PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 untuk mengetahui sifat diri pribadi konselor professional
1.3.2 untuk mengetahui ketrampilan konselor professional
1.3.3 Untuk mengetahui urgeensi perkuliahan pengembangan pribadi dan profesi
konselor
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Keberanian
Sifat ini ditunjukkan melalui kesedian konselor untuk mengakui kesalahan yang dibuat.
Intinya berani mengambil resiko yang telah diperbuat.Contoh : ketika kita melakukan
konseling kita salah dalam memberikan masukan maka kita harus berani mengatakannya
bahwa kita salah dan mencoba membenarkannya
Menjadi model dalam konseling merupakan salah satu cara terbaik untuk mengubah
perilaku konseli. Bertindaklah sesuai dengan harapan sebagai konselor karena kita hanyalah
model. Ciptakanlah suasana yang terbuka,serius,menerima,menghormati serta mengambil
resiko. Contoh :
2.1.3 Kehadiran
Kemampuan untuk hadir bersama konflik dalam konseling merupakan hal penting
konselor hendaknya menyadari bahwa kehadirannya berkaitan dengan rasa sedih,pilu
,perjuangan dan kegembiraan orang lain. Contoh : saat konseli merasa sedih kita
menunjukkan raut muka yang sedih pula,itu menunjukkan bahwa kita hadir dalam
kesedihannya
Minat yang tulus guna menyejahterakan orang lain merupakan hal yang penting pada
diri konselor. Satu cara lain untuk menyatakan kepedulian adalah dengan memberi
kehangatan dan perhatian. Contoh : saat konseli merasa tidak bisa kita bersikap peduli
dengan cara memberinnya motivasi dengan tulus
2
Konselor harus yakin pada apa yang sedang dilakukan nya dan percaya akan proses
terapiutik dalam konseling keeyakinan akan manfaat proses konseling merupakan faktor
penting dalam menuju keberhasilan kegiatan konseling.Contoh : pada saat proses konseling
konselor yakin bahwa ini akan berhasil
2.1.6 Keterbukaan
Keterbukaan konselor bukan berarti menampakan semua aspek diri pada konseli. Jika
konselornya terbuka maka konseli juga akan terbuka. Contoh : konselinya malu untuk
menceritakan masalahnya ,nah konselorlah yang terbuka dengan menceritakan juga
masalahnya walaupun tidak semua.
Keterampilan ini berhubungan dengan keterbukaan jika seorang konselor berharap untuk
bertahan sebagai konselor profesional dia tidak cukup hanya memiliki ego yang rapuh.
Contoh : pada proses konseling konselor harus bisa bertahan dengan kritikan pedas
Pengalaman penggalaman baru itu akan disajikan dalam konseling secara tepat akan
membantu upaya konseli mengatasi masalah yang tengah mereka derita. Contoh : konselor
menndapat pengalaman dan itu sama dengan konselinya nah dia bisa menerapkan pengalaman
itu pada konseli
3
Kekuatan pribadi meliputi kesadaran dan kepercayaan diri konselor akan pengaruh dirinya
terhadap orang lain. Contoh : konselor percaya bahwa omongannya itu member pengaruh
pada konseli
2.1.11 Stamina
Stamina psikologis dan fisik seorang konselor diperlukan dalam langsung kegiatan dan
dinamika kelompok nya seorang konselor dituntut agar menyadari tingkat energinya sendiri.
Contoh : pada saat konseling berlangsung stamina si konselor harus bagus agar konseli tidak
mengalami noise apabila misal kalau si konselor sakit nanti konseli malah fokusnya ke
sakitnya konselor bukan masalahnya sendiri.
Kesadaran diri merupakan titik pangkal dari kesediaan menghadap kan diri dengan
mengevaluasi diri oleh karena itu rangkaian rangkaian kerja konseling selalu mengarah
kepada upaya penciptaan kondisi yang dapat membawa konseling menyadari akan dirinya
sendiri. Contoh : konselor sadar bahwa dia tidak bisa mengatasi masalah yang dihadapi
konseli ini maka ia akan memberikan alternatif yang lain
Rasa humor maksudnya kita memang serius tetapi harus diselingi humor agar
psikologisnya tidak terlalu lelah. Contoh : konselor sesekali memberikan lelucon disaat proses
konseling
Menjalankan konseling dengan ide-ide yang segar merupakan keterampilan penting yang
mencirikan seorang konselor professional. Contoh : konselor yang kreatif
Kemampuan ini akan tampak pada bagaimana seorang konselor meyakini nilai dari proses
konseling nya memantapkan visi yang mengarah pada pemberdayaan konseling dan
4
bagaimana juga iya menghindari perilaku yang bersifat arrogant isi dalam menjalankan
konseling. Contoh : konselor berkomitmen bahwa dia akan menjalankan konseling
Beberapa ketrampilan yang diperlukan oleh seorang konselor sebagai seorang yang memiliki
kompetensi professional itu (Corey& Corey ,2006;Natawidjaja,1987)
Paham apa yang dilakukan konseling ,bukan hanya mendengarkan kata-kata semata,akan
tetapi mencakup penyerapan isi,mencatat gerak-isyarat dan perubahan dalam hal suara
maupun ekspresi. Contoh: konselor harus focus terhadap apa yang dibicarakan konseli jangan
memunculkan noise(gangguan)
2.2.2 Merefleksikan
Suatu kemampuan untuk menyampaikan inti dari apa yang di komunikasi kan konseling
sehingga jelas terlihat. Contoh : konselor dapat menyimpulkan apa yang dihadapi konseli.
2.2.3 Memperjelas
2.2.4 Merangkum
Keterampilan merangkum dapat sangat berguna setelah pemeriksaan awal sesi konseling
ketika proses konseling menjadi terhenti atau terpotong merangkum selalu membantu dalam
memutuskan di mana kegiatan akan dilanjutkan.. Contoh : pada proses konseling konselor
menuls hal2 yang penting sehingga ada catatan ketika proses konseling tehenti dan
dilanjutkan
2.2.5 Memudahkan
Memudahkan konseli dalam segala hal. Tujuannya untuk membantu konseli mencari
tujuannya sendiri. Keterampilan ini membuka komunikasi antara konselor dan konseli dan
5
membantunnya meningkatkan tanggung jawab guna pedoman proses konseling yang
dimaksud. Contoh: memberikan dorongan atau motivasi pada konseli itu akan memudahkan
proses konseling.
2.2.6 Mengempati
Keterampilan ini menuntut seorang konselor agar memiliki ciri tentang perhatian dan
keterbukaan dan juga harus memiliki pengalaman yang luas untuk memberikan layanan guna
beri identifikasi dengan orang lain. Contoh : ketika pada proses konseling konselinya merasa
sedih sbg konselor juga ikut merasakan dan memakai gerakan seperti meenepuk pundak
konseli
2.2.7 Menafsirkan
2.2.8 Menanyakan
2.2.10 Mengonfrontasikan
6
Dalam menghadapi konseling konselor harus satu menantang cara khusus perilaku untuk
memeriksa dan menghindari pelabuhan seseorang membagi bagaimana ia merasakan
mengenai perilaku pribadi. Contoh: konselor harus tau ketika konseli benar2 sedih ,marah
atau berpura-pura
2.2.11 Mendukung
2.2.12 Membatasi
Konselor bertanggung jawab untuk membatasi kegiatan tertentu dari konseling seperti
bertanya menggali menggunting melanggar rahasia orang lain membeberkan rahasia dan lain-
lain keterampilan ini membantu konselor untuk membangun norma dalam konseling dan
merupakan intervensi yang penting selamat tahap awal dari proses konseling. Contoh : pada
saat konseling kalau itu merupakan rahasia orang lain konselor membatasinya.
2.2.13 Menilai(Assessing)
2.2.14 Modeling
Satu cara yang terbaik bagi seorang konselor termasuk pemimpin kelompok dalam
mengajarkan perilaku yang dikehendaki adalah melalui keteladanan hal ini dapat dilakukan
dengan memperlihatkan contoh contoh perilaku melalui tindakan khususnya contoh contoh
perilaku yang positif dan dapat meningkatkan hasrat berkembangnya potensi konseling.
Contoh : konselor tidak berkata kasar konseli pasti menirunya
2.1.15 Menyarankan
7
Para konselor sekolah dapat menawarkan sejumlah saran dalam membantu siswanya atau
konseling nya mengembangkan suatu pilihan materi mengenai berpikir atau bertindak saran-
saran dapat berupa pemberian informasi. Contoh : menyarankan apa yang terbaik bagi konseli
2.1.16 Berinisiatif
Keterampilan ini mencakup kemampuan konselor untuk mendapatkan konseling agar tetap
berpusat pada tujuan pribadinya membantu konseling agar bekerja pada tempatnya. Contoh :
mencari tahu apa apa tentang konseli
2.1.17 Mengevaluasi
2.1.18 Mengakhiri
Konselor harus belajar kapan dan bagaimana mengakhiri kerja baik dengan individu
maupun kelompok. Contoh : konselor menakhirinya dengan bijak ketika masalahnya sudah
selesai.
2.3 Manfaat Perkuliahan Pengembangan Pribadi Dan Profesi Konselor Dalam Membentuk Diri
Konselor Yang Kompeten Dan Handal
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konselor merupakan sebuah profesi, salah satu dasar kerangka teoritik dan
aplikasinya dilandasi pada kualitas pribadi konselor. Tuntutan secara profesi, konselorharus
memiliki kualitas pribadi yang memadai untuk menunjukkan profesionalisme perilaku dan
aktivitasnya. Proses konseling yang merupakan sentral layanan konseling dilakukan sesuai
dengan kaidah profesi dan kode etik yang ditetapkan. Belief system menjadi acuan bagi konselor
untuk menyiapkan diri sebagai konselor yang memiliki kualitas pribadi positif dan mampu
berinteraksi dengan klien dalam sistem nilai yang berbeda. Untuk memfasilitasi kemampuan
konselor dalam memahami konteks nilai dari klien maka diperlukan pendekatan dan
pemahaman kultural. Keragaman budaya yang berimplikasi pada keragaman dan perspektif
nilai merupakan pertimbangan khusus bagi konselor untuk senantiasa bekerja berdasarkan
landasan-landasan moral dan etis.