Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk yang memilki emosi. Hidup manusia diwarnai dengan
emosi dan berbagai macam perasaan. Manusia sulit menikmati hidup secara optimal
tanpa memilki emosi. Manusia bukannlah manusia, tanpa memilki emosi dan rasa,
karena emosi dan rasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita
sebagai manusia.

Emosi merupakan warna efektif yang menyertai setiap perilaku individu, yang
berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu. 
Reaksi emosi dapat secara akurat dan terkadang tidak akurat untuk diinterprestasikan
apabila tidak memahami perkembangan individu, karena antara kognisi, emosi dan
motorik merupakan suatu sistem yang berpengaruh secara timbal balik.

BAB II

1
PEMBAHASAN
Emosi berasal dari kata e yang berarti energi dan motion yang berati getaran.
Emosi kemudian bisa dikatakan sebagai sebuah enrgi yang terus bergerak. Emosi dalam
makna paling harfiah didefenisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi yang
merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas,suatu kedaan biologis dan
spikologis, dan serangkaian kecenderungan bertindak.
Ahli psikologi memandang  manusia adalah  yang secara alami memiliki emosi.
Menurut James  emosi adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu
perubahan yang  jelas pada tubuh. Emosi setiap orang adalah mencerminkan keadaan
jiwanya, yang tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika
seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, napasnya menjadi sesak, otot-otot
taangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memunjak .
Dilihat dari dampak yang ditimbulkannya emosi manusia dibagi menjadi dua
kategori:
1.      Emosi positif atau bisa disebut dengan efek positif. Emosi positif memberikan
dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Seperti tenang, santai, rileks, gembira,
lucu, haru,dan senang.
2.      Emosi negatif atau efek negatif. Ketika kita merasakan emosi negatif ini maka
dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan dan menyusahkan.
Seperti  sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, prustasi, marah, dendam, dan
lain lain.
Proses kemunculan emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis.
Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah
peristiwa, yang bisa netral, positif, atau negatif. Stimulus tersebut kemudian ditangkap
oleh reseptor kita lalu melalui otak, kita menginterprestasikan kejadian tersebut sesuai
dengan kondisi pengalaman dan kebiasan kita dalam mempersepsikan sebuah kejadian.
Bila dijabarkan ada empat kemungkinan proses emosi yang terjadi pada diri
individu yaitu :
1.      Orang dapat menekan emosi sehingga tidak ada gerakan dan arah tindakannya.
2.      Orng tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk mengendalikan gerakan dan
arah tindakan.

2
3.      Orang digerakkan oleh emosi tetapi tidak memiliki arah.
4.      Orang digerakkan oleh emosi tetapi dengan arah yang salah.
Karena emosi menimbulkan gerakan dan arahan, maka konselor perlu
memberikan label yang tepat terhadap gejala emosi kliennya. Dalam kenyataan
seringkali konselor atau orang pada umumnya menggunakan sebutan generik untuk
menyeebutkan emosi bermasalah, seperti sebutan perasaan cemas, gugup, tegang,
tertekan, dan sebagainya. Konselor perlu menyentuh emosi spesifik atau kombinasi
beberapa emosi untuk membantu memecahkan masala klien.1
Ada empat tahapan dalam proses pengkhususan emosi, yaitu :
1.      Emosi spesifik yang menimbulkan perasaan-perasaan generik.
2.      Konselor membantu menemukan arah tindakan.
3.      Konselor membantu menemukan alasan terhadap emosi spesifik.
4.      Konselor membantu klien dalam menangani emosi spesifik secara konstruktif.
Sebenarnya banyak emosi spesifik, akan tetapi permasalahan emosi yang sering
dijumpai dalam konseling adalah empat emosi dasar yaitu : sakit hati, takut, marah, dan
rasa bersalah. Keempat hal tersebut dapat dijadikan sebagai sumber masalh atau gejala
sebagai kombinasi perilaku, karena ada pula perilaku emosi lain seperti rasa cemburu,
rasa malu, depresi, mendapat kegagalan,  selalu menyendiri, merasa rendah diri,
masalah sex, dan cinta.
Berikut ini akan dikemukakan keempat emosi spesifik tersebut, yaitu :
1)      Sakit hati (hurt)
Rasa sakit hati adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka secara
psikologi yang mengakibatkan gangguan mental, sehingga menimbulkan berbagai
konflik dan rasa marah. Ada tiga cara yang menyababkan orang merasa sakit hati atau
terluka hatinya yaitu :
a.       Dalam interaksi kehidupan normal sehari-hari melalui ungkapan verbal, tindakan,
kegagalan berbuat, atau ucapan yang dirasakan menyakitkan.
b.      Disebabkan oleh suatu yang naif.
c.       Adanya keinginan individu untuk merasakan sakit hati melalui lima dinamika sebagai
berikut :
         Orang merasakan dianggap berprilaku dengan cara-cara destruktif.
1 triantoro safaria dan noefrans eka syahputra,manajemen emosi, jakarta:bumi aksara, 2009,
hal.11-15

3
         Orang menciptakan situasi tertentu untuk sakit hati dalam upaya mengadili rasa
berdosa yang tidak disadari.
         Membiarkan dirinya disakiti untuk memanipulasi orang lain.
         Menjadi terluka karena berada dalam jalur pertumbuhan orang lain.
         Orang menjadi terluka karena memberikan penafsiran yang saalaah terhadap orang
lain.2
Ada tiga implikasi konseling dalam hubungan dengan penyebab sakit hati, yaitu :
1)      Respon awal konselor adalah membiarkan klien mencurahkan rasa sakit hatinya
selengkap mungkin.
2)      Membantu klien memandang sakit hati secara realistik
3)      Membantu klien yang sakit hati dalam melakukan pembalasan terhadap perlakuan
tertentu yang menyebabkan sakit hati.
Konselor harus berupaya mengungkapkan sakit hati klien dengan memberikan
sikap terbuka dan hubungan yang jujur, karena hal ini akan menghindari salah persepsi,
salah paham, kesalahan interprestasi dan munculnya konflik dari kebutuhan, motivasi
dan nilai-nilai. Jalan terbaik adalah konselor harus menunjukkan bahwa perasaan sakit
hati itu dapat dijadikan sebagai pegangan klien untuk mencoba memberikan reaksi yang
terbaik dan tepat apabila menghadapai situasi dan kondisi kehidupan yang sebenarnya,
karena hal ini akan mempermudah konselor untuk menyelesaikan permasalahan klien
prose konseling.
Reaksi-reaksi Konstruktif dan destruktif
            Dalam prose konseling konselor dapat membantu klien untuk memberikan
reaksi konstruktif terhadap rasa sakit dalam cara-cara pertumbuhan yang produktif. Hal
itu dapat dilakukan dengan empat tahap yaitu :
a.       Mengakui rasa sakit hati.
b.      Mencoba mencari arti dari rasa sakit itu.
c.       Mencari serta menemukan penyebab sakit hati itu sendiri
d.      Melakukan upaya untuk menghindari perasaan sakit hati agar tidak terjadi terjadi
dimasa yang akan datang.
Konselor dapat mengajarkan tahapan-tahapan itu baik secara langsung maupun
tidak lansung. Secara langsung konselor menuntun klien melampaui tahapan-tahapn

2 Abu Bakar,psikologi konseling,citapustaka media perintis2011,hal.72-73

4
sambil memberikan penjelasan serta alasan pentingnya hal itu. Secara tidak langsung
konselor dapat konduksif, sehingga klien senantiasa memperoleh kebahagiaan.
            Disamping timbulnya reaksi konstruktif, sakit hati dapat menimbulkan reaksi-
reaksi destruktif yaitu menimbulkan gangguan atau hambatan dalam keseluruhan
perilakunya. Reaksi destruktif itu dapat timbul dalam tujuh macam bentuk yaitu :
a.       Menyangkal perasaan sakit hati.
b.      Menyakiti orang lain (balas dendam)
c.       Menyamar sakit hati.
d.      Bergelimang sakit hati.
e.       Menghilangkan sakit atau luka.
f.       Bersembunyi dari sakit hati yang terjadi dimasa yang akan datang.
g.      Menyakiti diri sendiri.3

2)      Takut (fear)


Rasa takut timbul dari antipasi terhadap ancaman fisik atau psikologi spesifik.
Ancamaan psikologi merupakan sumber uatamatimbulnya rasa takut yang dibawa
umumnya oleh klien kedalam konseling. Klien mengungkapkan rasa takut dengan
menggunakan kata-kata tertentu seperti: tegang, khawatir, cemas, bingung, tidak aman,
gugup,bosan,dll. Kata-kata itu belum memberikan gambran rasa takut yang sebenarnya.
Konselor harus membantu klien dalam menterjemahkan kata-kata ungkapan itu menjadi
gambaran takut yang sebenarnya, kemudian mengungkapakan sebab-sebabnya dan
langkah mencari solusi penyelesaiannya.
Takut menimbulkan respon menyerang,sehingga bila orang memberikan respon
dengan menyerang,secara refleks merea akan merasakan marah yang salah kemudian
menimbulakan rasa takut. Konselor harus memahami bahwa orang marah itu
sesungguhnya ketakutan dan pada umumnya respon mrah yang ditujukan kepada
konselor sebenarnya respon takut,dengan mengenal hal itu,konselor dapat memotong
marah dan mengarahkan klien kepada ketakutan mereka untuk membantu klien
menyelesaikan dan mengatasi rasa takut secara tuntas.4
Ada empat ketakutan yang sering dibawa klien dalam proses konseling,yaitu:
1.      Takut terhadap kedekatan/keakraban.
3 Ibid, hal 72-74
4 Mohamad Surya,psikologi konseling,pustaka bani Quraisy2003,hal 94-105

5
Ada empat implikasi konseling terhadap takut kedekatan/keakraban yaitu :
         Konselor meminta klien untuk mengatasi takut kedekatan/keakraban dalam
hubungan konseling dalam cara yang sama seperti dilakukan diluar konseling.
         Konselor membantu klien mengembangkan kompetensi psikologis yang diperlukan
untuk mendekati keakraban dengan penuh rasa percaya.
         Konselor menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga klien dapat memasuki
hubungan konseling secara akrab dengan konselor sehingga memberikan dampak positif
diakhir konseling
         Konselor menyediakan waktu untuk mengahadapi rasa takut.
2.      Takut terhadap penolakan.
Ada empat implikasi dalam konseling yang dapat diterapkan dalam kaitan dengan
ketakutan penolakan yaitu:
         Tidak semua klien yang takut akan penolakan menolak dirinya sendiri. Konselor
dapat membantu klien dengan meyakinkan klien bahwa hal-hal yang dipersepsibelum
tentu semuanya negatif. Hal ini akan membantu klien untuk bersikap lebih baik
menerima dan mengurangi perasaan takut mereka.
         Banyak klien yang takut penolakan mempunyai penerimaan sebagai prioritas
tertinggi. Dalam kaitan ini konselor dapat membantu klien dalam menempatkan
prioritas tertinggi untuk menjadi terbuka dan baik dengan orang lain.
         Konselor memahami bahwa klien yang mengalami ketakutan akan penolakan juga
ingin ditolak. Konselor dapat meyakinkan diri klien dalam memperoleh pemahaman
yang sebenarnya.
         Sebaiknya konselor harus menghindari adanayarasa takut penolakan seperti halnya
dialami oleh klien. Konselor harus memberi rujukan klien dan memberi contoh dari
dirinya sendiri.
3.      Takut terhadap kegagalan.
Ada empat implikasi konseling dalam menghadapi klien yang mengalami takut
kegagalan yaitu :
         Klien yang takut gagal akan menganggap bahwa konseling sebagai satu cara untuk
memperoleh kesuksesan atau kebahagian sehingga adakemungkinan klien dengan
meyakinkan dan mengajak untuk lebih konstruktif.

6
         Klien yang takut gagal pada umumnya merendahkan kekuatannya dan melebihkan
kelemahannya. Konselor dapat membantu mengembangkan gambaran kekuatan dan
kelemahan klien secara realistik.
         Klien yang mengalami takut kegagalan akan berupaya mencapai sukses besar atau
tidak sukses sama sekali. Konselor membantu klien bahwa untuk mencapai sukses
terdapat tahapan-tahapan yang didalamnya mengandung serangkaian sukses dan
kegagalan yang harus disikapi secara realistik.
         Baik konselor maupun klien dalam konseling mnginginkan sukses dan mungkin
dihinggapi rasa takut gagal.
4.      Takut terhadap kebahagiaan.
Lima implikasi terhadap konseling dalam membantu klien yang menghadapi perasaan
takut terhadap kebahagiaan yaitu :
         Konselor harus membantu klieen untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
mencapai keadaan yang lebih bahagia dan memeliharanya terus. Konselor membantu
klien dalam mengatasi ketakutannya terhadap kebahagian dengan cara mendorong klien
agar bersifat jujur dan mau melakukan perubahan terhadap diri klien.
         Konselor meyakinkan klien bahwa takut terhadap kebahagiaan itu sebagai
tantangan dan membantu klien agar mampu mengatasi tantangan itu untuk menuju ke
bahagiaan.
         Konselor harus membantu klien dalam menghilangkan ketakutan, kemarahan,
kebosanan, dan rasa bersalah yang menyebabakan penolakan terhadap kebahagiaan.
         Membantu klien dalam mempersiapkan diri untuk keluar dari penjara ketakutan dan
hidup dalam alam kebebasan.
         Dalam proses konseling, konselor sendiri harus mampu menjadi model orang yang
tidak takut kebahagiaan.
3)      Marah (Anger)
Marah itu merupakan suatu emosi negatif sehingga banyak orang berusaha untuk
menghapus atau menghindarinya. Tugas konselor adalah membantu klien agar
kemarahan itu menjadi lebih realistis dan mampu menyatakan marah dengan cara yang
mengarah pada tindakan positif.
Marah disebabkan oleh dua hal yaitu :

7
         Terjadi saat adanya halangan dalam mencapai pemuasan suatu kebutuhan, hal ini
berkembang menjadi bentuk marah kepada pihak lain.
         Terjadi ketika dalam proses pemenuhan kebutuhannya mendapat hambatan dari
dirinya sendiri, hal ini menjadi marah pada diri sendiri.
Konselor harus dapt mengenali pernbedaan kedua jenis kemarahan tersebut, agar dapat
membantu klien dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan marah. Makin mampu
mengenali kedua jenis marah dan menggunakannya secara sesuai dengan tujuannya,
maka makin mungkin tercapai pemenuhan kebutuhan dengan menyenangkan. Apabila
marah tidak tertangani secara konstruktif, akan timbul maslah, yaitu :
         Menyalahkan orang lain baik secara lansung maupun secara tidak langsung
         Individu yang kebutuhanya terhalangi oleh orang lain sendiri
         Marah terhadap orang lain mungkin disalurkan dengan cara yang benar tetapi
dinyatakan secra destruktif.
         Kemarahaan terhadap diri sendiri sendiri mungkin disalurkan dengan cara benar
tetapi dinyatakan dengan cara destruktif.
Manifestasi marah terhadap diri sendiri, yaitu :
            Ada beberapa manifestasi marah terhadap diri sendiri dalam cara-cara destruktif
yaitu:
a.       Depresi, yaitu berada dalam ketertekanan dan menghukum diri sendiri dengan
menghindari kebahagiaan dalam kehidupan mereka.
b.      Adiksi atau kecanduan terhadap sesuatu seperti alkohol, minuman keras, narkoba,
judi, atau kerja keras.
c.       Salah tempat dan orang, yaitu memilih teman, kumpulan, pekerjaan,atau tempat yang
sebenarnya sudah terganggu dan menyebabkan stress dan bahagia.
d.      Perilaku serampangan, yaitu berbagai bentuk perilaku yang tidak jelas bentuk dan
arahnya dan menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis.
e.       Pengorbanan, yaitu upaya melepaskan berbagai hal yang sebenarnya menguntungkan
dirinya, seperti cinta, berbuat amal kebaikan, benci, semangat keagamaan.
f.       Canggung atau kikuk, yaitu menampilankan perilaku yang serba salah meskipun
sebenarnya mampu berbuat secara benar.
g.      Manifestasi fisik, yaitu orang dengan kemarahan terhadap diri sendiri kadang-kadang
sangat berpengaruh terhadap fisik seperti menjadi kurus dan gemuk atau menyebabkan

8
berbagai masalhkesehatan sepert sakit kepala, sakit perut, masalah seksual, dan gejala-
gejala histeris termasuk pingsan, menyerang orng lain,mati rasa, tuli, dan buta.
h.      Degradasi perilaku, yaitu adanya penuruan perilaku seperti merasa malu yang diikuti
dengan penyalahan terhadap diri penurunan emosi, penurunan kemampuan fisik,
gangguan seksual.
Manifestasi marah terhadap pihak lain,yaitu :
a.       Moralism,yaitu memanifestasikan marah dengan  mengesampingkan moral untuk
merendahkan orang lain.
b.      Hostile Talk (sindiran), yaitu ungkapan marah dalam bentuk ejekan, sarkasme, kritik
yang merusak, gossip daan lain-lain.
c.       Shutting Down (menjatuhkan orang lain), melampiaskan kemarahan kepada orang
lain secara langsung dengan menjatuhkanorang yang menjadi sasarannya.
d.      Purposeful Ineptness(kecanggungan bertujuan), yaitu menunjukkan kecanggungan
karena hasilnya yang dapat memberi hukuman terhadap orang yang menjadi sasaran
kemarahannya.
e.       Vitimizing(membuat korban),yaitu berbuat marah sehingga orang lain berbuat salah
atau gagal, misalnya dengan memberi tugas yang mustahil dapat dilakukan, membuat
orang lain tergantung.
f.       Ambushing (penyerangan), yaitu melakukan penyerangan terhadap orang lain dengan
berbagai alasan.
g.      Passivity(bersikap pasif),yaitu reaksi marah dengan cara menolak untuk mengalah
dalam suatu perintah atau ajakan dari orang yang menjadi sasaran marahnya.
h.      Getting sick (menjadi sakit), yaitu dalam bentuk mendapatkan keadaan sakit yang
tidak dapat dihindari.  
4)      Rasa Bersalah (Guilt)
Rasa bersalah merupakan perasaan tidak nyaman atau malu pada saaat seseorang
melakukan kesalahan, keburukan atau amoral. Rasa bersalah dapat menjadi motivasi
untuk meningkatkan perbaikan perilaku pada saat menghadapi suatu  permasalahan di
masa yang akan datang.
Konselor harus dapat membantu klien apaabila merasakan rasa bersalah dan membantu
merekan apakah rasa bersalah itu benar atau salah, kemudian menemukan cara yang
tepat untuk menhindari maslah yng timbul. 

9
Manifestasi Rasa Bersalah, yaitu :
Meskipun sulit untuk membedakan antara perilaku menghukum diri sendiri dan
marah terhadap diri sendiri, dalam beberapaa hal beberapa perilaku lebih banyak
dimotivasi oleh rasa berslah yang tidak disadari, seperti berikut :  
a.       Ada sesuatu yang salah dalam diri sendiri. Seseorang mungkin menyadari dan
percaya bahwa ada sesuatu baik fisik maupun emosi yang salah dalam diri mereka.
b.      Keragu-raguan. Selama seseorang membiarkan diri mereka untuk berada dalam suatu
dilema maka ada dua hal yang terjadi:
         Pengalaman mereka merupakan suatu transaksi yang baik dengan ketegangan.
         Mereka tidak mampu  untuk  mengambil sesuatu dari kebutuhan dalam situasi yang
nyata.
c.       Menciptakan ketidak puasan. Individu selalu mengarahkan perbuatannya untuk
mencapai kebahagiaan akan tetapi manakala mencapainya ia merasa tidak puas.
d.      Psikomatis atau gejala hipokondria. Gejala psikomatis adalah gejala gangguan fisik
yang disebabkan oleh faktor psikologis. Gejala hipokondria adalah keluhan gangguan
fisik yang mereka bayangkan ataupun nyata tetapi terlalu dibesar-besarkan.
e.       Dorongan kebutuhan yang berlebihan. Perilaku yang didorong untuk mencapai
pemuasan kebutuhan secara berlebihan atau selalu ingin serba sempurna.
f.       Kebiasaan melakukan sesuatu yang berbahaya dan malapetaka. Tingkah laku ini
terjadi dalam persahabatan, perkawinan, bisnis dan politik yang dilakukan untuk
mengurangi  atau menghilangkan rasa bersalahnya.
g.      Mengambil  kekalahan dari kerangka kemenangan. Individu melakukan sesuatu yang
baik sampai akhir dan kemudian mengatur untuk merusak diri sendiri.
h.      Keagamaan (religosity). Individu melarikan diri pada kehidupan keagamaan karena
diyakini bahwa keagamaan akan memaafkan rasa bersalahnya. Hal tersebut adalah
merupakan suatu motivasi yang bukan bersa dari sikap yang positif terhadap Tuhan
tetapi merupakan sesuatu hal yang negatif, perasaan berslah pada diri pribadi. 
Konselor dapat membantu klien untuk mengikuti segala kemungkinan dan
menciptakan masalah pribadi yang juga berarti menghukum diri sendiri. Ketika
seseorang dalam konseling dapat menunjukkan suatu hal yang mungkin terjadi,

10
konselor dapat memiliki kemampuan untuk membantu klien yang sedang menghukum
dirinya sendiri.5
Pada dasar nya emosi memiliki bnyak keunggulan,yaitu :
a)      Emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat memengaruhi orang lain.
b)      Emosi dapat mengorganisasi dan memotifikasi tindakan.
EMPAT SIFAT LATEN PENGALAMAN EMOSIONAL
            Penelitian Gohm dan Clore menjabarkan empat sifat laten pengalaman
emosional ketika kita sedang berada dalam sebuah suasana emosi tertentu. Keempat
sifat laten pengalaman emosional ini menurut penelitian mereka ternyata sangat
berpengaruh pada kebahagian seseorang, kesehatan mental, kecemasan, dan gaya
atribusi kita. Keempat sifat laten pengalaman emosional tersebut sebagai berikut :
a.       Kejelasan (emotoinal clarity). Dijabarkan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengidentifikasikan dan membedakan emosi spesifik yang sedang dirasakannya.
b.      Intensitas (emotional intensity). Diartikan seberapa kuat besar intensitas emosi
spesifik yang dapat dirasakannya.
c.       Perhatian (emotional attention). Dijelaskan sebagai kecenderungan seseorang untuk
mampu memahami, menilai, dan menghargai emosi spesifik yang sedang dirasakannya.
d.      Ekspresi (emotional expression). Didefinisikan sebagai kecenderungan untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakannya kepada orang lain.
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENINGKATKAN EMOSI POSITIF
            Ada empat langkah untuk meningkatkan emosi positif diantaranya sebagai
berikut:
a.       Membangun pengalaman yang positif.
b.      Membina persahabatan.
Perbaikilah atau jalinlah kembali hubungan lama anda dengan orang lain yang jarang
anda temui.
c.       Menghindari kekosongan.
Sibukkanlah diri anda dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang menjauhkan anda dari
emosi negatif.
d.      Mengingatkan pengalaman-pengalaman positif.

5 triantoro safaria dan noefrans eka syahputra,manajemen emosi,jakarta:bumi aksara,2009hal


17-18

11
Pusatkan pikiran anda pada peristiwa-peristiwa positif terdahulu yang pernah
terjadi.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

12
Emosi adalah warna efektif yang menyertai setiap perilaku individu, yang
berupa perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi situasi tertentu.
Tindakan itu diikuti oleh pola-pola perubahan fisiologis sejalan dengan mendekati atau
menghindari dari obyek,pola tindakan berbeda antara emosi yang berbeda. 

DAFTAR PUSTAKA

Bakar Abu.(2011), psikologi konseling.Bandung.citapustaka media perintis

13
Safaria triantoro dan noefrans eka syahputra,(2009).manajemen emosi,jakarta:bumi
aksara
Surya mohamad,(2003).psikologi konseling,pustaka bani Quraisy

14

Anda mungkin juga menyukai