Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MIKRO KONSELING

Tahap Pertengahan Konseling (Clearing, Confrontation, Supporting, Infromating)

DOSEN PENGAMPU : Asiah, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh :

Clara Cindy C Sitorus (1193351047)

Rahmadani Harahap (1191151017

Rizky Aulia (1193351046)

Ulinsa Sepdarisa Br Kembaren (1193151029)

Steven Yostian Sitorus (1193151031)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk makalah. Tugas ini
dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Mikro Konseling. Makalah ini disusun
dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua khusus nya dalam hal
mengenai mikro konseling dalam layanan Bimbingan dan Konseling. Kami juga menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, apabila dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf sesungguhnya pengetahuan dan pemahaman kami
masih terbatas.

Kami juga sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca guna membangun dan
menyempurnakan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Medan ,6 Maret 2022

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah.......................................................................

C. Tujuan Penul/isan........................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................\

A. Clearing ( Memperjelas)……………………………………….

B. Confrontation (Konfortasi)…………………………………….

C. Supporting (Mendorong)………………………………………

D. Informing (Menginformasikan)………………………………..

BAB III PENUTUP................................................................................

Kesimpulan.......................................................................

Saran.................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling merupakan suatu tipe hubungan khusus antara konselor dengan orang yang
membutuhkan bantuannya (konseli), yang dapat berbentuk hubungan tatap muka, melalui
telepon, surat-menyurat ataupun dengan bantuan alat elektronik yang memiliki tujuan tertentu
(Geldard & Geldard, 2005). Kualitas hubungan antara konselor dan konseli tampaknya paling
memungkinkan untuk menciptakan pertumbuhan hubungan antar keduanya (Corey, 2015).
Dengan demikian, konseling melibatkan suatu hubungan profesional yang bersifat memberikan
bantuan dan sangat bergantung pada kualitas kepribadian konselor. Karena proses konseling
seorang konselor harus mampu melibatkan konseli secara penuh, supaya konseli bisa terbuka.

Keterampilan bertanya merupakan salah satu bagian penting dari suatu dialog antara
konselor dan konseli. Pertanyaan yang baik sangat dapat membantu klien dalam pemahaman
tentang berbagai hal yang terkait dengan topic yang sedang dibahas. Dalam memberikan
pertanyaanyang baik, kita membutuhkan sebuah keterampilan.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari proses konseling dan tahapan konseling?

b.  Bagaimna proses dan tahapan konseling?

C. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui pengertian dari proses serta tahapan konseling

b. Mengetahui bagaimana terjadinya proses dan tahapan konseling


BAB II

PEMBAHASAN

A. Clearing ( Memperjelas)

Memperjelas adalah keterampilan dasar komunikasi konseling berupa konselor


mengulangi sebagian atau seluruh pernyataan konseli, tidak menambah atau mengurangi
maknanya. Pernyataan yang diulang tersebut merupakan pernyataan yang diperkirakan memiliki
arti pribadi yang lebih mendalam bagi konseli.

Contoh:

Konseli (Andy) : “Saya tidak tahu sesuatu hal yang harus saya katakan, pikiran ini rasanya
buntu”
Konselor: “Pikiran Andy terasa buntu”

clearing Dalam tahap ini berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spesifik, penulis mendorong
dan membangkitkan keberanian konseli untuk memahami dirinya secara utuh baik dari segi
kekurangan maupun kelebihannya dan dalam tahap ini juga konselor membantu konseli untuk
menembus jalan buntu dan mengatasi urusan yang tidak selesai.
B. Confrontation ( Konfrontasi)

Keterampilan konselor menunjukkan kepada konseli kesenjangan antara beberapa hal


yang diucapkannya, atau kesenjangan antara sesuatu yang diucapkannya dengan hal yang
dilakukannya. Teknik konfrontasi digunakan oleh konselor untuk menunjukkan kesenjangan
yang membuat konseli menjadi tidak berkembang. Kesenjangan antara dua pernyataan, antara
sesuatu yang dikatakan dan hal yang dilakukan, antara pernyataan dan perilaku nonverbal, antara
pernyataan dan konteks, dan antara dua atau lebih orang. Respon konselor berbentuk konflik: “di
satu sisi…, di sisi lain…”Agar konfrontasi efektif, Konselor perlu memperhatikan ketepatan
waktu penyampaian dan konselor tidak boleh menilai (non judgemental) ketidakkonsistenan
konseli, dan konselor harus menyampaikan konfrontasi dengan nada suara yang lembut, ekspresi
wajah yang bersahabat, dan isyarat nonverbal yang menyenangkan konseli.
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya
diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal
dengan ide berikutnya, dengan senyum kepedihan, dan sebagainya.
Adapun tujuan teknik ini adalah untuk:
1. mendorong klien mengadakan penelitian secara jujur
2. meningkatkan potensi klien
3. membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi dalam
dirinya.
Namun seorang konselor harus melakukan dengan teliti yaitu dengan:1) memberi komentar
khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara tepat waktu;2) tidak menilai apa lagi
menyalahkan;3) dilakukan konselor dengan perilaku attending dan empati. Materi latihan:
1. latihan kritis terhadap sikap diskrepansi klien dan dengan bersikap attending terhadapnya
2. latihan menyusun kalimat-kalimat konfrontasi. Contohnya:
- ”Apakah saudara merasa bahwa apa yang anda katakana berbeda dengan
perasaan anda?”

- “Saya memperhatikan bahwa anda mengatakan rela, namun dimuka saudara terlihat
kekecewaan. Apakah anda merasakannya?”Prosedur latihan:
-Buatlah pasangan-pasangan peserta untuk berlatih bermain peran dalm teknik menyimpulkan
sementara. Dibantu oleh tiga pengamat
-Pembimbing memberikan materi latihan atau hasil susunan para peserta untuk dimainkan.
-Setelah terjadi permainan peran dialog konseling dengan teknik menyimpulkan, maka diadakan
diskusi dan penilaian dengan pertimbangan bahan masukan dari pengamat dan peserta.

Contoh konfrontasi:
Kasus 1: Kontradiksi antara isi pernyataan dengan cara penyampaian konseli Konseli

(Ida) : “Oh (suara datar) saya dalam keadaan baikbaik” (suara rendah dan agak gelisah).
Konselor : Ida, kamu bilang baik-baik saja, tetapi kamu kelihatan gelisah, sepertinya ada sesuatu
yang tidak beres.
2: Kontradiksi dua hal dalam isi ucapan konseli
Konselor : “Kamu mengatakan bahwa persoalan yang kamu hadapi adalah masalah sepele.
Tetapi kamu juga mengatakan bahwa masalah kamu rumit dan berbelit-belit. Sepertinya, Saya
tidak dapat membantu kamu, jika kamu tetap berpendapat seperti itu dalam pertemuan ini.

Kasus 3: Tidak konsisten antara hal yang dikatakan, diinginkan dan yang sebenarnya diperbuat
oleh konseli.
Konselor : “Anda mengatakan ingin menyelesaikan studi tepat pada waktunya, tetapi di lain
pihak Anda juga mengatakan jarang belajar. Sepertinya hal ini menunjukkan ketidak-konsistenan
Anda”.
Kasus 4: Tidak konsisten antara perasaan yang dikatakan oleh konseli dengan cara yang konselor
harapkan, untuk dirasakan dalam situasi yang sama,
Konseli : Hal itu sebenarnya merupakan suatu hal yang baik sehingga Yani menikah dengan
laki-laki lain sebenarnya bukan merupakan masalah bagi saya. (sambil tersenyum).”
Konselor : “Saya dibingungkan oleh senyummu. Kalau pacar saya menikah dengan laki-laki lain
maka saya akan merasa kecewa.”

C. Supporting (mendorong)

Pengertian activity support atau kegiatan pendukung adalah segala aktivitas yang ikut
memperkuat ruang kota karena antara aktivitas dan fisik ruang adalah dua hal yang saling
melengkapi. Ciri khas yang dimiliki suatu tempat akan menarik fungsi dan aktivitas yang
spesifik (Shirvani, 1985).

Bentuk activity support

• Bangunan diperuntukkan bagi kepentingan umum/ruang tertutup adalah kelompok pertokoan


eceran (grosir), pusat pemerintahan, pusat jasa dan kantor, department store, perpustakaan
umum, dan sebagainya.

Research support services telah dikaji oleh Denison, Pham, dan Kim (2017) dengan melibatkan
informan berupa peneliti perguruan tinggi di Vietnam. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara kepada para peneliti,
namun belum mengacu kepada research lifecycle framework.Penelitian terkait dengan kebutuhan
akan support services dalam proses riset sendiri belum banyak dieksplorasi di Indonesia.
Penelitian yang ada biasanya hanya berkaitan dengan kebutuhan dan perilaku pencarian
informasi di kalangan peneliti.

D. Informing ( Menginformasikan )

yaitu memberikan informasi yang valid berdasarkan keahlian konselor. Beberapa jenis Informing adalah

seperti informasi dari alat test, yang membutuhkan keahlian yang khusus untuk perencanaan dan
pembuatan keputusan yang berlandaskan pada buku pedoman umum. Informasi selanjutnya adalah,
menginformasikan tentang minat dan bakat dan kepribadian.

Sementara memberi nasihat secara historis dijauhi oleh konselor, konseli sering mempunyai
kebutuhan yang mendesak mengenai kejelasan dan informasi mengenai dirinya. Konselor perlu
dipersiapkan untuk menjawab pertanyaan tentang sumber daya masyarakat, pengobatan alternatif, gejala,
dan sebagainya. Memberikan informasi kepada klien dengan cara yang tidak membuat keputusan untuk
mereka menguraikan alternatif melainkan merupakan unsur yang penting dalam konseling yang efektif.

Memberi informasi hampir sama dengan memberi nasehat. Jika konselor tidak mengerti apa yang
dimaksud konselor Tanyakan, sebaiknya jujur dan katakan bahwa konselor tidak Ada informasi tentang
itu. Tetapi jika konselor Mengetahui dan memahami apa yang ditanyakan Konselor, konselor tidak boleh
terburu-buru memberi menjawab. Suruh mentee mencoba mencari informasi Pertama itu. Jika rasanya
konselor sudah mencoba max tapi belum dapat, maka konselor Membantu memberikan informasi.
BAB III

A. Kesimpulan

Mikro konseling bertujuan agar mahasiswa memiliki pemahaman dan pengalaman nyata
tentang pelaksanaan konseling terkait dengan materi perkuliahan ataupun teori yang telah
dipelajari. Kompetensi yang hendak dicapai dari adanya makalah ini adalah:

1. Mahasiswa mampu mempraktekkan keterampilan-keterampilan dasar komunikasi konseling.

2. Mahasiswa mampu mempraktekkan beberapa pendekatan konseling dalam proses konseling


(beserta teknik-teknik yang ada pada masing-masing pendekatan tersebut) sesuai dengan
karakteristik masalah dan karakteristik konseli.

Penilaian dalam mikro konseling juga merupakan sebuah proses menetapkan taraf
penguasaan kompetensi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan keterampilan-keterampilan
konseling.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa kami masih
banyak kesalahan baik dalam tulisan maupun materi. Maka dari itu kami mohon kritik dan
sarannya agar kami dapat memperbaiki makalah kami kedepannya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Alimudin Mahmud, 2012, Mengenai teknik-teknik Bimbingan dan Konseling, Makasar, Badan
Penerbit UNM

Nurviyanti Cholid, 2017,Konseling Gestalt Berbasis Islam dalam Upaya Meningkatkan


Kemampuan Regulasi Diri Santri di Pondok Pesantren Al-Falaah Pandak Bantul Yogyakarta,
Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan.

Lis Setyowati,2021, Kebutuhan Research Support Services Dikalaman Mahasiswa Doktoral,


Universitas Diponegoro, Suwondo ,Romdha Nugrahani.

Yulianti, 2016, Basic Personal Counselling: A Training Manual For Counselors, Jurnal
Bimbingan dan Konseling ,5(2),236-241.

Anda mungkin juga menyukai