Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK TEKNIK DALAM KONSELING

OLEH: KELOMPOK III

BAMBANG SETIAWAN (P2MK190204013)


HASMARIANI AKMAR (P2MK190204017)
LISNAWATI (P2MK1902040)
NURDINIE BT ABD KADIR (P2MK1902040)
RAHAYU (P2MK1902040)

PROGRAM PASCA SARJANA


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ Teknik teknik dalam konseling “ ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Psikologi Konseling. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang teknik teknik dalam konseling bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari bahwa proses penyusunan makalah ini tidaklah mudah


sehingga memungkinkan adanya banyak kekurangan dan kesalahan dalam teknik
penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat harapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun, guna penyempurnaan makalah yang
selanjutnya.

Sengkang,  11 Januari 2021


Penyusun

(Kelompok III)
DAFTAR ISI

Sampul
Kata pengantar.................................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
A. Pengertian Konseling................................................................................. 3
B. Persiapan untuk Konseling........................................................................ 4
C. Prosedur dan teknik konseling................................................................... 5
D. Teknik memahami individu dengan memperoleh data.............................. 6
E. Fase fase dalam bimbingan dan konseling................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 14
A. Kesimpulan................................................................................................ 14
B. Saran.......................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konseling merupakan aktivitas yang menangani klien yang mempunyai


masalah, namun masih sadar tentang masalahnya. Dalam wawancara ataupun
diskusi, klien masih dapat menjelaskan masalah yang dihadapi secara jelas, masih
dapat nyambung antara konselor dengan klien. Sehingga konselor mampu untuk
menggali data yang banyak dari klien untuk dijadaikan bahan pertimbangan dalam
membantu klien mengatasi masalahnya. Sehingga dengan adanya bimbingan
konseling ini diharapkan mampu untuk meningkatkan dan mengatasi masalah
yang  dihadapi oleh klien.
Disamping penggalian data, konselor harus memiliki teknik dalam
membantu klien dalam menyelesaikan masalah, karena dalam proses konseling
teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling.
Seorang konselor harus mampu merespon klien dengan teknik yang benar, sesuai
keadaan klien saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyataan yang
dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong sehingga klien mau terbuka untuk
menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan pengalamannya.
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh
dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien.
Pendapat lain mengatakan bahwa konseling adalah upaya membantu individu
melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar
konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan
dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli
merasa bahagia dan efektif prilakunya.
Bimbingan dan konseling membutuhkan tehnik yang tidak mudah.
Diperlukan pembiasaan terhadap macam-macam tehnik yang ada, supaya konselor
mahir dalam kerja praktiknya. Di samping itu,  keberanian dalam mempraktikan
macam-macam tehnik yang ada, supaya ada pengalaman dari berbagai tehnik.
Selain konselor harus menguasai tehnik juga harus paham tentang prosedur-
prosedur dalam bimbingan dan konseling.
Terkadang ada konselor yang sudah merasa nyaman dengan satu tehnik,
sehingga tidak mau untuk mencoba tehnik yang lainnya. Mental status quo
semacam ini harus dihilangkan. Diperlukan eksperimentasi dan observasi yang
terus-menerus untuk mengambangkan teknik konseling sebagai jawaban terhadap
kompleksitas suatu problem.

B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui teknik teknik dalam konseling

b. Tujuan Khusus

1. Untuk memahami pengertian konseling.

2. Untuk memahami persiapan konseling.

3.      Untuk memahami prosedur dan teknik-teknik Konseling

4.      Untuk memahami teknik memahami Individu dengan memperoleh Data

5.      Untuk memahami fase-fase dalam Bimbingan dan Konseling.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konseling

Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka atau
tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon) antara dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan
khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya
sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan
dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi
maupun masyarakat.
Persamaan antara bimbingan dan komseling terletak pada tujuan yang
hendak dicapai yaitu sama-sama diterapkan dalam program persekolahan, sama-
sama berusaha untuk memandirikan individu, dan sama-sama mengikuti norma-
norma yang berlaku di lingkungan masyarakat tempat kedua kegiatan itu
diselenggarakan.
Perbedaan antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan
dan tenaga yang menyelenggarakan.
Interaksi antara konselor dan klien dalam suatu kondisi yang membuat
klien merasa terbantu dalam mencapai perubahan dan membuat keputusan sendiri
serta bertanggung jawab atas keputusan yang diambil
Ada beberapa pengertian konseling menurut para ahli yaitu :
 Rogers (1952) dalam Rosjidan (1994), mengemukakan
bahwa konseling merupakan proses dimana sturktur diri (pribadi) dibuat
sesantai mungkin demi menjaga hubungan dengan ahli terapi, dan
pengalaman-pengalaman sebelumnya yang tertolak dirasakan dan
selanjutnya diintegrasikan kedalam suatu diri (self) yang telah dirubah.
 Gibson dan Mitchell (2003) menyatakan bahwa konseling adalah
hubungan bantuan antara konselor dan klien yang difokuskan pada
pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan.
 Menurut Pietrofesa, Leonarddan Hoose (1978) dalam Mappiare (2002)
menyatakan bahwa definisi konseling adalah suatu proses dimana ada
seseorang yang dipersiapkan secara profesional
untuk membantu orang lain dalam memahami diri, pembuatan keputusan
dan memecahkan masalah. Selain itu konseling adalah pertemuan “dari
hati ke hati” antarmanusia yang hasilnya sangat bergantung
pada kualitas hubungan.
 Menurut C. H. Patterson (1959) dalam Abimanyu dan Manrihu (1996),
mengemukakan bahwa konseling adalah proses yang melibatkan
hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu atau lebih
klien dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis
atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam
upaya meningkatkan kesehatan mental klien.

B. Persiapan untuk konseling


Dalam persiapan untuk konseling terdapat beberapa hal yang harus dilakukan oleh
konselor dalam memulai onseling yaitu :
a. Kesiapan untuk konseling
Kesiapan merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi sebelum klien
membuat hubungan konseling. Kesiapan klien untuk konseling
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu motivasi untuk memperoleh
bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan intelektual,
tingkat tilikan terhadap masalah dan dirinya sendiri, harapan – harapan
peranan konselor dan sistem pertahanan dirinya.
b. Metode penyiapan klien
Untuk mencapai kesiapan klien dalam konseling, dapat dilakukan metode
– metode berikut :
1. Melalui pembicaraan dengan berbagai pihak/ lembaga mengenai topik
masalah dan pelayanan konseling yang diberikan.
2. Menghubungi sumber sumber referal.
3. Memberikan informasi kepada klien tertentu tentang dirinya dan
prospeknya.
c. Riwayat kasus ( Case History )
Merupakan kumpulan informasi yang sistematis tentang kehidupan klien
sekarang dan masa lampau. Riwayat kasus ini juga membantu proses
konseling. Bentuk riwayat kasus seperti riwayat konseling psikoterapeutik,
catatan kumulatif, biografi dan autobiografi.
d. Psikodiagnosis
Proses diagnosa diferensial yang merupakan suatu klarifikasi deskriptif
atau taksonomi masalah masalah yang sama dengan klasifikasi psikiatris
untuk gangguan neurotis, psikosis dan karakter.
e. Penggunaan tes dalam psikodiagnosis
Untuk memperoleh data kepribadian klien melalui sampel perilaku
dalam situasiyang terstandart, sehingga diperoleh data terapeutik.
Penggunaan tes psikodiagnosis berasumsi bahwa kepribadian sebagai
suatu yang dinamis, dapat diukur melalui perilaku,dan pola pikir serta
bahasa klien yang diperoleh melalui tes,menggambarkan struktur dari
karakter klien.
Fungsi penggunaan tes psikodiagnosis :
1.      Menyeleksi data yang diperlukan bagi konseling.
2.      Meramalkan keberhasilan konseling.
3.      Memperoleh informasi yang lebih terperinci.
4.      Merumuskan diagnostik yang lebih tepat.
C. Teknik teknik dalam konseling
Proses konseling memerlukan teknik-teknik tertentu sehingga konseling bisa
berjalan secara effektif dan efisien. Berikut ini akan diuraikan beberapa teknik
dalam konseling.

a. Teknik Rapport

Teknik rapport dalam konseling merupakan suatu kondisi saling


memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuan utama teknik ini adalah
untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap
penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya.

Melalui teknik ini maka akan tercipta hubungan yang akrab antara
konselor dan klien yang ditandai dengan saling mempercayai.
Implementasi teknik rapport dalam konseling yaitu:

Pemberian salam yang menyenangkan;

-       Menetapkan topik pembicaraan yang sesuai;

-       Susunan ruang konseling yang menyenangkan;

-       Sikap yang ditandai dengan kehangatan emosi, Realisasi tujuan


bersama, dan menjamin kerahasiaan klien; serta

-       Kesadaran terhadap hakikat klien secara alamiah.

b. Perilaku Attending

Attending merupakan upaya konselor mengahmpiri klien yang


diwujudkan dalam bentuk perilaku seperti kontak mata, bahasa tubuh, dan
bahasa lisan. Perilaku attending yang baik harus mengombinasikan ketiga
aspek di atas sehingga akan memudahkan konselor untuk membuat klien
terlibat pembicaraan dan terbuka. Perilaku attending yang baik akan dapat
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman dan akrab,
serta mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Peilaku attending berkenaan dengan teknik penerimaan konselor terhadap
klien. Teknik penerimaan menggambarkan cara bagaimana konselor
menerima klien dalam proses atau sesi konseling. Teknik ini dalam proses
konseling bisa diwujudkan melaui ekspresi wajah misalnya cemberut atau
ceria.

b. Teknik Structuring

Structuring adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang


hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya dan
hubungan tertentu pada khususnya. Structuring memberikan kerangka
kerja atau orientasi terapi kepada klien. Structuring ada yang bersifat
inplisit di mana secara umum peranan konselor diketahui oleh klien dan
ada yang bersifat formal berupa pernyataan konselor untuk menjelaskan
dan membatasi proses konseling.

Ada lima macam structuring dalam konseling yaitu:

-       Batas-batas waktu baik secara individu maupun seluruh proses


konseling;

-       Batas-batas tindakan baik konselor maupun klien;

-       Batas-batas peranan konselor;

-       Batas-batas proses atau prosedur, misalnya menyangkut waktu atau


jadwal, berapa lama konseling akan dilakukan dan lain sebagainya;
serta

-       Structuring dalam nilai dan proses, semisal menyangkut tahapan-


tahapan yang harus ditempuh, apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan selama proses konseling berlangsung.
d. Empati

Empati merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang


dirasakan oleh klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau
tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending, karena tanpa
attending tidak aka nada empati. Empati ada dua macam yaitu empati primer yang
apabila konselor hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman
klien dengan tujuan agar klien terlibat pembicaraan dan terbuka. Empati yang
kedua yaitu empati tingkat tinggi yang apabila kepahaman konselor terhadap
perasaan, keinginan, dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien
karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.

Dalam melakukan empati konselor harus mampu mengosongkan perasaan


dan pikiran egoistik, memasuki dunia dalam klien, melakukan empati primer,
serta melakukan empati tingkat tinggi.

Empati dibangun berdasarkan kesadaran diri. Semakin terbuka kita kepada


emosi diri sendiri, maka semakin terampil kita membaca perasaan. Kunci untuk
memahami perasaan orang lain adalah kita harus mampu membaca pesan
nonverbal seperti nada bicara, gerak-gerik, ekspresi wajah, dan sebagainya.

e.         Refleksi Perasaan

Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan


dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang diperlakukan terhadap klien.
Refleksi perasaan bisa berwujud positif, negatif, dan ambivalen.

Refleksi perasaan positif ditunjukkan oleh konselor dalam konseling


melalui pernyataan persetujuan atas apa yang disampaikan oleh klien. Refleksi
perasaan negatif ditunjukkan oleh konselor melalui pernyataan ketidak setujuan
atau penolakan konselor atas apa yang dinyatakan oleh klien. Sedangkan refleksi
ambivalen (masa bodoh) ditunjukkan oleh konselor dengan membiarkan saja
(tidak menyatakan setuju dan tidak menolak) atas apa yang dinyatakan oleh klien.
Refleksi perasaan akan mengalami kesulitan apabila: streotipe dari
konselor; konselor tidak dapat mengatur sesi konseling; konselor tidak dapat
memilih perasaan mana untuk direfleksikan; konselor tidak dapat mengetahui isi
perasaan yang direfleksikan; konselor tidak dapat menemukan ke dalam perasaan;
konselor menambah arti perasaan; dan konselor menggunakan bahasa yang
kuranbg tepat (Surya, 1988).

Selanjutnya menurut Surya (1988), manfaat refleksi perasaan dalam proses


konseling adalah: membantu klien untuk merasa dipahami secara mendalam; klien
merasa bahwa perasaan menyebabkan tingkah laku; memusatkan evaluasi pada
klien; memberi kekuatan untuk memilih; memperjelas cara berpikir klien; dan
menguji kedalaman motif-motif klien.

Menurut Sofyan S. Willis (2004), refleksi merupakan keterampilan


konselor untuk memantulkan kembali kepada klien  tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
nonverbal. Selnjutnya Sofyan (2004) menyatakan bahwa refleksi terbagi atas tiga
jenis yaitu: refleksi perasaan; refleksi pengalaman; serta refleksi pikiran.

Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan


(merefleksikan) perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan nonverbal
terhadap klien.

Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan


pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan perilaku verbal dan
nonverbal klien.

Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide,


pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan
nonverbal klien.
f. Teknik Eksplorasi

Eksplorasi merupakan keterampilan konselor untuk menggali perasaan,


pengalaman, dan pikiran klien. Teknik ini dalam konseling sangat penting karena
umumnya klien tidak mau terus terang. Eksplorasi memungkinkan klien untuk
bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam. Eksplorasi ada tiga
macam yaitu: eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran, dan eksplorasi pengalaman.

Eksplorasi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk menggali perasaan


klien yang tersimpan. Eksplorasi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk
menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Eksplorasi pengalaman yaitu
keterampilan atau kemampuan konselor untuk menggali pengalaman-pengalaman
klien yang telah dilaluinya.

g. Teknik Paraphrasing (Menangkap Pesan Utama)


Sering klien mengemukakan ide, pikiran, perasaan, serta pengalaman
secara berbelit-belit dan tidak terarah sehingga intinya sulit dipahami. Untuk itu
maka konselor perlu menangkap pesan untama dari apa yang disampaikan oleh
klien dan menyampaikannya kepada klien dengan bahasa konselor sendiri. Tujuan
dari paraphrase adalah mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien.

Untuk dapat melakukan paraphrasing yang baik, maka konselor harus:

-       Menggunakan kata-kata yang mudah dan sederhana.

-       Dengan teliti mendengarkan pesan utama pembicaraan klien.

-       Nyatakan kembali dengan ringkas.

-       Amati respons klien terhadap konselor.

h. Teknik Bertanya
Umumnya konselor mengalami kesulitan untuk membuka percakapan
dengan klien, karena sulit menduga apa yang dipikirkan oleh klien. Untuk itu,
konselor harus memiliki keterampilan bertanya. Teknik bertanya ada dua macam
yaitu bertanya terbuka (open question), dan bertanya tertutup (closed question).
Pada pertanyaan terbuka, klien bebas memberikan jawabannya, sedangkan pada
pertanyaan tertutup telah menggambarkan alternatif jawabannya misalnya
jawaban ya atau tidak, setuju atau tidak setuju, dan lain sebagainya.

i. Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)


Dalam proses konseling, konselor harus mengupayakan agar klien selalu
terlibat dalam pembicaraan. Untuk itu, konselor harus mampu memberikan
dorongan minimal kepada klien, yaitu suatu dorongan langsung yang singkat
terhadap apa yang telah dikatakan klien.

Teknik ini memungkinkan klien untuk terus berbicara dan dapat


mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan minimal juga dapat
meningkatkan eksplorasi diri. Dorongan minimal diberikan secara selektif yaitu
ketikan klien menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi atau menghentikan
pembicaraan atau pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada
pembicaraan dan saat konselor ragu terhadap pembicaraan klien.

j. Interpretasi
Interpretasi merupakan usaha konselor mengulas pikiran, perasaan, dan
perilaku atau pengalaman klien berdasarkan atas teori-teori tertentu.tujuan utama
teknik ini adalah untuk memberikan rujukan, pandangan atau tingkah laku klien,
agar klien megerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru.

k. Teknik Mengarahkan (Directing)
Seperti telah disebutkan di muka bahwa proses konseling memerlukan
partisipasi secara penuh dari klien. Untuk mengajak klien berpartisipasi secara
penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor.
Upaya konselor mengarahkan klien dapat dilakukan dengan menyuruh klien
memerankan sesuatu (bermain peran) atau mengkhayalkan sesuatu.
l. Teknik Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Agar pembicaraan dalam konseling maju secara bertahap dan arah
pembicaraan semakin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor bersama
klien perlu menyimpulkan pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah
dibicarakan bersama konselor. Selain itu, untuk menyimpulkan kemajuan hasil
pembicaraan secara bertahap. Tujuan lainnya yaitu untuk meningkatkan kualitas
diskusi serta mempertajam atau memperjelas fokus atau arah wawancara
konseling.

m. Teknik-teknik Memimpin
Agar wawancara konseling tidak menyimpang, maka konselor harus
mampu memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling bisa tercapai
secara efektif dan efisien. Penerapan teknik ini dalam konseling harus
memperhatikan:

-       Memimpin hanya sebatas klien dapat memberikan toleransi sesuai dengan


kecakapan dan pemahamannya.

-       Memimpin bisa berbeda dari topik ke topik.

-       Memulai proses konseling dengan sedikit memimpin.

Keberhasilan konselor memimpin dalam sesi konseling juga ditentukan


oleh tipe-tipe kepemimpinan konselor yang demokratis, otoriter, atau permisif
(masa bodoh).

Teknik ini bertujuan agar pembicaraan klien tidak menyimpang dari fokus
yang dibicarakan dan agar arah pembicaraan terfokus pada tujuan konseling.
n. Teknik Fokus

Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya


yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus akan membantu klien
untuk memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan. Fokus ada empat
macam dalam konseling yaitu: fokus pada diri klien, fokus pada orang lain, fokus
pada topik, serta fokus mengenai budaya.

Dalam wawancara konseling selalu ada fokus yang membantu klien untuk
menyadari bahwa persoalan pokok yang dihadapinya adalah “A”. Mungkin
banyak masalah yang berkembang di dalam wawancara konseling, tetapi konselor
harus membantu klien agar ia memfokuskan pada masalah tertentu (misalnya
masalah “A” dan lain-lain).

o. Teknik Konfrontasi
Teknik ini dalam konseling dikenal juga dengan memperhadapkan. Teknik
konfrontasi adalah suatu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya
inkonsistensi (tidak konsisten) antara perkataan dengan perbuatan, ide awal
dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan. Tujuan teknik ini adalah:

-       Mendorong klien untuk mengadakan penelitian diri secara jujur.

-       Meningkatkan potensi klien.

-       Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi (kondisi pertentangan


antara harapan seseorang dengan kondisi nyata dilingkungan) dai klien dengan
inkonsistensi, konflik atau kontradiksi dalam dirinya.

p. Menjernihkan (Clarifying)
Dalam konseling, teknik ini dilakukan oleh konselor dengan
mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang tidak jelas, samar-samar, atau agak
karuan. Tujuan teknik ini ialah untuk menyatakan pesannya secara jelas,
ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis. Tujuan yang
lain adalah klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan pengalamannya.
q. Memudahkan (Facilitating)
Facilitating adalah suatu teknik membuka komunikasi agar klien dengan
mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya secara bebas. Melalui teknik ini, komunikasi dan partisipasi
meningkat dan proses konseling berjalan secara efektif.

s. Mengambil Inisiatif
Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor ketika klien kurang
bersemangat untuk berbicara, lebih sering diam, dan kurang partisipatif. Teknik
ini diterapkan apabila untuk mengambil inisiatif apabila klien kurang
bersemangat, klien lambat berpikir untuk mengambil keputusan, serta klien
kehilangan arah pembicaraan.

t. Memberi Nasihat
Dalam konseling, pemberian nasihat sebaiknya dilakukan apabila klien
memintanya. Meskipun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkan-nya,
apakah pantas atau tidak memberikan nasihat. Hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian nasihat adalah aspek kemandirian dalam konseling. Para penganut teori
Client Centered menyatakan bahwa apabila klien masih dinasihati berarti belum
mandiri. Dengan perkataan lain, pemberian nasihat tidak sesuai dengan hakikat
kemandirian dalam konseling.

u. Pemberian Informasi
Apabila konselor tidak mengetahui informasi, sedangkan klien
memintanya, maka konselor harus secara jujur mengatakan tidak mengetahuinya.
Sebaliknya, apabila konselor mengetahui, sebaiknya diupayakan agar klien tetap
mengusahakannya sendiri.

v. Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus membantu klien untuk
dapat membuat rencana suatu program untuk action (melakukan tindakan sesuatu)
guna memecahkan masalah yang dihadapinya. Atau rencana perbuatan nyata yang
produktif bagi kemajuan klien. Rencana yang baik harus merupakan kerja sama
antara konselor dengan klien.

w. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, bersama klien konselor membuat suatu
kesimpulan. Atau konselor membantu klien membuat kesimpulan yang
menyangkut diri klien selama melakukan konseling.

x. Teknik Mengakhiri (Menutup sesi Konseling)


Mengakhiri sesi konseling merupakan suatu teknik dalam proses
konseling. Untuk mengakhiri sesi konseling, dapat dilakukan konselor dengan
cara:

-       Mengatakanbahwa waktu sudah habis.

-       Merangkum isi pembicaraan.

-       Menunjukkan kepada pertemuan yang akan datang.

-       Mengajak klien berdiri dengan isyarat gerak tangan.

-       Menunjukkan catatan-catatan singkat hasil pembicaraan konseling.

-       Memberikan tugas-tugas tertentu kepada klien yang relevan dengan pokok


pembicaraan apabila diperlukan.
D. Teknik Memahami Individu dengan memperoleh Data

Pemahaman individu adalah merupakan awal dari kegiatan bimbingan dan


konseling. Tanpa adanya pemahaman terhadap individu, sangat sulit bagi Guru
Pembimbing untuk memberikan bantuan karena pada dasarnya bimbingan adalah
bantuan dalam rangka pengembangan pribadi. Adapun hal-hal yang perlu
dipahami dari seorang individu dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan
konseling, adalah sebagai berikut[5]:

1.        Identitas diri, yaitu berbagai aspek yang secara langsung menjadi keunikan
pribadi,

2.        Kondisi jasmaniah dan kesehatan,

3.        Kapasitas (umum/Intligensi dan khusus/Bakau) dan kecakapan,

4.        Sikap dan minat,

5.        Watak dan tempramen,

6.        Cita-cita sekolah dan pekerjaan.Aktivitas social,

7.        Hobi dan pengisian waktu Luang,

8.        Kelebihan atau keluarbiasaan dan kelainan-kelainan yang dimiliki,

9.        Latar belakang.

Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efektif sehingga


menunjang pelayanan bimbingan dan konseling secara efektif pula, pembimbing
atau konselor perlu menerapkan beberapa teknik yaitu teknik test dan non-test.
Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman Individu dengan
menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mengetahui karakter klien.
Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk
mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau
sistem kategori.
E. Fase-Fase dalam Bimbingan dan Konseling

Terdapat lima fase  dalam Bimbingan dan Konseling diantaranya yaitu :

1. Pembukaan
Disini, proses konseling diawali dengan membangun hubungan antar
pribadi, yang memungkinkan pembicaraa terbuka dan terarah dalam
wawancara konseling. Konselor akan menyambut kedatangan konseli dengan
sikap ramah, seperti berjabat tangan, mempersilahkan duduk. Lalu, konselor
akan berusaha membuat konseli dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di
ruangan konseling.
2. Penjelasan masalah.
Konseli mengemukakan hal-hal yang ingin dibicarakan dengan konselor,
sambil mengutarakan sejumlah pikiran dan perasaan yang berkaitan dengan
hal tersebut. Konseli bebas mengungkapkan inisiatifnya sendiri.
3. Penggalian latar belakang masalah.
Fase ini disebut juga sebagai analisis kasus, dimana dibutuhkan penjelasan
yang lebih mendetail dan mendalam. Dalam hal ini inisiatif akan bergeser ke
pihak konselor, yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan supaya konseli
dan konselor memperoleh gambaran yang menyeluruh.
4. Penyelesaian masalah.
Konselor dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Peran
konselor dalam mencari penyelesaian permasalahan lebih besar, meskipun
konseli juga ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan masalah yang
ada.

5. Penutup.
Ketika konseli merasa sudah mantap tentang penyelesaian masalah yang
ditemukan, maka proses konseling dapat diakhiri.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka atau
tidak langsung (seperti melalui media internet atau telepon) antara dua
orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-
kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar.
2. Teknik-teknik konseling akan melaui beberapa tahap-tahap kegiatan
berupa:
1) Persiapan Konseling
a. Kesiapan untuk Konseling
b. Riwayat Kasus
c. Evaluasi Psikodiagnostik.
2) Teknik-teknik melakukan konseling yaitu diantaranya :
Rapport, Attending, Structuring, Empati, Refleksi Perasaan, Eksplorasi,
Paraphrasing, Bertanya, Dorongan Minimal, Interpretasi, Directing,
Summarizing, Memimpin, Fokus, Konfrontasi, Clarifying, Fasilitating,
Silent, Mengambil Inisiatif, memberi Nasihat, memberi Informasi,
Merencanakan, menyimpulkan dan Mengakhiri.
3) Teknik memahami individu dengan memperoleh data ada dua cara yaitu
dengan Teknik Test dan Non-test. Teknik Test yaitu dengan misalnya tes
hasil belajar, tes bakat khusus, tes minat, tes perkembangan vokasional, tes
kepribadian, psikotes dll. Sedangkan teknik nontes misalnya dengan
melakukan angket, wawancara, observasi, otobiografi, anekdot, skala
penilaian, sosiometri, kunjungan rumah, kartu pribadi, studi kasus dll.
4) Lima fase dalam bimbingan konseling yaitu,
1. Pembukaan
2. Penjelasan Masalah
3. Penggalian latar belakang masalah
4. Penyelesaian masalah, serta
5. Penutup.
B. Saran
Teknik-teknik dalam bimbingan konseling sangat penting untuk dipelajari
dan dipahami di karenakan dengan kita mengetahui dan mempelajari teknik-
teknik bimbingan konseling kita mampu berpikir dengan baik dalam mengambil
sebuah keputusan dengan bijak sehingga cara ataupun metode yang digunakan
dalam menyelesaikan permasalahan dapat membantu, dan dapat mengarahkan
seseorang atau kelompok agar menyadari dan mengembangkan potensi-potensi
dirinya supaya bisa menentukan tujuan hidup.

Kritik dan saran yang membangun juga kami harapkan demi tercapainya
kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi semua yang
membaca makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai