girl dkk (2002) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang melibatkan
penerapan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan untuk mencapai tujuan. Sedang
menurut Gagne & Briggs (1979) unjuk kerja pemecahan masalah itu berupa penciptaan dan
penggunaan aturan yang kompleks dan lebih tinggi tingkatannya, untuk mencapai solusi
masalah. Dalam pemecahan masalah pebelajar harus merecall/mengundang kembali aturan-
aturan yang lebih rendah (sub-ordinate) maupun informasi-informasi yang relevan, yang
diasumsikan telah dipelajari sebelumnya. Ketika aturan yang lebih tinggi tingkatannya telah
diperoleh, maka pebelajar sangat dimungkinkan akan menggunakannya dalam situasi yang
secara fisik berbeda namun secara formal mirip. Dengan perkataan lain, aturan baru yang
lebih kompleks yang telah diperoleh itu akan memungkinkan terjadinya transfer belajar.
Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan
berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa
berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok.
Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang,
menciptakan sesuatu, itu mencakup problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-konsep itu
tidak penting. Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi itu perlu untuk memperoleh konsep;
keduanya itu harus diingat dan dipertimbangkan dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu
pula perkembangan intelektual sangat penting dalamproblem solving (Slameto, 1990 : 139)

2. Langkah-Langkah Problem Solving


a. Mengidentifikasi masalah secara tepat
Secara konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai kesenjangan atau gap
antara kinerja actual dan target kinerja (T ) yang diharapkan, sehingga secara simbolik
dapat dituliskan bersamaan; M=T – A.berdasarkan konsep seorang problem solver yang
professional harus terlebih dahulu nanpu mengetahui berapa atau pada tingkat mana
kinerja actual saat ini, dan berapa atau tingkat mana kinerja serta kita harus mampu
mendefinisikan secara tegas apa masalah utama kita kemudian menetapkan pada tingkat
mana kinerja actual kita sekarang dan kapan waktu pencapain target kinerja itu.
b. Menentukan sumber dan akar penyebab dari masalah
Suatu solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-sumber dan
akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan masalah-
masalah tersebut.
c. Solusi masalah secara efektif dan efisien.

Adapun langkah-langkah Solusi masalah yang efektif dan efisien yaitu:

Mendefinisikan secara tertulis

Membangun diagram sebab akibat yang dimodifikasi untuk mendefinisikan : a) akar


penyebab dari masalah itu, b) penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun
dapat diperkirakan

Setiap akar penyebab dari masalah dimasuskkan ke dalam diagram sebab akibat .
sedangkan penyebab yang tidak dapat diperkirakan, didaftarkan pada sebab akibat itu
secara tersendiri

Mendefiisikan tindakan atau solusi yang efektif melalui memperhatikan dan


mempertimbangkan : a)pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab –penyebab
itu, b) tindakan yang diambil harus ada di bawah pengendalian kita, dan c) memenuhi
tujuan dan target kinerja yang ditetapkan.

Menerapkan atau melakukan implementasi atau tindakan-tindakan yang diajukan (Vincent


Gasper sz, dan Qruztyann.blogs.friendster. com)
3. Kelebihan Teknik Pemecahan Masalah
a. Metode ini dapat membuat pendidikan disekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
b. Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
c. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh,
karena dalam proses belajar siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti
permasalahan dari berbagai segi dan mencari pemecahan masalah
4. Kelemahan Teknik Pemecahan Masalah
a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kualitasnya sesuai sengan tingkat berfikir siswa,
tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan san pengalamanya yang tela memiliki siswa
sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru.
b. Memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran
lain.
c. Mengubah kebiasaan siawa belajar dengan mendengar dan menerima informasi dari duru
menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan, kadang-kadang
memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
BAB 3

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komunikasi akan lebih efektif apabila tercapai saling pemahaman, yaitu pesan yang
disampaikan saat diterima dan dipahami oleh penerima.
Konfrontasi ini sifatnya membantu konseli, bukan dimaksudkan untuk menyerang konseli tetapi
dibatasi pada komentar-komentar khusus terhadap perilaku konseli yang tidak konsisten
Girl dkk (2002) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang melibatkan
penerapan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan untuk mencapai tujuan. Sedang
menurut Gagne & Briggs (1979) unjuk kerja pemecahan masalah itu berupa penciptaan
dan penggunaan aturan yang kompleks dan lebih tinggi tingkatannya, untuk mencapai
solusi masalah.
B. SARAN
Sebaiknya dalam pem
Eunike Asnat. (2014). BIMBINGAN DAN KONSELING PRIBADI “PROBLEM SOLVING ”.
retrieved from: http://asnateunike.blogspot.com/2014/11/bimbingan-dan-konseling-pribadi-
problem.html
Mulya Dewi. ( 2012). TEKNIK INTEPRETASI DAN KONFRONTASI DALAM PROSES KONSELING. Retrieved
from: http://dewi27bk.blogspot.com/2012/06/teknik-intepretasi-dan-konfrontasi.html?m=1

Nurina Anggraeni. Tesis. 2009. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode Problem Solving Di MTsN
Bantul Kota, Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

Diniah, Kholifatut. (2016). Efektivitas Pelatihan Teknik Konfrontasi Terhadap Peningkatan Kemampuan Sosial Guru
Bimbingan dan Konseling dengan Siswa Autis. UIN Sunan Kalijaga

Anda mungkin juga menyukai