NIM : 2002112959
Resume : Audit 1
Etika Profesi
Etika dari Perilaku tidak beretika dalam kontek personal dan professional
Etika (ethics) secara garis besar dapat didefenisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai
moral. Walaupun kita tidak memperhatikan secara eksplisit, rangkaian nilai ini dimiliki oleh
setiap orang. Para ahli filsafat, organisasi keagamaan, serta kelompok lainnya telah
mendefenisikan serangkaian prinsip dan nilai moral ini dengan berbagai cara. Menurut para ahli
maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Prinsip dan nilai moral
seseorang serta kepentingan relatif pinsip tersebut bagi setiap orang pasti berbeda. Perbedaan ini
merefleksikan pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan yang dialami, serta pengaruh dari
orang tua, guru, dan teman.
Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi yang
dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan
atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai kode etik. Kode Etik IAPI menjadi
standar umum perilaku atas perilaku yang ideal dan ketetapan peraturan yang spesifik yang
mengatur perilaku auditor. Prilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi
secara teratur. Bisa kita sebut bahwa etika ini adalah perekat yang dapat mengikat anggota
masyarakat. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat sangat penting, sehingga banyak nilai etika
yang umum dimasukkan ke dalam undang-undang. Namun sebagian besar nilai etika tidak dapat
dijadikan undang-undang karena etika tersebut tidak dapat didefenisikan dengan cukup baik agar
dapat diberlakukan.
Lawan dari prilaku etis adalah prilaku tidak etis. Sebagian orang mendefenisikannya
sebagai tindakan yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi
tertentu. Baik prilaku etis maupun tidak etis ini sebenarnya diputuskan oleh diri kita masing-
masing. Jadi kita harus memahami apa yang menyebabkan orang-orang bertindak dengan cara
yang kita anggap sebagai tidak etis. Ada dua alasan mengapa sesorang bertindak tidak etis, yaitu:
1. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum.
Sebagai contoh terdapat kecurangan dalam pengisian SPT pajaknya oleh seseorang,
sebagian besar dari kita akan menganggap hal itu sebagai prilaku tidak etis. Jika orang
lain memutuskan bahwa prilaku tersebut etis dan dapat diterima, maka aka nada konflik
nilai etis yang tidak mungkin terselesaikan.
2. Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.
Sebagian prilaku tidak etis disebabkan oleh tindakan mementingkan diri sendiri ini.
Contohnya skandal politik yang terjadi akibat keinginan untuk mendapatkan kekuasaan
politik. Dalam setiap kasus, orang tersebut mengetahui bahwa prilakunya tidak benar
tetapi ia memilih untuk tetap melakukannya karena diperlukan pengorbanan pribadi
untuk bertindak secara etis.
Penyelesaian dilema etika menggunakan kerangka etika
Dilema etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang di mana ia
harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Menurut Arens dan Loebbecke, yang
dimaksud dengan dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai prilaku yang pantas harus dibuat. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya
menghadapi banyak dilemma etika dalam karir bisnisnya. Seorang auditor mungkin akan
menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan
suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilemma etika bila pendapat wajar
tanpa pengecualian itu tidak tepat.
Berikut ini adalah cara-cara paling penting dimana akuntan publik dapat memperlakukan
diri mereka secara profesional dan melaksanakan audit serta jasa terkait yang bermutu tinggi:
1. Ujian CPA
2. Pengendalian mutu
3. Peer review
4. PCAOB dan SEC
5. Kode prilaku profesional
6. Seksi praktik AICPA
7. Kewajiban hukum
8. Persyaratan pendidikan yang berkelanjutan
9. Standar auditing dan interpretasi
Jasa nonaudit. Terdapat pembatasan namun tidak menghilangkannya, jenis jasa nonaudit
yang dapat diberikan kepada klien audit yang merupakan perusahaan terbuka. Terdapat Sembilan
jasa yang tidak diperkenankan bagi KAP, yaitu sebagai berikut:
Komite audit. Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang
tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen. Komite
audit perusahaan publik harus mencakup anggota yang independen, dan perusahaan harus
mengungkapkan apakah dalam komite audit paling sedikit ada pakar keuangan. Komite audit
perusahaan publik juga harus bertanggung jawab atas penunjukan, kompensasi, dan pengawasan
atas pekerjaan auditor. Untuk perusahaan publik, aturan PCAOB mengharuskan kantor akuntan
publik, sebelum pemilihannya sebagai auditor perusahaan, untuk menguraikan secara tertulis dan
mendokumentasikan pembahasannya dengan komite audit tentang semua hubungan antara
kantor akuntan publik dan perusahaan, termasuk eksekutif dalam posisi laporan keuangan, untuk
menentukan apakah ada penurunan independensi KAP.
Konflik yang timbul dari hubungan personalia. Penerimaan karyawan dari mantan
anggota tim audit pada sebuah klien meningkatkan masalah independensi. Menurut peraturan
SEC, kantor akuntan publik dianggap tidak independen berkenaan dengan klien audit jika
mantan partner, principal, pemegang saham, atau karyawan profesional dari kantor tersebut
diterima kerja pada klien dan mempunyai kepentingan keuangan yang berkelanjutan dalam
kantor akuntan bersangkutan atau dalam posisi yang mempengaruhi kebijakan operasi atau
keuangan kantor akuntan tersebut.
Rotasi partner. Seperti yang telah disyaratkan, aturan independesi SEC mengharuskan
pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit setelah lima tahun. Partner audit lainnya
yang memiliki keterlibatan yang cukup besar pada audit harus dirotasi sesudah tujuh tahun dan
terkena periode time out selama dua tahun.
Walaupun independensi penting sekali bagi kepercayaan publik atas akuntan publik, juga
penting bahwa auditor, mematuhi peraturan prilaku lainnya. Peraturan lainnya yang pertama
mengenai integritas dan objektivitas. Integritas berarti tidak memihak dalam melakukan semua
jasa. Dalam Peraturan 102 mengenai Integritas dan Objektivitas dikatakan dalam pelaksanaan
setiap jasa profesional, seorang anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan integritas,
harus bebas dari konflik kepentingan, dan tidak boleh dengan sengaja membuat kesalahan
penyajian atas fakta atau menyerahkan penilaiannya kepada orang lain.
Karena kebutuhan khusus bagi kantor akuntan untuk berprilaku dengan cara yang
profesional, kode etika mempunyai aturan khusus yang melarang tindakan yang dapat
didiskreditkan bagi profesi. Meskipun tindakan yang dapat didiskreditkan belum didefinisikan
dengan baik dalam peraturan atau interpretasi, Peraturan 501 – Tindakan yang Dapat
Didiskreditkan, seorang anggota tidak boleh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bagi
profesinya.
Untuk mendorong akuntan publik berprilaku secara profesional, peraturan ini juga
melarang iklan atau premohonan yang palsu, menyesatkan, atau menipu. Peraturan 502 – Iklan
dan Bentuk Permohonan Lainnya. Seorang klien dalam praktik publik tidak boleh berusaha
memperoleh klien dengan iklan atau bentuk permohonan lainnya dengan cara yang palsu,
menyesatkan, atau menipu.
Peraturan 505 – Bentuk dan Nama Organisasi. Anggota dapat berpraktik dalam bidang
akuntansi publik hanya dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau peraturan
negara bagian yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi dewan.
Daftar Pustaka
http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf
http://repository.stei.ac.id/5554/2/I.pdf
https://www.academia.edu/38023613/Dilema_Etika
https://www.academia.edu/31213942/PERILAKU_PROFESIONAL_AUDITOR
https://www.academia.edu/38235021/Etika_Profesional_Auditor