Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING

“Landasan Landasan Bimbingan Konseling”

Disusun oleh :
1. Asti Amalina Puspitaningrum K3515028
2. Firmansyah Nur Utomo K3515024
3. Herman Sanjaya K3515028

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

©2017
MAKALAH
BIMBINGAN KONSELING

“Landasan Landasan Bimbingan Konseling”

Disusun oleh :
1. Asti Amalina Puspitaningrum K3515028
2. Firmansyah Nur Utomo K3515024
3. Herman Sanjaya K3515028

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

©2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar mengenai Makalah “Landasan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah” dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya. Kami
berterima kasih pada Bapak Agus Tri Susilo, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan mengenai bimbingan dan konseling. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat, apabila ada kurangnya
kami selaku penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................


DAFTAR ISI ........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................
1.2. Rumusan Masalah .............................................................
1.3. Tujuan................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Landasan Bimbingan Konseling
2.2. Penerapan Landasan Bimbingan Konseling dalam
Kegiatan Bimbingan Konseling ........................................

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan........................................................................
3.2. Saran ..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan
bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus
berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-
hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas
dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik
dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa
dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan,
khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Agar aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak
dalam berbagai bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak,
khususnya pihak para penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan
penguasaan tentang landasan bimbingan dan konseling khususnya oleh para
konselor tampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya..
Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam
layanan bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan
dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru
tentang layanan bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan
erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor.tentang landasan
bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan
konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang
seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang
landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan
ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap
gerak langkah bimbingan dan konseling.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang Masalah, maka Penyusun menyimpulkan
beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa saja landasan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana penerapan landasan-landasan tersebut dalam kegiatan
bimbingan dan konseling?

1.3. Tujuan
Penulisan makalah ini mempunyai beberaqpa tujuan yaitu:
1. Mengetahui landasan yang digunakan dalam bimbingan konseling.
2. Menerapkan landasan-landasan dalam kegiatan bimbingan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Bimbingan Konseling


Landasan dalam bimbingan konseling merupakan faktor penting yang
harus diperhatikan dan diperhatikan sebelum melaksanakan layanan bimbingan
konseling. Apabila tidak ada landasan yang kuat, akan mengakibatkan layanan
bimbingan konseling kurang maksimal.
Berikut adalah landasan bimbingan konseling:
1. Landasan Filosofis
Dalam bahasa yunani kata filosofis berarti filisofia yaitu kata majemuk
yang terdiri atas filo(philos) yang artinya cinta dan sofia(shopos) yang artinya
kebijaksanaan. Jadi filsafat itu artinya cinta kepada kebijaksanaan atau ingin
mengerti sesuatu dengan mendalam.
Untuk mempelajari filsafat, tidak hanya sebatas memikirkan sesuatu
sebagai perwujudan hasrat atau untuk mengetahui sesuatu. Melainkan filsafat
mempunyai fungsi dalam kehidupan manusia yaitu:
1) Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan
2) Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
3) Berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik
4) Untuk menghadapi banyak kesimpangsiuran dari dunia yang selalu
berubah.

Para penulis barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson
dan Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat
manusia yaitu:
 Manusia adalah makhluk rasional
 Manusia berusaha terus menerus memperkembangkan dan menjadikan
dirinya sendiri
 Manusia dilahirkan dengan menjadi potensi lebih baik dan buruk
 Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis, dan spiriual
 Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya
 Manusia adalah unik
 Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk
membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perilaku kehidupannya
sendiri.

Menurut Witner dan Sweeney (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2002)
mengemukakan bahwa ciri ciri kehidupan yang sehat yaitu memiliki tujuan
kehidupan sebagai berikut:
1. Agama
Agama sebagai sumber inti dari hidup sehat, agama sebagai sumber moral,
etika dan aturan-aturan formal berfungsu untukmelindungi dan
melestarikan kebenaran dan kesucian kehidupan manusia
2. Pengaturan Diri
Seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya mempunyai ciri
ciri yaitu rasa diri berguna, pengendalian diri, pandangan realistik,
spontanitas dan kepekaan emosional, kemampuan rekayasa intelektual,
pemecahan masalah, kreatif, kemampuan berhumor dan kebugaran
jasmani.
3. Bekerja
Bekerja untuk mendapatkan pendapatana termasuk salah satu pendukung
untuk menunjang kehidupan yang sehat.
4. Persahabatan
Persahabatan mempunyai 3 keutamaan dalam hidup yaitu dukungan
emosional, dukungan material dan dukungan informasi.
5. Cinta
Penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti 2004:14)
menemukan bahwa pasangan hidup, keluarga dan teman merupakan tiga
pilar utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia,

2. Landasan Psikologis
Landasan Psikologis merupakan landasann yang dapat memberikan
pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadu sasaran layanan
(klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi
yang perlu dikuasai oleh komselor adalah sebagai berikut:
a. Motif dan Motivasi
Motif dan motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan
seseorang baik motif primer seperti rasa lapar, bernafas maupun motif sekunder
yaitu rekreasi dan memperoleh pengetahuan. Selanjutnya motif tersebut diaktifkan
dan digerakkan baik dari dalam individu maupun dari individu menjadi bentuk
perilaku instrumental atau aktifitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.
b. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang
membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu
3.psikofisik, kecerdasan dan kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya
bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan
mewujudkannya bergantung dalam lingkungan,
c. Perkembangan Individu
Perkembangan individu berkenaan dengan proses tumbuh dan
berkembangnya individu dari lahir sampai akhir hayatnya.
d. Belajar
Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi.
Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat
mempertahankan dan mengembangkan dirinya.
e. Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi dinnamis dalam diri individu sebagai sistem
psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri.

3. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapatt memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu
pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial bidaya dimana ia hidup. Sejak
lahir, individu sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola
perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnta. Kegagalan
dalam memenuhi tuntutan sosial budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari
lingkungannya. Lingkungan sosial budaya yang melatarbelakangu dan melingkupi
individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses
pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Sejak tahun 1980an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam
bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah
banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan
konseling pendidikan. Moh Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan
perkembangan teknologi komputer, interaksi antara konselor dengan klien tidak
hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dapat dilakukan melalui
hubungan secar virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”.
Dikemukakan pula bahwa pekembangan dalam bidang teknologi komunikasi
memuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penugasan teknologi dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling.

Berkenaan dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks


Indonesia, Prayitno (2003) memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan
menambahkan beberapa landasan yaitu:
1. Landasan Pedagogis
Landasan Pedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari
tiga segi yaitu :
a. Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu dan bimbingan
merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memanusiakan manusia. Seseorang hanya
akan dapat menjadi manusia sesuai dengan tuntutan budata hanya melalui
pendidikan. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan mampu mengembangkan
dimensi keindividualnya, kesosialannya, dan keberagamannya.
b. Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh
klien-kliennya. Dalam konseling, klien mempelajari keterampilan dalam
pengambilan keputusan, pemecahan masalah, tingkah laku tindakan, serta sikap-
sikap baru. Dengan belajar, klien memperoleh berbagai hal yang baru bagi dirinya
dan klien bisa berkembang.
c. Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan layanan bimbungan dan
konseling
Bimbingan dan Konseling disamping memperkuat tujuan pendidikan juga
menunjang proses pendidikan pada umumnya, hal itu dapat dimengerti karena
program bimbingan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu,
khususnya yang menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, kematangan
personal dan emosional serta kematangan sosial. Semuanya untuk peserta didik
jenjang SD sampai SMA. Hasil hasil bimbingan konseling pada kawasan itu
menunjang keberhasilan pendidikan pada umumnya.

2. Landasan Religius
Dalam landasan religius, Bimbingan dan konseling diperlukan penekanan
dalam 3 hal pokok yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk tuhan
Manusia adalah makhluk tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-
sisi kemanusiaan tersebut tidak boleh dibiarkan adar tidak mengarah pada hal yang
negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan
tersebut pada hal-hal positif
b. Sikap Keberagaman
Agama yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat
menjadi isi dari sikap keberagaman, sikap keberagaman tersebut pertama
difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus dupandang sebagai pedoman
penting dalam hidup, nilai nilainya harus diresapi dan diamalkan. Kedua yaitu
menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari penyeimbang kehidupan
duna akhirat.
c. Peranan Agama
Pemanfaatan unsur unsur agama hendaknya dilakukan secara wajar, tidak
dipaksakan dan tepat menempatkan klien sebagai seorang yang bebas dan berhak
mengambil keputusan sendiri sehingga agama dapat berperan positif dalam
konseling yang dilakukan agama sebagai pedoman hidup ia memiliki fungsi
memelihara fitrah, memelihara jiwa, memelihara akal, dan memelihara keturunan.

3. Landasan Konseptual
Secara konseptual ada tiga wilayah layanan yang secara terpisah sesuai
dengan tujuan dan disiplin tugas pelaksananya dalam pelaksanaan formal yaitu:
1) Wilayah pembelajaran bidang studi yang ditujukan kepada penugasan
kompetensi oleh siswa dilaksanakan oleh guru budang studi atau mata
pelajaran.
2) Wilayah manajemen dan supervisi yang ditunjukkan kepada terlaksananya
kegiatan pendidikan secara profesional dan berkualitas dilaksanakan oleh
pimpinan sekolah.
3) Wilayah pembinaan dan pembimbingan siswa yang ditujukkan kearah
kemandirian siswa, dilaksanakan oleh guru bimbingan dan konseling.
Selanjutnya dalam pelaksanaan pendidikan formal dengan tiga wilayah
layanan tersebut terdapat wilayah tugas yang bersifat komplementer antara guru
bidang studi dan guru bimbingan konseling yang memberi ruang kerjasama antara
gurubidang studi dan guru bk dalam mengarahkan perkembangan setiap peserta
didik kearah perkembangan optimum. Wilayah komplementalitas pelayanan antara
guru bidang studi dan guru bk yaitu:
a. Pemenuhan standar kemandirian peserta didik
Perwujudan diri secara akademik, vokasional, sosial dan personal melalui
bimbingan konseling yang memandirikan
b. Pemenuhan standar kompetensi lulusan
Penumbuhan karakter yang kuat serta penugasan hard skills dan soft skills
melalui pembelajaran yang mendidik.

4. Landasan Yuridis-formal
Landasan ini berkenaan denga berbagau peraturan dan peundang-
undangan yang berlaku di indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan
konseling yang bersumber dar UUD, UU, Peraturan pemerintah, keputusan menteri
serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di indonesia. Beberapa keputusan yang terbaru yaitu:
a. Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006
Tentang standar isi untuk satuan pendidikan darar dan menengah yang
memuat “pengembangan diri peserta didik dalam struktur KTSP difasilitasi
dan/atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga kependidikan.
b. Keputusan Dirjen PMPTK tahun 2007
Tentang “Rambu rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam
jalur pendidikan formal” yang berisi paduan penyelenggaraan bimbingan dan
konselin di jalur pendidikan formal
c. Peraturan Pemerintah No. 74 tahunn 2008
Tenang guru, Bab III pasal 15 menyatakan bahwa salah satu persyaratan
bagi pendidik yang telah menyandang sertifikat pendidik untuk memperoleh
tunjangan profesi adalah apabila pendidik bersangkutan “..melaksanakan tugas
sebagai guru bimbingan konseling atau kon-selor sesuai beban tugas guru
bimbingan dan konseling atau konselor”(butir 3-f)
d. Peraturan Menteri Pendidikan Naisonal Nomor 27 tahun 2008
Tentang “Standar Kualifikasi akademik dan kompetensi konselor” yang
menyatakan bahwa Untuk dapat diangkatsebagai konselor, seseorang wajib
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku
secara nasional (pasal 1, ayat 1) .
2.2. Penerapan Landasan Bimbingan Konseling dalam Kegiatan
Bimbingan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang


memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya.
Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis
dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam
bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Konselor dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling harus
mempunyai prinsip atau pedoman yaitu:
 Objective Viewing
Dalam hal ini, konselor membantu klien agar memperoleh suatu perspektif
tentang masalah khusus yang sedang dialaminya, dan membantunya untuk menilai
dan mengkaji bebrapa alternatif atau strategi kegiatan yang memungkinkan klien
mampu merespon secara interes, minat, atau keinginannya secara konstruktif.
Seseorang akan berada dalam dilema apabila dia merasa tidak mempunyai pilihan.
 The Counselor must have the best interest of the client at heart
Dalam hal ini, konselor harus merasa puas dalam membantu klien
mengatasi masalahnya. Konselor menggunakan keterampilannya untuk membaantu
klien dalam upaya mengembangkan keterampilan klien dalam mengatasi masalah
dan keterampilan hidupnya.

Konselor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang semua


landasan bimbingan konseling agar memiliki pedoman yang akurat dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien kearah kehidupan
yang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dimiliki oleh klien.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling harus dibangun di atas landasan yang kuat.
Karena landasan bimbingan dan konseling yang kuat merupakan tumpuan untuk
terciptanya layanan bimbingan dan konseling yang dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan.

Landasan bimbingan dan konseling meliputi :landasan filosofis, landasan


psikologis, landasasn sosial budaya, landasan ilmu pengetahuan dan teknologi,
landasan pedagogis, landasan religius, landasan konseptual, landasan yuridis-
formal.

Konselor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang semua


landasan bimbingan konseling agar memiliki pedoman yang akurat dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien kearah kehidupan
yang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dimiliki oleh klien.

3.2. Saran
Penerapan landasan -landasan pelaksanaan bimbingan dan konseling
sebaiknya tidak hanya dipahami secara teori saja melaikan dengan kegiatan praktek
bimbingan dan konseling juga harus dimaksimalkan lagi supaya layanan menjadi
lebih baik untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA

Sutarno, 2009.Bimbingan dan Konseling.Surakarta. Yuma Pustaka

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/landasan-bimbingan-dan-
konseling/ diunduh pada 28 Maret 2017 pukul 09.00

http://dianasusanto.blogspot.com/2013/12/makalah-landasan-dan-bimbingan-
konseling.html diunduh pada 28 Maret 2017 pukul 09.00

http://ichasugiarto.blogspot.com/2012/02/makalah-landasan-bimbingan-dan.html
diunduh pada 28 Maret 2017 pukul 09.00
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai