Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pastinya tidak akan lepas dari sebuah permasalahan yang
mungkin dapat diatasi ataupun yang sulit diatasi. Pada umumnya, alternatif yang
digunakan untuk menyelesaikan sebuah permaslahan dengan membicarakannya
dengan keluarga, guru, teman, dan ahli agama. Namun tidak semua orang dapat
mengatasi permasalahan tersebut.
Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang efektif untuk
mengatasi masalah individu tersebut. Pada proses konseling , konselor mendengarkan
konseli serta bekerja sama dengan konseli untuk menemukan alternatif yang terbaik
untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli. Pada proses
tersebutlah konselor harus bisa menggunakan pendekatan, metode dan teknik yang
tepat terhadap konseli, sehingga bisa mengetahui akar permasalahan dan dapat
menyelesaikan permasalahan konseli tersebut dengan cepat dan tepat dan tanpa
menemui hambatan yang begitu berarti.
Konseling merupakan proses bantuan untuk mengentaskan masalah yang
terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang
mengahadapi masalah dengan konselor yang memiliki kualifikasi yang
dipersyaratkan). Bantuan dimaksud diarahkan agar klien mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya dan mampu tumbuh kembang ke arah yang dipilihnya,
sehingga klien mampu mengembangkan dirinya ke arah peningkatan kualitas
kehidupan sehari-hari yang efektif (effective daily living). Hubungan dalam proses
konseling terjadi dalam suasana profesional dengan menyediakan kondisi yang
kondusif bagi perubahan dan pengembangan diri klien.Oleh karena itu, bimbingan
dan konseling adalah upaya yang dilakukan seorang ahli konselor untuk membantu
dalam menyelasaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi klien.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendekatan pelayanan bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana metode bimbingan kelompok (group guidance)?
3. Bagaimana metode bimbingan individual (individual guidance)?
4. Apa strategi pelayanan bimbingan dan konseling?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendekatan pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui bimbingan kelompok (group guidance).
3. Untuk mengetahui bimbingan individual (individual guidance).
4. Untuk mengetahui strategi pelayanan bimbingan dan konseling.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan dalam rangka untuk
menerapkan pengembangan ilmu pengetahuan pada bidang bimbingan dan
konseling.
2. Manfaat Praktis
Bagi Mahasiswa BK, mengetahui berbagai program pendekatan metode dan
strategi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan, Metode dan Teknik Bimbingan Konseling


      Kata Pendekatan terdiri dari kata dasar dekat dan mendapat imbuhan Pe-an yang
berarti hal, usaha atau perbuatan mendekati atau mendekatkan. Jadi Pendekatan
Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seorang konselor
untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan masalahnya.
      Metode dalam pengertian harfiyah, adalah "jalan yang harus dilalui" untuk
mencapai suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta yang berarti melalui
dan hodos yang berarti jalan. Namun pengertian hakiki dari metode tersebut adalah
segala sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik
sarana tersebut berupa fisik seperti alat peraga, administrasi, dan pergedungan di
mana proses kegiatan bimbingan berlangsung, bahkan pelaksana metode seperti
pembimbing sendiri adalah termasuk metode juga dan sarana non fisik seperti
kurikulum, contoh, teladan, sikap dan pandangan pelaksana metode, lingkungan yang
menunjang suksesnya bimbingan dan cara-cara pendekatan dan pemahaman terhadap
sasaran metode seperti wawancara, angket, tes psikologis, sosiometri dan lain
sebagainya.
      Sedangkan teknik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk
membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Teknik Bimbingan dan Konseling adalah
Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan
kegiatan Bimbingan dan Konseling.

B. Macam-Macam Pendekatan Bimbingan Konseling


Menurut Syamsu dan Juntika (2005: 81-82) pendekatan bimbingan dan konseling
ada empat macam yaitu; pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan
preventif dan pendekatan perkembangan.

3
1. Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis adalah usaha bimbingan dan konseling yang diarahkan
kepada individu yang mengalami krisis. Tujuan bimbingan dan konseling
dengan pendekatan ini ialah untuk mengatasi krisis atau berbagai persoalan
yang dialami individu. Pelayanan bimbingan dan konseling dengan
pendekatan ini, biasanya dalam praktiknya guru bimbingan atau konselor
menunggu klien yang datang seterusnya mereka memberikan bantuan sesuai
dengan krisis yang dirasakan oleh klien. Pendekatan ini banyak dipengaruhi
oleh aliran psikoanalisis (Feud) di mana masa lalu merupakan satu hal yang
menentukan bagi berfunginya kepribadian pada masa sekarang.
2. Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial ialah usaha bimbingan dan konseling yang diarahkan
kepada individu yang mengalami kesusahan. Tujuan bimbingan dan konseling
dalam pendekatan ini ialah untuk menghilangkan berbagai kesusahan yang
dialami oleh individu. Focus bimbingan dan konseling dalam pendekatan ini
adalah kelemahan-kelemahan individu yang seterusnya berupaya untuk
memperbaikinya. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi
Behavioristik (Rogers) yang menekankan kepada perilaku klien di sini dan
saat ini. Perilaku individu saat ini dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada
saat ini pula. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku individu perlu
dikelola lingkungan sehingga mendukung untuk mengubah perilaku individu
yang bersangkutan.
3. Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif ialah usaha bimbingan dan konseling yang diarahkan
untuk mengantisipasi berbagai persoalan umum dan mencoba mencegah
supaya tidak sampai terjadi kepada individu. Guru bimbingan berupaya
memberi pengetahuan dan keterampilan untuk menghindari masalah tersebut.
Pendekatan ini tidak didasari oleh teori tertentu, sehingga dapat dikatakan
bahwa pendekatan ini mempunyai banyak teknik terapi tetapi sedikit konsep.

4
4. Pendekatan Perkembangan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang berkembang saat ini adalah
bimbingan dan konseling perkembangan (development counseling). Visi
bimbingan dan konseling ialah edukatif, pengembangan, dan outreach
(Syamsu & Juntika, 2005). Edukatif karena fokus pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pencegahan dan pengembangan. Pengembangan karena
tujuan utama pelayanan bimbingan dan konseling adalah : perkembangn
optimal dan strategi utama usaha bimbingan daan konseling ialah memberikan
kemudahan perkembangan bagi individu melalui perekayasaan lingkungan
perkembangan.

Dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan Konseling ada beberapa pendekatan,


antara lain :
1. Pendekatan Non Ilmiah (Non Scientific Approach)
Pendekatan ini tidak berdasarkan atas hal-hal yang objektif, nyata, dan tidak
dapat diuji oleh pihak lain.
2. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Pendekatan ini berdasarkan atas dasar hasil wawancara, hasil penelitian
prestasi belajar, hasil tes, dsb. Jadi, pendekatan ini berdasarkan atas hal-hal
yang objektif, tidak bersifat spekulatif, orang lain dapat mengeceknya.
Sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 
Adapun contoh Kasus dalam dua pendekatan bimbingan konseling ini yaitu :
Seorang pelajar tamatan SMA menghadapi kesulitan untuk menentukan
kelanjutan pelajarannya. Karena anak tersebut menghadapi masalah yang
dianggapnya rumit dan tidak dapat dipecahkan sendiri, maka anak pergi ke “orang
tua” atau dukun untuk minta nasehat bagaimana tindakan yang sebaiknya. Setelah
sang dukun membakar kemenyan dan mengucapkan mantra-mantra didalam
kamarnya yang serba spesifik itu, maka dukun itu mengatakan bahwa berdasarkan

5
atas “bisikan” yang diterimanya, sebaiknya anak tersebut melanjutkan pelajarannya
ke Fakultas Kedokteran.
      Karena anak ini kurang puas dengan keterangan-keterangan yang diberikan oleh
sang dukun, maka ia kemudian pergi ke seorang konselor. Setelah melakukan
wawancara, meneliti prestasi belajarnya, mengadakan tes, dsb. Dan setelah
mengadakan analisis, konselor menasehatinya agar anak tersebut melanjutkan
pelajarannya ke AKABRI. Akhirnya anak tersebut memilih untuk melanjutkan ke
AKABRI karena pilihan itu memang sesuai dengan minatnya dan ia merasa bidang
ini sesuai dengan  cita-citanya.Ternyata dikemudian hari anak tersebut dapat
menyelesaikan studinya dan dapat menjadi perwira TNI yang baik.
      Dari ilustrasi diatas, tampak ada dua macam pendekatan atau approach yang
diberikan oleh dua orang yang memberikan bantuan kepada anak tersebut.
Pendekatan yang ditempuh oleh si dukun, dilihat dari segi ilmu pengetahuan, disebut
nonscientific approach, karena pendekatan ini tidak berdasarkan atas hal-hal yang
objektif, nyata, dan tidak dapat diuji oleh pihak lain. Sebaliknya pendekatan yang
ditempuh oleh konselor tersebut diatas dipandang sebagai pendekatan yang ilmiah
atau scientific approach, karena berdasarkan atas dasar hasil wawancara, hasil
penelitian prestasi belajar, hasil tes, dsb. Jadi, pendekatannya berdasarkan atas hal-hal
yang objektif, tidak bersifat spekulatif, orang lain dapat mengeceknya. Sehingga
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 

C. Metode-Metode Bimbingan Konseling


      Metode merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui untuk pencapaian
suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta berarti memalui dan hodos
berarti jalan. Dalam bimbingan dan konseling bisa dikatakan sebagai suatu cara
tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Secara umum ada
dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode
bimbingan individual, dan kedua, metode bimbingan kelompok. Metode

6
bimbingan kelompok di kenal juga dengan (group guidance) sedangkan metode
bimbingan individual dikenal dengan (individual guidance).

Adapun macam-macam metode dalam bimbingan konseling yaitu :


1. Bimbingan Individual (Individual Guidance)
Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberikan secara
individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara
pembimbing (konselor ) dengan siswa (klien). Dengan perkataan lain
pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat
face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan
dengan wawancara antara (pembimbing) konselor dengan siswa (klien).
Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah
masalah-masalah yang bersifat pribadi.
Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap
penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukan oleh konselor melalui sikap
turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien (siswa). Sedangkan
empari adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien
dengan segala masalah – masalah yang dihadapinya. Keberhasilan konselor
bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya
kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor juga
akan sangat membantu keberhasilan proses konseling.
Apabila merujuk kepada teori-teori konseling, setidaknya ada tiga cara
konseling yang biasa dilakukan yaitu: (1) directive counseling, (2) non
directive counseling, (3) ecletive counseling. Agar lebih jelasnya cara
konseling diatas dapat di perincikan sebagai berikut:
a. Konseling Direktif (directive counseling)
Konseling yang menggunakan teknik ini, dalam prosesnya yang aktif
atau paling berperan adalah konselor. Dalam praktiknya konselor berusaha
mengarahkan klien sesuai dengan masalahnya. Selain itu, konselor juga

7
memberikan saran, anjuran dan nasihat kepada klien. Praktik konseling
yang dilakukan oleh para penganut teori behavioral counseling umumnya
menerapkan cara – cara di atas dalam konselingnya. Karena praktik yang
demikian, konseling ini juga dikenal dengan konseling yang berpusat pada
konselor.
Praktik konseling direktif mendapat kritik terutama dari para penganut
paham bahwa tujuan utama dalam konseling adalah kemandirian klien  
(siswa). Apabila klien masih dinasihati dan diarahkan berarti belum
mandiri; sehingga tujuan utama konseling belum tercapai. Oleh sebab itu,
para penganut paham ini menganjurkan konseling yang berpusat pada
siswa (client centered).
b. Konseling Nondirektif (non-directive counseling)
Seperti telah di sebutkan di atas, konseling nondirektif atau konseling
yang berpusat pada siswa muncul akibat kritik terhadap konseling direktif  
(konseling berpusat pada konselor). Konselor nondirektif di kembangkan
berdasarkan teori client centered (konseling yang berpusat pada klien atau
siswa). Dalam praktik konseling nondirektif, konselor hanya menampung
pembicaraan, yang berperan adalah konselor. Klien atau konseli bebas
berbicara sedangkan konselor menampung dan mengarahkan.
Teknik  ini tertentu sulit di terapkan kepada kepribadian tertutup
(introvert), karena klien (siswa) dengan kepribadian tertutup biasanya
pendiam dan sulit diajak bicara. Cara ini juga belum bisa diterapkan secara
efektif untuk murid sekolah dasar dan dalam keadaan siswa SMP. Teknik
ini bisa diterapkan secara efektif untuk siswa SMA dan mahasiswa di
perguruan tinggi.
c. Konseling Eklektif (Eclective counseling)
Kenyataan bahwa semua teori cocok untuk semua individu, semua
masalah siswa, dan semua situasi konseling. Siswa disekolah atau di
madrasah memiliki tipe-tipe kepribadian yang tidak sama. Oleh sebab itu,

8
tidak mungkin di terapkan teknik konseling direktif saja atau non direktif
saja. Agar konseling berhasil secara efektif dan efesien, tertentu harus
melihat siapa siswa (klien) yang akan di bantu atau di bimbing dan melihat
masalah yang dihadapi siswa dan melihat situasi konseling.
Apabila terhadap siswa tertentu tidak bisa di terapkan teknik derektif,
maka mungkin bisa diterapkan metode nondirektif begitu juga sebaliknya.
Atau apabila mungkin adalah dengan cara menggabungkan kedua metode
di atas. Penggabungan kedua teknik konseling di atas disebut teknik
eklektif (eclective counseling). Penerapan teknik dalam konseling adalah
dalam keadaan tertentu konselor menasihati dan mengarahkan konseli
(siswa) sesuai dengan masalahnya, dan dalam keadaan yang lain konselor
memberikan kebebasan kepada konseli ( siswa ) untuk berbicara sedangkan
konselor mengarahkan saja.

2. Bimbingan Kelompok (Group Guidance)


Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah
melalui kegiatan  kelompok. Masalah yang dipecahkan bersifat kelompok,
yaitu yang disarankan bersama oleh kelompok (beberapa orang siswa) atau
bersifat individual atau perorangan, yaitu masalah yang disarankan oleh
individu (seorang siswa) sebagai anggota kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk
mengatasi masalah bersama atau individu yang menghadapi masalah
dengan menempatkanya dalaam kehidupan kelompok. Beberapa jenis
metode bimbingan kelompok adalah:
Metode-metode diatas biasanya sering dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan dan konseling dimana terdapat pemimpin kelompok
(Leader) dan anggota kelompok yang menggunakan dinamika kelompok.
Metode-metode diatas dapat di jelaskan yaitu sebagai berikut:

9
a. Program Home Room
Program ini dilakukan dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan
kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang
bebas dan menyenangkan. Dengan kondisi tersebut siswa dapat
mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana
keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal
siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efesien
dalam bentuk bimbingan kelompok.
b. Karyawisata
Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan
peninjauan pada objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan
pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung
jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh
kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap
siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-
masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa
diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa
lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa
tanggung jawab dan harga diri.
d. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam
bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu
(para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu
yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok. Melalui kegiatan
kelompok dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-

10
dorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan
demikian muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri.
e. Organisasi Siswa
Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dan madrasah dapat
menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. melalui organisasi
siswa banyak masalah-masalah siswa yang baik sifatnya individual maupun
kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi siswa, para siswa
memperoleh kesempatan mengenal berbagai aspek kehidupan sosial.
Mengaktifkan siswa dalam organisasi siswa dapat mengembangkan bakat
kepemimpinan dan memupuk rasa tanggung jawab serta harga diri siswa.
f. Sosiodrama
Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu cara bimbingan kelompok.
sosiodrama merupakan suatu cara membantu memecahkan masalah siswa
melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial.
Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama,
individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial.
Pemecahan masalah individu diperoleh melalui penghayatan peran tentang
situasi masalah yang dihadapinya. Dari pementasan peran tersebut
kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalah.
g. Psikodrama
Hampir sama dengan sosiodrama. Psikodrama adalah upaya pemecahan
masalah melalui drama. Bedanya adalah masalah yang didramakan. Dalam
sosiodrama masalah yang diangkat adalah masalah sosial, akan tetapi pada
psikodrama yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami individu.
h. Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa
untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial
merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan

11
secara individu maupun kelompok tergantung kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa.

D. Strategi Pelayanan Bimbingan dan Konseling


Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan diterapkan secara sengaja
untuk melakukan suatu aktivitas atau tindakan (Juntika, 2005). Strategi mencakupi
tujuan aktivitas, siapa yang terlibat dalam aktivitas tersebut, isi atau cakupan
aktivitas, proses aktivitas dan fasilitas penunjang aktivitas. Strategi yang diterapkan
dalam pelayanan bimbingan dan konseling disebut strategi pelayanan bimbingan dan
konseling.
Ada tiga aspek utama dalam strategi yaitu seleksi straregi, implementasi strategi
dan evaluasi strategi. Oleh sebab itu, harus diseleksi terlebih dahulu strategi apa yang
tepat untuk diterapkan sebelum pelayanan bimbingan dan konseling diberikan.
Setelah diterapkan pun harus dievaluasi apakah strategi yang yang telah digunakan
benar-benar efektif membantu pelaksanaan dan pencapaian tujuan pelayanan.
Menurut Mok (2008) implementasi strategi dalam pelayanan bimbingan dan
konseling untuk menangani masalah-masalah disiplin siswa di sekolah dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu disiplin diterapkan dari luar dan disiplin dipupuk
dan dihayati dalam diri seseorang. Tentu akan lebih baik apabila disiplin dimulai dari
dalam diri sendiri.
Selanjutnya menurut Mok (2008: 295-296) beberapa strategi untuk mewujudkan
suasana psikologis yang mendorong tumbuhnya nilai-nilai disiplin yang kondusif
terhadap siswa di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Memperkokoh struktur, sistem organisasi dan manajemen sekolah
2. Mewujudkan iklim sekolah yang harmonis dan kondusif
3. Menggunakan unsur-unsur simbolik untuk penyempurnaan nilai-nilai
4. Mengelola aktivitas pembelajaran dalam kelas secara efektif untuk membantu
perkembangan intelek, social, jasmani, dan emosi siswa.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang ahli yang memerlukan adanya “pendekatan, metode, dan teknik”
bimbingan dan konseling, agar proses konseling antara konselor dan konseli dapat
berjalan lancar.nDi dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa macam
pendekatan diantaranya, Pendekatan Non Ilmiah (Non Scientific Approach) yang
bersifat tidak objektif tidak berdasarkan kenyataan dan Pendekatan Ilmiah (Scientific
Approach) yang bersifat objektif.
Bimbingan dan konseling juga mempunyai beberapa metode yang bisa
digunakan untuk menyelesaikan masalah oleh konselor terhadap konseli, yaitu:
metode dengan Bimbingan Individual yakni bimbingan yang bersifat individu atau
secara tatap muka dan metode Bimbingan Kelompok diantaranya : Program home
room, karyawisata, kerja kelompok, kegiatan kelompok, organisasi siswa,
sosiodrama, psikodrama, dan pengajaran remedial.
Ada tiga aspek utama dalam strategi yaitu seleksi straregi, implementasi strategi
dan evaluasi strategi. Oleh sebab itu, harus diseleksi terlebih dahulu strategi apa yang
tepat untuk diterapkan sebelum pelayanan bimbingan dan konseling diberikan.
Setelah diterapkan pun harus dievaluasi apakah strategi yang yang telah digunakan
benar-benar efektif membantu pelaksanaan dan pencapaian tujuan pelayanan.

B. Saran
Penulis berharap dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, sebagai
calon guru bk atau konselor mampu melakukan pendekatan yang baik terhadap siswa
(klien) dan mampu menerapkan strategi pelayanan bimbingan dan konseling. Dan
juga calon guru bk/konselor mampu melakukan metode-metode bimbingan konseling
sesuai dengan kebutuhan siswa, antara lain metode bimbingan individu dan metode
bimbingan kelompok.

13
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet
ke-2. Jakarta: Balai Pustaka.
Djumhur. 2003. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung: CV Ilmu
Eddy Wibowo. Mungin. 2003. Teknik Bimbingan dan Konseling jilid I. Jakarta: Tugu
Publisher.
Komalasari Gantina & Eka Wahyudi. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta:
Indeks.
Mok Soon Sang. 2008. Pengurusan Bimbingan dan Konseling. Ipoh, Perak,
Malaysia: Multi Media.
Syamsu Yusuf & Ahmad Juntika Nuhrisan. 2005. Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Remaja Rosda: Karya.
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual. Bandung: Alfabeta.
Media Internet :
http://belardobk.blogspot.com/2013/07/metode-bimbingan-dan-konseling.html      
http://nengberbagi.blogspot.com/2014/02/fungsi-dan-perang-tenagabimbingan-
dan_8617.html

14

Anda mungkin juga menyukai