PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan akan muncul pada setiap profesi, terlebih profesi kepada
hubungan langsung dengan manusia yaitu konseling. Sebagai konselor memiliki
“garis-garis batas” berupa standar etika yang wajib dipenuhi sebagai konselor
profesional. Standar etika inilah yang digunakan sebagai acuan untuk
melakukan penilaian ketika muncul permasalahan etis dalam hubungan
konseli. Bimbingan dan konseling memiliki begitu banyak kode etik dalam
pelaksanaan tugas profesionalnya dalam pelayanan yang berikan kepada para
konseli. Dan banyak juga pelanggaran yang terjadi pada proses konseling,
mereka mengetahui etika tapi hanya sekedar memahami tanpa
mengaktualisasikan nilai yang terkandung didalamnya dengan seksama maka
dari itu, penegakkan kode etik harus dilakukan.
A. Rumusan Masalah
a. Apa saja dan jelaskan aspek Etik dan Legal pribadi konselor ?
b. Bagaimana ruang lingkup aspek Etik dan Legal Konselor ?
C. Tujuan Masalah
a. Agar Mengetahui apa itu aspek etik dan legal pribadi konselor
b. Agar mengetahui ruang lingkup aspek etik dan legal konselor
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dialami konselor. Diataranya termasuk “keintiman fisik, gosip yang
menggairahkan, atau kesempatakn (jika berhasil) untuk meningkatkan karir
seseorang” (welfel & Lipsitz, 1983b, p.328).
Berikut ini adalah beberapa tingkah laku tidak etis yang paling sering terjadi
dalam konseling (ACA,2005; Herlihy & Corey, 2006):
Pelanggaran kepercayaan
Melampaui tingkat kompetensi profesional seseorang
Kelalaian dalam praktik
Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki
Memaksakan nilai-nilai konselor pada klien
Membuat klien bergantung
Melakukan aktivitas seksual dengan klien
Konflik kepentingan seperti hubungan ganda yaitu peran konselor
bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau
hubungan profesional. (Moleski & Kiselica,2005)
Peresetujuan yang kurang finansial yang kurang jelas, seperti
mengenakan bayaran tambahan
Pengiklanan yang tidak pantas
Plagiarisme
3
c. Kode etik melidungi praktisi dari publik, terumata untuk pengaduan
malpraktik.
Selain itu kode etik juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap
integritas sebuah profesi dan melingdungi klien terhada penjualan obat dan
konseloryang kurang kompeten (Vacc, Juhnke & Nieslen, 2001).
4
Beberapa isu legal dan etis tidak tercakup dalam kode etik
Kode etik adalah dokumen sejarah.
Tidak semua kemungkinan situasi dibahas dalam kode etik.
Sering kali sulit menampung keinginan semua pihak.
Kode etik bukan dokumen produktif untuk membantu onselor dalam
memutuskan apa yang harus dilakukan dalam situasi baru.
Jadi kode etik sangat berguna dalam bebrapa hal, tetapi juga memiliki
keterbatasan. Konselor harus berhati-hati karena tidak semua petunjuk yang
mereka butuhkan dapat ditemukan dalam dokumen ini.
5
terbaik. Dan saat itulah muncul masalah etik dan konselor menjadi gelisah, ragu,
bimbang dan bingung dalam menentukan tindakan.
Dalam sebuah studi di New York, peneliti menemukan lima tipe dilema
etik yang paling sering terjadi diantaranya yaitu: (a) kepercayaan, (b) konflik
peran, (c) kompetensi konselor, (d) konflik dengan atasan atau institusi, (e)
tingkat kepentingan.2
Dalam pengambilan keputusan etik, konselor harus mengambil tindakan
berdasarkan pemikiran yang hati-hati dan reflektif menganai respons mereka
anggap benar dari sudut profesionalitas pada situasi tertentu. Beberapa prinsip
etik yang berhubungan dengan aktivitas dan pilihan etik konselor:
Beneficence /perbatan baik (melalukan yang baik dan mencegah
kerugian)
Nonmaleficence (tidak mengakibatkan kerugian/rasa sakit)
Justice/keadilan, dan
Fidelity/kesetiaan (kesetiaan atau berpegangan pada komitmen).
2 Ibid, h.71
6
C. Mendidik Konselor dalam Mengambil Keputusan
7
Konseling sekolah sering digunakan sebagai alat administrasi sekolah.
Ketika muncul kemungkinan konflik antara lotalitas seorang konselor kepada
atasan dan klien, Konselor harus selalu berusaha mencari solusi yang melindungi
hak kliennya, tanggung jawab etik yang pertama adalah kepada klien, yang
kedua untuk sekolah.
2. Komputer, Konseling dan Etik
Penggunaan komputer danteknologi dalam konseling adalah bidang lain
yang berpotensi menimbulkan permasalahan etik, kemungkinan terjadi
pelanggaran akan informasi klien ketika komputer digunakan untuk
mentransmisikan infoermasi antara-konselor profesional. Selain itu, masalah
cyber counseling atau web-counseling yakni konseling melalui internet dengan
konselor berada berkilo-kilo meter jauhnya juga penuh dengan dilema etik.
3. Konseling Perkawinan/Keluarga dan Etik
Situasi lainnya yang mengalami krisis etik adalah konseling perkawinan
dan keluarga. Alasannya adalah konselor menangani sejumlah individu secara
bersama sebagai sebuah sistem dan tidak mungkin semua anggota sistem ini
memiliki kesamaan tujuan.
4. Lingkungan Konseling Lain dan Etik
Lingkungan atau situasi konseling lannya yang memiliki potensial
dilema etik cukup signifikan (dan sering konsekuensi legal) adalah konseling
lansia, konseling multikultural, bekerja di perawatan terorganisir, dan riset
konseling.Dalam pengambilan keputusan etik dimana tidak ada batasan, sangat
penting bagi konselor untuk tetap mengikuti masalah terkini, tren, dan peraturan
yang berhubungan dengan situasi yang dihadapi.
E. Hubungan Multipel
Masalah hubungan multipel salah satu pertimbangan etik relatif baru,
timbul dari perdebatan pad atahun 1970-an., tentang etik dari hubungan seksual
konselor-klien. Diskusi diantara kelompok profesional menyimpulkan bahwa
hubungan multipel bersifat nonseksual harus dihindarkan.
8
Walaupun banyak konselor yang bekerja sesuai etik, kadang muncul
situasi tertentu diluar keadaan biasa. Herlihy (1996) menyarankan beberapa
langkah untuk digunakan dalam bekerja melewati dilema etik potensial,
terutama dengan merugikan profesionalitas.
Yang pertama ialah mengindentifikasi masalah seobjektif mungkin dan
hubungan konselor dengan hal itu. Langkah kedua ialah menerapkan Code of
Ethics ACA pada permaslahan tersebut.
9
yang diungkapkan selama terapi akan dilindungi dari keterbukaan yang tidak
sah. Privasi adalah sebuah pengembangan konsep legal yang mengakui hak-hak
individu untuk memilih waktu, keadaan dan vbanyak informasi pribadi yang
mereka ingin bagikan atau tetap pertahankan.
Komunikasi istimewa sebuah konsep yang lebih sempit, mengatur
perlindungan privasi dan kerahasiaan dengan melindungi klien dari
pengungkapan komunikasi rahasia di pengadilan tanpa izin mereka.3
3
Ibid, h.84
10
c. Fitnah
d. Penyerangan privasi
e. Pelanggaran kontrak
11
langkah yang diperlukan untuk memulai atau menuntaskan sebuah tindakan
ketika aturan yang jelas dilanggar). Rekaman semua konseli dilindungi secara
legal kecuali dalam keadaan tertentu, misalnya seseorang memiliki hak secara
legal untuk memeriksa rekaman.
Penyimpanan rekaman adalah salah satu dari 5 area penting yang
termasuk dalam tanggungjawab legal konselor, jumlah dan bentuk formulir
dalam rekaman konseli bermacam-macam sesuai dengan agensi, biasanya
mencakup 6 kategori dokumen :
1) Indentifikasi atau informasi wajib : nama, alamat, nomor telepon, tangal
lahir, jenis kelamin (biodata konseli)
2) Informasi penilaian ; evaluasi psikologis, latar belakang sosial atau
keluarga, riwayat keshtan
3) Rencana perawatan : menjelaskan masalah, rencana tindakan, langkah-
langkah yang diambil,
4) Catatan kasus : dokumentasi perkembangan setiap sesi untuk mencapai
tujuan
5) Ringakasan akhir : hasil dari perawatan, diagnosis akhir (jika ada),
rencana setelah perawatan
6) Data lainnya : persetujuan perawatan yang ditanda tanganin konseli,
salinan surat menyurat, catatan alasan dari intervensi konseli yang tidak
biasa, masalah administratif
M. Konselor di Pengadilan
Sistem pengadilan diAmerika Serikat terbagi menjadi pengadilan federal
dan pengadilan negara bagian, kebanyakan konselor hadir dipengadilan melalui
2 cara : pertama, sukarela dan profesional contohnya, konselor membantu
menjadi saksi ahli. Kedua, panggilan pengadilan (surat panggilan untuk datang
kepengadilan pada waktu yang ditetapkan untuk kasus tertentu.
12
Sistematis dan linier, artistik, pengertian subjektif - objektif
pertumbuhan, memprioritaskan terapi fokus pada individu atau kelompok kecil
berprioritas pada perubahan relativitas, pengertian kontekstual kooperatif,
menekankanpada relasi rekomendasi, menekankan konsultasi berdasarkan etik,
pengalaman, pendidikan cara pandang deterministik atau yang tidak diketahui
aatau keduanya diterima
b. Hukum
Pemikiran linier,objektif, pengertian keadilan permintaan,
memprioritaskan perlindungan, fokus pada masyarakat, berprioritas pada
stabilitas, pengertian dikotomi normatif, dakwaan, menekankan pada fakta yang
ditemukan, sanksi legal dan menekankan batasan berdasarkan pemikiran legal
cara pandang deterministik.4
4
Ibid, h. 91
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konselor seperti profesional lainnya memiliki kode etik untuk
membimbing mereka dalam membantu orang lain. code of ethics ACA 2005
adalah salah satu dokumen utama yang menjadi acuan konselor ketika
mereka menghadapi dilema etik, bertindak etis tidak selamanya mudah,
nyaman, dan jelas. Dalam pengambilan keputusan etik, konselor dapat
mendasarkannya dalam nilai-nilai pribadi selain standar etik dan preseden
legal.
Standar etik dan peraturan legal mencerminkan kondisi sekarang dan
merupakan dokumen terus menerus berkembang, dengan semakin
berkembangnya proses konseling aspek etik dan legal kemungkinan akan
menjadai kompleks dan prosedur penegakkannya semakin lebih tegas,
mengabaikan kode etik dan hukum tidak termaafkan, konselor harus menyadari
bahwa dengan pengecualian tertentu, pola pikir mereka berbeda dari
pengacara.
B. Saran
Kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini, kami masih
banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah kami, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar
makalah kami menjadi makalah yang lebih baik lagi dan kami harap makalah
kami bisa bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan pengetahuan yang
bermanfaat untuk orang lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
15