Anda di halaman 1dari 19

Edufriends

Selasa, 24 Maret 2015


Landasan Bimbingan Konseling

 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah


Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya
tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam
pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan
non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-
faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku
pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat
sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi
yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang
kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula,
dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau
landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan
dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang
dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber,
secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan
bimbingan dan konseling, ada 6, yaitu landasan filosofis, landasan religius, landasan
psikologis, landasan sosial budaya, landasan ilmiah dan teknologis, landasan pedagogis.
B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian dari Landasan Filosofis?
2.    Apa pengertian dari Landasan Religius?
3.    Apa pengertian dari Landasan Psikologis?
4.    Apa pengertian dari Landasan Sosial Budaya?
5.    Apa pengertian dari Landasan Ilmiah dan Teknologi?
6.    Apa pengertian dari Landasan Pedagogis?

C.      Tujuan
1.    Menjelaskan tentang Landasan Fisiolofis.
2.    Menjelaskan tentang Landasan Religius.
3.    Menjelaskan tentang Landasan Psikologi.
4.    Menjelaskan tentang Landasan Sosial Budaya.
5.    Menjelaskan tentang Landasan Ilmiah dan Teknologi.
6.    Menjelaskan tentang Landasan Pedagogis.
  
BAB II
PEMBAHASAN

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di


Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan
konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan
berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran
dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh
diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran
teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam
berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak
para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang
landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa
ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya..
Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan
bimbingan dan konseling selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling
sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan
bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat
pemahaman dan penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling.
Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-
asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan
bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan
dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak
langkah bimbingan dan konseling.

A.      Landasan Filosofis


Kata filosofi atau filsafat berasal dari bahasa Yunani: philos berarti cinta, dan
shopos berarti bijaksana. Jadi filosofis berarti kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan
dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Beberapa pemikiran filosofis yang selalu terkait dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, yaitu tentang hakikat manusia, tujuan, dan tugas kehidupan.
1.    HakikatManusia
Dari berbagai aliran filsafat yang ada, para penulis Barat (Victor Frankl,
Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno dan Erman Amti,
2004:140) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut:
a.    Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu
untuk meningkatkan   perkembangan dirinya.
b.    Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia
berusaha    memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
c.    Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri
khususnya melalui pendidikan.
d.   Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti
upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya
mengontrol keburukan.
e.    Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara
mendalam.
f.     Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia
terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
g.    Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Ada beberapa tambahan menurut Prayitno adalah gambaran yang melengkapi
tentang pendapat Virgina Satir dengan ditambahkannya hal-hal berikut:
·         Manusia adalah makhluk.
·         Manusia adalah makhluk yang tertinggi dan yang termulia derajatnya dan palingindah
diantara segenap makhluk ciptaan Sang Pencipta.
·         Keberadaan manusia dilengkapi dengan empat dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi
keindividualan, kesosilan, kesusilaan, dan keberagaman.
2.    Tujuan dan Tugas Kehidupan
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002) mengemukakan
bahwa ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan 5 kategori, yaitu:
a.    Spiritualitas
Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat. Agama sebagai sumber moral, etika dan
aturan-aturan formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan
kesucian hidup manusia.
b.    Pengaturan diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri (1) rasa diri
berguna, (2) pengendalian diri, (3) pandangan realistik, (4) spontanitas dan kepekaan
emosional, (5) kemampuan rekayasa intelektual, (6) pemecahan masalah, (7) kreatif, (8)
kemampuan berhumor dan, (9) kebugaran jasmani dan kebiasaan hidup sehat.
c.    Bekerja
Untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial yang kesemuanya itu
akan menunjang kehidupan yang sehat bagi diri sendiri dan orang lain.
d.   Persahabatan
Persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu (1) dukungan emosional (2)
dukungan material, dan (3) dukungan informasi.
e.    Cinta
Penelitian Flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2004:144) menemukan
bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar utama bagi
keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia diatas mempunyai
implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling.

B.       Landasan Religius

Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3


hal pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk
tuhan, (2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan
kearah dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan
berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya serta
kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah agama untuk membentuk
perkembangan dan pemecahan masalah individu.
1.    Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi
kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif.
Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada
hal-hal positif.
2.    Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari
sikap keberagamaan. Sikap keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama
itu sendiri, agama harus dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-
nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai
upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
3.    Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan
dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil
keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam konseling yang
dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi memelihara fitrah,
memelihara jiwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.

C.      Landasan Psikologis

Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologi


dalam bimbingan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku
individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Hal ini sangat penting karena bidang
garapanbimbingan konselingadalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku klien yang
perlu dirubah atau dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi atau diinginkan mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaknya.
Psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan sosial. Beberapa teori
tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai rujukan, diantaranya:
1)   Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan biologis dan kultural dalam
perkembangan individu;
2)   Teori dari Freud tentang dorongan seksual;
3)   Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial;
4)   Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif.

Untuk keperluan bimbingan dan konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang
psikologis perlu dikuasai, yaitu tentang:
a.    Motif dan motivasi
Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dengan
demikian suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat
sembarang atau acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motif yang
mendasarinya. Motivasi erat sekali hubungannya dengan perhatian.
b.    Pembawaan dan lingkungan
Pembawaan dan lingkungan masing-masing individu tidaklah sama. Ada
pembawaan yang tinggi, sedang, kurang, dan bahkan kurang sekali. Demikian juga
dengan lingkingan, ada individu yang lingkungannya sanat baik, ada pula yang sedang-
sedang saja dan pula yang lingkungannya berkurangan. Keadaan yang ideal adalah
apabila seseorang memiliki sekaligus pembawaan dan lingkungan yang bagus.
c.    Perkembangan individu
Dalam perkembangan individu konselor harus memahami secara terpadu kondisi
berbagai aspek perkembangan individu pada saat pelayanan bimbingan dan konseling
yang diberikan, juga harus dapat melihat arah perkembangan individu itu dimasa
depannya.
d.   Belajar, Balikan dan Penguatan
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia
belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu yang
baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun
psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat
belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari kematangan atau pun
hasil belajar sebelumnya.
Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa
teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori Belajar
Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan (3)
Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif
konstruktivisme.
e.    Kepribadian
Abin Syamsuddin, 2003 (dalam artikel Akhmad Sudrajat, 2008)  mengemukakan
tentang aspek-aspek kepribadian, yang mencakup:
a.    Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya
dalam memegang pendirian atau pendapat.
b.    Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
c.    Sikap sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
d.   Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
e.    Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan,
atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
f.     Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal.
Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi
dengan orang lain.
Upaya konselor dalam landasan ini adalah adanya perubahan tingkah laku klien, baik
dalam mengatasi masalahnya ataupun tujuan yang ingin dicapainya dengan
pemahaman tingkah laku yang jadi sasaran pelayanan memiliki latar belakang yang
berbeda. Konselor harus bisa memahami tingkah laku individu, motif dan motifasi,
pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan dan penguatan
serta keprbadiannya.

D.      Landasan Sosial Budaya


Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup seorang diri. Dimanapun dan
bagaimana pun manusia hidup selalu membentuk kelompok hidup terdiri dari
sejumlah anggota guna menjamin baik keselamatan, perkembangan, maupun
keturunan. Dalam kehidupan berkelompok itu, manusia harus mengembangkan
ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota
demi ketertiban pergaulan sosial mereka.
1.    Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya. MC Daniel memandang setiap
anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga
tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut. Tolbert memandang bahwa organisasi sosial, lembaga
keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan masyarakat secara
menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap, kesempatan dan pola
hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh organisasi dan budaya
lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan dan dipikirkan oleh
individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya, tujuan-tujuan dan jenis-jenis
pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan kelompok-kelompok yang dimasukinya.
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan aspek sosial budaya dalam
pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih efektif.
2.    Bimbingan dan Konseling antarbudaya.
Sesuai dengan dimensi kesosialanya, individu-individu saling berkomunikasi dan
menyesuaikan diri. Komunikasi dan penyesuaian diri antar individu yang berasal dari
latar belakang budaya yang sama cenderung lebih mudah dari pada antar mereka yang
berasal dari latar belakang yang berbeda. Konselor diharapkan akan berhasil dalam
menyelenggarakan konseling antarbudaya adalah mereka yang telah mengembangkan
tiga dimensi kemampuan, yaitu dimensi keyakinan, sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan klien antarbudaya yang akan dilayani.

E.       Landasan Ilmiah dan Teknologis


Pelayanan bimbingan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya,
maupun pengemban-pengemban pelayanan itu secara berkelanjutan.
1.    Keilmuan bimbingan dan konseling
Ilmu sering juga disebut ilmu pengetahuan, merupakan sejumlah pngetahuan yang
disusun secara logis dan sistematik. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui melalui
panca indera dan pengelolaan oleh daya pikir. Dengan demikian ilmu bimbingan dan
konseling adalah berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang
tersusun secara logis dan sistematis. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu
bimbingan dan konseling mempunyai objek kajiannya sendiri, metode penggalian
pengetahuan yang menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.`
Objek kajian bimbingan dan konseling adalah upaya bantuan yang diberikan
individu kepada individu yang mengacu kepada empat fungsi pelayanan tersebut yang
terdahulu (fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan/ pengembaan).
Metode seperti wawancara, pengamatan analisis dokumen. Sistematika pemberian
makna dan arti itu harus dilakukan secara logis dan mapan. Paparan melalui laporan
hasil penelitian, buku teks, dan tulisan ilmiah lainnya mengenai objek kajian
bimbingan konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
2.    Peran ilmu lain dan teknologi dalam bimbingan dan konseling
Ada banyak ilmu lain yang berperang dan menyumbang kepada bimbingan
konseling, mulai dari psikologi, ilmu pendidikan, ilmu sosiologi, gabungan antara
sosiologi dan ilmu ekonomi, gabungan antara ilmu sosiologi, antropologidan
kebudayaan. Begitu juga ilmu kemasyatakatan, ilmu lingkungan, ilmu hukum, ilmu
agama dan adat istiadat memberikan pemahaman tentang nilai dan norma yang harus
diperoleh individu dalam menjalani kehidupannya dimasyarakat, ilmu statistik dan
ilmu biologi pun juga turut menyumbangkan kepada bimbingan konseling. Hal itu
semua sangat penting bagi teori dan praktek bimbingan konseling. Salah satu ilmu
teknologi yang berkembang amat cepat dewasa ini, yaitu komputer yang secara
langsung dimanfaatkan dalam pelayanan bimbingan konseling.
3.    Pengembangan bimbingan dan konseling melalui penelitian
Pengembangan praktek pelayanan bimbingan dan konseling, tidak boleh tidak harus
melalui penelitian, bahkan kalau dapat penelitian yang bersifat eksperimen. Dengan
demikian melalui penelitian suatu teori dan praktek bimbingan dan konseling
menemukan pembuktian tentang ketepatan dan/ atau keefektifan/ koefesiennya di
lapangan.

F.       Landasan Pedagogis


Pada bagian ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan konseling
dari tiga segi, yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai lebih lanjut
sebagai inti tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
1.    Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu: bimbingan dan konseling
merupakan bentuk upaya pendidikan.
Manurut Undang-Undang no. 2/ 1989 tentang sistem pendidikan nasional
menetapkan pengertian pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
dimasa yang akan datang. Dalam pengertian pendidikan tersebut, secara eksplisif,
disebutkan bimbingan sebagai salah satu bentuk upaya pendidikan. Oleh karena itu
segenap pembicaraan kita tentang bimbingan (dan konseling) tidak boleh lepas dari
pengertian pendidikan yang telah dirumuskan secara praktis itu, dengan demikian
pelayanan bimbingan dan konseling harus terkandung komponen-komponen tersebut,
yaitu:
a.    Merupakan usaha sadar.
b.    Menyiapkan peserta didik (dalam hal ini klien).
c.    Untuk peranannya dimasa yang akan datang (dalam hal ini diwujudkan melalui
tujuan-tujuan bimbingan dan konseling).
2.    Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling
Proses pendidikan melalui bimbingan, pengajaran dan atau latihan. Ciri yang
menandai berlangsungnya tiga upaya itu yaitu:
a.    Peserta didik yang terlibat didalamnya menjalani proses belajar.
b.    Kegiatan tersebut bersifat normative.
Apabila kedua ciri ini tidak ada maka upaya yang dilakukan itu tidak dapat
dikatakan pendidikan. Barang kali ada kegiatan-kegiatan yang dinamakan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan, tetapi apabila didalamnya tidak tergantung unsur-unsur
belajar dan norma-norma positif yang berlaku, maka kegiatan itu tidak dapat
digolongkan kedalam upaya pendidikan.
3.      Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan pendidikan bimbingan dan konseling.
Pendidikan merupakan upaya berkelanjutan. Apabila suatu kegiatan atau program
pendidikan selesai, individu tidak hanya berhenti disana. Ia maju terus dengan
kegiatan dan program pendidikan lainnya. Demikian pula dengan hasil bimbingan dan
konseling hasil pelayanan itu tidak hanya berhenti sampai pada pencapaian hasil saja.
Melainkan perlu dilanjutkan untuk mencapai hasil-hasil berikutnya.
RANGKUMAN
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan
pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan
dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.
Dalam landasan religius Bimbingan dan Konseling diperlukan penekanan pada 3 hal
pokok, yaitu; (1) Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan,
(2) Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama, dan (3) Upaya yang memungkinkan
berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal.
Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Keadaan
yang ideal adalah apabila seseorang memiliki sekaligus pembawaan dan lingkungan
yang bagus. Dalam kehidupan berkelompok itu, manusia harus mengembangkan
ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban masing-masing individu sebagai anggota
demi ketertiban pergaulan sosial mereka. Pelayanan bimbingan konseling merupakan
kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori-
teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun pengemban-pengemban pelayanan itu
secara berkelanjutan.
Pada bagian ini pendidikan akan ditinjau sebagai landasan bimbingan dan konseling
dari tiga segi, yaitu pendidikan sebagai upaya pengembangan manusia dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan, pendidikan sebagai lebih lanjut
sebagai inti tujuan pelayanan bimbingan dan konseling.
Tes Formatif
1.        Kata filosofi berasal dari kata yunani yang berarti...
a.    Persahabatan
b.    Kesenangan
c.    Pengaturan diri
d.   Pemikiran
e.    Cinta

2.        Manusia dapat belajar mengatasi masalah, merupakan salah satu definisi tentang...
a.    Hakekat manusia
b.    Tujuan manusia
c.    Tugas kehidupan
d.   Pembawaan
e.    Pengembangan

3.        Pengaturan diri, merupakan bagian dari pemikiran filosofis yang selalu terkait dalam
pelayanan bimbingan dan konseling yaitu...
a.    Hakekat manusiaa
b.    Tujuan kehidupan
c.    Tugas kehidupan
d.   Pembawaan
e.    Pengembangan

4.        Salah satu hal pokok yang harus ditekankan tentang landasan religius bagi layanan
bimbingan dan konseling adalah...
a.    Berusaha terus menerus perkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri]
b.    Membawa mental fisik tertentu
c.    Memahami kepribadian klien
d.   Keyakinan manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk tuhan
e.    Menjadi potensi diri yang lebih baik

5.        Landasan pendagogis menyatakan bahwa...


a.    Konselor harus bekerja secara cermat dan bijaksana
b.    Pendidikan dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan
c.    Pelayanan bimbingan konseling merupakan kegiatan provesional yang memiliki dasar-
dasar keilmuan
d.   Manusia tidak dapat hidup seorang diri
e.    Proses pendidikan menekankan kegiatan belajar mengajarkan sifat normatif

6.        Dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku adalah pengertian dari...
a.    Motif
b.    Motifasi
c.    Pembawaan
d.   Kepribadian
e.    Penguatan

7.        Dibawah ini merupakan salah satu fungsi dari objek kajian bimbingan dan konseling
adalah...
a.    Peranan pendidikan
b.    Pengetahuan
c.    belajaran
d.   pengajaran
e.    pemahaman

8.        Undang-undang yang menetapkan pengertian pendidikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapka peserta didi kmelalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan
bagi peranannya dimasa yang akan datang adalah...
a.    Undang-Undang no.2 tahun 1989
b.    Undang-Undang no.2 tahun 1998
c.    Undang-Undang no.2 tahun 1898
d.   Undang-Undang no.2 tahun 1878
e.    Undang-Undang no.2 tahun 1978

9.        Pendidikan sebagai inti proses bimbingan konseling, berlangsungnya proses


pendidikan tersebut harus melalui tiga upaya. Salah satunya adalah...
a.    Pemahaman
b.    Pencegahan
c.    Pengajaran
d.   Pengembangan
e.    Pengentasan

10.    Setiap anak sejak lahir harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tetapi
tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan budaya menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut.pendapat ini dikemukakan oleh...
a.    Adler (1954)
b.    Jung (1958)
c.    McDaniel (1956)
d.   Prayitno (1987)
e.    Jones (1951)

Essay
1.        Sebutkan ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat dalam lima kategori tuhas kehidupan !
2.        Jelaskan tiga hal pokok yang perlu ditekankan pada landasan religius layanan
bimbingan dan konseling !
3.        Jelaskan secara sederhana yang batasan tentang tingkah laku !
4.        Apakah yang dimaksud dengan motif ?
5.        Sebutkan ciri yang menandai berlangsungnya tiga upaya pada proses pendidikan !

KUNCI JAWABAN
Tes Formatif
1.        C
2.        A
3.        C
4.        D
5.        B
6.        A
7.        E
8.        A
9.        C
10.    C

Essay
1.    Ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat dalam lima ketegori tugas kehidupan, yaitu:
a)         Tugas kehidupan 1 : Spiritualitas
Agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat. Agama sebgai sumber moral, etika, dan
aturan-aturan formal berfungsi untuk melindungi dan melestarikan kebenaran dan
kesucian hidup manusia. Pada dasarnya agama memang mencari kedamaian,
mengharapkan bimbingan diri dan mengadakan kontak dengan kekuatan yang
menguasai alam semesta melalui sembahyang, meditasi, dzikir, dan upacara
keagamaan lainnya.
b)        Tugas kehidupan 2 : Pengaturan Diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat sejumlah ciri,
termasuk rasa diri berguna, pengendalian diir, pandangan realistik, spontanitas dan
kepekaa emosional, kemampuan rekayasa intelektual, pemecahan masalah, dan
kreatifitas, kemmapuan berhumor, kebugaran jasmani, dan kebiasaan hidup sehat.
Dengan demikian, seseorang akan mampu mengkoordinasikan hidupnya dengan pola
tingkah laku yang bertujuan, tidak sekedar acak ataupun seadanya, melalui
pengarahan, pengendalian, dan pengelolaan diri sendiri demi peningkatan dirinya
seusai dnegna norma-norma yang berlaku dimasyarakat luas.
c)        Tugas kehidupan 3 : Bekerja
Dengan bekerja, seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis (termausk sumber
keuangan untuk memenuhi kebutuhan sendiri sehari-hari untuk mengejar sukses yang
lebih tinggi dan untuk modal bagi pemanfaatan penggunaan waktu senggang, rekreasi,
dan pemeliharaan kesehatan), keuntungan psikologis (menimbulkan rasa percaya diri
pengendalian, dan perwujudan diri, merasa berguna), dan keuntungan sosial )
merupakan tempat bertemu dengan ornag lain yang memiliki status dan pershabatan).
d)       Tugas kehidupan 4 : Persahabatan
Persahabatan merupakan hubungan sosial, baik anatar individu maupun dalam
masyarakat secara lebih luas, yang tidak melibatkan unsur-unsur perkawinan dan
keterikatan ekonomis.
e)        Tugas kehidupan 5 : Cinta
Dengan cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat intim,
saling mempercayai, saling terbuka, saling bekerjasama, dan saling memberikan
komitmen yang kuat. Penelitian flaganan (1978) mengungkapkan bahwa pasangan
hidup (suami istri), anak dan teman-teman merupakan tiga pilar paling utama bagi
keseluruhan penciptaan kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan.
Perkawinan dan persahabatan secara signifikan menyumbang pada kebahagiaan
hidup.

2.    Pada landasan religius layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal
pokok, yaitu :
a)        Keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah makhluk Tuhan
b)        Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah
dan sesuai dengan kaidah-kaidah agama
c)        Upaya untuk memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal
suasana dan perangkat budaya ( termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi ) serta
kemasyarakatan yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu
perkembangan dan pemecahan masalah individu.
3.    Secara sederhana dapat diberi batasan bahwa tingkah laku adalah gerak hidup
individu yang dapat dirumuskan dalam bentuk kata kerja
4.    Motif adalah dorongan yang menggerakkan seseorang bertingkah laku.
5.    Ciri yang menandai berlangsungnya tiga upaya pada proses pendidikan, yaitu:
a)    peserta didik yang terlihat didalamnya menjalani proses belajar
b)   kegiatan tersebut bersifat normative

  
 BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Landasan bimbingan dan konseling ada enam landasan, yaitu landasan filisofis,
landasan religious, landasan psikologis, landasan social budaya, landasan ilmiah dan
teknologi, landasan pendagogi.
Landasan filosofis mengemukakan bahwa konselor harus bukerja secara cermat,
bijaksana, dan terkait dengan hakikat manusia dan tujuan hidup manusia. Landasan
religius mengajarkan bahwa bimbingan dan konseling harus berlandasan agama,
landasan psikologis memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu, landasan
social budaya adalah bimbingan kepada seluruh rakyat Indonesia dengan kebhinekaan
budayanya, landasan ilmiah dan teknologi membicarakan tentang sifat keilmuan
bimbingan dan konseling. Landasan pedagogis mengemukakan bahwa pendidikan
dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Bimbingan konseling adalah bentuk kegiatan pendidikan, proses bimbingan
konseling adalah proses pendidikan yang menekankan kegiatan belajar mengajar dan
sifat normatif.

B.       Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut, saran yang dapat saya berikan adalah perlunya
pemahaman yang lebih mendalam terhadap landasan-landasan bimbingan dan
konseling.
DAFTAR
PUSTAKA

Choinul
Anam,
(1986),
Psikologi Anak Luar Biasa, Yogyakarta: BPI.
Depdikbud, (1996), Pedoman Bimbingan dan Penyulihan di SD, Jakarta, Depdikbud.
Elizabeth B. Hurlock, (1978), Perkembangan Anak, Jakarta, Erlangga.
Gerald Cory, (1988), Konseling dan Psikotropi, Bandung: Erisco.
Hendyat Soetopo, (1983), Keunikan Intelegensi Manusia, Surabaya: Printing Surabaya.
HM. Arifin, (1979), Bimbingan Penyulihan Agama, Jakarta, Bulan Bintang.
Kojat Sudiatmaja, (2007), Buku Ajar Bimbingan di SD, Bandar Lampung: FKIP Unila.
, (2008), Buku Ajar Perkembangan Belajar Peserta Didik, Bandar Lampung: FKIP
Unila.
M.D, Dahlan, (1985), Beberapa Pendekatan dalam Konseling, Bandung: Diponegoro.
, (1987), Keterampilan Konseling, Bandung: Diponegoro.
Muhamad Surya, (1988), Dasar-dasar Penyuluhan, Jakarta: Depdikbud.
Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Depdikbud.
Oemar Hamlik, (2005), Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito.
Prayitno, (1987), Profesional Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta: Depdikbud.
Rachman Natawijaya, (1979), Bimbingan dan Penyuluhan, Jakarta: Depdikbud.
Rocman Natawidjaja, (1987), Penyuluhan Kelompok 1, Bandung: Diponegoro.
Rosjidan, (1994), Pendekatan-pendekatan Modern dalam Konseling, Malang: FKIP.
Diposting oleh Edufriends di 06.14
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Edufriends
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼  2015 (1)
o ▼  Maret (1)
 Landasan Bimbingan Konseling

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai