Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Permasalahan akan muncul pada setiap profesi, terlebih profesi kepada
hubungan langsung dengan manusia yaitu konseling. Sebagai konselor memiliki
“garis-garis batas” berupa standar etika yang wajib dipenuhi sebagai konselor
profesional. Standar etika inilah yang digunakan sebagai acuan untuk
melakukan penilaian ketika muncul permasalahan etis dalam hubungan
konseli. Bimbingan dan konseling memiliki begitu banyak kode etik dalam
pelaksanaan tugas profesionalnya dalam pelayanan yang berikan kepada para
konseli. Dan banyak juga pelanggaran yang terjadi pada proses konseling,
mereka mengetahui etika tapi hanya sekedar memahami tanpa
mengaktualisasikan nilai yang terkandung didalamnya dengan seksama maka
dari itu, penegakkan kode etik harus dilakukan.

A. Rumusan Masalah
a. Apa saja dan jelaskan aspek Etik dan Legal pribadi konselor ?
b. Bagaimana ruang lingkup aspek Etik dan Legal Konselor ?

C. Tujuan Masalah
a. Agar Mengetahui apa itu aspek etik dan legal pribadi konselor
b. Agar mengetahui ruang lingkup aspek etik dan legal konselor

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etik, Moralitas, dan Hukum


Etik meliputi “membuat keputusan yang bersifat moral tentang manusia
dan interasi mereka dalam masyarakat” (kitcherner, 1986,p.306). Etik juga
sering disebut moralitas dan dalam beberapa kasus kedua istilah ini saling
tumpang tindih. Etik secara umum didefinisikan sebagai ilmu filsafat mengenai
tingkah laku manusia dan pengambilan keputusan moral (Van Hoose &
Kottler,1985,p.2). Etik bersifat normatif dan berfokus pada prinsip-prinsip dan
standar yang mengatur hubungan antara individu, seperti hubungan antara
konselor dengan klien.
Moralitas meliputi penilaian atau evaluasi perbuatan. Ini berhubungan
dengan kata-kata seperti baik,buruk,benar,salah,seharusnya dan harus
(Beandit,1959,Grant.1992). Konselor memiliki moral, dann didalam teori yang
digunakan konselor tertanam asumsi moral tentang sifat manusia yang secara
eksplinsit dan implisit akan mempertanyakan: pertama. “Apakah manusia itu?”
Dan yang kedua. “Bagaimana seharusnya manusia itu?”
(Christopher,1996,p.18).
Hukum adalah penyusunan yang akurat dari standar pemerintahan yang
dibuat untuk menjamin keadilan legal dan moral (hummel, Talbutt &
Alexander,1985; Remley & Herliny,2005. Hukum tidak mendikte etika apa yang
pantas untuk stimulasi tertentu, tetapi apa yang legal dalam situasi tersebut.1

1. Etik dan Konseling


Patterson (1997) melihat bahwa identitas koprfresionalan konselor
berhubungan dengan pengetahuan dan praktik etik mereka. Welfel
menambahkan bahwa keefktifan dari konselor berhubungan dengan pengetahuan
etik dan tingkah aku mereka. Tingkah laku tidak beretik dalam konseling
bentuknya bermacam-macam. Godaan yang umumnya dirasakan orang,juga

1 Samuel T. Gladding, KONSELING (Profesi yang menyeluruh) (Indeks : 2012)


ed:6, hlm. 66

2
dialami konselor. Diataranya termasuk “keintiman fisik, gosip yang
menggairahkan, atau kesempatakn (jika berhasil) untuk meningkatkan karir
seseorang” (welfel & Lipsitz, 1983b, p.328).
Berikut ini adalah beberapa tingkah laku tidak etis yang paling sering terjadi
dalam konseling (ACA,2005; Herlihy & Corey, 2006):
 Pelanggaran kepercayaan
 Melampaui tingkat kompetensi profesional seseorang
 Kelalaian dalam praktik
 Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki
 Memaksakan nilai-nilai konselor pada klien
 Membuat klien bergantung
 Melakukan aktivitas seksual dengan klien
 Konflik kepentingan seperti hubungan ganda yaitu peran konselor
bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau
hubungan profesional. (Moleski & Kiselica,2005)
 Peresetujuan yang kurang finansial yang kurang jelas, seperti
mengenakan bayaran tambahan
 Pengiklanan yang tidak pantas
 Plagiarisme

2. Kode Etik dan Standar Profesional


Untuk menghadapi masakah etik, konselor mengembangkan kode etik
profesional dan standar tingkah laku “berdasarkan nilai-nilai yang telah disetujui
bersama” (Hansen et al., 1994,p.362). Etik tidak hanya membantu
memprofesionalkan asosiasi secara umum, tetapi “diracang uga untuk
memberikan pedoman tingkah laku profesional dari par anggotanya secara
pribadi” (Swanson,1983a, p.53). Tiga alasan dari keberadaan kode etik menurut
Van Hoose dan Kottler (1985) adalah sebagai beriut:
a. Kode etik melindungi profesi dari pemerintah.
b. Kode etik membantu mengontrol ketidaksepakatan internal dan
pertengkaran, sehingga memelihara kestabilan dalam profesi

3
c. Kode etik melidungi praktisi dari publik, terumata untuk pengaduan
malpraktik.
Selain itu kode etik juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap
integritas sebuah profesi dan melingdungi klien terhada penjualan obat dan
konseloryang kurang kompeten (Vacc, Juhnke & Nieslen, 2001).

3. Pengembangan Kode Etik bagi Konselor


Kode etik konseling pertama dibuat oleh American Counseling
Association (ACA). Dalam Cade of Ethics ACA ada delapan bagian judul topik.
Semuanya mengandung materi yang hampir sama dengan yang terdapat dalam
banyak kode etik lainnya, tetapi ditujukan untuk profesi konseling. Bagian
petema berisi hubungan konseling , termasuk tanggung jawab konselor
profesional kepada klien terutama kesejahteraan mereka. Bagian kedua
mencakup kepercayaan, komunikasi istimewa dan privasi dalam konseling
temasuk pengecualian untuk hak privasi merekam dan penelitian serta pelatihan.
Bagian tiga fokus pada isu yang berkaitan dengan tanggung jawab
profesional. Bagian keempat mecakup hubungan dengan tenaga rofesional
lainnya termasuk rekan kerja, atasan, dan pegawai. Bagian lima meyangkut
evaluasi, penilaian, dan interpreasi. Bagian keenam berfokus pada hal-hal yang
berhubungan dengan pengajaran, pelatihan dan pengawasan. Bagian ketujuh
berhubungan dengan penelitian dan publikasi serta menguraikan tanggung jawab
penelitan. Bagian delapan memuat cara-cara untuk memutuskan hal-hal yang
menyangkut etik.

4. Keterbatasan Kode Etik


Ada sejumlah batasan spesifik dalam kode etik. Dibawah ini beberapa
batasan yang paling sering disebutkan (Beymer,1971; Corey, Corey, & Callanan,
2007; Talbult, 1981):
 Beberapa masalah tidak dapat diputuskan dengan kode etik
 Pelaksanaan kode etik merupakan hal yang sulit
 Standar-standar yang diuaraikan dalam kode etik ada kemungkinan
saling bertentangan

4
 Beberapa isu legal dan etis tidak tercakup dalam kode etik
 Kode etik adalah dokumen sejarah.
 Tidak semua kemungkinan situasi dibahas dalam kode etik.
 Sering kali sulit menampung keinginan semua pihak.
 Kode etik bukan dokumen produktif untuk membantu onselor dalam
memutuskan apa yang harus dilakukan dalam situasi baru.

Jadi kode etik sangat berguna dalam bebrapa hal, tetapi juga memiliki
keterbatasan. Konselor harus berhati-hati karena tidak semua petunjuk yang
mereka butuhkan dapat ditemukan dalam dokumen ini.

5. Konflik di dalam dan diatara etik


Pengadaptasian kode teik dan penekannya sejalan dengan peningkatan
profesionalitas dari konseling. Namun keberadaan standar semacam ini juga
menghadirkan dilema yang potensial untuk banyak konselor, atas dasar tiga
alasan.
Pertama, seperti diungkapan Stadler (1986), untuk bertindak sesuai etik
konselor harus memperhatikan kode etik dan mampu membedakan suatu dilema
etik dari tipe-tipe dilema lainnya.
Kedua, terkadang prinsip-prinsip etik yang berbeda dalam peraturan
tersebut menghasilkan pedoman yang saling bertentangan mengenai apa yang
perlu dilakukan dalam situasi tersebut, Ketiga, konfik dapat terjadi jika konselor
tergabung dalam dua atau lebih organisasi profesional yang memiliki kode etik
berbeda.

B. Mengambil Keputusan Etik

Beberapa konselor beroprasi dengan standar etik pribadi tampa


berpegang pada batasan etik yang dibuat oleh asosiasi konseling profesional.
Semua itu biasanya berjalan dengan baik sampai akhirnya berhadapan dengan
sebuah dilema yang solusinya tidak jelas atau kelihatanya tidak ada solusi

5
terbaik. Dan saat itulah muncul masalah etik dan konselor menjadi gelisah, ragu,
bimbang dan bingung dalam menentukan tindakan.
Dalam sebuah studi di New York, peneliti menemukan lima tipe dilema
etik yang paling sering terjadi diantaranya yaitu: (a) kepercayaan, (b) konflik
peran, (c) kompetensi konselor, (d) konflik dengan atasan atau institusi, (e)
tingkat kepentingan.2
Dalam pengambilan keputusan etik, konselor harus mengambil tindakan
berdasarkan pemikiran yang hati-hati dan reflektif menganai respons mereka
anggap benar dari sudut profesionalitas pada situasi tertentu. Beberapa prinsip
etik yang berhubungan dengan aktivitas dan pilihan etik konselor:
 Beneficence /perbatan baik (melalukan yang baik dan mencegah
kerugian)
 Nonmaleficence (tidak mengakibatkan kerugian/rasa sakit)
 Justice/keadilan, dan
 Fidelity/kesetiaan (kesetiaan atau berpegangan pada komitmen).

1. Panduan Lain untuk Bertindak secara Etik


Swanson (1983a) membuat daftar pedoman untuk menilai, apakah
konselor bertindak dalam tanggung jawab etika. Yang pertama adalah kejujuran
dan profesional. Konselor diajibkan untuk beroperasi secara terbuka dengan diri
mereka sendiri dan orang-orang yang berkerja bersama mereka. Pedoman kedua
adalah bertindak untuk kepentingan terbaik klien. Terkadang konselor
memaksakan nilai-nilai pribadinya pada klien dan mengacuhkan apa yang
sebenarnya dikehendaki klien.
Pedoman ketiga adalah bahwa konselor betindak tampa tujuan jelekatau
keuntungan pribadi. Beberapa klien sulit disukai atau ditangani, dan dengan
merekalah konselor harus berhati-hati.
Pedoman terakhir adalah apakah konselor dapat membenarkan suatu
tindakan “sebagai keputusan terbaik yang harus dilakukan berdasarkan peraturan
profesi yang sedang berlaku.

2 Ibid, h.71

6
C. Mendidik Konselor dalam Mengambil Keputusan

Mengingat perubahan sikap etik berhubungan dengan perubahan tingkah


laku etik, kursus etik dalam berbagai tingkatan sangatlah bernilai. Van Hoode
dan Paradise (1979) mengkonsep tingkah laku etik konselor dalam lima
tingkatan perkembangan yang berkesinambungan:
1. Orientasi hukuman. Pada tingkatan ini. Konselor menganggap standar
sosial eksternal (dari luar) adalah dasar untuk meningkatkan tingkah
laku. Jika klien atau konselor melanggar aturan sosial, mereka harus
dihukum.
2. Orientasi institusional. Konselor yang beroprasi pada tingkatan ini
percaya dan berpegang pada aturan istitusi tempat mereka bekerja.
3. Orientasi sosial. Pada tingkatan ini konselor mendasarkan keputusan
yang diambilny pada standar sosial.
4. Orientasi individu. Kebutuhan individual mendapat prioritas utama pada
tingkatan ini. Konselor memperhatikan lebutuhan sosial dan hukum yang
berlaku,tetapi mereka fokus pada apa yang tebaik untuk individu.
5. Orientasi prinsip (hati nurani). Pada tingkatan ini kepedulian satu-
satunya adalah pada individu. Keputusan yang diambil berdasarkan
standar etik internal,bukan pertimbangan eksternal.

D. Etik dalam Situasi Konseling Khusus


Tingkah laku etik sangat dipengaruhi oleh sikap yang didominan dalam
lingkungan tempat seseorang bekerja, oleh rean kerja, oleh tugas yang dilakukan
konselor (contohnya: mendiagnosis). Maka dari itu, implementasi keputusan etik
dan tindakan dalam konseling kadang-kadang melibatkan resiko, atau
ketidaknyamanan pribadi dan profesional cukup besar.
Konselor sebaiknya meneliti kebijakan umum dan prinsip-prinsip institusi
sebelum menerima pekerjaan karena bekerja ditempat spesifik berarti konselor
setuju dengan aturan, prinsip, dan etik yang berlaku.

1. Konseling Sekolah dan Etik

7
Konseling sekolah sering digunakan sebagai alat administrasi sekolah.
Ketika muncul kemungkinan konflik antara lotalitas seorang konselor kepada
atasan dan klien, Konselor harus selalu berusaha mencari solusi yang melindungi
hak kliennya, tanggung jawab etik yang pertama adalah kepada klien, yang
kedua untuk sekolah.
2. Komputer, Konseling dan Etik
Penggunaan komputer danteknologi dalam konseling adalah bidang lain
yang berpotensi menimbulkan permasalahan etik, kemungkinan terjadi
pelanggaran akan informasi klien ketika komputer digunakan untuk
mentransmisikan infoermasi antara-konselor profesional. Selain itu, masalah
cyber counseling atau web-counseling yakni konseling melalui internet dengan
konselor berada berkilo-kilo meter jauhnya juga penuh dengan dilema etik.
3. Konseling Perkawinan/Keluarga dan Etik
Situasi lainnya yang mengalami krisis etik adalah konseling perkawinan
dan keluarga. Alasannya adalah konselor menangani sejumlah individu secara
bersama sebagai sebuah sistem dan tidak mungkin semua anggota sistem ini
memiliki kesamaan tujuan.
4. Lingkungan Konseling Lain dan Etik
Lingkungan atau situasi konseling lannya yang memiliki potensial
dilema etik cukup signifikan (dan sering konsekuensi legal) adalah konseling
lansia, konseling multikultural, bekerja di perawatan terorganisir, dan riset
konseling.Dalam pengambilan keputusan etik dimana tidak ada batasan, sangat
penting bagi konselor untuk tetap mengikuti masalah terkini, tren, dan peraturan
yang berhubungan dengan situasi yang dihadapi.

E. Hubungan Multipel
Masalah hubungan multipel salah satu pertimbangan etik relatif baru,
timbul dari perdebatan pad atahun 1970-an., tentang etik dari hubungan seksual
konselor-klien. Diskusi diantara kelompok profesional menyimpulkan bahwa
hubungan multipel bersifat nonseksual harus dihindarkan.

F. Bekerja Bersama Konselor yang Tidak Etis

8
Walaupun banyak konselor yang bekerja sesuai etik, kadang muncul
situasi tertentu diluar keadaan biasa. Herlihy (1996) menyarankan beberapa
langkah untuk digunakan dalam bekerja melewati dilema etik potensial,
terutama dengan merugikan profesionalitas.
Yang pertama ialah mengindentifikasi masalah seobjektif mungkin dan
hubungan konselor dengan hal itu. Langkah kedua ialah menerapkan Code of
Ethics ACA pada permaslahan tersebut.

G. Hukum dan Konseling


Profesi konseling juga diatur oleh standar legal. Dalam banyak kasus,
hukum biasanya membantu atau netral terhadap kode etik profesional dan
konsleing secara umum. Hukum mendukung lisensi atau sertifikasi untuk
konselor sebagai piranti yang menjamin bahwa orang yang memasukin profesi
tersebut sudah mencapai sekurang-kurangnya standar minimal.

H. Pengakuan Legal untuk Konseling


Swanson mengatakan bahwa konseling memperoleh pengakuan
profesional dan penerimaan sistem legal. Sampai tahun 1960 konseling tidak
memiliki identitas yang cukup kuat sebagai profesi yang diakui secara legal.
Baru pada tahun 1971, konselor diakui secara legal sebagai profesional yang
memberi koseling untuk urusan pribadi, pekerjaan dan pendidikan.

I. Aspek Legal Konseling


Konselor harus mengikuti aturan legal yang spesifik bekerja pada
populasi tertentu. Konselor akan menghadapi masalah cukup besar jik dia berada
pada sitausi yang hukumnya tidak jelas, atau ada konflik antara hukum dan etik
konseling profesional. Bagaimana juga penyediaan layanan kesehatn mental
harus mendapatkan informasi penuh tentang apa yang mereka dapat atau tidak
dapat lakukan secara legal. Situasi ini sering melibatkan pembagian informasi
antara klien, konselor,dan sistem pengadilan,Pembagian ini dapat dipilah-pilah
menjadi komunikasi kerahasiaan, privasi, dan istimewa. Kerahasiaan adalah
kewajiban etik untuk memenuhi kontrak atau janji kepada klien bahwa informasi

9
yang diungkapkan selama terapi akan dilindungi dari keterbukaan yang tidak
sah. Privasi adalah sebuah pengembangan konsep legal yang mengakui hak-hak
individu untuk memilih waktu, keadaan dan vbanyak informasi pribadi yang
mereka ingin bagikan atau tetap pertahankan.
Komunikasi istimewa sebuah konsep yang lebih sempit, mengatur
perlindungan privasi dan kerahasiaan dengan melindungi klien dari
pengungkapan komunikasi rahasia di pengadilan tanpa izin mereka.3

J. Pertanggungjawaban Sipil dan Kriminal


Pada dasarnya, pertanggungjawaban dalam konseling mencakup
permasalahan mengenai apakah konselor mengakibatkan kerugian pada konseli.
Konsep tentang pertanggungjawaban secara langsung berhubungan dengan
malpraktik, dua cara untuk melindungi diri dari malpraktikadalah : mengikuti
kode etik profesional dan mengikuti standar praktik normal.
Pertanggungjawaban dapat diklasifikasikan 3 bagian yaitu : sipil,
kriminal, dan administrasi, pertanggungjawaban sipil berarti bahwa seseorang
dituntut karena bertindak salah kepada yang lainnya, atau tidak bertindak disaat
ada kewajiban bertindak berupa pengaduan hukum dari konseli melawan
konselor atas malpraktik profesional (kelalaian), pertanggungjawaban kriminal
meliputi cara kerja konselor terhadap konseli, yang tidak diizinkan hukum.
Contoh, keterlibatan konselor dalam kejahatan, seperti tidak melaporkan
kekerasan pada anak, menjalin hubungan seksual dengan konseli, atau penipuan
asuransi, penanggungjawaban administrasi bahwa lisensi praktik dari terapis
terancam oleh investigasi badan lisensi, yang memiliki kekuasaan untuk
mencabut atau menangguhkan sebuah lisensi. Kesalahan legal terkait orang,
properti, atau bahkan reputasi seseorang dan dapat tidak sengaja atau langsung,
pengaduan pertanggungjawaban sipil yang paling sering dihadapi oleh konselor
adalah malpraktik seperti :
a. Malpraktik situasi tertentu (keluarga berencana, aborsi, peresepan, dan
pemberian obat perwatan)
b. Pencarian ilega

3
Ibid, h.84

10
c. Fitnah
d. Penyerangan privasi
e. Pelanggaran kontrak

K. Masalah Legal Pada Konseling Minor


Minor adalah anak-anak dibawah umur 18 tahun, bekerja dengan minor
dalam latar non sekolah melibatkan masalah legal (etik) yang berbeda dengan
mereka yang bekerja dilingkungan pendidikan. Contoh, hubungan konseli-
konselor bersifat kepercayaan, biasanya, minor dapat masuk kedalam sebuah
kontrak untuk pengobatan melalui salah satu dari 3 cara :
1) Persetujuan orang tua
2) Tidak dengan sukarela atas desakan orang tua
3) Dengan permintaan pengadilan remaja
Untuk melakukan konseling dengan minor dan keluarganya, ada
beberapa saran yang diberikan Lawrence dan Kurpuis(2000, p.135) :
 Mengenal undang-undang negara bagian lebih baik
 Klarifikasikan kebijakan anda mengenai kerahasian baik dengan anak
maupun orang tuanya pada permulaan hubungan terapi dan mintalah
kerja sama mereka, buat pernyataan tertulis tentang kebijakan
tersebut yang ditanda tangani oleh semua pihak
 Membuat catatan yang akuran dan obyektif mengenai semua interaksi
dan sesi konseling
 Mempertahankan perlindungan tanggung jawab profesional yang
memadai, perlindungan ini harus diatas minimum
 Jika anda membutuhkan bantuan berundinglah dengan rekan kerja
dan aculah pertolongan legal profesional.

L. Hak-Hak Konseli dan Rekaman


Ada 2 bentuk hak konseli yaitu, implied (tersirat) dan explicit (jelas)
keduanya berhubungan dengan proses, hak tersirat berhubungan dengan
substansi keadilan peralakuan, misalnya mengingkari hak konstitusional
seseorang. Hak explisit berfokus pada proses keadilan perlakuan (langkah-

11
langkah yang diperlukan untuk memulai atau menuntaskan sebuah tindakan
ketika aturan yang jelas dilanggar). Rekaman semua konseli dilindungi secara
legal kecuali dalam keadaan tertentu, misalnya seseorang memiliki hak secara
legal untuk memeriksa rekaman.
Penyimpanan rekaman adalah salah satu dari 5 area penting yang
termasuk dalam tanggungjawab legal konselor, jumlah dan bentuk formulir
dalam rekaman konseli bermacam-macam sesuai dengan agensi, biasanya
mencakup 6 kategori dokumen :
1) Indentifikasi atau informasi wajib : nama, alamat, nomor telepon, tangal
lahir, jenis kelamin (biodata konseli)
2) Informasi penilaian ; evaluasi psikologis, latar belakang sosial atau
keluarga, riwayat keshtan
3) Rencana perawatan : menjelaskan masalah, rencana tindakan, langkah-
langkah yang diambil,
4) Catatan kasus : dokumentasi perkembangan setiap sesi untuk mencapai
tujuan
5) Ringakasan akhir : hasil dari perawatan, diagnosis akhir (jika ada),
rencana setelah perawatan
6) Data lainnya : persetujuan perawatan yang ditanda tanganin konseli,
salinan surat menyurat, catatan alasan dari intervensi konseli yang tidak
biasa, masalah administratif

M. Konselor di Pengadilan
Sistem pengadilan diAmerika Serikat terbagi menjadi pengadilan federal
dan pengadilan negara bagian, kebanyakan konselor hadir dipengadilan melalui
2 cara : pertama, sukarela dan profesional contohnya, konselor membantu
menjadi saksi ahli. Kedua, panggilan pengadilan (surat panggilan untuk datang
kepengadilan pada waktu yang ditetapkan untuk kasus tertentu.

N. Etik Dan Hukum : Dua Cara Berfikir


Perbedaan relatif dalam budaya antara konseling dan hukum
a. Konseling

12
Sistematis dan linier, artistik, pengertian subjektif - objektif
pertumbuhan, memprioritaskan terapi fokus pada individu atau kelompok kecil
berprioritas pada perubahan relativitas, pengertian kontekstual kooperatif,
menekankanpada relasi rekomendasi, menekankan konsultasi berdasarkan etik,
pengalaman, pendidikan cara pandang deterministik atau yang tidak diketahui
aatau keduanya diterima
b. Hukum
Pemikiran linier,objektif, pengertian keadilan permintaan,
memprioritaskan perlindungan, fokus pada masyarakat, berprioritas pada
stabilitas, pengertian dikotomi normatif, dakwaan, menekankan pada fakta yang
ditemukan, sanksi legal dan menekankan batasan berdasarkan pemikiran legal
cara pandang deterministik.4

4
Ibid, h. 91

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konselor seperti profesional lainnya memiliki kode etik untuk
membimbing mereka dalam membantu orang lain. code of ethics ACA 2005
adalah salah satu dokumen utama yang menjadi acuan konselor ketika
mereka menghadapi dilema etik, bertindak etis tidak selamanya mudah,
nyaman, dan jelas. Dalam pengambilan keputusan etik, konselor dapat
mendasarkannya dalam nilai-nilai pribadi selain standar etik dan preseden
legal.
Standar etik dan peraturan legal mencerminkan kondisi sekarang dan
merupakan dokumen terus menerus berkembang, dengan semakin
berkembangnya proses konseling aspek etik dan legal kemungkinan akan
menjadai kompleks dan prosedur penegakkannya semakin lebih tegas,
mengabaikan kode etik dan hukum tidak termaafkan, konselor harus menyadari
bahwa dengan pengecualian tertentu, pola pikir mereka berbeda dari
pengacara.

B. Saran
Kami sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini, kami masih
banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah kami, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun agar
makalah kami menjadi makalah yang lebih baik lagi dan kami harap makalah
kami bisa bermanfaat bagi kita semua dan mendapatkan pengetahuan yang
bermanfaat untuk orang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Gladding, Samuel T.2012. KONSELING (Profesi yang menyeluruh).


ed:6

15

Anda mungkin juga menyukai