Anda di halaman 1dari 10

Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2004: 626-623) merumuskan perencanaan karier sebagai

proses yang dilalui sebelum melakukan pemilihan karier. Proses ini mencakup tiga aspek
utama yaitu pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman
akan pekerjaan, serta penggunaan penalaran yang benar antara diri sendiri dan dunia kerja

Menurut Sofyandi (2008:128) perencanaankarieradalah proses dimana individu


karyawan mengindetifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-
tujuan kariernya.

perencanaan karier merupakan suatu proses penataan langkah-langkah yang akan


dilalui untuk menempuh jenjang karier ke depan.(mohammad)

Perencanaan karir adalah sebagai proses yang dilalui sebelum pemilihan karir untuk
mencapai karir(Liza & Rusandi,2016)

Perencanaan karir adalah proses berkelanjutan dimanaindividu melakukan penilaian


diri dan penilaian dunia kerja, merencanakan langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai pilihan karir tersebut, dan membuat penalaran yang rasional sebelum
mengambil keputusan me-ngenai karir yang diinginkan(Liza & Rusandi, 2016).

Proses perencanaan dan pemilihan karier terkait erat dengan tugas perkembangan karier individu.
Individu akan dapat sukses memilih karier, jika pada tahapan sebelum tugas perkembangan
terselesaikan dengan baik(redi eka )

kematangan karir merupakan kemampuan yang dimiliki oleh individu yang


berorientasi pada proses perencanaan dan pengambilan keputusan karir, proses
eksplorasi sehingga menemukan karir yang tepat di masa depan

Kematangan karier adalah suatu variabel yang tersusun dari beberapa aspek. Super (dalam
Saifuddin, 2018) mengungkapkan terdapat empat aspek kematangan karier remaja, yaitu:

a. Perencanaan (Planfulness), yaitu kesadaran individu bahwa dirinya harus membuat pilihan
pendidikan dan karier serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut.

b. Eksplorasi (Eksploration), yaitu individu secara aktif menggunakan berbagai sumber untuk
memperoleh informasi mengenai dunia kerja umumnya dan untuk memilih salah satu bidang
pekerjaan dan studi lanjut khususnya.

c. Kompetensi Informasional (Information), yaitu individu dengan kompetensi yang berkembang


dengan baik memiliki pengetahuan yang cukup untuk menggunakan informasi tentang studi lanjut
dan karier yang dimiliki untuk dirinya, serta mulai mengkristalisasikan pilihan pada bidang dan
tingkat pekerjaan tertentu.

d. Pengambilan Keputusan (Decision Making), yaitu individu mengetahui apa yang harus
dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karier, kemudian membuat pilihan studi
lanjut dan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan.
Aspek dalam kematangan karirhttp://edis.ifas.ufl.eduzMenurut ), menyatakan bahwa
kematangan karir remaja dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut:

a.Perencanaan karir (career planning).

Aspek perencanaan karir menurut Super (Sharf, 1992), merupakan aktivitas pencarian
informasi dan seberapa besar keterlibatan individu dalam proses tersebut. Kondisi tersebut
didukung oleh pengetahuan tentang macam-macam unsur pada setiap pekerjaan. Indikator
ini adalah menyadari wawasan dan persiapan karir, memahami pertimbangan alternatif
pilihan karir dan memiliki perencanaan karir dimasa depan.Perencanaan karir yang
diungkapkan oleh Dillard (dalam Oktaviani, 2010) dijabarkan sebagai berikut, diantaranya: 1)
meningkatkan kesadaran diri (self awarness) dan pemahaman diri (self-understanding); 2)
mencapai kepuasan pribadi (personal statisfication); 3) mempersiapkan diri pada
penempatan yang memadai (adevate placement) dalam berkarir; dan 4) mengefisiensikan
waktu dan usaha yang dilakukan dalam berkarir.

b.Eksplorasi karir (career exploration).

Menurut Super (Sharf, 1992) merupakan kemampuan individu untuk melakukan pencarian
informasi karir dari berbagai sumber karir, seperti kepada orang tua, saudara, kerabat,
teman, guru bidang studi, konselor sekolah, dan sebagainya. Aspek eksplorasi karir
berhubungan dengan seberapa banyak informasi karir yang diperoleh siswa dari berbagi
sumber tersebut. Indikator dari aspek ini adalah mengumpulkan informasi karir dari berbagai
sumber dan memanfaatkan informasi karir yang telah diperoleh.Aspek ini menurut Super
(Sharf, 1992) adalah kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan pemikiran
dalam membuat perencanaan karir. Konsep ini didasari pada tuntutan siswa untuk membuat
keputusan karir, dengan asumsi apabila siswa mengetahui bagaimana orang lain membuat
keputusan karir maka diharapkan mereka juga mampu membuat keputusan karir yang tepat
bagi dirinya.

c.Pengetahuan (informasi) tentang dunia kerja (world of work information).

Aspek ini terdiri dari dua komponen menurut Super (Sharf, 1992), yakni terkait dengan tugas
perkembangan, yaitu individu harus tahu minat dan kemampuan diri, mengetahui cara orang
lain mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dan mengetahui alasan orang
berganti pekerjaan. Komponen kedua adalah mengetahuitugas-tugas pekerjaan dalam
suatu jabatan dan perilaku-perilaku dalam bekerja.

d.Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai (knowledge of preferred


occupational group). Aspek ini menurut Super (Sharf, 1992) adalah siswa diberi kesempatan
untuk memilih satu dari beberapa pilihan pekerjaan, dan kemudian ditanyai mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Mengenai persyaratan, tugas-tugas, faktor-
faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan dan mengetahui resiko-resiko dari
pekerjaan yang dipilihnya. Indikator pada aspek ini adalah pemahaman mengenai tugas dari
pekerjaan yang diinginkan, memahami persyaratan dari pekerjaan yang diinginkan,
mengetahui faktor dan alasan yang mempengaruhi pilihan pekerjaan yang diminati dan
mampu mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin muncul dari pekerjaan yang diminati.

e.Decision making
Menurut Super (Sharf, 1992),Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara
pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang
sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan
prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan
dan pekerjaan Realisasi keputusan karir adalah perbandingan antara kemampuan individu
dengan pilihan karir pekerjaan secara realistis.

Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan


lulusan yang berkualitas dengan memiliki pengetahuan yang luas, keterampilan yang tinggi,
akhlak yang mulia, dansiap memasuki dunia kerja. Mahasiswa ketika berada pada masa
perkuliahan dibekali dengan berbagai teori dan keterampilan sesuai dengan bidang
keilmuannya, pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh mahasiswa baik di
dalam kelas maupun di luar kelas. Berbagai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
mahasiswa selama di bangku kuliah merupakan bekal untuk menjalani hidup pada masa
mendatang(Latif, Yusuf, & Efendi, 2017)

Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam perkembangan
karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama
dari perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap individu. Sedangkan
keputusan yang diambil seseorang mengenai aspek-aspek karir yang akan ditempuh
itu tidak lepas dari pertimbangannya terhadap berbagai faktor yang ada dalam
tatanan kehidupan masyarakat yang merupakan sumber nilai dan tempat
tersedianya berbagai hal yang dapat dimanfaatkan oleh individu bagi pengembangan
dirinya.
Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena lulusan perguruan tinggi saat kuliah belum
membuat suatu perencanaan karir yang baik, sehingga tidak dapat merencanakan jalur
karirnya(purnamasari, 2006).

Individu memiliki kepuasan dalam kehidupannya salah satunya adalah kepuasan dalam
berkarier. Kepuasan saat menjalani sebuah bidang karier akan berdampak juga pada kualitas
kehidupan, bisa berdampak positif ataupun negatif. Kepuasan tersebut bisa dicapai apabila
individu memiliki perencanaan kematangan karier yang baik. Individu dengan tingkat
kematangan karier yang tinggi mungkin akan lebih puas dengan rencana kariernya
dibandingkan dengan individu dengan tingkat kematangan karier yang rendah (westbrook...)

Hal ini membuktikan bahwa perencanaan kematangan karier merupakan salah satu aspek
penting bagi perkembangan karier individu.
Individu memiliki kepuasan dalam kehidupannya salah satunya adalah kepuasan

dalam berkarier. Kepuasan saat menjalani sebuah bidang karier akan berdampak pada

kualitas kehidupan, bisa berdampak positif ataupun negatif. Kepuasan tersebut bisa

dicapai apabila individu memiliki kematangan perencanaan karier yang baik. Individu

dengan tingkat kematangan Karier yang tinggi mungkin akan lebih puas dengan

rencana kariernya dibandingkan dengan individu dengan tingkat kematangan karier

yang rendah (Westbrook dkk., 1985). Hal ini membuktikan bahwa kematangan

perencanaan karier merupakan salah satu aspek penting bagi perkembangan karier

individu.

Kematangan Karier telah didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk membuat

pilihan Karier yang sesuai, termasuk kesadaran tentang apa yang diperlukan untuk

membuat keputusan Karier dan derajat pilihan seseorang yang realistis dan konsisten

dari waktu ke waktu (King, 1989; Ohler dkk., 1996). Sedangkan menurut Super &

Jordaan, (1973) mendifinisikan kematangan karier adalah kemampuan seorang

individu untuk mengambil keputusan karier yang sesuai dengan tugas perkembangan

pada setiap tahapannya. Artinya kematangan perencanaan karier sendiri adalah proses

kemampuan individu untuk membuat pilihan serta membuat keputusan karier sesuai

dengan tugas perkembangan pada perencanaan karier yang telah direncanakan dengan

pertimbangan yang realistis dan konsisten untuk mencapai sebuah karier yang

diinginkan.

Saat ini mahasiswa merupakan masa transisi dari masa remaja akhir menuju masa

dewasa awal pada umumnya berusia 18-25 tahun yang mana pada masa ini mahasiswa

akan dihadapkan kepada tuntuntan untuk memiliki pilihan serta rencana karier yang

baik.
Super & Jordaan, (1973) menjelaskan bahwa seorang mahasiswa memiliki tugas

karier untuk ; 1) Mengidentifikasi berbagai pilihan karier sesuai dengan konsep diri

yang dimiliki, 2) Mulai mengerucutkan berbagai pilihan bidang karier yang tersedia

melalui pertimbangan yang realistis, 3) Mengembangkan keterampilan khusus yang

dibutuhkan oleh bidang karier terpilih, 4) Melakukan uji coba pada bidang pilihan

karier. Sebagai mahasiswa idealnya dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut.

SCCT mengemukakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pemilihan

karier ataupun kematangan perencanaan dalam karier. Faktor tersebut bisa dikatakan

sebagai hambatan ataupun dukungan dalam pemilihan karier seorang individu. Kedua

faktor tersebut adalah faktor kognitive individu dan faktor lingkungan (Lent dkk.,

2002). Variable faktor kognitive individu sendiri adalah Self Efficacy, Outcome

Expectation dan Goal Orientation.

Menurut Betz & Taylor dalam (Lent dkk., 2002) individu yang mempunyai Self

Efficacy rendah akan menghindar untuk membuat keputusan karier dan tetap pada

keraguan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mejia-Smith &

Gushue, (2017), mengatakan bahwa kurangnya efikasi diri seorang individu

menyebabkan individu tersebut sulit untuk menghadapi tugas kariernya. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Ulas & Yildirim, (2019) menunjukkan bahwa hambatan

Karier yang dirasakan mempengaruhi keyakinan/kepercayaan diri (efikasi diri) untuk

membuat keputusan Karier hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan

Dewi, (2017) bahwa self efficacy yang rendah akan mempengaruhi tidak

mampuannya dalam membuat keputusan karier. Ketika seorang individu mempunyai

self efficacy yang rendah maka ia akan lebih sulit untuk menetapkan outcome

expectation dan goal orientation dalam pengambilan keputusan kariernya.


Menurut Lent dkk., (2002) menyatakan bahwa teori SCCT mendefinisikan lingkungan

(kontekstual) secara luas dan mencakup hal-hal seperti pengaruh sosial yang bisa

mendukung maupun menghambat misalnya, orang tua, ras, budaya, gender dan

pengaruh sosial lainnya dalam menentukan pilihan Kariernya. Hal tersebut sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Alissa & Akmal, 2019; Tamari &

Akmal, 2018) rendahnya dukungan kontekstual seperti orangtua, dosen, teman dan

guru akan membuat rendahnya keyakinan individu dalam mengambil keputusan

Karier ataupun adaptabilitas Karier individu.

Sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung bulan Agustus 2020 yang

dimuat dalam situs Lampost.co, jumlah angkatan kerja di Lampung dari 4,49 juta

orang naik sebanyak 127,8 ribu orang. Hal ini sejalan dengan tingkat partisipasi

angkatan kerja (TPAK) yang naik sebesar 1,10 poin. Dalam setahun terakhir, tingkat

pengangguran terbuka (TPT) naik sebesar 0,64 poin. Dilihat dari tingkat pendidikan,

TPT untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) paling tinggi di antara tingkat

pendidikan lain, yaitu 9,21%. Disusul Sekolah Menengah Atas (SMA) di angka

6,97%, universitas 5,51%, diploma 5,29%, dan SMP 3,96%. (Lampost.co 2021,

https://m.lampost.co/berita-disnaker-lampung-buka-program-magang-demi-kurangi-

pengangguran.html, Triyadi Isworo Mar 14, 2021 | 15:19). Hal ini menunjukkan

bahwa masih besarnya tingkat pengangguran di Lampung, yang salah satu bagian

dari tingkat pengangguran tersebut adalah mahasiswa (Universitas).

Berdasarkan penelitian terdahulu terhadap 489 Mahasiswa tingkat akhir Universitas

Lampung menunjukkan bahwa mayoritas partisipan belum memiliki pemahaman

yang utuh akan pentingnya proses perencanaan karier, bahkan mereka belum

memahami secara mendasar dari pentingnya karier bagi kehidupan (Johan Pratama,

2017). Berpegangan dengan hal tersebut bisa dianggap bahwa dalam proses
penuntasan tugas Karier mahasiswa Universitas Lampung mengalami berbagai

hambatan.

Sistuasi diatas menandakan bahwa perencanaan Karier yang kurang matang akan

berdampak pada tidak siapnya mahasiswa untuk memasuki dunia kerja. Lestari &

Rahardjo (2013) menemukan fenomena sarjana yang baru lulus belum

mempertimbangkan kemampuan, minat, dan kepribadiannya dalam memilih suatu

pekerjaan. Fenomena tersebut didukung oleh hasil survey Kasih dan Suganda dalam

Hendayani & Abdullah, (2018) yang menyebutkan bahwa 91% kalangan dunia usaha

beranggapan lulusan perguruan tinggi tidak siap pakai selepas kuliah. Kondisi serupa

terjadi pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

tahun kelulusan 2015. Berdasarkan tracer study ditemukan bahwa jumlah alumni

yang sudah bekerja atau berwirausaha sebanyak 73% dari jumlah responden atau

sejumlah 418 alumni dengan total populasi lulusan sebanyak 1092 orang dan jumlah

alumni yang tidak bekerja saat survey dengan alasan utamanya masih belajar atau

melanjutkan study kuliah profesi atau pascasarjana yaitu sebesar 55%.

Persoalan utama adalah sebagai mahasiswa dari Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan idealnya mahasiswa memiliki fokus Karier yang pasti yaitu menjadi guru

di sekolah. Namun, menjadi guru terutama honorer bukanlah pilihan utama mereka.

Dilansir dari situs jurnalpost.com yang dimuat dalam berita Tantangan baru para

lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan mengungkapkan bahwa:

“Jadi guru itu susah, harus punya orang dalam untuk masuk di sekolah, makanya

banyak yang beralih ke instansi lain”, ujar Budi alumni FKIP UNS 2014

Budi mengaku banting stir ke instansi lain usai putus asa mencari sekolah sebagai

naungan ia mengajar.
Di samping faktor jumlah guru yang masif , minimnya gaji guru untuk para pemula

(honorer) juga mempengaruhi mereka banting stir. Jurnal Post mendata ada sejumlah

alumni yang enggan bekerja sebagai guru karna faktor tersebut. Salah satunya di

utarakan oleh Devi (25), alumnus PGSD UNNES 2013. (Jurnalpost 2017,

https://jurnalpost.com/tantangan-baru-para-lulusan-fakultas-keguruan-dan-ilmu-

pendidikan/3871/, 27 Maret 2017). Hal tersebut menandakan kurang matangnya

perencanaan karier yang dilakukan oleh mahasiswa.

Berdasarkan penelitian diatas memperjelas bahwa hambatan-hambatan yang dirasakan

oleh mahasiswa akan mempengaruhi perencanaan kariernya, maka dalam hal ini

Bimbingan dan Konseling di perguruan tinggi dapat memberikan bantuan sebagai

salah satu kewajibannya.

Kewajiban Bimbingan dan Konseling di perguruan tinggi adalah membantu

mahasiswa untuk mengembangkan dirinya serta mengatasi problem-problem

akademik ataupun problem-problem pribadi dan sosial yang berpengaruh terhadap

perkembangan akademik pada mahasiswa (Asni & Sagita, 2019).

Tujuan pelayanan Bimbingan Konseling pada perguruan tinggi adalah agar

mahasiswa mampu mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya

sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya

sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan

berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang baik padanya, dan

menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini (Nurniswah,

2015). Dengan adanya Bimbingan Konseling di perguruan tinggi mahasiswa akan

menjadi lebih terarah dalam bidang Kariernya.


Bimbingan Karier tersebut sangat membantu mereka dalam mengatasi

kesalahpahaman dalam memilih Karier, dalam memilih jalur studi mereka, dan dalam

mengidentifikasi kekuatan potensial mereka untuk meningkatkan daya saing mereka

guna mendapatkan posisi. Bimbingan Karier yang efektif memberikan pedoman

dengan visi jangka panjang untuk perencanaan Karier, dimana mahasiswa dapat

memperoleh manfaat dengan menyadari potensi mereka yang sebenarnya dalam hidup

(Sun & Yuen, 2012).

Terlihat dari apa yang telah dipaparkan bahwa tujuan bimbingan dan konseling Karier

di perguruan tinggi adalah membantu mahasiswa untuk mengidentifikasi faktor

hambatan apa saja yang menjadi kendala dalam kelulusan mereka agar nanti setelah

lulus dari perguruan tinggi mahasiswa mampu memilih karier, memiliki prospek kerja

yang baik dan sesuai dengan potensi maupun keterampilan mereka. Idealnya

mahasiswa mendapatkan bimbingan dalam menyelesaikan hambatan karier dalam

proses perencanaan kariernya (Freeman dkk., 2017). Proses bimbingan ini tentunya

akan sangat efektif jika faktor – faktor hambatan dalam perencanaan karier dapat

teridentifikasi dengan jelas, sehingga proses bimbingan karier akan tepat guna

membantu mahasiswa untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan karier pada mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pembimbingan kerier mahasiswa akan dapat dilakukan jika
diketahui sumber hambatannya sehingga program BK di perguruan tinggi dapat membuahkan
hasil yang positif. Untuk itu perlu diketahui hambatan-hambatan agar nantinya dapat dibantu
dari sejak dini. Manfaat penelitian ini adalah untuk menemukan hambatan-hambatan karier
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang kemudian
hambatan-hambatan ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun layanan bimbingan
bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Guion, L. A., Diehl, D. C., & McDonald, D. (2011). Conducting an in-depth interview. EDIS,
2011(8).
http://edis.ifas.ufl.edu

Muspawi, M. (2017). Mengelola Perencanaan Karier Staf Dalam Sebuah Organisasi. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 17(2), 103-110.
http://ji.unbari.ac.id

UPT PKK Unila, (2017). Laporan Kegiatan: Tracer Study Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. SUBBAGIAN KEMAHASISWAAN DAN ALUMNI FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG

http://mawa.fkip.unila.ac.id/alumni/

Anda mungkin juga menyukai