Anda di halaman 1dari 11

PEMENUHAN HAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI SEKOLAH INKLUSI

Triyanto
Desty Ratna Permatasari
Prodi PPKn FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126
E-mail: try_uns@yahoo.com

Abstract: Special children’s rights fulfillment in inclusive school SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah
02 Purwokerto. The aim of this study is to describe the fulfilling of special needs children’s’ rights
in inclusive school SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto. The qualitative descriptive
research was applied and the data collection of data was using questionnaires, interview, and
observation. The subjects of the study are classroom teachers and teacher assistant. The results
of the study showed that SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto has been able to apply
the inclusive school concept. Although not all of special children’s needs are fulfilled, they have
been generally fulfilled.
Keywords: special children’s rights fulfillment, inclusive school

Abstrak: Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi SDIT Al Irsyad Al
Islamiyyah 02 Purwokerto. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemenuhan hak-
hak anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah inklusif SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02
Purwokerto. Jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan
metode angket, wawancara dan observasi. Subyek penelitian adalah guru kelas dan guru
pendamping. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto
telah mampu menerapkan konsep sekolah inklusi dengan cukup baik. Meski masih belum semua
hak ABK terpenuhi, namun secara umum hak-hak ABK telah dapat terpenuhi.

Kata kunci: pemenuhan hak-hak ABK, sekolah inklusif.

Setiap anak memiliki ciri khas serta kelebihan tahun hingga menimbulkan luka fisik, yang telah
yang berbeda-beda satu sama lain. Anak dengan dilakukan oleh pihak sekolah.
kebutuhan khusus merupakan salah satu contoh Laporan yang diterima KPAI (2014) terkait
perbedaan ciri khas dari seorang anak. Perbedaan kekerasan fisik pada ABK juga terjadi di sekolah
tersebut harus diapresiasi dengan baik oleh individu yang berbasis boarding school. Terkait kasus
yang berada di lingkungan anak. Penerimaan yang tersebut KPAI memberikan rekomendasi kepada
baik dari lingkungan merupakan salah satu hak Kemendikbud agar melakukan evaluasi terhadap
yang harus diterimanya. Sayangnya, tidak semua penyelenggaraan boarding school untuk anak
pihak-pihak tersebut menyadari bahwa penerimaan berkebutuhan khusus. Tindakan preventif dari
dari mereka akan berpengaruh terhadap kondisi pemerintah untuk meredakan maraknya kasus
psikis anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia kekerasan atau diskriminasi pada anak dianggap
(KPAI) pada tahun 2014 kembali mendapat sangat perlu dilakukan. Kegiatan evaluasi serta
laporan tentang kasus dugaan kekerasan terhadap monitoring penyelenggaraan sekolah untuk ABK
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) berusia 14 harus dilakukan semaksimal mungkin. Dalam hal

176
Triyanto, dkk, Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi ... 177

ini, pemerintah juga mempunyai andil yang besar kecacatan atau yang menyandang ketunaan, dan juga
terkait posisinya sebagai pembuat undang-undang anak lantib dan berbakat. Seiring perkembangannya,
bagi perlindungan warga negara. makna ketunaan dapat diartikan sebagai berkelainan
Kasus kekerasan dan diskriminasi pada ABK atau luar biasa. Konsep ketunaan berbeda dengan
masih dianggap hal wajar dalam realita kehidupan konsep berkelainan. Konsep ketunaan cenderung
di masyarakat. Hal ini seperti diungkapkan oleh mengarah kepada orang yang mempunyai kecacatan
Susanto selaku Komisioner bidang pendidikan sedangkan konsep berkelainan atau luar biasa
KPAI bahwa “diskriminasi kepada anak yang mempunyai makna yang lebih luas yaitu mencakup
berkebutuhan khusus dan anak-anak minoritas anak yang menyandang ketunaan maupun yang
dianggap hal wajar. Kekerasan dipandang sebagai memiliki keunggulan.
hal yang lazim dilakukan dalam rangka mendidik Di sisi lain, menurut Heward (2003) anak
anak”. Anggapan ini tentu sangat merugikan ABK berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai
selaku “korban” yang mempunyai hak-hak layaknya karakteristik berbeda dengan anak pada umumnya
anak pada umumnya. Anak dengan kebutuhan tetapi tidak berarti perbedaan tersebut selalu
khusus juga harus dikembangkan potensi dalam mengarah kepada ketidakmampuan secara mental,
dirinya agar kelak mereka mampu membaur dalam emosi atau fisik. Menurut Mangunsong (2009) anak
lingkup masyarakat yang lebih luas setelah dewasa. berkebutuhan khusus atau anak luar biasa adalah
Tindak kekerasan serta diskriminasi yang anak yang mempunyai perbedaan dalam hal; ciri-
diterima oleh ABK di Indonesia sepertinya belum ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik
menjadi masalah bagi masyarakat luas. Hal tersebut dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional,
menunjukkan tingkat kepedulian masyarakat dengan kemampuan berkomunikasi, maupun campuran
kehidupan ABK yang masih rendah. Seorang ABK di dari dua atau lebih hal-hal di atas dari rata-rata anak
Kulonprogo ditolak sebuah sekolah saat mendaftar normal; ia memerlukan perubahan yang mengarah
tanpa alasan yang jelas (Tribun Jogja, 2014). Hal pada perbaikan tugas-tugas sekolah, metode belajar
ini menunjukkan belum semua sekolah memiliki atau pelayanan lainnya, yang bertujuan untuk
visi yang jelas dalam mengakomodir pendidikan mengembangkan potensi atau kemampuannya
bagi siswa berkebutuhan khusus. Pihak sekolah secara maksimal. Berdasarkan dari beberapa
sebagai lembaga formal penyelenggara pendidikan pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan
seharusnya tidak mempermasalah-kan masalah bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak
keterbatasan fisik siswa. Hal ini dikarenakan setiap yang mempunyai ciri khas berbeda dibandingkan
anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh anak pada umumnya, dimana ciri khas tersebut
pendidikan. terkait dengan fisik, emosi, maupun mental yang
Dampak lingkungan sosial bagi perkembangan berada di bawah maupun di atas rata-rata anak pada
mental atau psikologi anak harus benar-benar umumnya.
disadari oleh semua pihak terkait. Sekolah yang Menurut Permendiknas No. 70 tahun
notabene sebagai salah satu lingkungan yang 2009 pasal 3 ayat 1: peserta didik yang berhak
bernuansa pendidikan harus menerapkan prinsip- mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan
prinsip kesamaan hak bagi semua siswanya tak pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
terkecuali bagi siswa ABK. Nuansa pendidikan yang kemampuannya adalah peserta didik yang memiliki
diciptakan di sekolah harus berlandaskan dengan memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan sosial
nilai-nilai yang tidak bertentangan dengan konsep atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
mendidik itu sendiri. Bahwa mendidik seorang anak istimewa. Sedangkan pada pasal 3 ayat 2 disebutkan
sama halnya seperti membentuk karakternya. Saat bahwa “tunanetra, tunarungu, tunawicara, tuna-
seorang anak dididik dengan kekerasan maka dalam grahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan
diri siswa akan tertanam karakter sebagai seorang belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan
yang pemarah dan mudah melakukan kekerasan. motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba,
obat terlarang, dan zat adiktif lainnya, memiliki
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) kelainan lainnya, dan tunaganda merupakan jenis
peserta didik yang memiliki kelainan sebagaimana
Menurut Mulyono (2006:26) anak berkebutuhan
dimaksud dalam ayat 1.
khusus diartikan sebagai anak yang mempunyai
178 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 2, November 2016, hlm 176-186

Tunanetra adalah seseorang yang memiliki bahwa mempunyai gangguan pendengaran sejak
keterbatasan yang berupa hambatan dalam balita maupun sejak lahir akan menjadi anak yang
penglihatan. Tunanetra Dapat diklasifikasikan menderita gangguan berbicara.
kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind) dan Tunagrahita menurut Peraturan Pemerintah
low vision. Keadaan lemah penglihatan atau akurasi Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 tentang
penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi Pendidikan Luar Biasa adalah keterbelakangan
atau tidak lagi melihat disebut tunanetra (Hallahan mental, termasuk disini yang keterbelakangan
& Kaufman, 2006). Karena tunanetra memiliki mental ringan dan keterbelakangan mental sedang.
keterbataan dalam indra penglihatan maka proses Ada beberapa klasifikasi tuna grahita menurut
pembelajaran ditekankan pada alat indra yang lain American Association on Mental Deficiency
yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh (AAMD) (Amin, 1995). Pertama, Tunagrahita
karena itu prinsip yang harus diperhatikan oleh guru Ringan (Mampu Didik). Tingkat kecerdasannya
dalam memberikan pengajaran kepada seseorang IQ mereka berkisar 50–70, anak yang menderita
yang memiliki keterbatasan penglihatan adalah tugrahita ringan mempunyai kemampuan untuk
penggunaan media yang harus bersifat aktual dan berkembang dalam bidang pelajaran akademik,
bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan penyesuaian sosial dan kemampuan untuk bekerja,
braille, gambar timbul, benda model dan benda mampu melakukan penyesuaian dengan lingkungan
nyata. sedangkan media yang bersuara adalah tape yang lebih luas, dapat mandiri dalam masyarakat,
recorder dan alat lain. mampu melakukan pekerjaan semi trampil dan
Tunarungu adalah kekurangan atau kehi- pekerjaan sederhana. Kedua, Tunagrahita Sedang
langan kemampuan mendengar baik sebagian (Mampu Latih). Tingkat kecerdasan IQ berkisar
atau seluruhnya yang dialamai oleh individu, 30–50, dapat belajar keterampilan sekolah untuk
penyebabnya yaitu karena tidak fungsinya tujuan fungsional, mampu mengurus dirinya sendiri
sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga (self-help), mampu melakukan penyesuaian sosial
individu tersebut tidak dapat menggunakan alat dalam lingkungan terdekat, mampu mengerjakan
pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari pekerjaan rutin tetapi harus diawasi. Ketiga,
(Winarsih, 2007). Terhambatnya perkembangan Tunagrahita Berat dan Sangat Berat (Mampu
bahasa anak merupakan salah satu akibat yang Rawat). Tingkat kecerdasan IQ mereka kurang dari
ditimbulkan dari gangguan pada individu yang 30, hampir tidak dapat dilatih untuk mengurus diri
tunarungu. Di sisi lain, menurut Somad dan sendiri. Ada yang masih mampu dilatih mengurus
Hernawati (1995) tunarungu adalah kekurangan diri sendiri, hanya mampu berkomunikasi secara
atau kehilangan kemampuan mendengar baik sederhana dan dapat beradaptasi dengan lingkungan
sebagian atau seluruhnya yang dialami oleh tetapi sangat terbatas.
individu, penyebabnya yaitu karena tidak fungsinya Tunadaksa adalah individu yang mengalami
sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga kerusakan atau gangguan atau hambatan pada
ia tidak dapat menggunakan alat pendengarannya tulang, otot dan sendi dalam melakukan fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari yang berpengaruh secara normal. Penyebabnya dapat dikarenakan oleh
terhadap kehidupannya secara keseluruhan. penyakit, kecelakaan atau dapat juga disebabkan oleh
Tunawicara merupakan gangguan atau pembawaan sejak lahir (Somantri, 2006). Menurut
keterbatasan verbal pada seseorang sehingga Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa
melalui suara. Tunawicara sering dikaitkan dengan tunadaksa adalah cacat tubuh. Menurut Peraturan
tunarungu. Sebagian tunawicara adalah mereka Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
yang menderita tunarungu sejak bayi atau lahir, 1991 tentang pendidikan luar biasa, tunalaras adalah
hal tersebut disebabkan seseorang yang memiliki individu yang memiliki gangguan atau hambatan
keterbatasan pendengaran tidak dapat menangkap atau kelainan tingkah laku sehingga mereka kurang
pembicaraan orang lain, sehingga tidak mampu dapat beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
mengembangkan kemampuan bicaranya meskipun keluarga, sekolah, dan masyarakat.
tidak mengalami gangguan pada alat suaranya Berkaitan dengan anak berkesulitan belajar,
(Sadjaah, 2005). Jadi dapat ditarik kesimpulan istilah yang digunakan cukup bervariasi. Keragaman
Triyanto, dkk, Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi ... 179

istilah ini disebabkan oleh sudut pandang ahli strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat
yang berbeda-beda. Kelompok ahli bidang tinggal, maupun jenis makanan.
medis menyebutnya dengan istilah brain injured, Kelainan ganda menurut Peraturan Pemerintah
dan minimal brain dysfunction, kelompok ahli Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 tentang
psikolinguistik menggunakan istilah language Pendidikan Luar Biasa, seseorang yang memiliki
disorders, dan selanjutnya dalam bidang pendidikan gabungan kelainan fisik dan mental disebut
ada yang menyebutnya dengan istilah educationally tunaganda. Kolaborasi dari dua atau lebih kelainan
handicaped. Istilah umum yang sering digunakan fisik yang dimiliki oleh individu tentu akan sangat
oleh para ahli pendidikan adalah learning disabilities. berakibat dalam proses kehidupan pribadi maupun
Public Law (Hallahan & Kauffman, 2006) kehiduan sosialnya.
menjelaskan tentang “Specific Learning Disabilities”
sebagai individu yang mempunyai gangguan pada Hak-Hak Anak Berkebutuhan Khusus
satu proses psikologis dasar atau yang lebih terlihat
Anak-anak berkebutuhan khusus mempunyai
di dalam penggunaan bahasa secara lisan dan
kesetaraan dengan warga negara lainnya termasuk
tulisan dengan wujud seperti ketidaksempurnaan
hak pendidikan. Kesetaraan hak mereka dengan
mendengar, memikirkan, membicarakan, membaca,
warga negara lain ditegaskan dalam Pasal 31 Undang-
menulis, mengucapkan atau melakukan penghi-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa “Tiap-
tungan matematis. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
ABB merupakan jenis gangguan pada anak dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
menerima atau menjalani proses pembelajaran,
Sistem Pendidikan Nasional juga mengatur secara
ketidakmampuan siswa tersebut disebabkan
khusus perlindungan terhadap anak berkebutuhan
oleh adanya ketidaksempurnaan kemampuan
khusus. Pasal 8 ayat 1 UU No. 20/2003 menyatakan
untuk melakukan hal-hal dasar dalam melakukan
bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan
pembelajaran.
fisik atau mental berhak memperoleh pendidikan
Berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus
luar biasa” Pasal 15 UU No. 20/2003 menyatakan
lainnya adalah autisme. Kata autisme berasal dari
bahwa Jenis pendidikan bagi Anak berkebutuan
bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu “aut”
khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal 32 ayat
yang berarti diri sendiri dan “ism” yang secara
1 UU No. 20/2003 memberikan batasan bahwa
tidak langsung menyatakan orientasi atau arah atau
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
keadaan (state). Kartono (2003) berpendapat bahwa
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
autism adalah gejala untuk menutup diri sendiri
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan
secara total, dan tidak mau bersosialisasi lagi dengan
fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
dunia luar sehingga mereka terlalu asyik fikiran dan
potensi kecerdasan dan bakat istimewa”.
imajinasi sendiri. Yatim (2002) mengemukakan
Menurut Pasal 52 Undang-Undang Republik
bahwa autisme adalah keadaan seseorang yang
Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
menunjukan gejala kelainan tingkah laku dan
Anak menyatakan bahwa “Anak yang memiliki
perkembangan yang mana terjadi penyimpangan
keunggulan diberikan kesempatan dan aksesbilitas
perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan
untuk memperoleh Pendidikan Khusus.” Artinya
kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autisme
bahwa anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa
seperti hidup dalam dunainya sendiri serta terjadi
(keunggulan) juga termasuk anak yang memerlukan
kelainan emosi, intelektual dan kemauan (gangguan
penanganan khusus sehingga berhak diikutsertakan
pervasive).
dalam Pendidikan Khusus.
Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan
Menurut Pasal 5 Undang-Undang Republik
bahwa autisme adalah gejala menutup diri sendiri
Indonesia No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang
secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan
Cacat menyatakan bahwa “Setiap penyandang
dunia luar, merupakan gangguan perkembangan
cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama
yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”.
akibat kekurangan kemampuan komunikasi,
Aspek kehidupan dan penghidupan meliputi aspek
hubungan sosial dan emosional dengan orang lain
pendidikan yang diperoleh penyandang cacat
dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi,
180 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 2, November 2016, hlm 176-186

melalui pendidikan khusus pada semua satuan, jenis kemampuannya. (b) mewujudkan penyelenggaraan
dan jenjang pendidikan. pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan
Menurut Pasal 3 Permendiknas No. 70 tahun tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
2009 tentang Pendidikan Inklusi menyatakan Saat ini pemerintah sedang mengembangkan
bahwa “setiap peserta didik yang memiliki kelainan pendidikan inklusi di berbagai sekolah. Salah
fisik, emosional, mental dan sosial atau memiliki satu sekolah yang menerapkan konsep pendidikan
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak inklusi adalah SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02
mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan Purwokerto. Berdasarkan latar belakang tersebut,
pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan maka penelitian ini akan menggambarkan sejauh
kemampuannya. mana pemenuhan hak ABK di sekolah Inklusif di
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto.
Nomor 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
Biasa menyatakan bahwa peserta didik berkebutuhan METODE
khusus mempunyai hak: (1) memperoleh perlakuan
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah
kelainannya; (2) memperoleh pendidikan agama
penelitian yang dirancang untuk menggambarkan
sesuai dengan agama yang dianutnya; (3)
keadaaan sosial apa adanya tanpa melihat hubungan
mengikuti program pendidikan yang bersangkutan
yang ada. Penelitian ini dirancang untuk menjelaskan
atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk
pemenuhan hak-hak ABK di SD inklusif SDIT Al
mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto. Penelitian
memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu
deskriptif kualitatif yang digunakan adalah studi
yang telah dibakukan; (4) memperoleh bantuan
kasus.
fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dengan kelainan yang disandang dan persyaratan
dalam penelitian ini adalah berupa angket,
yang berlaku; (5) pindah ke sekolah yang sejajar
wawancara, dan observasi. Jenis angket yang
atau melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi sesuai
digunakan yaitu angket langsung tertutup berisi 11
dengan kelainan yang disandang dan persyaratan
pertanyaan dengan diberi alternatif jawaban “ya”
penerimaan siswa pada sekolah yang hendak
atau “tidak”. Angket yang digunakan diberikan
dimasuki; (6) memperoleh penilaian hasil belajar;
kepada seluruh guru damping dan guru kelas
(7) menyelesaikan program pendidikan lebih awal
berjumlah 7 orang yang menangani langsung siswa
dari waktu yang ditentukan; dan (8) memperoleh
ABK di kelas. Adapun wawancara dilakukan kepada
pelayanan khusus sesuai dengan jenis kelainan yang
perwakilan dari guru pendamping yaitu kepada ibu
disandang.
Lili Riskiningtyas S.Pd. Observasi dilakukan pada
Bentuk dari pendidikan bagi ABK adalah
bulan April 2016.
Pendidikan Inklusi. Menurut Pasal 1 Permendiknas
Teknik analisis data menggunakan statistik
No. 70 tahun 2009, pendidikan Inklusi adalah sistem
deskriptif dan analisis data kualitatif. Statistik
penyelenggaraaan pendidikan yang memberikan
deskriptif digunakan untuk menyajikan hasil
kesempatan kepada semua peserta didik yang
pengumpulan data secara secara deskriptif. Salah
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
satu jenis statistik deskriptif yang digunakan adalah
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
distribusi frekuensi. Teknik analisis data kualitatif
atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan
digunakan untuk mendeskripsikan data secara lebih
secara bersama-sama dengan peserta didik pada
dalam.
umumnya. Menurut Pasal 2 Permendiknas No.
70 tahun 2009 pasal 2, tujuan dari pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Inklusif adalah: (a) memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang Terdapat delapan hak-hak yang harus diperoleh
memiliki kelainan fisik, emosional, mental dan ABK dari pihak sekolah sebagaimana tertuang
sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau dalam PP No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan Luar Biasa. Dari delapan hak ABK tersebut,
yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan penelitian ini menggunakan tujuh indikator hak
Triyanto, dkk, Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi ... 181

untuk mengukur pemenuhan hak-hak ABK di Hasil observasi yang dilakukan juga
Sekolah Inklusi SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah mempunyai fakta yang sejalan dengan hasil angket
02 Purwokerto. Hal ini disesuaikan dengan judul dan wawancara, bahwa siswa yang memiliki
dan fokus penelitian dimana hak nomor 5 tentang keterbatasan atau ABK mendapat perlakuan yang
“pindah sekolah” tidak ditemukan di lokasi sesuai dengan jenis keterbatasannya. Dalam kaitan
penelitian. Hasil angket, wawancara dan observasi ini kompetensi khusus bidang layanan ABK menurut
terhadap ketujuh indikator hak siswa ABK dapat di Sudayat (2014) mencakup pemahaman perilaku,
deskripsikan sebagai berikut. pembelajaran pendidikan khusus, penanganan
suatu gejala, dan perawatan terhadap peserta didik.
Hak Memperoleh Perlakuan sesuai Bakat, Mereka akan lebih dimaklumi oleh pihak guru jika
Minat, Kemampuan, dan Kelainannya dalam menerima pembelajaran atau menyelesaikan
soal-soal pelajaran cenderung lambat. Pemenuhan
Komponen pertama yang ditelah berkaitan
hak ini telah sesuai dengan Pasal 50 UU No. 23
dengan pemenuhan hak anak berkebutuhan khusus
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
adalah hak memperoleh perlakuan sesuai bakat,
menyatakan bahwa pendidikan diarahkan pada
minat, kemampuan, dan kelainannya. Hasil analisis
pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian
data, secara garis besar, disajikan pada Tabel 1.
anak, bakat, kemampuan mental dan fisik sampai
mencapai potensi mereka yang optimal.
Tabel 1: Hasil Analisis Kurikulum Sesuai Bakat,
Minat, dan Kemampuan
Hak Memperoleh Pendidikan Agama sesuai
Jawaban dengan Agama yang Dianutnya
Pertanyaan
Ya Tidak
Kurikulum sekolah mempunyai 7 orang - Komponen kedua yang ditelaah berkaitan
tujuan untuk mengembangkan dengan pemenuhan hak anak berkebutuhan khusus
potensi siswa berkebutuhan adalah hak memperoleh pendidikan agama sesuai
khusus. dengan agama yang dianutnya. Hasil analisis data,
secara garis besar disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 1, dapat digarisbawahi
bahwa hasil angket menunjukkan hak siswa untuk Tabel 2: Hasil Analisis Hak Memperoleh
memperoleh perlakuan yang sesuai dengan bakat, Pendidikan Agama
minat, kemampuan dan kelainannya telah terpenuhi Jawaban
Pertanyaan
secara optimal oleh pihak sekolah. Dapat dilihat Ya Tidak
dari jumlah responden yang menjawab “Ya” ada Sekolah menyelenggarakan 7 orang -
7 orang artinya semua responden guru menjawab kegiatan keagamaan bagi siswa
“Ya”. Menurut hasil wawancara dengan Ibu ABK untuk mengembangkan
Lili Riskiningtyas selaku guru damping ABK, kecerdasan spiritual
perlakuan yang didapatkan oleh siswa ABK sesuai
dengan kondisinya, contohnya yaitu saat siswa Berdasarkan informasi dari Tabel 2, dapat
ABK dengan jenis tunalaras sedang mengerjakan diketahui bahwa hak siswa ABK untuk memperoleh
soal di kelas namun dia tidak mampu menyesuaikan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dengan keadaan kelas yang tenang, dia akan terus dianutnya telah terpenuhi dengan maksimal oleh
bermain sendiri sampai berpindah posisi dengan pihak sekolah. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah
berjalan ke tempat duduk temannya maka guru akan guru yang menjawab “Ya” pada butir pernyataan
menegurnya dan jika siswa tersebut masih tidak nomor 2 yaitu berjumlah 7 orang yang artinya semua
mau mengikuti aturan di kelas, maka guru dan siswa respoonden guru menjawab “Ya”. Informasi yang
tersebut membuat kesepakatan untuk mengerjakan diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak guru,
soal sesuai dengan kemauan siswa, misal di bahwa kegiatan keagamaan yang rutin dilaksanakan
luar kelas atau di perpustakaan. Tetapi dengan di SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto
persyaratan bahwa siswa harus menyelesaikan soal meliputi kegiatan tartil Al Quran yang dilakukan
yang sedang dikerjakan dengan batas waktu yang setelah kegiatan belajar mengajar selesai maupun
telah ditentukan.
182 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 2, November 2016, hlm 176-186

solat berjamaah yang dilakukan bersama antara mendapat prioritas yang sama dalam kegiatan kelas.
siswa dengan guru. SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengakuan
02 Purwokerto adalah sekolah dasar Islam terpadu terhadap siswa ABK masih perlu diperkuat sesuai
dan seluruh siswanya beragama Islam sehingga dengan Deklarasi Dunia di Jomtien (1990) dan
kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah Dakar (2000) tentang prinsip-prinsip Pendidikan
adalah kegiatan agama Islam. untuk Education for All.
Pemenuhan pendidikan agama bagi siswa
ABK telah sesuai dengan Pasal 12 UU No. 20 Hak Memperoleh Bantuan Fasilitas Belajar,
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Beasiswa, atau Bantuan Lain sesuai dengan
yang menyatakan bahwa siswa berhak memperoleh Kelainan yang Disandang
pendidikan dari guru agama yang seagama
Komponen keempat yang berkaitan dengan
dengan siswa. Pemenuhan pendidikan agama ini
hak memperoleh perlakuan adalah hak memproleh
merupakan hak sangat penting ditengah masih
bantuan fasilitas belajar. Hasil analisis disajikan
terjadinya beberapa diskriminasi pendidikan agama
pada Tabel 3.
di beberapa daerah di Indonesia dimana siswa tidak
menerima pendidikan agama sesuai dengan agama
Tabel 3: Hasil Analisis Hak Memperoleh
mereka (Triyanto, 2015).
Bantuan Fasilitas Belajar
Hak Mengikuti Program Pendidikan Jawaban
Butir Angket
Ya Tidak
Komponen ketiga yang ditelaah adalah Sekolah memfasilitasi 7 orang -
pemenuhan hak mengikuti program pendidikan. semua kebutuhan
Berkaitan dengan hak ABK untuk mengikuti belajar bagi siswa yang
pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengem- mempunyai kebutuhan
bangkan kemampuan diri maupun untuk mem- khusus.
peroleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu Guru berperan untuk 7 orang -
yang telah dibakukan. Hasil wawancara kepada membantu siswa
berkebutuhan khusus
guru menyatakan bahwa tidak semua jenis ABK
bersosialisasi di
dapat masuk di SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 lingkungan sekolah
Purwokerto, jika jenis ABK masih dapat ditangani
oleh pihak sekolah maka siswa ABK tersebut Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa hak
dapat masuk ke SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 siswa untuk memperoleh bantuan fasilitas belajar,
Purwokerto. Pihak sekolah menyesuaikan dengan beasiswa, atau bantuan lain yang sesuai dengan
kapasitas kemampuan guru damping dan guru kelas kelainan yang disandang dan persyaratan yang
yang berada di sekolah, jadi tidak semua jenis ABK berlaku telah dipenuhi oleh pihak sekolah secara
dapat masuk di SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 optimal. Dapat dilihat dari dua pernyataan angket di
Purwokerto. atas bahwa semua responden guru menjawab “ya”
Hasil observasi dan wawancara menginfor- dalam pemenuhan kebutuhan dan fasilitas belajar
masikan bahwa hak untuk mengikuti program siswa ABK. Hasil wawancara dengan guru juga
pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan memperkuat hasil angket, bu Lili Riskiningtyas
berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemam- sebagai responden wawancara mengatakan bahwa
puan diri maupun untuk memperoleh pengakuan pihak sekolah selalu berupaya untuk memberikan
tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan fasilitas belajar yang menunjang kelancaran
belum dapat dipenuhi secara keseluruhan. Dalam proses belajar siswa ABK. Hasil pengamatan yang
hal penerimaan peserta didik baru belum terdapat dilakukan menguatkan kedua data sebelumnya,
kriteria yang jelas. Keterlibatan siswa ABK bahwa memang tersedia fasilitas bantuan untuk
dalam kegiatan sekolah belum dilakukan secara ABK seperti adanya mainan puzzle atau pembuatan
maksimal. Masih ada beberapa guru yang memilih prakarya yang dilakukan siswa dengan didampingi
tidak melibatkan ABK dalam kegiatan sekolah dan dibimbing guru, kegiatan ini dirancang untuk
dengan alasan untuk memudahkan kegiatan yang melatih dan mengembangkan kemampuan motorik
akan dilaksanakan. Siswa ABK juga belum semua siswa ABK. Menurut Wahyuno (2014) dalam
Triyanto, dkk, Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi ... 183

melaksanakan pembelajaran di kelas inklusif, hari itu juga siswa akan membawa buku penghubung
selain memodifikasi kurikulum disesuaikan tersebut ke rumah untuk ditujukan kepada orang
dengan tingkat kemampuan ABK, guru kelas tuanya lalu diparaf oleh orang tua. Keterbukaan
hendaknya menggunakan berbagai jenis media/ antara orang tua dan guru damping dalam
alat peraga. Lebih lanjut juga dinyatakan bahwa mengkomunikasikan seluruh kegiatan dan perilaku
dalam melaksanakan tugas pembelajaran perlu yang dilakukan siswa ABK akan memudahkan guru
didukung ruang bimbingan khusus serta media/alat dalam melakukan penilaian perilaku siswa dalam
pembelajaran khusus bagi ABK. rapor, karena orang tua juga mengetahui bagaimana
anaknya berperilaku di sekolah. Adanya TKD (Tes
Hak untuk Memperoleh Penilaian Hasil Kemampuan Dasar) bagi seluruh siswa termasuk
Belajar siswa ABK juga dilakukan oleh SDIT Al Irsyad
Al Islamiyyah 02 Purwokerto sebagai upaya untuk
Komponen kelima berkaitan dengan peme-
melakukan penilaian hasil belajar. TKD dilakukan
nuhan hak anak berkebutuhan khusus yang ditelaah
seperti ujian tertulis, siswa mengerjakan soal dan
adalah hak untuk memperoleh penilaian hasil
nantinya dikoreksi oleh guru. Tes ini bertujuan untuk
belajar. Hasilnya disajikan pada Tabel 4.
mengukur kemampuan dasar siswa dari kelas 1
sampai kelas 6. Tindak lanjut dari kegiatan TKD ini
Tabel 4. Hasil Analisis Hak untuk Memperoleh
yaitu, jika siswa yang mempunyai skor TKD rendah
Penilaian Hasil Belajar
maka siswa tersebut akan mendapatkan intensifikasi
Jawaban setelah puang sekolah. Kegiatan intensifikasi
Butir Angket
Ya Tidak tersebut berupa latihan mengerjakan soal-soal
Guru melakukan penilaian hasil 7 orang -
secara berulang sampai siswa dianggap mengalami
belajar siswa ABK
peningkatan kemampuan dari sebelumnya.
Sekolah selalu memantau 7 orang -
tahap perkembangan belajar
Hak Menyelesaikan Program Pendidikan
semua siswa termasuk siswa
berkebutuan khusus. Lebih Awal dari Waktu yang Ditentukan
Komponen keenam yang ditelaah adalah hak
Berdasarkan Tabel 4, menunjukkan bahwa menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari
guru selalu melakukan penilaian hasil belajar waktu yang ditetapkan. Hasil analisis data secara
terhadap siswa ABK seperti siswa lainnya yang garis besar disajikan pada Tabel 5.
bukan ABK. Selain melakukan penilaian secara
tertulis, siswa ABK juga mendapatkan penilaian Tabel 5: Hasil Analisis Hak Menyelesaikan
hasil belajar berdasarkan hasil pengamatan guru Program Pendidikan Lebih Awal
terhadap seluruh kegiatannya di lingkungan Jawaban
Butir Angket
sekolah. Dalam wawancaranya, bu Lili juga Ya Tidak
menyebutkan bahwa penilaian yag digunakan untuk Sekolah memberikan keringanan - 7 orang
mengukur hasil belajar siswa ABK sama dengan bagi siswa ABK untuk
penilaian yang dilakukan kepada siswa bukan ABK. menyelesaikan masa studi lebih
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, siswa awal dari siswa lainnya
ABK diberikan buku penghubung antara orang tua Berdasarkan Tabel 5. Menunjukkan bahwa hak
dan guru damping untuk selalu memantau kegiatan ABK untuk menyelesaikan program pendidikan
yang dilakukan oleh siswa selama di sekolah. Buku lebih awal dari waktu yang ditentukan tidak
penghubung tersebut dikhususkan untuk anak ABK. terdapat di SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02
Buku penghubung diberikan kepada orang tua agar Purwokerto, hal tersebut terlihat dalam hasil angket
orang tua dapat selalu memantau seluruh aktivitas pada tabel di atas. Pihak guru juga menjelaskannya
anaknya di sekolah. Setiap hari guru damping akan dalam kegiatan wawancara, bahwa kegiatan belajar
menulis apa saja yang dilakukan siswanya ketika di mengajar yang terselenggara di SDIT Al Irsyad
sekolah dalam buku penghubung, kemudian pada Al Islamiyyah 02 Purwokerto tidak memberikan
184 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 2, November 2016, hlm 176-186

“keistimewaan” kepada siswa ABK untuk dapat terpenuhi. Pemenuhan hak siswa ABK telah
menyelsaikan program studinya dengan waktu sesuai dengan jaminan konstitusi dan peraturan
yang lebih cepat. Semua siswa dinyatakan lulus perundang-undangan Indonesia.
jika memang telah memenuhi standar/kriteria yang Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
ditetapkan oleh pihak sekolah. Siswa ABK maupun disimpulkan bahwa secara umum hak anak
siswa bukan ABK harus memenuhi semua kriteria berkebutuhan khusus telah terpenuhi. Dari tujuh
tersebut untuk dapat menyelesaikan masa studinya komponen yang diteliti, ada enam komponen yang
di SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto. menunjukkan terpenuhi, dan hanya satu komponen
yang belum terpenuhi. Keenam komponen yang
Hak Memperoleh Layanan Khusus sesuai terpenuhi tersebut adalah: (1) hak memperoleh
dengan Jenis Kelainan perlakukan sesuai bakat, minat, kemampuan, dan
kelainannya, (2) hak memperoleh pendidikan agama
Komponen ketujuh yang ditelaah adalah hak
sesuai dengan agama yang dianutnya, (3) hak me
memperoleh layanan khusus sesuai dfengan jenis
ngikuti program pendidikan, (4) hak memperoleh
kelainan. Hasil analisis secara garis besar disajikan
bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan
pada Tabel 6.
lain sesuai dengan kelainan yang disandang, (5) hak
untuk memperoleh penilaian hasil belajar, dan (6)
Tabel 6: Hasil Analisis Hak Memperoleh
hak memperoleh layanan khusus sesuai dengan jenis
Layanan Khusus sesuai Jenis Kelainan
kelainan. Sedangkan yang masih belum terpenuhi
Jawaban adalah hak menyelesaikan program pendidikan
Butir Angket
Ya Tidak
lebih awal dari waktu yang ditentukan.
Sekolah menyelenggarakan 7 orang -
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil kajian
program layanan khusus bagi
Rahayu (2013) yang dilakukan pada pendidikan anak
siswa dengan kebutuhan khusus
usia dini yang menunjukkan bahwa pendidikan perlu
Berdasarkan Tabel 6, dapat disimpulkan bahwa memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan
siswa ABK mempunyai hak untuk mendapatkan khusus. Pelayanan terhadap anak berkebutuhan
layanan khusus dari pihak sekolah sesuai dengan khusus masih belum dilakukan secara optimal.
jenis kelainan yang disandang. Hak ini telah Penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan
diterima secara maksimal oleh siswa ABK di langkah yang tepat untuk memberikan pelayanan
SDIT Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto. yang maksimal terhadap anak berkebutuhan khusus.
Hasil wawancara juga menunjukkan hasil yang Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
sama dengan hasil angket yang diperoleh, menurut hasil kajian Utina (2014) yang mengemukakan
pemaparan dari pihak guru, layanan khusus yang prinsip pendidikan anak disability adalah prinsip
diperoleh siswa ABK yaitu dengan adanya guru kasih sayang, prinsip layanan individual, prinsip
damping yang akan mendampingi siswa ABK di kesiapan, prinsip keperagaan, prinsip motivasi,
lingkungan sekolah, baik saat proses pembelajaran prinsip ketrampilan, prinsip penanaman dan
di kelas maupun kegiatan di luar kelas. Berdasarkan penyempurnaan sikap. Hasil penelitian ini juga
hasil observasi, pelayanan khusus yang didapatkan sejalan dengan hasil kajian Hermanto (2010)
oleh siswa ABK yaitu adanya jam tambahan mata yang menekankan pentingnya manajemen sekolah
pelajaran yang dilakukan setelah pulang sekolah. inklusif yang untuk menjamin pelayanan pendidikan
Hal tersebut dilakukan agar siswa ABK yang anak berkebutuhan khusus.
mengalami keterlambatan dalam menerima materi Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
di kelas tidak ketinggalan materi dengan siswa Indriawati (2013) yang menunjukkan bahwa dalam
normal lainnya. rangka pelaksanaan tugas diperlukan sumber daya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SDIT manusia maupun sumber daya finansial di sekolah
Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto telah inklusi. Sejauh ini alokasi sumber daya (resources)
mampu menerapkan konsep sekolah inklusi dengan yang dimaksud belum terpenuhi. Selain itu struktur
cukup baik. Meski masih belum semua hak ABK birokrasi pada pendidikan inklusif menjadi
terpenuhi, namun secara umum hak-hak ABK telah kendala mendasar. Kondisi ini berimplikasi pada
Triyanto, dkk, Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi ... 185

tidak efektifnya implementasi kebijakan. Dengan SIMPULAN DAN SARAN


demikian, pelayanan pendidikan terhadap anak
Simpulan
berkebutuhan khusus masih belum sepenuhnya
terpenuhi. Berdasarkan hail penelitian disimpulkan bahwa
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan sekolah telah mampu menerapkan konsep sekolah
hasil penelitian Triwulandari dan Pandia (2015) inklusi dengan cukup baik. Meski masih belum
yang menyatakan bahwa belum sepenuhnya guru semua hak ABK terpenuhi, namun secara umum
memiliki positif terhadap anak berkebutuhan hak-hak ABK telah dapat terpenuhi. Hak yang
khusus. Salah satu aspek yang berkaitan dengan belum terpenuhi adalah pemberian kesempatan yang
sikap guru tersebut adalah pengalaman mengikuti sama dalam keterlibatan berbagai kegiatan sekolah.
pelatihan dan peran kepala sekolah. Oleh karena itu, Sedangkan hak-hak yang cukup terpenuhi adalah
dapat digarisbawahi bahwa pelayanan pendidikan hak memperoleh perlakukan sesuai bakat, minat,
terhadap anak berkebutuhan khusus masih belum kemampuan, dan kelainannya, hak memperoleh
maksimal. pendidikan agama sesuai dengan agama yang
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kajian dianutnya, hak mengikuti program pendidikan, hak
Rahardja (2010) yang menekankan pentingnya memperoleh bantuan fasilitas belajar, beasiswa,
memberikan layanan pendidikan yang optimal atau bantuan lain sesuai dengan kelainan yang
untuk anak berkebutuhan khusus. Kecenderungan disandang, hak untuk memperoleh penilaian hasil
yang secara signifikan mempengaruhi pendidikan belajar, dan hak memperoleh layanan khusus sesuai
luar biasa dewasa ini adalah pendidikan inklusif, dengan jenis kelainan. Hal ini disebabkan siswa
akuntabilitas dan aksesibilitas pembelajaran, ABK di sekolah inklusi masih dianggap sebagai
dukungan perilaku yang positif, serta kolaborasi. beban daripada suatu tanggung jawab pendidikan.
Apapun bentuk layanan pendidikan dan dimanapun
layanan pendidikan itu diberikan kepada anak Saran
berkebutuhan pendidikan khusus, pemerintah Berdasarkan temuan penelitian, maka dapat
seyogyanya menyediakan berbagai alternatif diberikan saran untuk melakukan peningkatan
layanan pendidikan sebagai pilihan. Dalam kaitan layanan pendidikan kepada anak atau siswa
ini kompetensi yang dibutuhkan untuk mengelola berkebutuhan khusus. Hak-hak siswa ABK masih
pembelajaran di sekolah inklusi menurut (Poerwanti. terus perlu disosialisasikan dan diperjuangkan
2013) diantaranya: (1) kemampuan asesment awal, agar kesadaran terhadap pemenuhan hak-hak
yaitu kemampuan diagnosis awal, (2) metode ABK semakin terus meningkat. Mengingat masih
pembelajaran inovatif dan kreatif sesuai kebutuhan, belum sepenuhnya dapat memberikan pelayanan
(3) kompetensi umum dan wawasan yang luas terhadap anak berkebutuhan khusus, maka kiranya
tentang ABK, (4) pemahaman tentang pendidikan sekolah perlu senantiasa meningkatkan pelayanan
khusus, (5) kemampuan mengembangkan terapi pendidikannya terhadap anak berkebutuhan khusus.
khusus, (6) pengenalan alat peraga, dan asesment Fasilitas pendidikan perlu senantiasa ditingkatkan.
hasil belajar. Demikian juga sumber daya manusia di sekolah
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil juga perlu senantiasa ditingkatkan, sehingga dapat
penelitian Fuadi (2015) yang menunjukkan bahwa memberikan pelayanan yang masimal terhadap
belum semua kategori anak berkebutuhan khusus anak berkebutuhan khusus.
diterima menjadi peserta didik program pendidikan
inklusif. Hal tersebut berkaitan dengan belum DAFTAR RUJUKAN
terpenuhinya sumber daya sekolah yang memadai.
Hal itu berarti di sekolah inklusi juga masih belum Amin, M. 1995. Orthopedagogik Anak Tunagrahita.
menunjukkan layanan pendidikan yang maksimal Jakarta: Depdikbud Dikti, Proyek Pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, Tenaga Guru.
berdasarkan beberapa hasil penelitian ini tersebut, Fuadi, K. 2016. Analisis Kebijakan Penyelenggaraan
dapat digarisbawahi bahwa layanan pendidikan Pendidikan Inklusif di Provinsi DKI Jakarta.
untuk anak berkebutuhan khusus masih perlu Hikmah Journal of Islamic Studies, 11 (2):
ditingkatkan. 1-27.
186 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 2, November 2016, hlm 176-186

Hallahan, D.P., & Kouffman, J.M. 2006. Sadjaah, E. 2005. Pendidikan Bahasa bagi Anak
Exceptional Children: An Introduction to Gangguan Pendengaran dalam Keluaga.
Special Educationi. Boston: Pearson. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi
Hermanto, 2010. Penyelenggaraan Pendidikan Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Khusus Membutuhkan Keseriusan Manajemen Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan
Sekolah. Jurnal Pendidikan Khusus, 6 (1): 65- Tinggi.
82. Somad, P., & Hernawati, T. 1995. Ortopedagogik
Heward, W.L. 2003. Exceptional Children: An Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud Dirjen
Introduction to Special Education. New Jersey Dikti.
: Merril, Prentice Hall. Somantri, S. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa,
Indriawati, P. 2013. Implementasi Kebijakan Tugas Bandung: Refika Aditama.
Guru Pembimbing Khusus pada Pendidikan Sudrajat, A., T. 2014. Pemberdayaan dan Pengem-
Inklusif di SD Negeri se-Kecamatan Junrejo bangan Sumber Daya Manusia pada Sekolah
Batu. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Inklusi. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 41 No.2
Pendidikan, 1 (1): 49-55. Juli 2014. Malang: FIP UM.
Kartono, K. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Tribun Jogja. 4 Juli 2014. Sekolah Masih Lakukan
Pionir Jaya. Diskriminasi pada Siswa Berkebutuhan Khusus
KPAI. 2014. Kekerasan Anak di Sekolah seperti Tribun Jogja, hlm. 4.
Fenomena Gunung Es. (Online), (http://kpai. Triwulandari, A., & Panditia, W.S.S. 2015. Sikap
go.id), diakses 23 April 2015. Guru terhadap Penerapan Program Inklusif
Mangunsong, F. 2009. Psikologi dan Pendidikan Ditinjau dari Aspek Guru. Jurnal Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: Lembaga dan Pemberdayaan Masyarakat, 2 (2): 122-
Pengembangan Sarana Pengukuran dan 130.
Pendidikan Psikologis (LPSP3) Fakultas Triyanto. 2015. Laporan Monev Pelaksanaan
Psikologi Universitas Indonesia (FPUI). Kurikulum 2013. Jakarta: Direktorat SMP
Mulyono, A. 2006. Pendidikan Anak Berkesulitan Kemdikbud.
Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. Utina, S.S. 2014. Pendidikan Anak Berkebutuhan
Poewanti, E. 2013. Paradigma “Educational For Khusus. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
Al” dalam Praktek Pembelajaran Iklusi di 2 (1): 72-78.
Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar Th.22 Wahyuno, E. 2014. Pengembangan Kurikulum
No. 1 Mei 2013. Malang: Jurusan KSDP FIP Pendidikan Inklusif Tingkat Sekolah Dasar.
UM. Jurnal Sekolah Dasar Th.23 No.1 hal 77-84.
Rahardja, D. 2016. Pendidikan Luar Biasa dalam Malang: Jurusan KSDP FIP UM.
Perspektif Dewasa Ini. Jassi Anakku 9 (1): 76- Winarsih, M. 2007. Intervensi Dini bagi Anak
88. Tunarungu dalam Pemerolehan Bahasa.
Rahayu, S.M. 2013. Memenuhi Hak Anak Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Berkebutuhan Khusus Anak Usia Dini melalui Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Pendidikan Inklusif. Jurnal Pendidikan Anak. Tinggi. Direktorat Ketenagaan.
2 (Rahardja, 2016)(2): 355-363 Yatim. 2002. Autisme Suatu Gangguan Jiwa pada
Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Anda mungkin juga menyukai