Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN KONSELING
Konsep manajemen layanan konsultasi

Dosen Pengampu : Syarul Alimarno, S. Pd., M. Pd. I

Oleh :

1. Muniroh (T.MPI.I.2021.029)
2. Delvi Hendri (T.MPI.I.2021.043)
3. M. Alfajar (T.MPI.I.2021.0 .)

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SYEKH MAULANA QORI BANGKO


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PRODI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmat serta
hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang sangat
sederhana ini. Shalawat serta salam selalu penyusun haturkan kepada Nabi
junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Makalah ini disusun agar dapat kita manfaatkan bersama
untuk kehidupan kita sehar-hari. Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih
kepada Bapak Syarul Alimarno, S.Pd, M.Pd.I. sebagai Dosen Pengampu Mata
Kuliah Manajemen Konseling

Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih banyak yang perlu untuk
diperbaiki. Untuk itu penyusun memerlukan saran dan kritikan dari semua
pembaca untuk menyempurnakannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
bersama.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian layanan konsultasi.......................................................................2
B. Model- model layanan konsultasi.................................................................4
C. Rumusan mekanisme layanan konsultasi......................................................8
BAB III...................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Layanan konsultasi merupakan salah satu jenis layanan dari BK Pola 17
Plus. Layanan konsultasi dan layanan mediasi merupakan layanan hasil
pengembangan dari Pola BK 17 Plus. Dengan adanya pengembangan layanan ini,
maka layanan konsultasi dan layanan mediasi secara otomatis menjadi bidang
tugas konselor dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Layanan konsultasi sendiri memeliki beberapa tujuan yang sangat
diperlukan oleh konsulti. Beberapa diantaranya yaitu mengembangkan dan
menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, menyempurnakan komunikasi
dengan mengembangkan informasi diantara orang yang penting, membantu orang
lain bagaimana belajar tentang perilaku, menciptakan suatu lingkungan yang
berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik, dan menggerakkan
organisasi yang mandiri.
Di dalam layanan konsultasi, fungsi utama seorang konselor
mengimplementasikan berbagai layanan program bimbingan. Seperti yang telah
dijelaskan bahwa salah satu layanan dalam konseling adalah layanan konsultasi.
Jadi mengimplementasikan layanan konsultasi merupakan tugas bagi konselor.
Oleh karena begitu pentingnya layanan konsultasi tersebut maka kami akan
menjabarkan penjelasan yang lebih luas mengenai layanan konsultasi pada
makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu layanan konsultasi ?
2. Apa saja model- model layanan konsultasi ?
3. Bagaimana rumusan mekanisme layanan konsultasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian layanan konsultasi


Layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor terhadap
konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan, pemahaman, dan
cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani masalah pihak ketiga.” Konsultasi
pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka antara
konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti. Konsultasi dapat juga dilakukan
terhadap dua orang konsulti atau lebih kalau konsulti-konsulti itu
menghendakinya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:6) dijelaskan bahwa
“Layanan konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.”
Dalam program bimbingan di sekolah, Brow dkk 1menegaskan bahwa
“Konsultasi itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak
merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa (konseli). Tetapi secara
tidak langsung melayani siswa (konseli) melalui bantuan yang diberikan oleh
orang lain.”
Layanan konsultasi juga didefinisikan bantuan dari konselor ke klien
dimana konselor sebagai konsultan kenseli sebagai konsulti, membahas tentang
masalah pihak ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa
dipertanggungjawabkan konsulti. Misalnya anak, murid atau orang tuanya.
Bantuan yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu
menghadapi pihak ketiga yang dipermasalahkannya
Dari beberapa pengertian, dapat disimpulkan bahwa layanan konsultasi
adalah layanan konseling oleh konselor sebagai konsultan kepada konsulti dengan
tujuan memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan
konsulti dalam rangka membantu terselesaikannya masalah yang dialami pihak

1 Marsudi, L. 2003. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Malang: UNM Press. : 124

2
ketiga (konseli yang bermasalah). Pada layanan konsultasi, dilakukan melalui dua
tahap yaitu tahap konsultasi yang dilakukan oleh konselor kepada konsulti dan
tahap penanganan yang dilakukan oleh konsulti kepada konseli / pihak ketiga.
Maka petugas pada tahap konsultasi adalah konselor, sedangkan petugas pada
tahap penanganan adalah konsultasi.
Pada dasarnya setiap kegiatan tidak akan terlepas dari tujuan yang ingin
dicapai. “Tujuan diberikannya bantuan yaitu supaya orang perorangan atau
kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas
perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas2. Layanan konsultasi merupakan
bagian dari layanan Bimbingan dan Konseling, maka tujuan dari layanan ini
sepenuhnya akan mendukung dari tercapainya tujuan BK.
 Fullmer dan Bernard merumuskan tujuan layanan konsultasi sebagai
bagian tujuan bimbingan di sekolah adalah sebagai berikut3 :
1. Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa,
orang tua dan administrator sekolah
2. Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara
orang yang penting
3. Mengajak bersama pribadi yang memiliki peranan fungsi bermacam-macam
untuk menyempurnakan lingkungan belajar
4. Memperluas layanan dari para ahli
5. Memeperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator
6. Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku
7. Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan
belajar yang baik
8. Menggerakkan organisasi yang mandiri

Tujuan layanan konsultasi adalah:

1. Tujuan umum

2  Winkel.WS 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media


Abadi. :32
3 Marsudi, L. 2003. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Malang: UNM Press.: 124-125

3
Layanan konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya dapat
menangani kondisi dan atau permasalahan yang dialami pihak ketiga. Dalam hai
ini pihak ketiga mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti,
sehingga permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga itu setidaknya sebagian
menjadi tanggung jawab konsulti.

2. Tujuan khusus
Kemampuan sendiri yang dimaksudkan diatas dapat berupa wawasan,
pemahaman, dan cara-cara bertindak yang terkait langsung dengan suasana dan
atau permasalahan pihak yang terkait itu (fungsi pemahaman). Dengan
kemampuan sendiri itu konsulti akan melakukan sesuatu (sebagai bentuk langsung
dari hasil konsultasi) terhadap pihak ketiga. Dalam kaitan ini, proses konsultasi
yang dilakukan konselor di sisi yang pertama, dan proses pemberian bantuan atau
tindakan konsulti terhadap pihak ketiga pada sisi yang kedua, bermaksud
mengentaskan masalah yang dialami pihak ketiga (fungsi pengentasan).

B. Model- model layanan konsultasi


1. Bimbingan Identik dengan Pendidikan
Bimbingan ini dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan seperti :
keanggotaan keluarga, klaim, kemasyarakatan, penggunaan waktu, kesehatan,
proses mental dasar, dan karakter etika.
Dengan menggunakan administrasi supervise, pengajaran, dan bimbingan
diharapkan akan tercapainya tujuan-tujuan seperti yang telah disebutkan diatas.
Di Indonesia, bimbingan ini tidak bisa lepas dari dunia pendidikan seperti
sekolah, karena saling ketergantungan antara satu dengan yang lainya.

2. Bimbingan Sebagai Penyaluran dan Penyesuaian


William M. Proctor, mengembangkan model bimbingan yang
mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian
menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih program studi,

4
aktivitas ekstra-kurikuler, bentuk rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai
dengan kemampuan, bakat, minat, dan cita-cita siswa.
Bimbingan ini bertujuan agar siswa dapat memperoleh peluang pendidikan
yang didalamnya terdapat bimbingan sehingga siswa dapat menyesuaikan diiri
dan lingkungannya. Praktek dari bimbingan ini adalah pemberian mata pelajaran
ekstra-kurikuler, pemilihan sekolah, pendidikan tinggi sesuai dengan kemampuan,
minat dan bakatnya.
Kemaikan dari bimbingan ini adalah menekankan pemahaman diri dan
lingkungan, namun memiliki kecenderungan ingin lepas dari materi kurikulum.

3. Bimbingan Sebagai Proses Klinis


Model bimbingan ini dikenalkan oleh Donal G. Patterson yang dalam
konseling dikenal dengan metode klinis yang menekankan perlunya menggunakan
teknik-teknik untuk menangani dengan menggunakan tes psikologis dan studi
diagnostic.
Dampak dari perkembangan psikologi terhadap bimbingan disekolah akan
menggunakan pendekatan yang ilmiah. Karena pendekatan yang dilakukan
disekolah diangap kurang ilmiah. Kebaikan dari bimbingan ini adalah lebih
efisien, lebih objektif, karena diketemukan data-data pribadi yang lebih dipercaya.
Bimbingan ini konselor melakukan pengumpulan catatan pribadi siswa
yang diperoleh melaluui teknik testing dan non testing (obyektiv dan subyektiv).
Dalam pemecahan masalah ini konselor menganalisis permasalahan yang dihadapi
siswa.

4. Bimbingan Sebagai Pengambilan Keputusan


Meninjau keterkaitan pekerjaan dengan kebutuhan pribadi. Dalam model
bimbingan ini seorang konselor membantu siswa dalam mengambil keputusan,
interpretasi dan penyesuaian. Kebaikan dari bimbingan ini adalah pondasi dasar

5
yang berkaitan dengan kebutuhan masa depannya. Namun kerugian dari
bimbingan ini adalah dibatasi waktu yang sangat sempit.4
Didalam menimbang, menganalisis, dan memutuskan sesuatu hendaknya
sikap konselor didasarkan pada nilai-nilai individu,kultur, social dan psikologis.
Di dalam sekolah-sekolah bimbingan ini membantu menetapkan langkah dalam
pengambilan keputusan.

5. Bimbingan Sebagai Layanan Konstelasi


Dalam bimbingan ini, Fungsi dan tugas konselor harus diperjelas kepada
siswa-siswa di sekolah.
Dalam layanan di SD dan SMP agar dapat mengembangkan potensinya,
dengan konsultasi dengan guru kelas. Sebagai konselor yang baik, konselor
harusnya menguasai prosedur penaksiran individu, pemahaman tingkah laku,
informasi pendidikan dan karier, konseling, kebutuhan referral, dan bimbingan
kelompok.
Keuntungan dari bimbingan ini adalah konseling lebbih dari hubungan
bantuan, malainkan teknikal sense. Tanggug jawab kesehatan mental siswaterletak
pada seluruh civitas sekolah. Sedangkan untuk kerugiannya adalah bimbingan
cenderung pada persepektif umum, pengukuran dan penilaian hasil program
sangat sulit, dan Nampak merendahkan kompetensi konselor terhadap
kontribusinya pada sekolah.

6. Bimbingan Sebagai Proses Perkembangan


Robert Mathewson merancang prinsip bimbingan dengan pendekatan
perkembangan pada tulisan “Guidance Policy and practice”. Ada empat proses
yang berkaitan dengan kebutuhan bimbingan yaitu (1). Pemahaman diri (2).
kesadaran lingkungan sekitarnya (3). Masa kini dan masa yang akan datang (4).
Mengembangkan potensi diri.

4 KHUSUSIYAH, KHUSUSIYAH, et al. "Proses GURU sebagai Salah Satu Alternatif Teknik
Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Efikasi Diri Karier Mahasiswa Calon Guru BK."
(2019): 155-162.

6
Kebaikan dari bimbingan ini adalah membantu individu mencapai
perkembangan maksimal. Namun kerugiannya adalah tidak semua dilengkapi
dengan pelatihan yang menunjungkan.

7. Bimbingan Sebagai Ilmu Tindakan Bermakna


Bimbingan ini dianggap sebagai professional yang menggunakan ilmu
perilaku bermakna dan pendidikan yang khusus. Guru harus menjadi konselor,
dan konselor harus menjadi guru. Iswa dituntuut untuk memahami terhadap
proses perubahan.
Keuntungan dalam model ini adalah bimbingan memperoleh status
profesi, tidak ada teori yang relevan, mencakup perubahan perilaku dan
independensi.

8. Bimbingan Sebagai Rekonstruksi Sosial


Konselor cenderung memikirkan dirinya sebagai seorang spesialis area
khusus; testing, konseling dan informasi kariaer. Menekankan pertumbahan
individu dan menemukan cara-cara sosial untuk mengekspresikan keunikannya.
Konselor sebagai pengumpan balik, karena dapat mempelajari siswa dari guru dan
petugas administrasi.
Kebaikan model ini terdapat pada bimbingan yang ideal dan memfasilitasi
individu mencapai aktualisasi dan sekolah yang mempunyai keyakinan besarbagi
individualitas siswa.

9. Bimbingan Sebagai Pengembangan Pribadi


Chris D. Kehas merumuskan tujuan pendidikan disekolah memberikan
tekanan pada perkembangan kepribadian peserta didik, namun realitanya hanya
aspek intelektual yang diperhatikan, dengan kata lain tenaga bimbingan hanya
berfungsi meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar dikelas. Pengajaran
dan pendidikan dimaksudkan untuk pengembangan pribadi individu, yang
mencakup konsep diri, identitas ego, evaluasi diri dan sikap diri, hal ini
dimaksudkan untuk mengontrol dan mengembangkan diri.

7
Kelebihan model ini adalah mempresentasikan untuk memperjelas
bimbingan, berkenaan dengan pribadi, peranan guru dan konselor dapat
definisikan lebih tepat. Kerugiannya antara lain, parameter komplementer antara
guru dan konselorsulit dipahami apalagi dikembangkan. Kecenderungan membagi
dua hal yang terpisah yaitu, guru bertanggung jawab pada pengembangan
intelektual sedangkan konselor pada pengembangan pribadi.

10. Bimbingan Sebagai Pendidikan Psikologi


Awal konsep model ini terbentuk adalah pada tahun 1970an. model
bimbingan yang merumuskan tujuan-tujuan pribadinya dan implementasinya.
Mengembangkan segi kognitif, mencakup penguasaan materi pelajaran, segi
afektif yaitu mengembangkan kematangan emosi. Metodenya memasukan dalam
mata pelajaran regular, konselor mengajarkan pspikologis secara khusus dan
menyelenggarakan pengembangan organisasi.
Pengembangan pribadi menjadi tujuan pendidikan, konselor peroleh hasil
lebih besar, optimalisasi konseling individual. Kekurangan dari metode ini adalah
sedikitnya pengetahuan tentang bagaimana proses pengembangan pribadi,
khususnya melalui kegiatan kurikuler.

11. Bimbingan Aktivis


Model bimbingan ini merespon terhadap ketidakpuasan praktek bimbingan
dalam siswa pinggiran yang miskin, yang diakibatkan oleh goncangan di dalam
masyarakat maupun disekolah yang diwarnai konflik dan kekerasan.
Dalam model ini apabila seseorang mau mengubah perilaku harus mampu
memandang penting sebuah lingkungan. Karena perilaku merupakan fungsi diri
dalam situasi tertentu. Namun, peran aktivis dapat menciptakan ketegangan antara
administrator, konselor, dan guru.

C. Rumusan mekanisme layanan konsultasi


Dari definisi layanan konsultasi, dijelaskan bahwa dalam proses konsultasi
akan melibatkan tiga pihak, yaitu konselor, konsulti, dan pihak ketiga/konseli.

8
Ketiga pihak ini disebut sebagai komponen layanan konsultasi. Ketiga komponen
layanan konsultasi tersebut menjadi syarat untuk menyelenggarakan kegiatan
layanan konsultasi.
Dijelaskan oleh Prayitno (2004:3-4) bahwa : konselor adalah tenaga ahli
konseling yang memiliki kewenangan melakukan pelayanan konseling pada idang
tugas pekerjaannya. Sesuai dengan keahliannya, konselor melakukan berbagai
jenis layanan konseling, salah satu diantaranya adalah layanan
konsultasi. Konsulti adalah inidividu yang meminta bantuan kepada konselor agar
dirinya mampu menangani kondisi dan atau permasalahan pihak ketiga yang
(setidak-tidaknya sebagian) menjadi tanggung jawabnya. Bantuan itu diminta dari
konselor karena konsulti belum mampu menangani situasi dan atau permasalahan
pihak ketiga itu. Pihak ketiga adalah individu (atau individu-individu) yang
kondisi dan atau permasalahannya dipersoalkan oleh konsulti. Menurut konsulti,
kondisi / permasalahan pihak ketiga itu perlu diatasi dan konsulti merasa (setidak-
tidaknya ikut) bertanggung jawab atas pengentasannya.
layanan konsultasi mengandung beberapa aspek, yaitu:
1.  Konsultan yaitu seseorang yang secara profesional mempunyai
kewenangan untuk memberikan bantuan kepada konsulti dalam upaya
mengatasi masalah klien
2. Konsulti yaitu pribadi atau seoran professional yang secara langsung
memberikan bantuan pemecahan masalah terhadap klien
3. Klien yaitu  pribadi atau organisasi tertentu yang mempunyai masalah
4. Konsultasi merupakan proses pemberian bantuan dalam upaya mengatasi
masalah klien secara tidak langsung

Dalam layanan konsultasi ini dapat diperjelas bahwa penanganan masalah


yang dialami konseli (pihak ketiga) dilakukan oleh konsulti. Konsulti akan
dikembangkan kemampuannya oleh konselor pada saat tahap konsultasi
berlangsung yaitu mengembangkan pada diri konsultasi tentang wawasan,
pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap. Akhir proses konsultasi ini adalah
konselor menganggap bahwa konsultasi mampu membantu menangani kondisi

9
atau permasalahan pihak ketiga yang setidaknya menjadi tanggung jawabnya.
Konsutasi adalah orang yang ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang
dialami pihak ketiga.
Munro, dkk 5
menyebutkan ada tiga etika dasar konseling yaitu
kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan diambil oleh klien sendiri
(kemandirian). Etika dasar ini terkait langsung dengan asas konseling. Asas ini
juga berlaku pada layanan konsultasi. Ketiga asas ini diuraikan sebagai berikut :

1. Asas kerahasiaan
Seorang konselor diwajibkan untuk menjaga kerahasiaan, dengan harapan
adanya kepercayaan dari semua pihak maka mereka akan memperoleh manfaat
dari pelayanan BK. Asas kerahasiaan pada layanan konsultasi yang dimaksudkan
adalah menyangkut jaminan kerahasiaan identitas konsultasi dan pihak ketiga, dan
jaminan kerahasiaan terhadap permasalahan yang dialami pihak ketiga.

2. Asas kesukarelaan
Kesukarelaan yang dimaksudkan pada layanan konsultasi adalah
kesukarelaan dari konselor dan konsulti. Konselor secara suka dan rela membantu
konsulti untuk membantu mengarahkan bantuan pemecahan masalah yang akan
diberikan kepada pihak ketiga. Kesukarelaan konsulti yaitu bersikap sukarela
dating sendiri kepada konselor dan kemudian terbuka mengemukakan hal-hal
yang terkait dengan konsulti sendiri dan pihak ketiga dengan tujuan agar
permasalahan yang dialami pihak ketiga segera terselesaikan.

3. Asas kemandirian
Pada layanan konsultasi, konsulti diharapkan mencapai tahap-tahap
kemandirian berikut menurut6, yaitu:
a. Memahami dan menerima diri sendiri secara positif dan dinamis

5 Prayitno, Prayitno, et al. "Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok yang
Berhasil: Dasar dan Profil." (2017): 5
6 Prayitno, Prayitno, et al. "Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok yang
Berhasil: Dasar dan Profil." (2017): 8-9.

10
b. Memahami dan menerima lingkungan secara objektif, positif dan dinamis
c. Mengambil keputusan secara positif dan tepat
d. Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil
e. Mewujudkan diri sendiri

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen bimbingan dan konseling adalah kegiatan manajemen yang
dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi fungsi bimbingan dan konseling
mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi untuk
mencapai tujuan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Dalam konteks bimbingan dan
konseling (BK), manajemen dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarah, dan pengawasan aktifitas-aktifitas pelayanan bimbingan dan koseling,
serta penggunaan daya lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara umum prinsip-prinsip manajemen bimbingan dan konseling meliputi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia
(staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawas (controlling).
Pola manajemen bimbingan dan konseling inin terbagi menjdi dua bagian, yaitu
pola profesional dan pola non-profesional. Program manajemen bimbingan dan
konseling dan pelaksanaannya tidak mungkin bisa dilakukan sendiri oleh kepala
sekolahatau oleh petugas bimbingan dan konseling di sekolah yang bersangkutan.
Aspek yang mendukung dalam kelancaran manajemen bimbingan dan konseling
diantaranya ; perencanaan program bimbingan dan konseling, evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling, dan supervisi kegiatan bimbingan
dan konseling.

12
DAFTAR PUSTAKA

Winkel.WS 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:


Media Abadi. :32

Marsudi, L. 2003. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Malang: UNM Press.

KHUSUSIYAH, KHUSUSIYAH, et al. "Proses GURU sebagai Salah Satu


Alternatif Teknik Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Efikasi Diri
Karier Mahasiswa Calon Guru BK." (2019):

13

Anda mungkin juga menyukai