Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MODEL – MODEL BIMBINGAN DAN


KONSELING DAN POLA DASAR
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Bimbingan Konseling Pendidikan

Dosen : Dra.Hj.Roisah, M.Pd.

Oleh

Bagus Permadi (21.03.4034)

FAKULTAS DAKWAH

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BREBES

JL. Yos Sudarso No.26, Ps. Batang, Brebes, Brebes, Jawa Tengah 52211

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dra.Hj.Roisah, M.Pd.pada mata kuliah Bimbingan Konseling Pendidikan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hakikat Bimbingan konseling bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.Hj.Roisah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Bimbingan Konseling Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Brebes, 19 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan masalah ..................................................................... 1
C.Tujuan penulisan ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................. 2
A. Model-model Bimbingan dan Konseling dan Pola Dasar Bimbingan ....... 3
B. Pola – Pola Bimbingan Konseling ........................................... 5

C. Pendekatan atau Strategi dasar ................................................. 6

BAB III PENUTUP ..................................................................... 8


A. Kesimpulan .............................................................................. 8
B. Saran ........................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk filosofis, artinya bahwa manusia memiliki sebuah
pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir, manusia juga memiliki suatu sifat yang
unik, serta memiliki perbedaan dengan makhluk yang lain dalam perkembangannya.
Implikasi dari keragaman ini adalah bahwa setiap individu itu memiliki kebebasan
untuk menentukan dan mengembangkan dirinya berdasarkan pada keunikan atau tiap-
tiap potensi yang ada pada dirinya tanpa menimbulkan adanya suatu masalah dengan
lingkungan disekitarnya. Jika dilihat dari sisi keunikan dan keragaman individu
tersebut, maka diperlukan adanya bimbingan untuk membantu setiap individu dalam
mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya. Bimbingan dan konseling
dilakakukan sebagai suatu upaya pemberian bantuan untuk menunjukkan
perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individu sesuai
dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi yang dimilikinya, kelebihan
dan kekurangan, kelemahan serta setiap permasalahan yang ada didalam dirinya.
Di sekolah gerakan atau program bimbingan dan konseling sangat diperlukan
karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat membantu siswa dalam
mencapai standar dan kemampuan profesional dan akademik siswa. Disamping itu
dalam program bimbingan dan konseling selain memberikan pelayanan, program
bimbingan dan koseling juga memiliki prinsip-prinsip yang terkait dengan bimbingan
dan konseling.
Sebagai seorang pendidik yang akan membimbing siswa kearah perkembangan
yang optimal maka diperlukan pengetahuan tentang pola pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan serta pola-
pola bimbingan dimaksudkan membekali mahasiswa calon guru disekolah untuk
mampu menyelenggarakan pembelajaran yang memberikan pelayanan dasar-dasar
bimbingan sesuai dengan kewenagannya.

Oleh karenanya, makalah ini akan membahas model-model bimbingan dan


konseling dan pola dasar bimbingan serta pola-pola bimbingan.

1
B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja yang menjadi model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar
bimbingan?
2. Apa saja yang termasuk pola-pola bimbingan pada bimbingan dan konseling?
3. Apa saja yang termasuk pendekatan atau strategi dasar?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan
2. Mengetahui pola-pola bimbingan pada bimbingan dan konseling
3. Mengetahui pendekatan atau strategi dasar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model-model Bimbingan dan Konseling dan Pola Dasar Bimbingan


Pelayanan Bimbingan dan Konseling di lembaga pendidikan formal
diselenggarakan dalam rangka suatu progaram bimbingan yaitu suatau rangkaian
kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir dan terkoordinasi selama periode
waktu tertentu. Suatu progam bimbingan dan konseling dapat disusun dengan
berdasarkan pada suatu kerangka berfikir dan pola dasar pelaksanaan tertentu.
Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan bermula dari
gerakan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat yang dikembangkan di sejumlah
kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-
sekolah. Istilah Model menurut shertzer dan Stone (1981) yaitu suatu konseptualisasi
yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatu yang
luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi semua persyaratan bagi suatau teori
ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang tertentu untuk menghadapi
tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan pendidikan
sekolah di AS. Adapun beberapa model dari beberapa ahli adalah sebagai berikut:
1. Frank Parsons, menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan
ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap
bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan
mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara
konseling.
2. William M. Proctor (1925), mengembangkan model bimbingan dan
mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian
menyangkut bantuan yang diberikan kepada sisiwa dalam memilih progam
studi, aktivitas ekstra kurikuler, bentuk rekreasi, membantu mengambil langkah
dalam mencapai cita-cita yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan
siswa.
3. John M. Brewer (1932), mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan
belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan
bimbingan perkembangan. Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan
saja.

3
4. Donal G. Patterson (1938), dikenal dengan metode klinis yang menekankan
perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli dengan
menggunakan tes psikologi dan studi diagnostik.
5. Wilson Little dan AL. Champman (1955), menekankan perlunya bimbingan
dalam memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan
siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku
suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin dan pergaulan sosial.
Model ini menggunakan bentuk pelayanan individual dan kelompok,
mengutamakan sifat bimbingan preventif dan perseveratif dan melayani
bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi.
6. Kennet B. Hoyt (1962), mendeskripsikan model bimbingan mencakup
sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa. Model
ini menekankan pelayanan individual dan kelompok dan memungkinkan
pelayanan yang bersifat preventif, perseveratif, dan remedial serta
mengutamakan ragam bimbingan belajar dan individu.
7. Ruth Strabf (1964), berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara
konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan individudan pelayanan
secara kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan
wawancara konseling.
8. Arthur J. Jones (1970), menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan
kepada siswa dalam menentukan pilihan-pilihan dan dalam penyesuaian diri.
Bantuan ini terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi
akademik dan bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan,
mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabaatan dan
memberi tekanan pada komponen bimbingan penenpatan dan pengumpulan
data serta wawancara.
9. Chris D. Kehas (1970), merumuskan tujuan pendidikan di sekolah adalah pada
perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi pada kenyataannya hanya aspek
intelektual saja yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan
hanyalah berfungsi dalam rangka meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar di kelas.
10. Ralp Moser dan Norman A. Srinthall (1971), mengajukan usul agar di sekolah
diberi pendidikan psikologi yang dirancang guna menunjang perkembangan
kepribadian para siswa. Dengan model tersebut, pelayanan bimbingan tidak
4
hanya dibatasi pada mereka yang melakukan konseling pada konselor, akan
tetapi sampai pada semua siswa yang mengikuti pendidikan psikologis.
11. Julius Menacker (1976), model ini menekankan pada usaha mengadakan
perubahan pada lingkungan hidup serta mengatasi masalah yan menghambat
perkembangan yang optimal bagi siswa. Model ini memiliki keunggulan bahwa
pandangan tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi
antara individu dengan lingkungan hidupnya.

Kehas berpandangan sejumlah faktor yang menghambat konseptualisasi dan


pertanggungjawaban teoritis dari bimbingan di sekolah-sekolah di Amerika serikat
yaitu:
1. Organisai profesional di bidang bimbingan lebih banyak memperhatikan
layanan konseling dari pada layanan bimbingan pada umumnya.
2. Perbedaan konseptual antara mengajar dan membimbing masih kabur.
3. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah lebih dikaitkan dengan bidang
administrasi sekolah, sehingga fungsi khas dari bimbingan tinggal samar-samar
saja.
4. Pemikirannya teoritis.
5. Terdapat anggapan.

B. Pola-pola Bimbingan
Menurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) dalam sejarah perkembangan
pelayanan bimbingan di institusi pendidikan muncul empat pola dasar yang diberi
nama:
1. Pola Generalis
Bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh
terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat
menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Ujung
pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang kontinyu dan
bersambungan yang ditujukan kepada semua siswa. Pada akhirnya bimbingan
hanya dianggap perlupada saat-saat tertentu saja.
2. Pola Spesialis
Bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh
ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara
5
pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir, dan
bimbingan konseling.
3. Pola Kurikuler
Bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan diusulkan
dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus
dalam rangka suatu kursus bimbingan. Segi positif dari pola dasar ini ialah
hubungan langsung terlibat dalam seluk-beluk pengajaran, segi negatifnya
terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri dan
perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar
seperti terjadi di bidang-bidang studi akademik
4. Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental
Bahwa orang akan lebih hidup bahagia bila dapat menjaga kesehatan
mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif pola
dasar ini adalah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidik
di institusi pendidikan dan integrasi sosial di antara peserta didik dengan staf
pendidik.

C. Pendekatan atau Strategi Dasar


Seorang ahli bernama Robert H. Mathewson (1962), berhasil membedakan
tujuh pendekatan strategi dasar yang masing-masing pendekatan kontinum yang
bipolar. Ketujuh strategi dasar itu adalah sebagai berikut:
1. Edukatif versus Direktif, yaitu satu sisi peleyanan bimbingan dipandang
sebagai pengalaman belajar bagi siswa yang membantu mereka untuk
menentukan sendiri pilihan-pilihannya. Di sisi yang lain pelayan bimbingan
ditafsirkan sebagai penentu diagnosis oleh seorang ahli disertai
rekomendasi-rekomendasi
2. Komulatif versus Pelayanan, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan
dilihat sebagai program yang berkelanjutan dan bersambung-sambung. Di
sisi yang lain hanya dianggap perlu pada saat tertentu.
3. Evaluasi diri versus oleh orang lain yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan
dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluai diri atas
prakarsa sendiri. Di sisi yang lain banyak memberikan tanggapan,
pendapatan, pandangan dan saran karena siswa dianggap membutuhkan hal
itu.
6
4. Kebutuhan Individu versus Kebutuhan Lingkungan, yaitu disisi satu
pelayanan bimbingan menekankan supaya kebutuhan-kebutuhan masing-
masing siswa dipenuhi. Di sisi yang lain difokuskan pada kebutuhan
lingkungan masyarakat atau lingkungan sekolah sendiri.
5. Penilaian Subyektif versus Penilaian Obyektif, yaitu disisi satu pelayanan
bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswa sendiri terhadap
dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya, disisi yang lain menitikberatkan
pengumpulan data siswa dari sumber di luar siswa sendiri.
6. Komprehensif versus Berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu
disatu sisi pelayanan bimbingan diprogramkan sedemikian rupa sehingga
semua tantangan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan siswa
tercakup di dalamnya. Di sisi yang lain dipusatkan pada aspek-aspek
perkembangan atau bidang permasalahan tertentu.
7. Koordinatif versus Spesialistik, yaitu disatu sisi ditangani oleh sejumlah
tenaga melakukan kerjasama secara koordinatif dalam memberikan bantuan
dan berkedudukan sama dan harus bekerjasama erat dalam mendeskripsikan
ciri-ciri suatu program bimbingan ynag dilaksanakan pada instuti
pendidikan, di sisi yang lain ditangani secara spesifik berdasarkan keahlian.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan serta pola-pola
bimbingan dimaksudkan membekali mahasiswa calon guru disekolah untuk mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang memberikan pelayanan dasar-dasar bimbingan
sesuai dengan kewenagannya.
Dengan mempelajari model dan pola yang ada dalam bimbingan dan konseling
maka kita sebagai calon konselor akan semakin dalam dan luas pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling dan menjadikan kita dapat lebih lihai dalam melakukan layanan
kepada para klien.

3.2 Saran
Sebagai seorang pendidik yang akan membimbing siswa kearah perkembangan
yang optimal maka diperlukan pengetahuan tentang pola pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempelajari model-model dan
pola-pola dalam bimbingan dan konseling agar dapat menerapkan dengan tepat model atau
pola yang seperti apa bagi klien / siswanya kelak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 45-47
Ibid, hlm 48-53
Ibid, hlm. 56-60
Ibid, hlm.63-76
https://www.academia.edu/11894169/Makalah_Model_model_Bimbingan_da
n_Konseling_dan_Pola_pola_dasar Pada Minggu, 19 Maret 2023. Pukul 07.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai