Anda di halaman 1dari 23

PRINSIP, KODE ETIK, PENDEKATAN DALAM

STRATEGI BP DI MADRASAH
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
BP DI MADRASAH

Dosen Pengampu:
Dr. Imam Syafi’i, S.Ag., M.Pd., M.Pd.I

Tim Penyusun:
Ilmi Istiqomah (06040120081)
Lailatul Zulfi Rofiqoh (06040120083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun haturkan kepada kehadirat Allah SWT yang


senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul Prinsip, Kode Etik, Pendekatan dalam
Strategi BP untuk memenuhi tugas mata kuliah BP di Madrasah yang diampu oleh
Bapak Dr. Imam Syafi’i, S.Ag., M.Pd., M.Pd.I.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Agung
sang tauladan kita yaitu Nabi Muhammad SAW, karena beliau dan orang-orang
yang membantu dakwahnya sehingga kita dapat menikmati dan merasakan
nikmatnya iman dan Islam.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun begitu penyusun
harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan makalah selanjutnya. Sebagai
penyusun, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Imam Syafi’i,
S.Ag., M.Pd., M.Pd.I yang telah membimbing dan memberikan materi, sehingga
kami dapat lebih memahami dan mendalami materi ini. Tidak lupa kami juga
menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya, pembaca, dan masyarakat pada umumnya, serta dapat meningkatkan
wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Surabaya, 8 Maret 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Tujuan Masalah ......................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ....................................................3
B. Kode Etik Bimbingan dan Konseling ....................................................4
C. Pendekatan Bimbingan dan Konseling ..................................................8
D. Strategi Layanan Bimbingan Konseling ..............................................14
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................17
B. Saran-saran ............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling diperlukan untuk
mengantarkan peserta didik pada pencapaian standar dan kemampuan
profesional maupun akademik, serta perkembangan diri yang produktif dan
sehat. Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan layanan
kepada individu atau kelompok yang mengalami masalah secara
berkesinambungan dan sistematis agar dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri dan mampu melakukan penyesuaian diri dalam hidupnya.1
Bimbingan dan konseling dilakukan sebagai suatu upaya pemberian
bantuan untuk menunjukkan perkembangan manusia secara optimal, baik
secara kelompok maupun individu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya
dengan berbagai potensi yang dimilikinya, kelebihan, kekurangan, dan
kelemahannya, serta setiap permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri.2
Dalam sebuah pembelajaran bimbingan dan konseling tentunya juga
membutuhkan yang namanya strategi dalam pelaksanaannya dan untuk
mengetahui strategi yang digunakan dalam membimbing, seorang konselor
membutuhkan kode etik untuk menjalankan sebuah profesinya. Kode etik
berperan sebagai acuan dan tuntunan dalam memberikan suatu masukan
kepada orang yang dibimbing agar nantinya tidak menyeleweng atau keluar
dari aturan, maupun norma-norma yang berlaku dalam bimbingan dan
konseling.3
Selain kode etik, seorang konselor juga harus mengetahui dan memahami
prinsip-prinsip dan pendekatan apa yang digunakan dalam menghadapi
masalah yang terjadi pada klien atau peserta didiknya yakni dengan
memberikan layanan bimbingan dan konseling secara tepat.

1
Rukaya, Aku Bimbingan dan Konseling (Bogor: Guepedia Publisher, 2019), 11.
2
Ratna Fitri Astuti dkk, Profesi Kependidikan (Madiun: CV Bayfa Cendekia Indonesia, 2021), 95.
3
Gede Danu Setiawan dan Putu Abda Ursula, Profesi Bimbingan dan Konseling (Yogyakarta: CV
Bintang Semesta Media, 2021), 197.

1
2

Oleh karena itu, perlunya seorang konselor atau pembimbing untuk


meningkatkan pengetahuan dan wawasannya dalam menjalankan sebuah
profesinya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa prinsip-prinsip bimbingan konseling?
2. Bagaimana kode etik bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana bentuk pendekatan bimbingan dan konseling?
4. Apa saja strategi layanan bimbingan konseling?
C. Tujuan Makalah
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman
kepada mahasiswa tentang:
1. Mengetahui mengenai prinsip-prinsip bimbingan konseling
2. Mengetahui kode etik bimbingan dan konseling
3. Mengetahui bentuk pendekatan bimbingan dan konseling
4. Mengetahui strategi layanan bimbingan konseling
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling


Prinsip-prinsip dalam bimbingan konseling merupakan suatu hal yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan layanan konseling.
Adapun prinsip-prinsip yang ada dalam bimbingan konseling diantaranya
adalah:
1. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan sasaran layanan
a. Bimbingan konseling melayani semua individu tanpa membeda-bedakan
misalnya ras, agama, suku, jenis kelamin, warna kulit, dan lain
sebagainya.
b. Bimbingan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku yang
unik dan dinamis.
c. Bimbingan konseling memperhatikan seluruh tahapan dan berbagai aspek
perkembangan yang terjadi pada individu.
2. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan permasalahan individu
a. Bimbingan konseling berurusan dengan segala hal yang berkaitan dengan
pengaruh kondisi mental individu terhadap penyesuaian diri di
lingkungan sekitar.
b. Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan, merupakan faktor
munculnya masalah pada individu dan semuanya menjadi perhatian
utama dalam pelayanan bimbingan.4
3. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan program layanan
a. Program bimbingan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat, serta kondisi lembaga.
b. Program bimbingan konseling termasuk dalam bagian yang integral
dalam pendidikan dan pengembangan individu, sehingga program

4
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah, Bimbingan Konseling Konsep, Teori, dan Aplikasinya
(Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2019), 15.

3
4

bimbingan konseling ini harus sesuai dengan program pendidikan dan


pengembangan peserta didik.
c. Program bimbingan konseling disusun secara berkelanjutan mulai dari
jenjang pendidikan terendah hingga tertinggi.
d. Dalam pelaksanaan bimbingan konseling hendaknya diadakan penilaian
yang teratur bertujuan untuk mengukur hasil dan manfaat yang diperoleh
dan mengetahui relevansi antara program yang direncanakan dan
pelaksanaannya.
4. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan
a. Pelayanan bimbingan konseling memberi arahan kepada individu untuk
mengembangkan diri agar mampu membimbing dan menghadapi
masalah yang terjadi pada dirinya.
b. Dalam proses bimbingan konseling keputusan yang diambil dan yang
akan dilakukan oleh individu berasal dari keinginan diri sendiri, bukan
berasal dari keinginan atau desakan dari pihak lain.
c. Hasil pelayanan bimbingan ditentukan berdasarkan kerjasama antara
pembimbing, guru, dan orang tua.
d. Permasalahan khusus yang dialami individu untuk semua usia harus
ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang sesuai dengan
permasalahan tersebut.5

B. Kode Etik Bimbingan dan Konseling


Kode etik adalah suatu pola, ketentuan, aturan, tata cara, yang menjadi
pedoman dalam menjalani tugas dan aktivitas suatu profesi.6 Kode etik
bimbingan dan konseling merupakan suatu ketentuan-ketentuan yang harus
dipatuhi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam bimbingan konseling.

5
Ayumi Kholifah, “Skripsi: Pemahaman Fungsi dan Prinsip Bimbingan dan Konseling Mahasiswa
Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Raden Intan Lampung”, (Lampung: UIN Raden Intan, 2021), 39.
6
Ligawati, Program Inovatif dan Kerja Sama Melalui Konseling dalam Upaya Peningkatan Mutu
Pendidikan SMA Negeri 8 Surabaya (Malang: Media Nusa Creative, 2019), 157.
5

Dasar kode etik bimbingan dan konseling di Indonesia yaitu pancasila


dan tuntutan profesi. Penjelasan mengenai alasan menjadikan pancasila dan
tuntutan profesi sebagai dasar kode etik yaitu sebagai berikut:
1. Pancasila dijadikan dasar kode etik mengingat bahwa profesi bimbingan dan
konseling merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam
rangka ikut membina warga negara Indonesia yang bertanggung jawab. Hal
ini tentunya selaras dengan pengertian bimbingan dan konseling itu sendiri
yang mana merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan kepada
seseorang yang dibimbing agar ia dapat berkembang secara optimal.
2. Tuntutan profesi dijadikan sebagai dasar kode etik karena layanan profesi
bimbingan dan konseling itu mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan
seseorang yang dibimbing sesuai dengan norma-norma yang berlaku.7

Kode etik bimbingan dan konseling berdasarkan keputusan Pengurus


Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (PB ABKIN) Nomor 010
Tahun 2006 tentang penetapan kode etik profesi bimbingan dan konseling
yakni sebagai berikut:8
1. Kualifikasi konselor baik dalam nilai, sikap, keterampilan, wawasan, dan
pengetahuan.
a. Konselor wajib terus menerus berusaha mengembangkan dan menguasai
dirinya. Ia wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-
prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengarui hubunganya
dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu pelayanan
profesional serta merugikan klien.
b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, sabar, rendah hati,
dapat dipercaya, menepati janji, jujur, tertib dan hormat.
c. Konselor wajib memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran maupun
peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan seprofesi

7
Hunainah, Etika Profesi Bimbingan dan Konseling (Bandung: Rizqi Press, 2016), 42.
8
Bunyamin, “Standarisasi Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling”, Vol. 12, No. 1, Jurnal
Sains Riset (JSR), April 2022, 187-189.
6

dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah


laku profesional sebagaimana diatur dalam kode etik ini.
d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi.
e. Konselor wajib memiliki keterampilan menggunakan teknik dan prosedur
khusus yang dikembangkan atas dasar wawasan yang luas dan sesuai
dengan kaidah ilmiah.
2. Penyimpanan dan Penggunaan Informasi.
a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara, testing,
surat menyurat, perekaman, dan data lain, semuanya merupakan
informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk
kepentingan klien.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada anggota
profesi lain membutuhkan persetujuan klien.
c. Penggunaan informasi tentang klien dalam rangka konsultasi dengan
anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan
untuk kepentingan klien dan tidak merugikan klien.
d. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan
kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakanya.
3. Hubungan dengan Pemberian pada Pelayanan.
a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam
hubungan antara klien dengan konselor.
b. Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang kongkrit.
Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubungan apabila klien
ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan itu.
4. Hubungan dengan Klien.
a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas, dan keyakinan
klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas kepentingan
pribadinya.
7

c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan pembedaan klien


atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau status sosial ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada
seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kepada siapapun terlebih dalam
keadaan darurat atau banyak orang yang menghendaki.
f. Konselor wajib untuk memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang
dikehendaki oleh klien.
g. Konselor wajib menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang
dibina dan batas-batas tanggung jawab masing-masing dalam hubungan
profesional.
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien.
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada anak keluarga, teman-
teman karibnya, sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, apabila
konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi
dengan sejawat selingkungan profesi. Dalam hal ini, ia harus mendapat izin
terlebih dahulu dari kliennya.
6. Alih Tangan Kasus
a. Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling dengan seseorang klien
apabila pada akhirnya dia menyadari bahwa tidak dapat memberikan
bantuan terhadap klien tersebut.
b. Apabila pengiriman ke ahli lain disetujui klien, maka menjadi tanggung
jawab konselor untuk menyarankan kepada klien dengan bantuan
konselor untuk berkonsultasi dengan orang atau badan yang mempunyai
keahlian yang relevan.
8

c. Apabila konselor berpendapat bahwa klien perlu dikirim ke ahli lain,


akan tetapi klien menolak pergi kepada ahli yang disarankan oleh
konselor, maka konselor mempertimbangkan apa baik dan buruknya.9
Dalam hal ini dapat ditarik pemahaman bahwa kode etik menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan
dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien, kiranya
dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli.

Berdasarkan penjelasan diatas terkait kode etik, dalam hal ini kode etik
merupakan sesuatu hal yang tidak boleh dilanggar.10 Apabila terjadi
pelanggaran terhadap kode etik bimbingan dan konseling, maka konselor wajib
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa
ia mentaati kode etik.
2. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa pelanggaran terhadap kode etik
akan dapat merugikan diri sendiri, orang lain, lembaga, dan pihak lain yang
terkait dengan hal tersebut.
3. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan sanksi berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan.11

C. Pendekatan Bimbingan dan Konseling


Macam-macam pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang dapat
digunakan untuk membantu konselor dalam proses konseling secara umum
yakni sebagai berikut:12
1. Pendekatan Psikoanalisis
Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui bagaimana psikonalisis
memandang kepribadian manusia, perkembangan kepribadian, kesadaran

9
Myrna Apriany Lestari, Bimbingan Konseling di SD; Mendampingi Siawa Meraih Mimpi
(Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2020), 24-26.
10
Yarmis Syukur dkk, Bimbingan Konseling di Sekolah (Malang: CV IRDH, 2019), 14.
11
Syarwani Ahmad dan Zahruddin Hodsay, Profesi Kependidikan dan Keguruan (Yogyakarta:
Deepublish, 2020), 47-48.
12
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah, Bimbingan Konseling......, 82-89.
9

dan ketidaksadaran, mekanisme pertahanan ego, peran dan fungsi konselor,


dan teknik-teknik terapi yang digunakan dalam psikonalisis.
Menurut Corey, fungsi utama konselor dalam psikonalisis adalah
membantu klien mencapai kesadaran dirinya, jujur, mampu melakukan
hubungan personal yang efektif, mampu menangani kecemasan serta
realistis dan mampu mengendalikan tingkah laku yang impulsive dan
irasional. Dalam melakukan praktik psikonalisis, seorang konselor akan
bersikap anonym (tidak kenal klien) dan hanya berbagi sedikit pengalaman
dan perasaannya agar klien dapat memproyeksikan dirinya kepada konselor.
2. Pendekatan Eksistensial-Humanistis
Pendekatan ini mempercayai bahwa individu memiliki potensi untuk
secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya. Menurut Namora Lumongga, pendekatan ini menekankan
tentang kebebasan yang bertanggung jawab.13 Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa individu diberikan kebebasan seluasnya dalam melakukan tindakan,
dan harus berani untuk bertanggung jawab.
3. Pendekatan Client-Centered
Carl R. Rogers menyatakan bahwa dalam pendekatan ini manusia
merupakan pribadi-pribadi yang memiliki potensi untuk dapat memecahkan
permasalahannya sendiri atau permasalahan yang ada pada dirinya.
4. Pendekatan Gestalt
Pendekatan ini memfokuskan diri pada pengalaman klien “here and
now” dan memadukannya dengan bagian-bagian kepribadian yang terpecah
di masa lalu. Menurut Gesgtalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus,
melihatnya secara keseluruhan, karena apabila hanya melihat pada bagian
tertentu saja, maka kita akan kehilangan karakteristik penting lainnya.14 Hal
ini tentunya juga berlaku pada tingkah laku manusia yakni jika ingin
menjadi pribadi yang sehat, maka individu harus merasakan dan menerima
pengalamannya secara keseluruhan untuk mencapai keseimbangan.

13
Namora Lumongga Lubis Hasnida, Konseling Kelompok (Jakarta: Kencana, 2016), 71.
14
Andi Setiawan, Pendekatan-Pendekatan Konseling (Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2018),
97.
10

5. Pendekatan Behavioristik (Terapi Tingkah Laku)


Pendekatan ini menyatakan bahwa perilaku dapat dipahami secara
operasional, diamati, dan diukur. Pendekatan behavioristik merupakan
pilihan utama yang dilakukan oleh para konselor yang menghadapi masalah
spesifik seperti gangguan makan, maupun penyalahguanaan obat.
6. Pendekatan Krisis
Pendekatan ini berupa bimbingan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah-masalah yang dialami individu. Bimbingan ini diarahkan atau
diberikan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah.
7. Pendekatan Remedial
Pendekatan ini berupa bimbingan untuk membantu memperbaiki
kekurangan atau kelemahan yang dialami oleh individu. Hal ini senada
dengan pendapat Ahmad Juntika Nurihsan yang mengatakan bahwa
pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan
kepada individu yang mengalami kekurangan atau kelemahan.
8. Pendekatan Preventif
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi
masalah-masalah umum individu, yaitu dengan mencegah jangan sampai
masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing dalam hal ini dapat
memberikan beberapa upaya, baik seputar informasi maupun keterampilan
untuk mencegah terjadinya suatu masalah tersebut.
9. Pendekatan Perkembangan
Pendekatan ini berupa bimbingan yang diberikan kepada semua
individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah. Bimbingan
perkembangan ini dapat dilaksanakan secara individual, maupun kelompok,
atau bahkan secara klasikal dengan melalui layanan pemberian informasi,
diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat.
10. Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini merupakan kunci dalam membimbing tingkah laku
anak, bahwa anak secara aktif menciptakan atau mengkreasi pengetahuan.
11

Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa anak tidak pasif menerima
pengetahuan dari lingkungannya.
11. Pendekatan Belajar atau Lingkungan
Pendekatan ini dilakukan melalui tingkah laku anak dalam kondisi
belajar dan prinsip-prinsip dalam belajar.
12. Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini dilakukan oleh pembimbing dengan mengadakan
konsultasi dengan guru, maupun mengadakan pertemuan dengan orang tua
siswa, namun dalam hal ini pokok pembicaraan hanya ditujukan pada anak
yang mengalami problem saja.
13. Pendekatan Developmental
Pendekatan ini memusatkan diri pada anak-anak yang normal dan
kepada usaha-usaha untuk menciptakan suasana belajar yang efektif.
14. Pendekatan dalam Konseling Keluarga
Menurut Willis, pendekatan ini merupakan sebuah tujuan dasar yakni
bekerja sesuai dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota
keluarga terhadap konselor.
15. Pendekatan fitrah
Pendekatan ini dilakukan melalui proses konseling islam, yang mana
ditujukan untuk mengatasi suatu problem yang merupakan kendala bagi
baiknya perkembangan fitrah itu sendiri. Dalam hal ini seorang individu
dibantu untuk menemukan fitrahnya, agar dapat selalu dekat dengan Allah.
Selain itu, bimbingan ini juga dilakukan untuk mengembangkan dirinya,
agar mampu memecahkan masalah kehidupannya.
16. Pendekatan Scientific
Menurut Bimo Walgito, pendekatan ini didasarkan pada hasil dari
wawancara, hasil penelitian prestasi belajar, hasil tes, dan lainnya untuk
mengatasi sesuatu hal yang terjadi pada peserta didik.15

15
Heni Sulusyawati dan Dian Mustika Maya, BK Karier (Yogyakarta: CV Bintang Semesta
Media, 2021), 11.
12

Berdasarkan pendekatan bimbingan dan konseling secara umum yang


telah dipaparkan diatas, disisi lain Syamsu Yusuf dan Nurihsan mengemukakan
bahwa pendekatan bimbingan sendiri dibagi menjadi empat pendekatan yaitu:16
1. Pendekatan Kritis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada
individu yang mengalami krisis atau masalah. Dalam pendekatan ini, guru
BK menunggu siswa yang datang, selanjutnya mereka memberikan bantuan
sesuai dengan masalah yang dirasakan atau dihadapi oleh siswa.
2. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada
individu yang mengalami kesulitan. Dalam pendekatan ini, guru BK
memfokuskan pada kelemahan-kelemahan yang terjadi pada individu dan
selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
3. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk
mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan
sampai terjadi masalah tersebut pada individu. Guru BK berupaya untuk
mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah masalah
tersebut terjadi pada individu .
4. Pendekatan Perkembangan
Teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling dengan
menggunakan pendekatan perkembangan adalah melalui pembelajaran,
pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.17

Pendekatan bimbingan dan konseling menurut Djamarah yakni dibagi


menjadi tiga macam pendekatan bimbingan, yakni sebagai berikut:
1. Bimbingan Preventif
Pendekatan bimbingan ini menolong seseorang sebelum seseorang
tersebut menghadapi masalah. Caranya dengan menghindari masalah itu

16
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah, Bimbingan Konseling......, 90.
17
Zainal Aqib, Bimbingan dan Konseling (Bandung: Yrama Widya, 2020), 134.
13

(jika memungkinkan), mempersiapkan orang tersebut untuk menghadapi


masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberikan bekal pengetahuan,
pemahaman, sikap, dan keterampilan untuk menghadapi masalah itu.
2. Bimbingan Kuratif atau Korektif
Dalam pendekatan ini pembimbing menolong seseorang jika orang itu
menghadapi masalah yang cukup berat dalam dirinya, dan tidak dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri.
3. Bimbingan Perseveratif
Bimbingan ini bertujuan meningkatkan yang sudah baik, yang
mencakup sifat-sifat dan sikap-sikap yang menguntungkan tercapainya
penyesuaian diri maupun terhadap lingkungan, kesehatan jiwa yang telah
dimilikinya, kesehatan jasmani, kebiasaan-kebiasaan hidup yang sehat, dan
kebiasaan cara belajar atau bergaul yang baik.18

Dengan adanya bimbingan tersebut tentunya dalam prosesnya dapat


dilakukan secara individual dan kelompok, untuk itu maka memerlukan adanya
suatu pendekatan, baik itu pendekatan individu, maupun yang pendekatan
kelompok, yakni sebagai berikut:
1. Pendekatan Individu
Pendekatan bimbingan individu dilakukan dengan pendekatan
perseorangan, yakni dengan mencoba mendekati, memahami, dan
membantu secara individual melalui wawancara langsung dengan individu.
Dalam hal ini seorang individu akan merasakan ada orang yang mengerti
masalah pribadinya, dan mau untuk mendengarkan keluhannya.
Pendekatan bimbingan individu ini mencakup informasi individual,
penasihatan individual, pengajaran remedial individual, dan penyuluhan
yang dilakukan secara individual.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan bimbingan kelompok diberikan oleh pembimbing per
kelompok, yakni dengan mengumpulkan beberapa orang yang bermasalah

18
Fenti Hikmawati, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 75-76.
14

sama dan kemudian diberikan pembimbingan secara kelompok. Bimbingan


kelompok ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kecil (2-6
orang), kelompok sedang (7-12 orang) dan kelompok besar (13-20 orang)
ataupun kelas (20-40 orang).
Pendekatan bimbingan kelompok ini mencakup informasi kelompok,
penasihatan kelompok, pengajaran remedial kelompok, penyuluhan
kelompok, home room, karya wisata, belajar kelompok, kerja kelompok,
diskusi kelompok, dan lainnya.

Dengan adanya pendekatan-pendekatan tersebut diatas, seorang konselor


akan dapat dengan mudah mengatasi masalah kliennya. Begitu pula dengan
guru BK yang akan dengan mudah untuk memberikan bimbingan dalam
mengatasi masalah atau kesulitan yang terjadi pada siswanya.

D. Strategi Layanan Bimbingan Konseling


Strategi layanan bimbingan konseling terdiri dari beberapa macam
diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Layanan Dasar
Layanan dasar merupakan proses pemberian bantuan melalui kegiatan
penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis. Layanan ini bertujuan untuk
mengembangkan perilaku individu, memperbaiki mental, serta memberi
keterampilan dasar sehingga dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Salah satu strategi yang termasuk dalam layanan dasar yaitu
bimbingan klasikal. Bimbingan klasikal merupakan program bimbingan
yang dirancang dengan mengadakan pertemuan secara langsung (tatap
muka) dengan konseli yang berbasis kelas. Bimbingan klasikal pada
umumnya dilaksanakan di sekolah, sehingga dapat membantu siswa untuk
mencapai sikap mandiri dalam hidupnya, perkembangan yang optimal
dalam kepribadian, sosial, belajar, dan karir. Selain itu, dengan adanya
15

bimbingan klasikal siswa dapat menyeleraskan antara pikiran, perasaan, dan


perilaku.19
2. Layanan Perencanaan Individual
Layanan ini merupakan bantuan dari konselor untuk membantu
individu dalam merumuskun masa depan berdasarkan kelebihan dan
kekurangan, memberikan pemahaman tentang peluang yang tersedia di
lingkungannya. Dalam hal ini, konselor memberi arahan tentang aktivitas
atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh individu untuk mencapai
rencana masa depannya.20 Layanan perencanaan individu memiliki kaitan
erat dengan pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi.
Layanan perencanaan individual menggunakan strategi konsultasi dan
konseling. Konsultasi merupakan proses penyediaan bantuan teknis untuk
guru, orang tua, administrator, dan guru BK dalam mengidentifikasi dan
memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa. Sedangkan
konseling merupakan proses penyediaan bantuan melalui hubungan khusus
yaitu antara konselor (guru) dan konseli (siswa).21 Melalui strategi tersebut
konseli dapat mengajukan bantuan atau meminta arahan untuk mentukan
masa depan yang berkaitan dengan pendidikan, karir, dan sosial-pribadi.
3. Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan yang dilakukan secara segera
kepada individu untuk menyelesaikan masalah baik secara langsung atau
tidak langsung. Dalam layanan ini, konselor membantu individu untuk
memecahkan masalah yang dialami atau membantu individu yang
mengalami hambatan dan kegagalan yang terus menerus. Kegagalan yang
terus menerus disebabkan karena ketidakmampuan untuk menyesuaikan

19
Adrian Missy, “Skripsi: Pengaruh Bimbingan Klasikal terhadap Persepsi Siswa Tentang
Bimbingan dan Konseling Di SMPN 3 Sawahlunto”, (Batusangkar: IAIN Batusangkar, 2018), 23.
20
Heru Hermawan dkk, “Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Harga
Diri Siswa: sebuah Pustaka Studi”, Vol. 4, No. 2, Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia,
September 2019, 67.
21
Henni Syafriana Nasution dan Abdillah, Bimbingan Konseling......, 90.
16

diri, sehingga peran konselor yaitu memberi solusi dan arahan sesuai dengan
permasalahan dan keinginan individu tersebut.22
4. Dukungan Sistem
Dukungan sistem dilakukan sebagai proses bantuan atau dukungan
secara tidak langsung terhadap kelancaran, efektivitas dan efisien
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.23 Program ini bertujuan
untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan.
Dukungan sistem yang dapat dilakukan dalam bimbingan konseling
meliputi aspek-aspek pengembangan jejaring, kegiatan manajemen, riset
dan pengembangan.

22
Nindiya Eka Safitri dan Siti Ummi Novirizki Hasan, “Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling Dalam Pengembangan Nilai karakter Religius”, Vol. 2, No. 1, Jurnal Konseling Andi
Matappa, Februari 2018, 23.
23
Ariadi Nugraha, “Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Pengembangan Sikap
Kepemimpinan Siswa”, (Universitas Ahmad dahlan, 2017), 60.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip-prinsip dalam bimbingan konseling merupakan suatu hal yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan layanan konseling.
Prinsip-prinsip yang ada dalam bimbingan konseling diantaranya prinsip-
prinsip yang berkaitan dengan sasaran layanan, prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan permasalahan individu, prinsip-prinsip yang berkaitan dengan program
layanan, dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan.
Kode etik bimbingan dan konseling merupakan suatu ketentuan-
ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam
bimbingan konseling. Dasar kode etik bimbingan dan konseling di Indonesia
yaitu pancasila dan tuntutan profesi. Kode etik bimbingan dan konseling
terdapat dalam keputusan PB ABKIN Nomor 010 Tahun 2006 tentang
penetapan kode etik profesi bimbingan dan konseling yang salah satunya
meliputi tentang kualifikasi konselor baik dalam nilai, sikap, keterampilan,
wawasan, dan pengetahuan.
Macam-macam pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang dapat
digunakan untuk membantu konselor dalam proses konseling secara umum
yakni meliputi pendekatan kritis, pendekatan remedial, pendekatan preventif,
pendekatan perkembangan, dan masih banyak yang lainnya. Pendekatan
bimbingan dan konseling menurut Djamarah dibagi menjadi tiga macam yakni
bimbingan preventif, bimbingan kuratif atau korektif, dan bimbingan
perseveratif. Dalam prosesnya, pendekatan tersebut dapat dilakukan secara
individu maupun kelompok.
Strategi layanan bimbingan konseling terdiri dari beberapa macam
diantaranya yaitu layanan dasar yang memuat proses pemberian bantuan
melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis, kemudian ada
layanan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem.

17
18

B. Saran-saran
Melalui makalah ini penyusun menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Dengan disusunnya makalah ini diharapkan pembaca mampu mengambil
manfaat dan hikmah dari materi yang telah disajikan.
2. Pembaca diharapkan mengetahui dan memahami tentang prinsip-prinsip
bimbingan konseling, kode etik bimbingan dan konseling, pendekatan
bimbingan dan konseling, dan strategi layanan bimbingan konseling.
3. Pembaca diharapkan membaca makalah ini sampai tuntas, agar ilmu dan
informasi yang di dapatkan bisa utuh dan tidak terpotong-potong.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Syarwani dan Zahruddin Hodsay. 2020. Profesi Kependidikan dan


Keguruan. Yogyakarta: Deepublish.

Aqib, Zainal. 2020. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Yrama Widya.

Astuti, Ratna Fitri. dkk. 2021. Profesi Kependidikan. Madiun: CV Bayfa


Cendekia Indonesia.

Bunyamin. 2022. Standarisasi Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling. Vol.
12, No. 1, Jurnal Sains Riset (JSR), 187-189.

Hasnida, Namora Lumongga Lubis. 2016. Konseling Kelompok. Jakarta:


Kencana.

Hermawan, Heru. Dkk. 2019. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk
Meningkatkan Harga Diri Siswa: sebuah Pustaka Studi. Vol. 4, No. 2,
Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 67.

Hikmawati, Fenti. 2016. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Hunainah. 2016. Etika Profesi Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press.

Kholifah, Ayumi. 2021. “Skripsi: Pemahaman Fungsi dan Prinsip Bimbingan dan
Konseling Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung”.
Lampung: UIN Raden Intan.

Lestari, Myrna Apriany. 2020. Bimbingan Konseling di SD; Mendampingi Siawa


Meraih Mimpi. Yogyakarta: Deepublish Publisher.

Ligawati. 2019. Program Inovatif dan Kerja Sama Melalui Konseling dalam
Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan SMA Negeri 8 Surabaya. Malang:
Media Nusa Creative.

Missy, Adrian. 2018. “Skripsi: Pengaruh Bimbingan Klasikal terhadap Persepsi


Siswa Tentang Bimbingan dan Konseling Di SMPN 3 Sawahlunto”.
Batusangkar: IAIN Batusangkar.

Nasution, Henni Syafriana dan Abdillah. 2019. Bimbingan Konseling Konsep,


Teori, dan Aplikasinya. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia.

19
Nugraha, Ariadi. 2017. “Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk
Pengembangan Sikap Kepemimpinan Siswa”. Universitas Ahmad Dahlan.

Rukaya. 2019. Aku Bimbingan dan Konseling. Bogor: Guepedia Publisher.

Safitri, Nindiya Eka dan Siti Ummi Novirizki Hasan. 2018. Strategi Layanan
Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Nilai karakter Religius.
Vol. 2, No. 1, Jurnal Konseling Andi Matappa, 23.

Setiawan, Andi. 2018. Pendekatan-Pendekatan Konseling. Yogyakarta:


Deepublish Publisher.

Setiawan, Gede Danu dan Putu Abda Ursula. 2021. Profesi Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: CV Bintang Semesta Media.

Sulusyawati, Heni dan Dian Mustika Maya. 2021. BK Karier. Yogyakarta: CV


Bintang Semesta Media.

Syukur, Yarmis. Dkk. 2019. Bimbingan Konseling di Sekolah. Malang: CV


IRDH.

20

Anda mungkin juga menyukai