proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karier. Proses ini mencakup tiga aspek
utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman
akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja
Perencanaan karir adalah sebagai proses yang dilalui sebelum pemilihan karir untuk
mencapai karir(Liza & Rusandi,2016)
Proses perencanaan dan pemilihan karier terkait erat dengan tugas perkembangan karier individu.
Individu akan dapat sukses memilih karier, jika pada tahapan sebelum tugas perkembangan
terselesaikan dengan baik(redi eka )
Kematangan karier adalah suatu variabel yang tersusun dari beberapa aspek. Super (dalam
Saifuddin, 2018) mengungkapkan terdapat empat aspek kematangan karier remaja, yaitu:
a. Perencanaan (Planfulness), yaitu kesadaran individu bahwa dirinya harus membuat pilihan
pendidikan dan karier serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut.
b. Eksplorasi (Eksploration), yaitu individu secara aktif menggunakan berbagai sumber untuk
memperoleh informasi mengenai dunia kerja umumnya dan untuk memilih salah satu bidang
pekerjaan dan studi lanjut khususnya.
d. Pengambilan Keputusan (Decision Making), yaitu individu mengetahui apa yang harus
dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karier, kemudian membuat pilihan studi
lanjut dan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
Aspek dalam kematangan karirhttp://edis.ifas.ufl.eduzMenurut ), menyatakan bahwa
kematangan karir remaja dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut:
Aspek perencanaan karir menurut Super (Sharf, 1992), merupakan aktivitas pencarian
informasi dan seberapa besar keterlibatan individu dalam proses tersebut. Kondisi tersebut
didukung oleh pengetahuan tentang macam-macam unsur pada setiap pekerjaan. Indikator
ini adalah menyadari wawasan dan persiapan karir, memahami pertimbangan alternatif
pilihan karir dan memiliki perencanaan karir dimasa depan.Perencanaan karir yang
diungkapkan oleh Dillard (dalam Oktaviani, 2010) dijabarkan sebagai berikut, diantaranya: 1)
meningkatkan kesadaran diri (self awarness) dan pemahaman diri (self-understanding); 2)
mencapai kepuasan pribadi (personal statisfication); 3) mempersiapkan diri pada
penempatan yang memadai (adevate placement) dalam berkarir; dan 4) mengefisiensikan
waktu dan usaha yang dilakukan dalam berkarir.
Menurut Super (Sharf, 1992) merupakan kemampuan individu untuk melakukan pencarian
informasi karir dari berbagai sumber karir, seperti kepada orang tua, saudara, kerabat,
teman, guru bidang studi, konselor sekolah, dan sebagainya. Aspek eksplorasi karir
berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang diperoleh siswa dari berbagi
sumber tersebut. Indikator dari aspek ini adalah mengumpulkan informasi karir dari berbagai
sumber dan memanfaatkan informasi karir yang telah diperoleh.Aspek ini menurut Super
(Sharf, 1992) adalah kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan pemikiran
dalam membuat perencanaan karir. Konsep ini didasari pada tuntutan siswa untuk membuat
keputusan karir, dengan asumsi apabila siswa mengetahui bagaimana orang lain membuat
keputusan karir maka diharapkan mereka juga mampu membuat keputusan karir yang tepat
bagi dirinya.
Aspek ini terdiri dari dua komponen menurut Super (Sharf, 1992), yakni terkait dengan tugas
perkembangan, yaitu individu harus tahu minat dan kemampuan diri, mengetahui cara orang
lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengetahui alasan orang
berganti pekerjaan. Komponen kedua adalah mengetahuitugas-tugas pekerjaan dalam
suatu jabatan dan perilaku-perilaku dalam bekerja.
e.Decision making
Menurut Super (Sharf, 1992),Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara
pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang
sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan
prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan
dan pekerjaan Realisasi keputusan karir adalah perbandingan antara kemampuan individu
dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis.
Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan
karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama
dari perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap individu. Sedangkan
keputusan yang diambil seseorang mengenai aspek-aspek karir yang akan ditempuh
itu tidak lepas dari pertimbangannya terhadap berbagai faktor yang ada dalam
tatanan kehidupan masyarakat yang merupakan sumber nilai dan tempat
tersedianya berbagai hal yang dapat dimanfaatkan oleh individu bagi pengembangan
dirinya.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena lulusan perguruan tinggi saat kuliah belum
membuat suatu perencanaan karir yang baik, sehingga tidak dapat merencanakan jalur
karirnya(purnamasari, 2006).
Individu memiliki kepuasan dalam kehidupannya salah satunya adalah kepuasan dalam
berkarier. Kepuasan saat menjalani sebuah bidang karier akan berdampak juga pada kualitas
kehidupan, bisa berdampak positif ataupun negatif. Kepuasan tersebut bisa dicapai apabila
individu memiliki perencanaan kematangan karier yang baik. Individu dengan tingkat
kematangan karier yang tinggi mungkin akan lebih puas dengan rencana kariernya
dibandingkan dengan individu dengan tingkat kematangan karier yang rendah (westbrook...)
Hal ini membuktikan bahwa perencanaan kematangan karier merupakan salah satu aspek
penting bagi perkembangan karier individu.
Individu memiliki kepuasan dalam kehidupannya salah satunya adalah kepuasan
dalam berkarier. Kepuasan saat menjalani sebuah bidang karier akan berdampak pada
kualitas kehidupan, bisa berdampak positif ataupun negatif. Kepuasan tersebut bisa
dicapai apabila individu memiliki kematangan perencanaan karier yang baik. Individu
dengan tingkat kematangan Karier yang tinggi mungkin akan lebih puas dengan
yang rendah (Westbrook dkk., 1985). Hal ini membuktikan bahwa kematangan
perencanaan karier merupakan salah satu aspek penting bagi perkembangan karier
individu.
pilihan Karier yang sesuai, termasuk kesadaran tentang apa yang diperlukan untuk
membuat keputusan Karier dan derajat pilihan seseorang yang realistis dan konsisten
dari waktu ke waktu (King, 1989; Ohler dkk., 1996). Sedangkan menurut Super &
individu untuk mengambil keputusan karier yang sesuai dengan tugas perkembangan
pada setiap tahapannya. Artinya kematangan perencanaan karier sendiri adalah proses
kemampuan individu untuk membuat pilihan serta membuat keputusan karier sesuai
dengan tugas perkembangan pada perencanaan karier yang telah direncanakan dengan
pertimbangan yang realistis dan konsisten untuk mencapai sebuah karier yang
diinginkan.
Saat ini mahasiswa merupakan masa transisi dari masa remaja akhir menuju masa
dewasa awal pada umumnya berusia 18-25 tahun yang mana pada masa ini mahasiswa
akan dihadapkan kepada tuntuntan untuk memiliki pilihan serta rencana karier yang
baik.
Super & Jordaan, (1973) menjelaskan bahwa seorang mahasiswa memiliki tugas
karier untuk ; 1) Mengidentifikasi berbagai pilihan karier sesuai dengan konsep diri
yang dimiliki, 2) Mulai mengerucutkan berbagai pilihan bidang karier yang tersedia
dibutuhkan oleh bidang karier terpilih, 4) Melakukan uji coba pada bidang pilihan
SCCT mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pemilihan
karier ataupun kematangan perencanaan dalam karier. Faktor tersebut bisa dikatakan
sebagai hambatan ataupun dukungan dalam pemilihan karier seorang individu. Kedua
faktor tersebut adalah faktor kognitive individu dan faktor lingkungan (Lent dkk.,
2002). Variable faktor kognitive individu sendiri adalah Self Efficacy, Outcome
Menurut Betz & Taylor dalam (Lent dkk., 2002) individu yang mempunyai Self
Efficacy rendah akan menghindar untuk membuat keputusan karier dan tetap pada
keraguan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mejia-Smith &
lain yang dilakukan oleh Ulas & Yildirim, (2019) menunjukkan bahwa hambatan
membuat keputusan Karier hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan
Dewi, (2017) bahwa self efficacy yang rendah akan mempengaruhi tidak
self efficacy yang rendah maka ia akan lebih sulit untuk menetapkan outcome
(kontekstual) secara luas dan mencakup hal-hal seperti pengaruh sosial yang bisa
mendukung maupun menghambat misalnya, orang tua, ras, budaya, gender dan
pengaruh sosial lainnya dalam menentukan pilihan Kariernya. Hal tersebut sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Alissa & Akmal, 2019; Tamari &
Akmal, 2018) rendahnya dukungan kontekstual seperti orangtua, dosen, teman dan
Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung bulan Agustus 2020 yang
dimuat dalam situs Lampost.co, jumlah angkatan kerja di Lampung dari 4,49 juta
orang naik sebanyak 127,8 ribu orang. Hal ini sejalan dengan tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) yang naik sebesar 1,10 poin. Dalam setahun terakhir, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) naik sebesar 0,64 poin. Dilihat dari tingkat pendidikan,
TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi di antara tingkat
pendidikan lain, yaitu 9,21%. Disusul Sekolah Menengah Atas (SMA) di angka
6,97%, universitas 5,51%, diploma 5,29%, dan SMP 3,96%. (Lampost.co 2021,
https://m.lampost.co/berita-disnaker-lampung-buka-program-magang-demi-kurangi-
pengangguran.html, Triyadi Isworo Mar 14, 2021 | 15:19). Hal ini menunjukkan
bahwa masih besarnya tingkat pengangguran di Lampung, yang salah satu bagian
yang utuh akan pentingnya proses perencanaan karier, bahkan mereka belum
memahami secara mendasar dari pentingnya karier bagi kehidupan (Johan Pratama,
2017). Berpegangan dengan hal tersebut bisa dianggap bahwa dalam proses
penuntasan tugas Karier mahasiswa Universitas Lampung mengalami berbagai
hambatan.
Sistuasi diatas menandakan bahwa perencanaan Karier yang kurang matang akan
berdampak pada tidak siapnya mahasiswa untuk memasuki dunia kerja. Lestari &
pekerjaan. Fenomena tersebut didukung oleh hasil survey Kasih dan Suganda dalam
Hendayani & Abdullah, (2018) yang menyebutkan bahwa 91% kalangan dunia usaha
beranggapan lulusan perguruan tinggi tidak siap pakai selepas kuliah. Kondisi serupa
terjadi pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
tahun kelulusan 2015. Berdasarkan tracer study ditemukan bahwa jumlah alumni
yang sudah bekerja atau berwirausaha sebanyak 73% dari jumlah responden atau
sejumlah 418 alumni dengan total populasi lulusan sebanyak 1092 orang dan jumlah
alumni yang tidak bekerja saat survey dengan alasan utamanya masih belajar atau
Persoalan utama adalah sebagai mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan idealnya mahasiswa memiliki fokus Karier yang pasti yaitu menjadi guru
di sekolah. Namun, menjadi guru terutama honorer bukanlah pilihan utama mereka.
Dilansir dari situs jurnalpost.com yang dimuat dalam berita Tantangan baru para
“Jadi guru itu susah, harus punya orang dalam untuk masuk di sekolah, makanya
banyak yang beralih ke instansi lain”, ujar Budi alumni FKIP UNS 2014
Budi mengaku banting stir ke instansi lain usai putus asa mencari sekolah sebagai
naungan ia mengajar.
Di samping faktor jumlah guru yang masif , minimnya gaji guru untuk para pemula
(honorer) juga mempengaruhi mereka banting stir. Jurnal Post mendata ada sejumlah
alumni yang enggan bekerja sebagai guru karna faktor tersebut. Salah satunya di
utarakan oleh Devi (25), alumnus PGSD UNNES 2013. (Jurnalpost 2017,
https://jurnalpost.com/tantangan-baru-para-lulusan-fakultas-keguruan-dan-ilmu-
oleh mahasiswa akan mempengaruhi perencanaan kariernya, maka dalam hal ini
sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya
berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya, dan
kesalahpahaman dalam memilih Karier, dalam memilih jalur studi mereka, dan dalam
dengan visi jangka panjang untuk perencanaan Karier, dimana mahasiswa dapat
memperoleh manfaat dengan menyadari potensi mereka yang sebenarnya dalam hidup
Terlihat dari apa yang telah dipaparkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling Karier
hambatan apa saja yang menjadi kendala dalam kelulusan mereka agar nanti setelah
lulus dari perguruan tinggi mahasiswa mampu memilih karier, memiliki prospek kerja
yang baik dan sesuai dengan potensi maupun keterampilan mereka. Idealnya
proses perencanaan kariernya (Freeman dkk., 2017). Proses bimbingan ini tentunya
akan sangat efektif jika faktor – faktor hambatan dalam perencanaan karier dapat
teridentifikasi dengan jelas, sehingga proses bimbingan karier akan tepat guna
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan karier pada mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pembimbingan kerier mahasiswa akan dapat dilakukan jika
diketahui sumber hambatannya sehingga program BK di perguruan tinggi dapat membuahkan
hasil yang positif. Untuk itu perlu diketahui hambatan-hambatan agar nantinya dapat dibantu
dari sejak dini. Manfaat penelitian ini adalah untuk menemukan hambatan-hambatan karier
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang kemudian
hambatan-hambatan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun layanan bimbingan
bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Guion, L. A., Diehl, D. C., & McDonald, D. (2011). Conducting an in-depth interview. EDIS,
2011(8).
http://edis.ifas.ufl.edu
Muspawi, M. (2017). Mengelola Perencanaan Karier Staf Dalam Sebuah Organisasi. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 17(2), 103-110.
http://ji.unbari.ac.id
UPT PKK Unila, (2017). Laporan Kegiatan: Tracer Study Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. SUBBAGIAN KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
http://mawa.fkip.unila.ac.id/alumni/