Oleh
FAKULTAS DAKWAH
JL. Yos Sudarso No.26, Ps. Batang, Brebes, Brebes, Jawa Tengah 52211
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu
Dra.Hj.Roisah, M.Pd.pada mata kuliah Bimbingan Konseling Pendidikan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hakikat Bimbingan konseling bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra.Hj.Roisah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Bimbingan Konseling Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk filosofis, artinya bahwa manusia memiliki sebuah
pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir, manusia juga memiliki suatu sifat yang
unik, serta memiliki perbedaan dengan makhluk yang lain dalam perkembangannya.
Implikasi dari keragaman ini adalah bahwa setiap individu itu memiliki kebebasan
untuk menentukan dan mengembangkan dirinya berdasarkan pada keunikan atau tiap-
tiap potensi yang ada pada dirinya tanpa menimbulkan adanya suatu masalah dengan
lingkungan disekitarnya. Jika dilihat dari sisi keunikan dan keragaman individu
tersebut, maka diperlukan adanya bimbingan untuk membantu setiap individu dalam
mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya. Bimbingan dan konseling
dilakakukan sebagai suatu upaya pemberian bantuan untuk menunjukkan
perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun individu sesuai
dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi yang dimilikinya, kelebihan
dan kekurangan, kelemahan serta setiap permasalahan yang ada didalam dirinya.
Di sekolah gerakan atau program bimbingan dan konseling sangat diperlukan
karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat membantu siswa dalam
mencapai standar dan kemampuan profesional dan akademik siswa. Disamping itu
dalam program bimbingan dan konseling selain memberikan pelayanan, program
bimbingan dan koseling juga memiliki prinsip-prinsip yang terkait dengan bimbingan
dan konseling.
Sebagai seorang pendidik yang akan membimbing siswa kearah perkembangan
yang optimal maka diperlukan pengetahuan tentang pola pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan serta pola-
pola bimbingan dimaksudkan membekali mahasiswa calon guru disekolah untuk
mampu menyelenggarakan pembelajaran yang memberikan pelayanan dasar-dasar
bimbingan sesuai dengan kewenagannya.
1
B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja yang menjadi model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar
bimbingan?
2. Apa saja yang termasuk pola-pola bimbingan pada bimbingan dan konseling?
3. Apa saja yang termasuk pendekatan atau strategi dasar?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan
2. Mengetahui pola-pola bimbingan pada bimbingan dan konseling
3. Mengetahui pendekatan atau strategi dasar
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Donal G. Patterson (1938), dikenal dengan metode klinis yang menekankan
perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli dengan
menggunakan tes psikologi dan studi diagnostik.
5. Wilson Little dan AL. Champman (1955), menekankan perlunya bimbingan
dalam memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan
siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku
suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin dan pergaulan sosial.
Model ini menggunakan bentuk pelayanan individual dan kelompok,
mengutamakan sifat bimbingan preventif dan perseveratif dan melayani
bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi.
6. Kennet B. Hoyt (1962), mendeskripsikan model bimbingan mencakup
sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswa. Model
ini menekankan pelayanan individual dan kelompok dan memungkinkan
pelayanan yang bersifat preventif, perseveratif, dan remedial serta
mengutamakan ragam bimbingan belajar dan individu.
7. Ruth Strabf (1964), berpandangan menyangkut bimbingan melalui wawancara
konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan individudan pelayanan
secara kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan
wawancara konseling.
8. Arthur J. Jones (1970), menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan
kepada siswa dalam menentukan pilihan-pilihan dan dalam penyesuaian diri.
Bantuan ini terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidang studi
akademik dan bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan,
mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabaatan dan
memberi tekanan pada komponen bimbingan penenpatan dan pengumpulan
data serta wawancara.
9. Chris D. Kehas (1970), merumuskan tujuan pendidikan di sekolah adalah pada
perkembangan kepribadian peserta didik, tetapi pada kenyataannya hanya aspek
intelektual saja yang diperhatikan. Dengan demikian tenaga-tenaga bimbingan
hanyalah berfungsi dalam rangka meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar di kelas.
10. Ralp Moser dan Norman A. Srinthall (1971), mengajukan usul agar di sekolah
diberi pendidikan psikologi yang dirancang guna menunjang perkembangan
kepribadian para siswa. Dengan model tersebut, pelayanan bimbingan tidak
4
hanya dibatasi pada mereka yang melakukan konseling pada konselor, akan
tetapi sampai pada semua siswa yang mengikuti pendidikan psikologis.
11. Julius Menacker (1976), model ini menekankan pada usaha mengadakan
perubahan pada lingkungan hidup serta mengatasi masalah yan menghambat
perkembangan yang optimal bagi siswa. Model ini memiliki keunggulan bahwa
pandangan tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi
antara individu dengan lingkungan hidupnya.
B. Pola-pola Bimbingan
Menurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) dalam sejarah perkembangan
pelayanan bimbingan di institusi pendidikan muncul empat pola dasar yang diberi
nama:
1. Pola Generalis
Bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh
terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat
menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Ujung
pelayanan bimbingan dilihat sebagai program yang kontinyu dan
bersambungan yang ditujukan kepada semua siswa. Pada akhirnya bimbingan
hanya dianggap perlupada saat-saat tertentu saja.
2. Pola Spesialis
Bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh
ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara
5
pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir, dan
bimbingan konseling.
3. Pola Kurikuler
Bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan diusulkan
dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus
dalam rangka suatu kursus bimbingan. Segi positif dari pola dasar ini ialah
hubungan langsung terlibat dalam seluk-beluk pengajaran, segi negatifnya
terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri dan
perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar
seperti terjadi di bidang-bidang studi akademik
4. Pola Relasi-relasi Manusia dan Kesehatan Mental
Bahwa orang akan lebih hidup bahagia bila dapat menjaga kesehatan
mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif pola
dasar ini adalah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidik
di institusi pendidikan dan integrasi sosial di antara peserta didik dengan staf
pendidik.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan serta pola-pola
bimbingan dimaksudkan membekali mahasiswa calon guru disekolah untuk mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang memberikan pelayanan dasar-dasar bimbingan
sesuai dengan kewenagannya.
Dengan mempelajari model dan pola yang ada dalam bimbingan dan konseling
maka kita sebagai calon konselor akan semakin dalam dan luas pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling dan menjadikan kita dapat lebih lihai dalam melakukan layanan
kepada para klien.
3.2 Saran
Sebagai seorang pendidik yang akan membimbing siswa kearah perkembangan
yang optimal maka diperlukan pengetahuan tentang pola pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempelajari model-model dan
pola-pola dalam bimbingan dan konseling agar dapat menerapkan dengan tepat model atau
pola yang seperti apa bagi klien / siswanya kelak.
8
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Syamsu Yusuf, L.N dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan
Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 45-47
Ibid, hlm 48-53
Ibid, hlm. 56-60
Ibid, hlm.63-76
https://www.academia.edu/11894169/Makalah_Model_model_Bimbingan_da
n_Konseling_dan_Pola_pola_dasar Pada Minggu, 19 Maret 2023. Pukul 07.00 WIB