Anda di halaman 1dari 14

BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

“Sejarah Bimbingan Karier dan Kedudukan Bimbingan Karier”


Dosen Pengampu : Andi Wahyu Irawan, S. Pd, M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Azzahra Anisa Putri (1905096010)
Muhammad Elvan Saputra (1905096023)
Muliati Sapitri (1905096027)
Avivah Nurzahrah (1905096032)
Ratna
(1905096033)
Maria Kristin Sania (1905096037)
Siti Sarah Kartini (1905096038)

Kelas :
BK A 2019

Semester 4

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada
akhirnya bisa menyelesaikan makalah tentang “Sejarah Bimbingan Karier dan
kedudukan Bimbingan Karier” tepat pada waktunya.

Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak Andi Wahyu Irawan, S. Pd,
M. Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling Karier yang
telah memberikan bimbingannya.

Semoga Makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya ilmu serta bisa
menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.

Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna.
Kami juga menyadari bahwa makalah kami ini juga masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca
sekalian demi penyusunan makalah dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Samarinda, 1 Februari 2021

Penyusun,

Kelompok 1

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karier merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, dipilih dan
ditentukan untuk melalui suatu proses dimana tidak hanya mempertimbangkan
kekuatan dan kelemahan individu, namun juga memfokuskan pada aspek-aspek
ekstrinsik dari kepuasan dalam memilih pekerjaan seperti uang, status dan kondisi
kerja.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan zaman dengan munculnya berbagai


teknologi yang semakin hari semakin canggih, belum lagi adanya berbagai macam
pekerjaan yang sadar tidak disadari ini menjadi sebuah tantangan hidup bagi setiap
manusia di dunia yang memerlukan pemahaman dan kesadaran akan adanya hal
tersebut. Dengan ini perlu adanya sebuah pemahaman, pengarahan dan
menumbuhkan kesadaran pada peserta didik yang harus dilakukan oleh para
pendidik, karena mengingat betapa pentingnya kesadaran akan kemajuan zaman
dan berbagai macam kegiatan atau pekerjaan disekitar lingkungan peserta didik
yang nantinya akan memicu pada sebuah karir yang paling tidak akan menjadi
sebuah cita-cita dari peserta didik.

Pemikiran inilah yang menjadi latar belakang betapa pentingnya seorang


pendidik mampu memahami bimbingan karier serta kedudukannya yang kemudian
dapat dijadikan sebuah transformasi kepada peserta didik untuk memunculkan
kesadaran akan pentingnya hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini ialah :

1. Bagaimana sejarah bimbingan karier di dunia ?

2. Bagaimana sejarah bimbingan karier di Indonesia ?

4
3. Apa saja kedudukan bimbingan karier ?

4. Bagaimana kedudukan bimbingan karier dalam pendidikan normal ?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini ialah :

1. Untuk mengetahui sejarah bimbingan karier di dunia.

2. Untuk mengetahui sejarah bimbingan karier di Indonesia.

3. Untuk mengetahui kedudukan bimbingan karier.

4. Untuk mengetahui kedudukan bimbingan karier dalam pendidikan normal.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Bimbingan Karier di Dunia

Istilah bimbingan karier mulai dikenal setelah munculnya istilah Vocational


Guidance yang dipopulerkan oleh Frank Pearson. Pada tahun 1908, Frank berhasil
mendirikan suatu lembaga yang bertujuan membantu para anak muda untuk
mendapatkan pekerjaan. Pada masanya, bimbingsn karier dipercaya sebagai salah
satu jalan persiapan individu untuk mencari pekerjaan, dengan cara mencocokkan
karakteristik individu dengan pekerjaan yang ada di lingkungannya. Penggunaan
istilah Vocational Guidance merujuk pada usaha seorang ahli dalam membantu dan
memandu individu untuk memilih dan upaya mempersiapkan diri seperti
kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.

Frank Pearson dikenal sebagai tokoh yang merintis konsep bimbingan karier
sejak istilah Vocational Guidance muncul. Pada kenyataannya 1000 tahun sebelum
beliau mengemukakan gagasannya itu, telah ditemukan tokoh-tokoh yang merintis
kegiatan-kegoiatan yang berkaitan dengan tiga variabel dalam pengambilan
keputusan karier. Sehingga pada praktiknya cara yang digunakan untuk
mencocokkan karakteristik individu dengan berbagai jenis, ciri dan faktor
pekerjaan telah berlangsung sejak lama, hanya saja saat itu belum dinamakan
dengan istilah bimbingan karier.

Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-


masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier di
dalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan
dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Bimbingan jabatan menekankan pada
keputusan yang menentukan pekerjaan tertentu, sedangkan bimbingan karier
menitik beratkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan
mempertimbangkan keadaan dirinya dengan lingkungannya agar memperoleh

6
pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari segala peranan positif yang layak
dilaksanakannya dalam masyarakat.

Konsep bimbingan karier muncul di Amerika pada awalnya dilatarbelakangi


oleh beberapa kondisi yang terjadi, diantaranya seperti :

1. Keadaan ekonomi;

2. Keadaan sosial seperti urbanisasi;

3. Kondisi ideologis seperti adanya kegelisahan untuk membentuk dan


menyebarkan pemikiran tentang meningkatkan kemampuan diri dan status
seseorang; dan

4. Perkembangan ilmu khususnya dalam bidang piskofisik dan psikologi


eksperimental.

Pada tahun 1898 diawali dengan Jessie B. Davis mendirikan Educational


Career Conna Control dikota Detroit, serta tahun 1907 Eli Weaver menerbitkan
buku yang berjudul Choosing a Career. Tahun 1908 Frank Perason mendirikan the
Boston Vocational Bereau, untuk membantu pada pemuda memilih pekerjaan dan
melatih guru-guru sebagai konselor karier, tahun 1909 Pearson menerbitkan buku
Choosing a Vocational. Pearson menjelaskan bahwa dalam memilih pekerjaan itu
harus diperhatikan 3 faktor terpenting, yaitu :

1. Pengertian yang jelas tentang dirinya sendiri seperti bakat kemampuan,


minat, ambisi, keuntungan, hambatan yang dimiliki;

2. Pengetahuan tentang persyaratan jabatan dan kondisi untuk


keberhasilan, keuntungan dan kerugian kompensasi, kesempatan dan prospek
dan suatu jabatan; dan

3. Penalaran yang benar terhadap hubungan dari kedua kelompok fakta


tersebut.

Pada tahun 1920-an bimbingan diterima di sekolah-sekolah, tidak hanya


masalah jabatan saja tetapi juga masalah pendidikan dari sosial. Beberapa sekolah
menengah melihat keberhasilan yang didapatkan dari gerakan bimbingan karier

7
yang menggunakan tes standar untuk memilah bidang kerja yang cocok bagi
mereka nantinya. Pada tahun 1925, Harry D. Kitson seorang pionir dalam latihan
konselor vokasional, mula-mula di Indiana University, kemudian berkembang ke
Teachers College dan Columbia University menerbitkan sebuah buku berjudul The
Psichology of Vocational Adjustment dimana memandang bimbingan dan
konseling karier itu suatu bidang khusus yang harus diajarkan dan dilakukan oleh
para profesional terlatih.

Kemudian muncul konsep magang yang selanjutnya secara antusias sekolah


mengadopsi sistem tersebut yang menjelaskan konseling itu sangat dibutuhkan.
Pada tahun 1951, Donald E. Super melucurkan The Career Patters Study yang
menjelaskan tentang bimbingan dan konseling karier dari konsep pengambilan
keputusan yang statik dan single choice at a point in time yang menempatkan studi
perilaku karier dalam konteks perkembangan manusia. Pada tahun yang sama, para
ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional ke model karier
(career). kedua model ini memiliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama
dalam landasan individu untuk memilih jabatan.

Pada tahun 1964, terbitlah publikasi The National Vocational Guidance


Association yang berjudul Man in a World at Work yang disunting oleh Henry
Borow yang menggambarkan dimulainya kembali pembangunan bimbingan dan
konseling karier yang telah ketinggalan jauh dari psikologi vokasional sejak tahun
1950-an. Pada 1966, beberapa konselor karier yang berorientasi behavioral
menggemborkan “revolusi dalam konseling”. Tokohnya, Krumblotz mencoba
teknik baru dalam pengambilan keputusan karier, termasuk Counselor Modelling,
Gool Setting, dan Reinforcement.

Ditahun 1990-an, sebuah kecenderungan yang muncul sekali lagi mengakui


konselor sebagai profesional utama menyediakan bimbingan dan konseling karier.
Contohnya, di tahun 1994 Kongres As mengakui peran konselor menyediakan
bantuan karier dengan diberlakukannya School-to-Work Opportunities Act.
Kecenderungan tambahan mencakup pula perkembangan dan pengakuan terhadap
spesialis konseling karier dan pembangunan pusat-pusat karier untuk populasi
tertentu seperti mahasiswa akademi, wanita, kaum minoritas dan para pensiunan.

8
Mulai terlihat perluasan layanan konseling bagi warga miskin dan para tunawisma,
selain juga munculnya sepsialis bagi konsultasi manajemen dan profesional
perubahan yang terus terjadi di dunia kerja akan menuntut kebutuhan akan
konseling karier lebih jauh kedepan disemua lingkup.

B. Sejarah Bimbingan Karier di Indonesia

Di Indonesia, program bimbingan dan konseling ini masuk dan diadopsi oleh
lembaga pendidikan pada tahun 1950, yang kemudian terwadahi dalam layanan
bimbingan dan penyuluhan, yang kini disebut bimbingan dan konseling. Diawali
dari kebutuhan penjurusan peserta didik pada jenjang pendidikan menengah atas.
Bimbingan dan konseling di Indonesia telah mulai dibicarakan secara terbuka sejak
tahun 1962.

Pada tahun 1960 tepatnya pada tanggal 20-24 Agustus, di adakan konferensi
FKIP seluruh di Indonesia, dan telah diputuskan bahwa bimbingan dan penyuluhan
dimasukkan dalam kurikulum FKIP, keadaan ini menunjukkan adanya langkah
yang lebih maju, di mana pengupasan masalah bimbingan dan konseling sebagai
suatu ilmu yang di dalamnya dikupas juga mengenai karier dan dapat dikupas
secara ilmiah. Diperkenalkannya gagasan Sekolah Pembangunan pada tahun
1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan Sekolah
Pembangunan Persiapan (SMPP), yang berupa proyek percobaan dan peralihan
dari sistem persekolahan lama menjadi sekolah pembangunan.

Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan adalah penyempurnaan


kurikulum, dari kurikulum 1974 ke kurikulum 1984. bersamaan dengan
diberlakukannya kurikulum 1984, bimbingan karier cukup terasa mendominasi
dalam layanan bimbingan dan penyuluhan, dan pada tahun 1994, bersamaan
dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling,
bimbingan karier ditempatkan sebagai salah satu bidang bimbingan. Pada tahun
1981 dikukuhkan Kurikulum Inti Program Studi Bimbingan dan konseling pada
Strata 1 dan Diploma 3.

9
Sejak diberlakukannya kurikulum 1994, sebutan untuk guru BP berubah
menjadi Guru Pembimbing yang diperkuat dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 025/0/1995. permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 menetapkan layanan bimbingan dan konseling sebagai suatu pengembangan
diri yang didalamnya terdapat kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan
untuk mewujudkan self actualization dan capacity development.

Setelah itu, pada tahun 2014 terbitlah dua Permendikbud yang mengokohkan
posisi bimbingan dan konseling khususnya bimbingan karier yaitu Permendikbud
Nomor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan dan Permendikbud Nomor 111 tahun
2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kedua peraturan tersebut untuk menyukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013. di
dalam peraturan itu dijelaskan bahwa peran utama seorang konselor yaitu
memberikan rekomendasi pada peserta didik untuk memilih tiga mata pelajaran
dari empat mata pelajaran yang tersedia pada masing-masing peminatan.

C. Kedudukan Bimbingan Karier

Kedudukan bimbingan karier adalah sebagai berikut :

1. Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia


sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi;

2. Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu;

3. Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan klien pada


khususnya;

4. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak


asasinya;

5. Toleran terhadap permasalahan individu; dan

6. Bersikap demokratis.

10
D. Kedudukan Bimbingan Karier dalam Pendidikan Formal

1. Konteks Tugas dan Ekspektasi Kinerja Konselor

Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah di


tetapkan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan
layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan, dan layanan di bidang
pembelajaran yang di bingkai dalam kurikulum. Akan tetapi, dalam Pemendiknas
No. 22/2006 tentang Standar Isi, pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan
sebagai bagian dari kurikulum yang isinya dipilih menjadi (a) kelompok mata
pelajaran, (b) muatan local, (c) materi pengembangan diri, yang harus “disiapkan”
oleh konselor kepada peserta didik.

Haruslah dihindari dampak yang membawa konselor yang tidak mneggunakan


materi pelajaran sebagai konteks layanan, ke dalam wilayah layanan guru yang
menggunakan mata pelajaran sebagai kontek pelayanan. Meskipun demikian,
konselor memang diharapkan berperan serta dalam bingkai layanan yang
komplementer dengan layanan guru, bahu membahu dengan guru termasuk dalam
pengelolaan kegiatan ekstra kurikuler.

2. Posisi Pengembangan Diri dalam Bimbingan dan Konseling

Penjelasan mengenai pengembangan diri yang tertulis dalam struktur


kurikulum dijelaskan bahwa :

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada konseli untuk
mengembangkan dan mengekpsresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan
minat setiap konseli sesuai dengan kondisi sekolah. Keggiatan pengembangan diri
dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan karier.

3. Perbedaan Karier, Pekerjaan, dan Profesi/Jabatan

11
Karier merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan status
kepegawaian seseorangg dalam suatu organisasi sesuai dengan jalur karier yang
telah ditetapkan organisasi. Karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang
dipegang selama masa kerja seseorang.

Pekerjaan adalah barang apa yang dilakukan (diperbuat, dikerjakan, dsb),


pencaharian, yang dijadikan pokok penghidupan, sesuatu yang dilakukan untuk
mendapat nafkah.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk


menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keterampilan atau
keahlian khusus. Profesi dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan umum
dengan ketelibatan pribadi yang mendalam.

Jabatan merupakan kedudukan yang menetapkan tugas, wewenang, hak dan


tanggung jawab yang melekat pada seorang pekerja dalam satuan organisasi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Poin-poin sejarah dari perkembangan bimbingan karier ialah pada tahun 1908,
Pearson berhasil mendirikan suatu lembaga yang bertujuan membantu para anak
muda untuk mendapatkan pekerjan. Beliau dikenal sebagai tokoh yang merintis
konsep bimbingan karier sejak istilah Vocational Guidance. Pada tahun 1960
tepatnya pada tanggal 20-24 Agustus, di adakan konferensi FKIP seluruh di
Indonesia, dan telah diputuskan bahwa bimbingan dan penyuluhan dimasukkan
dalam kurikulum FKIP, keadaan ini menunjukkan adanya langkah yang lebih
maju, di mana pengupasan masalah bimbingan dan konseling sebagai suatu ilmu
yang di dalamnya dikupas juga mengenai karier dan dapat dikupas secara ilmiah.

Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah di


tetapkan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan
layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan, dan layanan di bidang
pembelajaran yang di bingkai dalam kurikulum.

B. Saran

Betapa pentingnya kita sebagai calon pendidik harus mampu memahami


bimbingan karir yang kemudian dapat kita jadikan sebagai transformasi kepada
peserta didik, yaitu dengan memberikan sebuah pemahaman, pengarahan dan
menumbuhkan kesadaran pada peserta didik dikarenakan betapa pentingnya
kesadaran akan kemajuan zaman dan berbagai macam kegiatan atau pekerjaan
disekitar lingkungan peserta didik yang nantinya akan memicu pada sebuah karir
yang paling tidak menjadi sebuah cita-cita peserta didik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Budi dan Edi Purwanta. 2019. Bimbingan Karier untuk Meningkatkan Kesiapan
Karier. Yogyakarta : Devstudika.

http://bk.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/1.-BK-Karir.pdf
(diakses pada 1 Februari 2021 pukul 09.00)

14

Anda mungkin juga menyukai