Anda di halaman 1dari 25

ASPEK ETIK DAN

LEGAL KONSELING
OLEH:

JONI INDRA WANDI (21169035)


ZAHRATU AZIZAH (21169039)
YEPI HARPENDA (21169027)
RHONA SANDRA (21169037)
ASPEK ETIK KONSELING
 Etik meliputi “ membuat keputusan yang bersifat moral
tentang manusia dan interaksi mereka dalam masyarakat
(Kitchener, 1986)
 Etik bersifat normatif dan berfokus pada prinsip-prinsip
dan standar yang mengatur hubungan antara individu,
seperti hubungan antara konselor dan klien.
 Kode etik “pola aturan, tata cara, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
 Kode etik profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap tenaga profesi dalam menjalankan
tugas profesi dan dalam kehidupan di masyarakat. Norma
tersebut berisi apa yang tidak boleh, apa yang seharusnya
dilakukan, dan apa yang diharapkan dari tenaga profesi.
Pelanggaran terhadap norma tersebut akan mendapat
sanksi (Dirjen Dikti Depdiknas, 2004)
Alasan keberadaan kode etik (Van
Hoose dan Kotler, 1985)

 Kode etik melindungi profesi dari pemerintah 


kode etik memperbolehkan profesi untuk mengatur
diri mereka sendiri dan berfungsi sendiri
 Kode etik membantu mengontrol ketidaksepakatan
internal dan pertengkaran, sehingga memelihara
kestabilan dalam profesi
 Kode etik melindungi keberadaan praktisi dari
publik, terutama untuk pengaduan malpraktik. Jika
konselor bertindak sesuai batas-batas etik, tingkah
lakunya akan dinilai telah mematuhi standar umum.
Kode Etik Konseling
 Kode etik konseling yang pertama dibuat oleh
American Counseling Association (ACA)
 Kode Etik ACA dibagi menjadi delapan wilayah:
1. Bagian A: Hubungan Konseling
2. Bagian B: Kerahasiaan
3. Bagian C: Tanggung jawab Profesional
4. Bagian D: Hubungan dengan Profesional Lain
5. Bagian E: Evaluasi, Penilaian dan Interpretasi
6. Bagian F: Pengajaran, Pelatihan dan Pengawasan
7. Bagian G: Penelitian dan Publikasi
8. Bagian H: Menyelesaikan Masalah Etis
KETERBATASAN KODE
1. ETIK
Beberapa masalah tidak dapat diputuskan dengan
kode etik
2. Pelaksanaan kode etik merupakan hal yang sulit
3. Standar-standar yang diuraikan dalam kode etik
ada kemungkinan saling bertentangan
4. Beberapa isu legal dan etis tidak tercakup dalam
kode etik
5. Terkadang muncul konflik antara peraturan etik dan
peraturan legal
6. Kode etik tidak membahas masalah lintas budaya
7. Tidak semua kemungkinan situasi dibahas dalam
kode etik
Mengambil Keputusan Etik
1. Pengambilan keputusan etik tidak selamanya
mudah dilakukan, tetapi hal ini merupakan bagian
dari tugas seorang konselor.
2. Dibutuhkan kualitas seperti: karakter, integritas,
moral dan pengetahuan (Welfel, 2006)
3. Dalam pengambilan keputusan etik, konselor
harus mengambil tindakan “berdasarkan
pemikiran yang hati-hati dan reflektif ”mengenai
respon yang mereka anggap benar dari sudut
profesionalitas pada situasi tertentu (Tennyson
&Strom, 1986)
ASPEK LEGAL
1. KONSELING
Profesi konseling juga diatur oleh standar legal.
2. Legal  “hukum atau keadaan yang sesuai
dengan hukum”
3. Hukum  sebentuk aturan yang diakui oleh
Negara sebagai aturan yang mengikat angota-
anggotanya.
4. Konselor harus memegang/ mematuhi standar
etik dan peraturan legal.
5. Cara konselor untuk melindungi diri secara
legal adalah dengan menaati standar etik dari
organisasi professional tempat mereka
bergabung.
Pengakuan Legal
Untuk Konseling
Pada tahun 1971, konselor diakui
secara legal sebagai profesional yang
memberi konseling untuk urusan
pribadi, pekerjaan, dan pendidikan.
Aspek Legal Hubungan Konseling
1. Pertanggungjawaban Sipil dan
Kriminal
2. Masalah Legal pada Konseling Minor
3. Hak-Hak Klien dan Rekaman
4. Konselor di Pengadilan
5. Etika dan Hukum
PERBEDAAN RELATIF DALAM
BUDAYA ANTARA KONSELING
DAN HUKUM
• Konseling
 Sistemaits dan pemikiran linear
 Artistik, pengertian subjektif-objektif pertumbuhan,
memprioritaskan terapi fokus pada individu atau
kelompok kecil Berprioritas pada perubahan
 Relativitas, pengertian konstektual kooperatif,
menekankan pada relasi.
 Rekomendasi, menekankan konsultasi
Berdasarkan etik, pengalaman, pendidikan
 Cara pandang deterministic atau yang tidak
diketahui, atau kedauanya, diterima.
Perbedaan relatif dalam budaya
antara konseling dan hukum
• Hukum
 Pemikiran linear
 Objektif, pengertian pengadilan
 Permintaan, memprioritaskan perlindungan fokus pada
masyarakat
 Berprioritas pada stabilitas
 Pengertian dikotomi normative
 Dakwaan, menekankan pada fakta yang ditemukan
 Sanksi legal dan menekankan batsan
 Berdasarkan pemikiran legal
 Cara pandang deterministic.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai