Anda di halaman 1dari 12

MODEL-MODEL BIMBINGAN

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Landasan-landasan


Bimbingan dan Konseling
yang diampu oleh : 1. Prof. Dr. Syamsu Yusuf, LN., M.Pd.
2. Dr. Anne Hafina, M.Pd.

oleh

Kunto Bagas Satria 1803639


Rinrin Reza Lispandi 1803323
Vika Tanwirulfikri 180
Kelas B

PROGRAN STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI

Daftar isi.............................................................................................. ii
A. Bimbingan Model Parsons........................................................... 1
B. Bimbingan Identik dengan Pengajaran........................................ 2
C. Bimbingan Sebagai Proses Klinis................................................ 3
D. Bimbingan sebagai Distribusi dan Penyesuaian.......................... 4
E. Bimbingan Pengambilan Keputusan............................................ 4
F. Bimbingan Sebagai Layanan Konstelasi...................................... 5
G. Bimbingan Perkembangan........................................................... 6
H. Bimbingan Sebagai Ilmu Tindakan Bermakna............................ 6
I. Bimbingan Sebagai Rekonstruksi Sosial..................................... 7
J. Bimbingan Sebagai Pengembangan Pribadi................................ 7
K. Bimbingan Sebagai Pendidikan Psikologis.................................. 8
L. Bimbingan Aktivitas.................................................................... 8
Daftar pustaka...................................................................................... iii

ii
MODEL-MODEL BIMBINGAN

A. Bimbingan Model Parsons


Model bimbingan ini merupakan buah pikiran atau gagasan dari
“Founding of Guidance” yaitu Frank Parson. Model ini berupaya
menjodohkan (matching) karakteristik (kemampuan, minat, dan temperamen)
individu dengan syarat-syarat yang dituntut suatu pekerjaan (okupasi). Dia
meyakini bahwa jika indiidu bekerja dalam suatu pekerjaan yang sesuai
dengan karakteristik pribadinya, maka yang diuntungkan bukan hanya
individu itu sendiri, tetapi juga masyarakat atau perusahaan (lembaga) yang
memperkerjakaan individu itu sendiri.
Berdasaarkan pengamatan parson terhadap para pemuda-pemudi di
Biro Pekerjaan (Vocational Bureau) yang dia dirikan menunjukkan bahwa
mereka sangat membutuhkan bantuaan yang sistematik dari seseorang yang
berpengalaman dan punya ke ahlian ,yaitu konselor dalam memilih pekerjaan.
Dia berfikir bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan dala
mmemilih satu pekerjaan. Ketiga faktor itu adalah sebagai berikut:
1. Man Analysis
Dalam hal ini konselor bersama klien(konselee) bersama-sama
menganalisis kapabilitas,minat,dan tempat ramen klien.
2. Job Analysis
Klien atau individu menelaah, mengkaji peluang , perssyaratan,dan
prospek pekerjaan dari berbagai lini pekerjaan.
3. Joint and Cooperative Comparison of These Two Sets of Analysis
Konselor bersama kelien memandukan atau menjodohkan keduanya data
hasil analisis di atas.
Teori parson ini telah memberikan konstribusi yang sangat berarti
kepada perkembangan bimbingan, terutama menyangkut ketiga aspek berikut
ini:
1. Kegiatan analisis sebelum memilih pekerjaan mengilhami pengetahuan
tes pisikologi untuk mendiagnosis karakteristik individu atau
memfasilitasi terselenggaranya kegiataan “man analysis”.

1
2

2. Bimbingan dipandang sebagai satu program yang membantu individu


sebelum masuk ke dunia kerja.
3. Bimbingan model person memfokuskan pada aspek vokasional.

B. Bimbingan Identik dengan Pengajaran


Yang mengemukakan bahwa konsep bimbingan identik dengan
pendidikan adalah Brewer, yaitu melalui bukunya “Education as Guidance”
yang dipublikasikan pada tahun 1932. Dia menyelesaikan setudinya di
Uniersitas Harvard,kemudian menjadi pimpinan eksekutif Komite Biro
Vokasional Parson di Boston .pada tahun 1916-1917 dia mengajar di
Hervard, kemudian pada tahun 1918 Pergi ke Los Angeles dan menejer di
Universitas California, pada mata kuliah bimbingan jabatan dan pendidikan
jabatan. Pada tahun 1919 dia kembali ke Harverd untuk mengajar dan
menjadi direktur “Bereau of Vocational Guaidance”. Dia mengorganisasikan
kursus kursus reguler untuk mempersiapakan konselor.
Brewer berpendapat bahwa pendidikan bertujuan untuk
mempersiapkan para siswa (peserta didik) agar mampu melakukan aktivitas-
aktivitas kehidupan yang bermakakna, melalui pengetahuan dan kebijakan.
Dia meyakini bahwa sekolah bertanggung jawab untuk membimbing para
siswa. Istilah bimbingan dan pendidikan sering digunakan secara bergantian
oleh Berwer. Dia mengemukakan beberapa kriteria bmbingan sebagai berikut
:
1. Individu dibimbing dalam upaya memecahkan masalah, menyelesaikan
suatu tugas atau meraih tujuan.
2. Seseorang dibimbing biasanya berdasarkan permintaan atau inisiatifnya.
3. Bimbingan bersifat simpatik, bersahabat dan pemahaman.
4. Pembimbing harus memilih pengalaman, pengetahuan, dan kebijakan.
5. Metode bimbingan hendaknya memberikan peluang kepada individu
untuk memperoleh pengalaman dan wawasan baru.
6. Individu yang dibimbing secara progresif menerima bimbingan dan
mengambil keputusan sendiri.
3

7. Bimbingan memberikan bantuan kepada individu agar dapat


membimbing dari sendiri secara lebih baik.

C. Bimbingan Sebagai Proses Klinis


Bimbingan sebagai proses klinis pertama kali diperkenalkan oleh M.S.
Viteles, Donald G. Paterson dan E.G Wiliamson. Model bimbingan ini
ditandai dengan ciri-ciri:
1. Sebagai proses terhadap metode tiruan yang sering dianggap sebagai
bimbingan
2. Berupa mengembangkan teknik-teknik untuk menganalisis individu
secara komprehensif
3. Menekankan peranan konselor yang terlatih secara profesional yang
bertugas untuk membantu siswa yang memiliki masalah kesulitan
penyesuaian diri
4. Mengikuti prosedur yang teratur tetap tidak mekanis yaitu analisis,
sintesis, diagonis, prognosis, konseling, dan tidak lanjut.
Bimbingan sebagai suatu proses klinis menekankan kepada
penggunaan tes pisikologi, teknik klinis, dan studi diagonistis analitik,
sehingga konselor dapat memahami keliennya secara lebih baik, dan dapat
menentukan masalah-masalah secara lebih cepat dan akurat, serta
memberikan treatment yang lebih cepat juga. Para konselor tidak menaruh
perhatian terhadap pengambilan keputusan bagi klien memperoleh wawasan
atau pemahaman tentang faktor penyebab masalah yang dihadapinya dan
memilih alternatif tingkah laku yang tepat.
Model bimbingan klinis ini pendekatannya bersifat direktif yang
hasilnya sering efesien dan ekonomis, sehingga konselor dapat bekerja
dengan lebih banyak klien. Disamping ini pendekatannya bersifat ilmiah
dalam memecahkan masalah yang di alami klien dan menggunakan metode
yang objektif dalam mengumpulkan data klien.
4

D. Bimbingan sebagai Distribusi dan Penyesuaian


Pertengahan tahun 1920-an, William M. Proctor mengemukakan fungsi
bimbingan sangat terkait dengan proses distribusi dan penyesuaian.
Selanjutnya, tahun 1930-an Koos dan Kefauver memperkuat pendapat
Proctor dan menekankan bahwa bimbingan harus menekankan pada dua
fungsi pokok sebagai berikut.
1. Distribusi. Konselor membantu individu untuk menentukan apa
tujuannya dan diharapkan dapat memahami tentang dirinya dan juga
lingkungannya. Dalam hal ini, individu dibantu untuk menemukan
peluang-peluang dalam pendidikan dan pekerjaan.
2. Penyesuaian. Dalam hal ini siswa dibantu untuk menyesuaikan diri.
Bimbingan yang berfungsi distributif dan penyaluran bertujuan sebagai
berikut.
1. Membantu siswa meperoleh tingkat efisiensi dan kepuasan yang tinggi
sesuai dengan tujuannya.
2. Membantu memilih kegiatan di luar sekolah yang membuat dirirnya
bahagia.
3. Membantu merencanakan tujuan yang ingin dicapai.
4. Membantu sisa memperoleh informasi mengenai perencanaan dan
peluang-peluangnya sesuai dengan kemampuan dan minat.

E. Bimbingan Pengambilan Keputusan


Dua orang ahli yaitu jones dan Myer adalah yang pertama kali
mempersepsikan bimbingan sebagai pengambilan keputusan. Kedua orang
ahli ini berpendapat bahwa situasi bimbingan itu eksis hanya ketika siswa
membutuhkan bantuan dalam membuat pilihan dan penyesuaian diri,
pemecahan masalah dan pengembangan kemampuan untuk pengaruh diri
(self-direction).
Myer mengemukakan bahwa bimbingan merupakan pengambilan
keputusan yang melibatkan dua hal yaitu (1) Keragaman kemampuan
individu dan (2) Keragaman arternatif pilihan. Menurut Myer, bidang
5

bimbingan yang utama adalah bimbingan pendidikan dan jabatan (pekerjaan).


Bidang bimbingan lainnya adalah bimbingan rekreasi, bimbingan sosial dan
bimbingan kesehatan.
Katz mendefinisikan bimbingan sebagai interesi profesional terhadap
individu agar dapat melakukan pilihan-pilihan dalam bidang pendidikan atau
pekerjaan. Menurut dia kemampuan mengambil keputusan dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosio-kultural dan nilai-nilai. Pengambilan keputusan itu terjadi
ketika seorang (1) tidak mengetahui informasi yang dia perlukan, (2) tidak
memiliki informasi yang di inginkan dan (3) tidak dapat memnggunakan
informasi yang dimiliki.
Model bimbingan ini berasumsi bahwa (1) keragamaan antara
individucukup berarti , baik dalam aspek abilitas maupun interes dan (2)
permasaalahan tidak dapat diselesaikan dengan sukses oleh para pemuda
(remaja) tanpa bantuan dari orang lain yang profesional.
Model bimbingan ini sangat berkontribusi terhadap pengembangan
sikap demokratis para siswa, karena mereka dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan tersebut.

F. Bimbingan Sebagai Layanan Konstelasi


Kenneth B. Hoyt mengemukakan bahwa program bimbingan bukan
hanya tanggung jawab konselor, tetapi merupakan tanggung jawab dari
komponen sekolah, ini berarti konselor tidak bekerja sendiri. Selain itu Hoyt
mengemukakan bahwa konselor adalah figur kunci dalam program bimbingan
dan pekerjaan konselor lebih utama menjalin hubungan dengan komponen
sekolah, seperti dengan guru dan kepala sekolah daripada dengan psikolog,
pekerja sosial, dan sebagainya. Pada intinya Hoyt meyakini bahwa layanan
bimbingan akan tercapai dengan maksimal jika diintegrasikan atau
diselaraskan dengan tujuan sekolah.
Dalam bimbingan ini, Fungsi dan tugas konselor harus diperjelas
kepada siswa-siswa di sekolah. Dalam layanan di SD SMP agar dapat
mengembangkan potensinya, dengan konsultasi dengan guru kelas. Sebagai
konselor yang baik, konselor harusnya menguasai prosedur penaksiran
6

individu, pemahaman tingkah laku, informasi pendidikan dan karier,


konseling, kebutuhan referral, dan bimbingan kelompok. Keuntungan dari
bimbingan ini adalah konseling lebbih dari hubungan bantuan, malainkan
teknikal sense. Tanggug jawab kesehatan mental siswaterletak pada seluruh
civitas sekolah. Sedangkan untuk kerugiannya adalah bimbingan cenderung
pada persepektif umum, pengukuran dan penilaian hasil program sangat sulit,
dan Nampak merendahkan kompetensi konselor terhadap kontribusinya pada
sekolah.

G. Bimbingan Perkembangan
Para ahli pengembang model ini adalah Wilson Little dan A.L
Chapman penyusun buku Developmental Guidance in the Secondary School,
Herman . Peters dan Gail Farwell penyusun buku Guidance: A
Developmental Approach, dan Robert Mathewson penyusun buku Guidance
Policy and Practice. Pada model ini, bimbingan dan konseling dipandang
sebagai suatu proses perkembangan yang menekankan pada upaya membantu
semua individu dalam fase perkembangannya agar dapat tumbuh secara
optimal. Layanan bimbingan pengembangan bersifar komperhensif, meliputi
semua rentang kehidupan. Perhatian utama model ini adalah perkembangan
positif semua aspek perkembangan individu yang dalam penyelenggaraannya
bekerjasama dengan semua pihak.
Robert Mathewson merancang prinsip bimbingan dengan pendekatan
perkembangan pada tulisan “Guidance Policy and practice”. Ada empat
proses yang berkaitan dengan kebutuhan bimbingan yaitu (1). Pemahaman
diri (2). kesadaran lingkungan sekitarnya (3). Masa kini dan masa yang akan
datang (4). Mengembangkan potensi diri. Kebaikan dari bimbingan ini adalah
membantu individu mencapai perkembangan maksimal. Namun kerugiannya
adalah tidak semua dilengkapi dengan pelatihan yang menunjungkan.

H. Bimbingan Sebagai Ilmu Tindakan Bermakna


Model bimbingan ini diajukan sejak tahun 1962 oleh Tiedeman dan
Field. Tiedeman dan Field mendefinisikan bimbingan sebagai kegiatan
7

professional yang menggunakan suatu ilmu pengetahuan tentang kegiatan


bertujuan dalam struktur pendidikan yang spesifik. Mereka menekankan
bahwa bimbingan harus eksis dalam proses pendidikan, sehingga posisi
konselor tidak dipandang berada di samping pendidikan, tetapi ada di dalam
pendidikan itu sendiri, serta pencapaian aplikasi bimbingan ini akan lebih
efektif.
Bimbingan ini dianggap sebagai professional yang menggunakan ilmu
perilaku bermakna dan pendidikan yang khusus. Guru harus menjadi
konselor, dan konselor harus menjadi guru. Iswa dituntuut untuk memahami
terhadap proses perubahan. Keuntungan dalam model ini adalah bimbingan
memperoleh status profesi, tidak ada teori yang relevan, mencakup perubahan
perilaku dan independensi.

I. Bimbingan Sebagai Rekonstruksi Sosial


Edward J. Shoben mengembangkan model ini pada tahun 1962
(Prayitno, 2004). Ia berpendapat bahwa konselor adalah pemimpin dalam
merekonstruksi atau memperbaiki keadaan sosial di sekolah. Tugas utama
bimbingan adalah membantu mengembangkan potensi inividu dan
menemukan cara-cara mengekspesikan diri individu itu sesuai dengan norma
yang ada
Model ini pun menjabarkan bahwa konselor cenderung memikirkan
dirinya sebagai seorang spesialis area khusus; testing, konseling dan
informasi karier. Menekankan pertumbuhan individu dan menemukan cara-
cara sosial untuk mengekspresikan keunikannya. Konselor sebagai
pengumpan balik, karena dapat mempelajari siswa dari guru dan petugas
administrasi.
Kebaikan model ini terdapat pada bimbingan yang ideal dan
memfasilitasi individu mencapai aktualisasi diri dan memfasilitasi sekolah
yang mempunyai keyakinan besar bagi individualitas yang dimiliki siswa.
8

J. Bimbingan Sebagai Pengembangan Pribadi


Pada akhir tahun 1960-an Chis D. Kehas mengembangkan model ini
(Prayitno, 2004). Perhatian utama model ini adalah perkembangan pribadi
individu yang juga merupaka tujuan dari pendidikan. Model ini merupakan
tahap awal dalam membangun kerangka kerja konseling di sekolah. Kehas
berpendapat bahwa teaching dan counseling merupakan dua pendekatan yang
berhubungan dengan siswa, yang bersifat komplementer dan kolaboratif. Dan
dua pendekatan ini sama-sama penting dalam mencapai tujuan pendidikan.
Chris D. Kehas merumuskan tujuan pendidikan disekolah memberikan
tekanan pada perkembangan kepribadian peserta didik, namun realitanya
hanya aspek intelektual yang diperhatikan, dengan kata lain tenaga bimbingan
hanya berfungsi meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar dikelas.
Pengajaran dan pendidikan dimaksudkan untuk pengembangan pribadi
individu, yang mencakup konsep diri, identitas ego, evaluasi diri dan sikap
diri, hal ini dimaksudkan untuk mengontrol dan mengembangkan diri.
Kelebihan model ini adalah mempresentasikan proses bimbingan yang
berkenaan dengan pribadi, peranan guru dan konselor dapat definisikan lebih
tepat. Kerugiannya antara lain, parameter komplementer antara guru dan
konselor sulit dipahami apalagi dikembangkan. Kecenderungan membagi dua
hal yang terpisah yaitu, guru bertanggung jawab pada pengembangan
intelektual sedangkan konselor pada pengembangan pribadi.

K. Bimbingan Sebagai Pendidikan Psikologis


Awal konsep model ini terbentuk adalah pada tahun 1970an. model
bimbingan yang merumuskan tujuan-tujuan pribadinya dan implementasinya.
Mengembangkan segi kognitif, mencakup penguasaan materi pelajaran, segi
afektif yaitu mengembangkan kematangan emosi. Metodenya memasukan
dalam mata pelajaran regular, konselor mengajarkan pspikologis secara
khusus dan menyelenggarakan pengembangan organisasi.
Ralp Moser dan Norman A. Srinthall, (1971), mengajukan usul supaya
di sekolah diberi pendidikan psikologis yang dirancang untuk menunjang
perkembangan kepribadian para siswa dengan mengutamakan belajar
9

dinamik-efektif yang menyangkut kepribadian nilai-nilai hidup dan sikap-


sikap. Pelayanan bimbingan tidak hanya dibatasi pada mereka yang
menghadap konselor sekolah, tetapi sampai pada semua siswa yang
mengikuti pendidikan psikologis. Ini merupakan keunggulan modelnya.
Pengembangan pribadi menjadi tujuan pendidikan, konselor peroleh
hasil lebih besar, optimalisasi konseling individual. Kekurangan dari metode
ini adalah sedikitnya pengetahuan tentang bagaimana proses pengembangan
pribadi, khususnya melalui kegiatan kurikuler.

L. Bimbingan Aktivitas
Model bimbingan ini merespon terhadap ketidakpuasan praktek
bimbingan dalam siswa pinggiran yang miskin, yang diakibatkan oleh
goncangan di dalam masyarakat maupun disekolah yang diwarnai konflik dan
kekerasan.
Model ini menekankan pada usaha mengadakan perubahan pada
lingkungan hidup serta mengatasi masalah yan menghambat perkembangan
yang optimal bagi siswa. Model ini memiliki keunggulan bahwa pandangan
tingkah laku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungan hidupnya
Dalam model ini apabila seseorang mau mengubah perilaku harus
mampu memandang penting sebuah lingkungan. Karena perilaku merupakan
fungsi diri dalam situasi tertentu. Namun, peran aktivis dapat menciptakan
ketegangan antara administrator, konselor, dan guru.
DAFTAR PUSTAKA

Gibson, Robert L. (2011). Bimbingan dan konseling. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Mugiarso, Heru dkk. (2006). Bimbingan dan konseling. Semarang: UNNES
PRESS.
Prayitno, H. & Amti, Erman. (2008). Dasar-dasar bimbingan dan konseling,
Jakarta: Rineka Cipta.
Tohirin. (2007). Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

iii

Anda mungkin juga menyukai