Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR TESTING DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

RANGKUMAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Asesmen Psikologi : Teknik Tes
Yang dibina oleh Ibu Irene Maya Simon S.pd , M.pd.

Oleh :

Lia Luthfi Savitri ( 180111600111 )

Offering C8

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FEBRUARI 2020
Sejarah Perkembangan Tes

Dalam sejarah tentang tes diceritakan, bahwa pemerintah kerajaan China telah
menggunakannya sekitar tahun 2200 SM. Tes tersebut digunakan untuk menyeleksi/
merekrut calon pegawai pemerintah kerajaan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes lisan,
dimana dari penyelenggaraan tes ini harapkan dapat menentukan pejabat pemerintah
manakah yang layak mengerjakan tugasnya (fitness for office).

Di Amerika, gerakan testing psikologis berkembang sejak awal abad 19. Hal ini disebabkan
oleh karena kebutuhan akan adanya instrumen pengukuran kemampuan seseorang sebagai
akibat dari perkembangan industri pada waktu itu. Dunia industri dan dunia usaha
membutuhkan tenaga terampil dengan bakat dan kemampuan yang memadai untuk
menjalankan mesin-mesin dan melakukan pekerjaan-pekerjaan modern demi efisiensi dan
produktivitas.

Pengertian Tes

Bila dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab
atau tugas yang harus dikerjakan guna memberikan informasi mengenai aspek psikologis
tertentu berdasarkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subyek
melakukan tugasnya. Penjelasan ini mungkin terlalu sederhana, karena pada kenyataannya
tidak sembarang kumpulan pertanyaan cukup berharga untuk dinamakan suatu alat tes.
Banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar pertanyaan itu dapat
dikategorikan sebagai alat tes.

Dari batasan-batasan mengenai tes, dapatlah kita tarik kesimpulan pengertian, antara lain:

1. Tes adalah prosedur yang sistematis, artinya (a) item-item dalam tes disusun dengan cara
dan aturan tertentu, (b) prosedur administrasi dan pemberian angka (skoring) tes harus jelas
dan dispesifikasikan secara terperinci, dan (c) setiap orang yang mengambil tes tersebut harus
mendapat item-item yang sama dan dalam kondisi yang sebanding.

2. Tes yang berisi sampel perilaku, artinya (a) betapapun panjangnya suatu tes isi yang
tercangkup didalamnya tidak akan lebih dari seluruh item yang mungkin ada, dan (b)
kelayakan suatu tes tergantung pada sejauh mana item-item di dalam tes itu mewakili secara
representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur.
3. Tes mengukur perilaku, artinya item-item dalam tes menghendaki subyek agar
menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang telah dipelajari subyek dengan cara
menjawab item-item atau mengerjakan tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes.

4. Tes psikologi adalah suatu teknik yang terstruktur yang digunakan untuk menghasilkan
satu contoh perilaku terpilih. Contoh perilaku ini digunakan untuk membuat kesimpulan
tentang atribut-atribut psikologis dan seseorang yang sedang dites. Beberapa contoh atribut
seseorang antara lain intelegensi, self esteem (harga diri), need for achievement (kebutuhan
berprestasi), dan sebagainya. Tes psikologi merupakan instrumen penting dalam proses
asesmen. Awalnya, fungsi tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaan-perbedaan antara
individu atau antara reaksi individu yang sama dalam situasi yang berbeda. Namun, dewasa
ini, tes psikologi digunakan untuk pemecahan permasalahan praktis yang berskala luas, baik
di bidang pendidikan, klinis, maupun organisasi.

Klasifikasi Tes

Gary W. Moore (1983; 196-201) menjelaskan, bahwa tes dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Standardized Test

Adalah instrumen utama untuk menilai kinerja manusia. Tes digunakan untuk mengukur
sampel perilaku suatu populasi. Sebuah tes yang terstandarisasi adalah salah satu tes yang
memiliki prosedur konsisten dan seragam untuk mengadministrasi, pen-skoran, dan
menafsirkan perilaku subjek.

Pengertian tes standar secara sempit adalah tes yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun
oleh lembaga yang khusus menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui
memenuhi syarat sebagai tes yang baik; yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya baik
validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti teruji tingkat stabilitas,
maupun homoginitasnya.

Tes ini dapat digunakan dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan pada beberapa
obyek mencakup wilayah yang luas. Untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya telah diuji-
cobakan beberapa kali sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
2. Non Standardized Tests

Adalah tes yang tidak dibuat melalui prosedur yang konsisten sebagai proses konstruksi
untuk meminimalkan kesalahan. Contoh tes yang tidak terstandarisasi yang misalnya tes yang
dibuat oleh guru untuk digunakan dalam kelas, tes yang dikembangkan dalam penelitian. Tes
yang tidak terstandarisasi biasanya tidak untuk dievaluasi atau digunakan dalam mereplikasi
hasil studi itu.

Tes Non-standar dapat diartikan sebagai tes yang disusun oleh seseorang yang belum
memiliki keahlian professional dalam penyusunan tes, atau mereka yang memiliki keahlian
tetapi tidak sempat menyusun tes secara baik, mengujicobakan, melakukan analisis sehingga
validitas dan reliabilitas belum dapat dipertanggungjawabkan. Tes non standar sering
digunakan untuk menyebut tes yang dibuat seseorang tanpa bantuan tim ahli.

Fungsi Tes

1. Prediction

Tes diberikan untuk mengukur kemampuan, prestasi dan atau karakteristik yang lain akan
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang dimaksud adalah yang
menyangkut perkiraan tentang seberapa baik individu tersebut dalam berkembang pada waktu
yang akan datang. Perkiraan ini didasarkan pada data kuantitatif yang reliabel dan akurat,
bukan hanya sekedar perkiraan belaka tanpa dasar yang kuat. Contohnya, kinerja individu di
masa depan pada suatu pekerjaan diramalkan oleh hasil tesnya sekarang ini, yang artinya
sampel-sampel perilaku yang menjadi dasar pembuatan prediksi yang menyangkut perilaku.

2. Selection

Dalam hal ini tes digunakan oleh institusi dan organisasi tertentu untuk menerima atau
menolak sejumlah individu yang mengikuti tes. Hasil tes tersebut dijadikan sebagai acuan
atau pertimbangan dalam menentukan keputusan apakah individu tersebut memenuhi kriteria
untuk diterima atau tidak. Misalnya, tes intelegensi yang digunakan untuk menyeleksi
karyawan baru pada suatu perusahaan.

3. Classification

Tes ini dilakukan dengan maksud untuk melakukan klasifikasi atau pemilihan individu untuk
menempati suatu kelompok tertentu yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Misalnya
dalam dunia pendidikan, tes dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak berdasarkan
minat, bakat, intelegensi dan lain sebagainya.

4. Evaluation

Tes-tes yang berfungsi untuk menilai atau mengevaluasi suatu program, metoda, treatmen
atau sejenisnya. Tujuannya adalah untuk menentukan seberapa besar tingkat keberhasilan
yang telah dicapai dalam suatu tahapan tertentu.

Prinsip-prinsip Tes

Shertzer (1981; 264 - 265) menjelaskan tentang prinsip-prinsip tes sebagai berikut :

1. Penilaian harus dilakukan bagi kepentingan individual.

2. Penilaian tidak dapat dicapai pad ajumlah dan derajat kebutuhan yang sama pada tiap
siswa pada waktu yang sama pula

3. Tidak ada metode/pemilihan tes tunggal dan prosedur yang sama pada tiap situasi

4. Praktek penilaian mencakup antara belajar individu dan lingkungan mereka.

5. Penilaian membantu individu secara bersama-sama, tidak terpisah-pisah pada tahap-


tahapnya.

6. Mengakui keterbatasan pengukuran penilaian.

7. Data penilaian harus dijaga, diadministrasikan dan diamankan dengan baik.

Karakteristik Tes (L.R. Guy 1985 : 106)

Tes yang baik harus memiliki 3 karakteristik, yaitu

1. Validitas, adalah sejauh mana perbedaan skor pada suatu instrumen mencerminkan suatu
kebenaran. Sejauh mana tes secara akurat dapat merefleksikan isi pokok tes. Artinya, tes
harus benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas paling banyak diukur
dengan menyelidiki bagaimana skor tes itu berhubungan dengan kriterium, yaitu beberapa
perilaku, prestasi pribadi, atau karakteristik-karakteristik yang menunjukkan ciri-ciri yang
ingin diukur dari tes tersebut
2. Reliabilitas, adalah keandalan atau keterpercayaan, stabilitas atau kemantapan, konsistensi,
prediktabilitas, dan ketepatan atau akurasi dari suatu tes (ukuran). Seseorang dapat
diandalkan bila orang tersebut perilakunya akurat, konsisten, stabil, dapat dipercaya, dan
dapat diprediksi. Ini artinya, sebuah tes harus memberikan hasil yang sama walaupun
dilakukan oleh tester yang berbeda, atau diskor oleh orang yang berbeda. Bentuk tes yang
diberikan berbeda, dan orang yang sama melakukan tes pada waktu yang berbeda, hasilnya
harus tetap sama. Reliabilitas biasanya dicek dengan membandingkan serangkaian skor-skor
yang berbeda.

3. Norma, adalah kinerja normal atau rata-rata. Kinerja pada setiap tes dievaluasi berdasarkan
data empiris. Maksudnya adalah skor tes perorangan diinterpretasikan dengan cara
membangdingkan skor-skor yang didapatkan orang lain pada tes yang sama. Norma bisa
diartikan sebagai serangkaian skor yang ditetapkan oleh kelompok-kelompok yang
representatif dari orang-orang yang dituju oleh tes tersebut. Skor-skor yang diperoleh dari
kelompok-kelompok ini memberi suatu dasar untuk melakukan interpretasi skor individu lain

Pengguna Tes

Pengguna tes adalah siapapun yang menggunakan skor tes sebagai salah satu sumbeer
informasi dalam usahanya mencapai keputusan-keputusan praktis (Anastasi, 2006). Pengguna
mungkin adalah penguji atau bukan penguji yang menyelenggarakan dan menskor tes.
Contoh para pengguna tes adalah guru, konselor, pennyelenggara sistem pendidikan,
personalia dan lain sebagainya. Kebanyakan kritik atas tes bukan pada segi intrinsik tes,
tetapi pada penyalahgunaan hasil-hasil tes yang dijalankan oleh para pengguna tes yang tidak
memenuhi syarat. Sejumlah penyalahgunaan disebabkan oleh keinginan untuk mengambil
jalan pintas, mendapatkan jawaban-jawaban cepat dan solusi rutin yang sederhana bagi
masalah-masalah nyata dalam kehidupan, dan kurangnya pengetahuan akan tes.
DAFTAR RUJUKAN

Anastasi, A. (1982). Psychological Testing. New York : MacMillan

Azwar, Saifuddin (2007). Tes Prestasi. Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta : Pustaka pelajar

Brown, F.G. 1976. Principlesof Education and Psychological Testing, 2nd edition. New
York, NY: Holt, Rinehart & Winston.

Cronbach, L.J. 1970. Essentials of Psychological Testing, 3rd edition. New York, NY:
Harper and Row.

Friedenberg, L. (1995). Psychological Testing : Design, Analysis and Use. Boston : Allyn &
Bacon

Guy, L.R., 1985. Educational Evaluation and Measurement : Competence for Analysis and
Application. Columbus, Ohio: Bell and Howeln Company.

Moore, Garry. W., 1983. Developing and Evaluating Educational Research. Boston: Little.
Brown and Company.

Nurkancana, Wayan. 1983. Tes dan Pengukuran. Yogyakarta: Andi Ofset

Shertzer, Bruce and Shelley C. Stone. 1981. Fundamentals of Guidance.4nd ed. Boston:
Houghton Mifflin Conpany.

Anda mungkin juga menyukai