Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Prinsip-prinsip dan Etika dalam Konseling”


Matkul: Ketrampilan Dasar Konseling
Dosen Pengampu: Ayu Siska Tri Mayasari, M. Pd.

Disusun Oleh:
1. Reska Dwi Saputra (2101000099)
2. Wildan Ma’ruf Asrori (2101000106)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
NAHDLATUL ULAMA TEGAL 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji tetap kita ucapkan kepada kehadirat ALLAH SWT,
terutama rasa syukur karena kita telah diberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kami bisa membuat makalah tentang “PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA
DALAM KONSELING” dalam matukl “KETRAMPILAN DASAR KONSELOR”.
Sholawat serta salam tetap kita haturkan kepada nabi Muhammad SAW sang
penerang dan pemeberi syafaat kelak di hari akhir kelak, dan semoga kita semua
termasuk dalam umat yang disafaati oleh beliau.
Kami ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam membuat makalah ini, mungkin bila tidak ada yang
membantu pastilah makalah ini belum selesai tepat waktu.
Semoga makalah yang telah jadi ini bisa dibaca dengan jelas, mudah
dipahami, dan dipergunakan semestinya, sekian dan terimaksih.

Lebaksiu, 24 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Prinsip-prinsip Konseling..........................................................................3
B. Etika Dalam Konseling..............................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan
dan berpikir, manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk
lain dalam pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu
memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri
sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap pontensi tanpa menimbulkan konflik
dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka
diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai
perkembangan yang sehat didalam lingkungannya. (Nur Ihsan, 2006:1).
Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan
berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya
secara optimal, baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotorik
dalam segala aspek kehidupan. Salah satu upaya pendidikan adalah pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah yang memandirikan.1
Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam
pelayanan bimbingan konseling prinsip-prinsip pada umumnya berkenaan
dengan sasaran pelayanan, masalah konseli, tujuan dan proses penanganan
masalah, program pelayanan, dan penyelenggaraan pelayanan. Manusia adalah
mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan berpikir, mausia
juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam
pekembanganya.
Disekolah, gerakan atau program bimbingan dan konseling sangat
diperlukan karena dengan adanya bimbingan dan koseling dapat membantu
siswa dalam mencapai standar dan kemampuan profesional dan akademik
siswa. Disamping itu dalam program bimbingan dan konseling selain
memberikan pelayanan, program bimbingan dan koseling juga memiliki
prinsip-prinsip yang terkait dengan bimbingan dan konseling.
1
Anwar Sutoyo Sigit Hariyadi, DYP Sugiharto, “Bimbingan Kelompok Teknik Biblio-Counseling
Berbasis Cerita Rakyat Untuk Mengembangkan Kecerdasan Intrapersonal Siswa Smp”, Jurnal
Bimbingan Konseling, Vol. 3 No. 2 (2014), hal. 98, https://doi.org/10.15294/jubk.v3i2.4613.

iv
Konselor merupakan salah satu bagian dalam system pendidikan yakni
sistem tenaga pendidik. Sebagai bagian dari suatu sistem maka tidak bisa
dilepaskan dari mekanisme keterkaitan dan saling mempengaruhi. 2 Dari
penjabaran di atas mengenai arti konselor maka seyogyanya hal tersebut
menjadi kebanggaan bagi yang tengah dan akan menjalankan aktivitasnya
sebagai guru.
Konselor adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan
etika dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling (Farozin, 2019;
Fuad, 2009; Rahmat, 2019a). Meskipun demikian, namun masih banyak
terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi (Kos,
Wasik, Mc Donald, Soler, & Lys, 2019; La Guardia & Korcuska, 2019).
penting bagi para konselor sekolah untuk berupaya memperjuangkan agar
citranya menjadi positif dan bermanfaat bagi para siswa dan seluruh warga
sekolah sesuai dengan tugas yang sebenarnya sebagai konselor, dengan
mengupayakan bersikap profesional dan merujuk pada etika profesional
seorang konselor (Astiti, Suminar, & Rahmat, 2018; Juliawan, Wiguna, &
Bawa, 2020).
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Prinsip-Prinsip Konselor?
2. Apa Saja Etika Dalam Konselor?
C. Tujuan
1. Mengetahui Tentang Prinsip-Prinsip Konselor
2. Mengetahui Tentang etika Dalam Konselor

2
Pramesti Ayuningtyas, “EVALUASI KINERJA KONSELOR DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
SE-KABUPATEN BANTUL”. (Skripsi Program Studi Bimbingan Dan Konsleing Jurusan Psikologi
Pendidikan Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA, 2012),
h. 4.

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-Prinsip Konselor
Prinsip yang berasal dari asal kata “PRINSIPRA” yang artinya permulan
dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaanya
tergantung dari pemula itu, prinsip ini merupakam hasil perpaduan antara
kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan. (Halaen, 2002:63). prinsip
merupakan paduan
hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan.3 Prinsip-prinsip yang akan dibahas
adalah prinsip secara umum dan prinsip secara khusus. Prinsip-prinsip khusus
adalah prinsip-prinsip bimbingan yang berkenaan dengan sasaran layanan,
prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu, prinsip yang berkenaan
dengan program layanan, dan prinsip- prinsip bimbingan dan konseling yang
berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah pemaduan hasil-hasil
kajian teoritik dan praktik yang dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan suatu pelayanan. Dalam pelayanan bimbingan dan
konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis,
hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya,
pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.
Adapun rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang
berkenaan dengan objek dalam pelayanan bimbingan yaitu prinsip-prinsip yang
berkenaan dengan sasaran layanan, prinsip yang berkenaan dengan
permasalahan idividu, prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan dan
yang terakhir prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan

3
Prayitno dan Erman Emti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2009),
hal 218

vi
pelayanan. Dari empat rumusan tersebut, bimbingan dan konseling akan
tercapai sesuai keinginan konselor dan klien.
1. Prinsip-Prinsip Umum
a. Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku
individu, perlulah diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu itu
terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
b. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual dari pada individu-
individu yang dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang
tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh individu yang
bersangkutan.
c. Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
d. Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan
kepada individu atau lembaga yang mampu dan berwenang
melakukannya.
e. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan
yang dirasakan oleh individu yang dibimbing.
f. Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat
g. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan di sekolah
yang bersangkutan.
h. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas
yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup
bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia
mempergunakan sumber-sumber yang berguna diluar sekolah.
i. Terdapat program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian
teratur untuk mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang
diperoleh serta penyesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang
dirumuskan terdahulu.
2. Prinsip-Prinsip Khusus
Prayitno dan Erman Amti (1999) mengklasifikasikan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling ke dalam empat bagian, yaitu:

vii
a. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-
individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu
itu bervariasi dan berbeda satu dengan yang lainnya, misalnya dalam
hal umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan,
pangkat dan jabatan, keterkaitannya terhadap suatu lembaga tertentu,
dan variasi lainnya. Di samping itu, yang menjadi sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling adalah sikap dan tingkah laku individu. Sikap
dan tingkah lakunya ini amat dipengaruhi oleh aspek-aspek
kepribadian, kondisi diri sendiri, serta kondisi lingkungannya. Adapun
prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran pelayanan itu, antara
lain:
1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa
memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial
ekonomi.
2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah
laku individu yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada
perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Perkembangan dan kehidupan individu tidak selalu dipengaruhi
faktor positif. Faktor yang berpengaruh negatif akan menimbulkan
hambatan-hambatan terhadap perkembangan dan kehidupan individu
serta akan menimbulkan masalah tertentu pada individu. Secara ideal
pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu berbagai masalah
individu, tetapi pelayanan dan bimbingan konseling hanya mampu
menangani masalah klien secara terbatas karena keterbatasan yang ada
pada dirinya sendiri. Prinsip-prinsip yang berkenaan adalah:

viii
1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental/ fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah serta dalam kaitannya
dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
2) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan bimbingan.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling diselenggarakan
dengan dua cara yaitu insidental dan terprogram. Pelayanan insidental
merupakan pelayanan dari konselor yang sedang menjalankan praktik
pribadi. Pelayanan ini diberikan kepada klien-klien yang secara
langsung (tidak terprogram atau terjadwal) meminta bantuan kepada
konselor dan pelaksanaan pelayanannya secara langsung pula pada
waktu mereka datang berkonsultasi, sehingga konselor tidak
menyediakan program khusus.
Berbeda dengan pelayanan terprogram. Pelayanan ini ditujukan
kepada warga lembaga tempat konselor bertugas. Disini konselor
dituntut untuk menyusun program pelayanan yang berorientasi kepada
seluruh warga lembaga tersebut dengan memperhatikan variasi masalah
dan jenis layanan yang dapat diselenggarakan, rentan dan unit-unit
waktu yang tersedia, ketersediaan staf, kemungkinan hubungan antar
personal dan lembaga, dan faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan di
lembaga tersebut. Ada pula prinsip-prinsip tentang program layanan
bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan dan pengembangan individu; karena itu program
bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program
pendidikan serta pengembangan peserta didik.

ix
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan
dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan
dari jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.
4) Diadakan penilaian yang teratur dan terarah terhadap isi dan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk mengetahui
hasil dan manfaat yang diperoleh, serta mengetahui kesesuaian
antara program yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
d. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dimulai dengan
pemahaman tentang tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan
diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli
dalam bidangnya.
1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu yang ahirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahan.
2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan
hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu
itu sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing
atau pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam
bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4) Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan
hasil pelayanan bimbingan.
5) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling
ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran
dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan
dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.4
6) Guru dan konselor berada dalam satu kerangka upaya pelayanan.
Oleh kerena itu keduanya harus mengembangkan peranan yang

4
Dewa Ketut, Op.cit., hal 40-41

x
saling melengkapi untuk mengurangi hambatan-hambatan yang ada
pada lingkungan peserta didik.
7) Untuk mengelola pelayanan bimbingan dan konseling dengan baik
dan memenuhi tuntutan peserta didik, program pengukuran dan
penilaian terhadap peserta didik hendaknya dilakukan dan himpunan
data yang memuat hasil pengukuran dan penilaian itu dikembangkan
dan dimanfaatkan dengan baik. Dengan pengadministrasian
instrumen yang dipilih dengan baik, data khusus tentang kemampuan
mental, hasil belajar, bakat dan minat, dan berbagai ciri kepribadian
hendaknya dikumpulkan, disimpan, dan dipergunakan sesuai dengan
keperluan.
8) Organisasi program bimbingan dan konseling hendaknya fleksibel
disesuaikan dengan kebutuhan individu dan lingkungannya.
9) Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling
hendaknya diletakkan di pundak seorang pimpinan program yang
terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan
konseling, bekerja sama dengan staf dan personal lembaga di tempat
dia bertugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang
program bimbingan dan konseling.
10) Penilaian periodik perlu dilakukan terhadaap program yang sedang
berjalan.
B. Etika Dalam Konselor
Kata “etik” mempunyai dua arti yaitu, pertama kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan ahlak. kedua nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Sementara etika adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak).5
Arti etika telah banyak dikemukakan beberapa ahli berikut. Pertama,
etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keseluruhan budi (baik dan

5
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,2003. h.309

xi
buruk).6 Kedua, etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan, tentang baik dan
buruk, juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri. 7 Ketiga,
etika ialah studi tentang tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan
kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau
kebaikan dari seluruh tingkah-laku manusia.8 Keempat, etika ialah ilmu yang
menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal
perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.9
Ada empat alasan mengapa etika perlu.10 Pertama, tidak ada kesatuan
tatanan normatif msehingga kita berhadapan dengan banyak pandangan moral
yang sering saling bertentangan. Dalam situasi demikian kita sering bingung,
tatanan norma dan pandangan moral mana yang harus diikuti. Untuk mencapai
suatu pendirian dalam pergolakan pandanganpandangan moral tersebut, etika
diperlukan. Kedua, etika diperlukan untuk membantu kita agar tidak
kehilangan orientasi dalam situasi transformasi ekonomi, sosial, intelektual dan
budaya tradisional ke modern dan dapat menangkap makna hakiki dari
perubahan nilai-nilai serta mampu mengambil sikap yang dapat dipertanggung
jawabkan. Ketiga, etika dapat membuat kita sanggup untuk menghadapi
ideologi baru secara kritis dan objektif serta untuk membentuk penilaian.
Corey (dalam Mohd Ishak, Amat, & Abu Bakar, 2012) menjelaskan ada
lima prinsip dasar mengenai etika yang merupakan bagian dari sebuah
pemberian bantuan yang berfungsi untuk meningkatkan etika seorang
konselor hingga menuju level profesional. Kelima prinsip dasar tersebut
akan dijelaskan sebagai berikut.
1. otonomi.
Prinsip ini menunjukkan kebebasan seorang untuk memilih
seorang konselornya dalam menghadapi masalahnya dan promosi
seorang konselor dengan menunjukkan keunikannya melalui

6
Sastrapraja. M, kamus Istilah Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, h. 144.
7
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Jati, 1981, h.82
8
Asmaran A.S, Pengantar Studi Ahlak, Jakarta: Rajawali Press, 1992, h.6-7
9
Ya’kub. Hamzah, Etika Islam, Bandung:CV. Diponegoro, 1983, h.13.
10
Franz Mgnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, Kanisius: Yogyakarta,
1987, h. 15-16

xii
metode konselingnya. Prinsip ini didasarkan kepada teori humanistik yang
dipelopori oleh Carl Rogers. Dalam melihat dampak dari otonomi ini,
konselor harus mempunyai keilmuan yang benar akan kliennya untuk
memilih dan melakukan pemberian bantuan sesuai harapannya, dan
seorang konselor profesional harus menunjukkan jalan yang terbaik dalam
penyelesaian suatu masalah (Nuzliah & Siswanto, 2019).
2. Tidak melanggar kode etik sebagai seorang konselor dan klien.
Seorang konselor profesional harus berusaha untuk menghindari
resiko dari proses konseling yang dilakukan, baik masalah fisik, emosi,
dan psikologis, atau tingkahlaku yang berpotensi menyinggung diri klien.
Konselor harus berhati-hati dalam memberikan bantuan (treatment) kepada
seorang klien.
3. Dengan penuh kasih sayang.
Prinsip ini menjelaskan bahwa melalui proses konseling mampu
menghasilkan kondisi yang lebih baik bagi seorang klien. Secara alami,
proses konseling profesional menghasilkan perubahan pada klien
menggunakan pendekatan budayanya (Faiz, Dharmayanti, & Nofrita,
2018).
4. Menggunakan prinsip keadilan.
Keadilan ini berarti bahwa setiap proses konseling yang
dilakukan kepada setiap klien harus sama, tanpa membedakan faktor
apapun (Savitri & Purwaningtyas, 2020). Setiap orang apapun jenis
kelamin, umur, asal, atau difabel secara umum harus diberikan akses yang
sama dalam pelayanan konseling.
5. Dengan menggunakan kesetiaan.
Kesetiaan berarti bahwa seorang konselor yang profesional harus
memberikan janji yang benar dan tidak memberikan janji palsu artinya
harus berkomitmen dalam pelayanannnya. Artinya dalam proses
konseling yang dilakukan dengan penuh keterbukaan antara konselor dan
klien.Mengaplikasikan kelima prinsip ini untuk mencapai
keprofesionalan dari seorang konselor merupakan tugas yang tidak

xiii
mudah, khususnya kepada klien yang berbeda budaya. Dengan
kesuksesan mengaplikasikan semua prinsip ini maka akan dicapai
level profesionalitas praktisi konselor.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah pemaduan hasil-hasil
kajian teoritik dan praktik yang dirumuskan dan digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan suatu pelayanan. Dalam pelayanan bimbingan dan
konseling prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis,
hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia,
perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya,
pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.
Kata “etik” mempunyai dua arti yaitu, pertama kumpulan asas atau nilai
yang berkenaan dengan ahlak. kedua nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat. Sementara etika adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Ada empat alasan mengapa etika perlu. Pertama, tidak ada kesatuan
tatanan normatif msehingga kita berhadapan dengan banyak pandangan moral
yang sering saling bertentangan. Dalam situasi demikian kita sering bingung,
tatanan norma dan pandangan moral mana yang harus diikuti. Untuk
mencapai suatu pendirian dalam pergolakan pandanganpandangan moral
tersebut, etika diperlukan. Kedua, etika diperlukan untuk membantu kita agar
tidak kehilangan orientasi dalam situasi transformasi ekonomi, sosial,
intelektual dan budaya tradisional ke modern dan dapat menangkap makna
hakiki dari perubahan nilai-nilai serta mampu mengambil sikap yang dapat
dipertanggung jawabkan. Ketiga, etika dapat membuat kita sanggup untuk

xiv
menghadapi ideologi baru secara kritis dan objektif serta untuk membentuk
penilaian.
B. Saran
Peranan guru sangat diperlukan untuk terlibat secara langsung dalam
suatu pengajaran agar pengajaran yang dimaksudkan tersebut dapat mencapai
suatu tingkatan keberhasilan yang tinggi, oleh karena itu untuk mencapai
keberhasilan ini diperlukan pula adanya upaya penunjang terhadap
optimalisasi di dalam proses belajar siswa.
Kami sebagai penyusun pertama-tama mohon maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan. Meskipun
demikian, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan gambaran atau
tambahan ilmu bagi para pembaca. Oleh karena itu, untuk penyempurnaan
makalah ini kami tunggu kritik dan sarannya dari para pembaca.

xv
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Sutoyo Sigit Hariyadi, DYP Sugiharto, “Bimbingan Kelompok
Teknik Biblio-Counseling Berbasis Cerita Rakyat Untuk Mengembangkan
Kecerdasan Intrapersonal Siswa Smp”, Jurnal Bimbingan Konseling, Vol. 3 No. 2
(2014). https://doi.org/10.15294/jubk.v3i2.4613.

Pramesti Ayuningtyas, “EVALUASI KINERJA KONSELOR DI


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) SE-KABUPATEN BANTUL”.
(Skripsi Program Studi Bimbingan Dan Konsleing Jurusan Psikologi Pendidikan
Dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA, 2012).

Prayitno dan Erman Emti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:


Rieneka Cipta, 2009).

Dewa Ketut, Op.cit.

Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Sastrapraja. M, kamus Istilah Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha


Nasional, 1981.

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Jati,


1981.

xvi
Asmaran A.S, Pengantar Studi Ahlak, Jakarta: Rajawali Press, 1992.

Ya’kub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: CV. Diponegoro, 1983. _______,


Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia, Surabaya: PB ABKIN, 2009.

Franz Mgnis-Suseno, Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,


Kanisius: Yogyakarta, 1987.

Ulfah Nurul Wahdah, Makalah Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling,


Jakarta, 2015, http://ulfahnurulwahdah.blogspot.com/2015/11/makalah-prinsip-
prinsip-bimbingan.html, diakses 26 September, 2022.

Hunaninah, Etika Profesi Bimbingan Konseling, RIZKI PRESS, Bandung,


2016.

Alawiyah.D, Rahmat. K.H, Perdana. S, Menemukenali Konsep Etika dan


Sikap Konselor Profesional dalam Bimbingan dan Konseling, JURNAL
MIMBAR, http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/mimbar, diakses 26
September 2022.

xvii

Anda mungkin juga menyukai