Anda di halaman 1dari 17

Nama : Rifal Kurniawan

NIM : 2002112959

Resume : Audit 1

Etika Profesi

 Etika dari Perilaku tidak beretika dalam kontek personal dan professional
Etika (ethics) secara garis besar dapat didefenisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai
moral. Walaupun kita tidak memperhatikan secara eksplisit, rangkaian nilai ini dimiliki oleh
setiap orang. Para ahli filsafat, organisasi keagamaan, serta kelompok lainnya telah
mendefenisikan serangkaian prinsip dan nilai moral ini dengan berbagai cara. Menurut para ahli
maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara
sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Prinsip dan nilai moral
seseorang serta kepentingan relatif pinsip tersebut bagi setiap orang pasti berbeda. Perbedaan ini
merefleksikan pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan yang dialami, serta pengaruh dari
orang tua, guru, dan teman.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi


manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi
menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki komitmen moral yang tinggi yang
dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan
atau mengemban profesi tersebut, yang biasa disebut sebagai kode etik. Kode Etik IAPI menjadi
standar umum perilaku atas perilaku yang ideal dan ketetapan peraturan yang spesifik yang
mengatur perilaku auditor. Prilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi
secara teratur. Bisa kita sebut bahwa etika ini adalah perekat yang dapat mengikat anggota
masyarakat. Kebutuhan akan etika dalam masyarakat sangat penting, sehingga banyak nilai etika
yang umum dimasukkan ke dalam undang-undang. Namun sebagian besar nilai etika tidak dapat
dijadikan undang-undang karena etika tersebut tidak dapat didefenisikan dengan cukup baik agar
dapat diberlakukan.

Lawan dari prilaku etis adalah prilaku tidak etis. Sebagian orang mendefenisikannya
sebagai tindakan yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi
tertentu. Baik prilaku etis maupun tidak etis ini sebenarnya diputuskan oleh diri kita masing-
masing. Jadi kita harus memahami apa yang menyebabkan orang-orang bertindak dengan cara
yang kita anggap sebagai tidak etis. Ada dua alasan mengapa sesorang bertindak tidak etis, yaitu:
1. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum.
Sebagai contoh terdapat kecurangan dalam pengisian SPT pajaknya oleh seseorang,
sebagian besar dari kita akan menganggap hal itu sebagai prilaku tidak etis. Jika orang
lain memutuskan bahwa prilaku tersebut etis dan dapat diterima, maka aka nada konflik
nilai etis yang tidak mungkin terselesaikan.
2. Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.
Sebagian prilaku tidak etis disebabkan oleh tindakan mementingkan diri sendiri ini.
Contohnya skandal politik yang terjadi akibat keinginan untuk mendapatkan kekuasaan
politik. Dalam setiap kasus, orang tersebut mengetahui bahwa prilakunya tidak benar
tetapi ia memilih untuk tetap melakukannya karena diperlukan pengorbanan pribadi
untuk bertindak secara etis.
 Penyelesaian dilema etika menggunakan kerangka etika
Dilema etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang di mana ia
harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Menurut Arens dan Loebbecke, yang
dimaksud dengan dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai prilaku yang pantas harus dibuat. Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya
menghadapi banyak dilemma etika dalam karir bisnisnya. Seorang auditor mungkin akan
menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersedia menerbitkan
suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan mengalami dilemma etika bila pendapat wajar
tanpa pengecualian itu tidak tepat.

Metode-metode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah dapat


mengakibatkan tindakan tidak etis:
a. Setiap orang melakukannya
Tindakan seperti memalsukan SPT pajak yang menurut sebagian orang adalah prilaku
tidak etis tersebut, jika prilaku tersebut dapat diterima umumnya didasarkan pada
rasionalisasi bahwa setiap orang juga melakukannya, sehingga menjadikan prilaku
tersebut dapat diterima.
b. Jika sah menurut hukum, hal itu etis
Menggunakan argument bahwa semua prilaku yang sah menurut hukum adalah prilaku
yang etis sangat bergantung pada kesempurnaan hukum.
c. Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya
Filosofi ini bergantung pada evaluasi atas kemungkinan bahwa orang lain akan
menemukan prilaku tersebut. Biasanya, orang itu juga akan menilai besarnya kerugian
(konsekuensinya) yang akan diterimanya bila hal tersebut terbongkar.

Untuk membantu orang-orang menyelesaikan dilemma etika, maka dikembangkan lah


kerangka kerja formal. Tujuan dari kerangka kerja formal ini adalah membantu mengidentifikasi
isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan yang tepat dengan menggunakan nilai dari
orang itu sendiri. Pendekatan enam langkah berikut ini dimaksudkan agar dapat menjadi
pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan dilemma etika:
1. Memperoleh fakta yang relevan.
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut.
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilemma tersebut dan
bagaimana setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.
4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan
dilemma tersebut.
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif.
6. Memutuskan tindakan yang tepat.
 Pentingnya prilaku etika bagi profesi akuntansi
Istilah profesional dalam masyarakat berarti dapat berprilaku pada tingkat yang lebih
tinggi dari yang dilakukan oleh sebagian besar anggota masayarakat lain. Sedangkan arti
profesional sebenarnya adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi
tanggung jawab diri sendiri meupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat. Sebagai
contoh, Akuntan publik sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada
masyarakat, klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu berarti
pengorbanan diri. Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh
setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikan oleh
profesi, tanpa memandang individu yang menyediakan jasa tersebut.

Konsep profesionalisme banyak digunakan oleh para peneliti untuk mengukur


profesionalisme dari profesi auditor yang tercemin dari sikap dan prilaku. Profesionalisme
memiliki lima dimensi, antara lain:
a) Pengabdian pada profesi
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap
melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi
dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai
tujuan, bukan hanya alat untuk mencapai tujuan.
b) Kewajiban sosial
Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang
diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
c) Kemandirian
Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan seseorang profesional harus mampu
membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain. Setiap campur tangan diluar
dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
d) Keyakinan tehadap peraturan profesi
Adalah suatu keyakinan bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan profesional
adalah rekan sesame profesi, bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaannya.
e) Hubungan dengan sesama profesi
Hubungan dengan sesama profesi adalah menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk didalamnya organisasi formal dan kelompok kolega p informal sebagai ide
utama dalam pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun
kesadaran profesional.
Perbedaan kantor akuntan publik dan profesional lainnya yaitu kantor akuntan publik
memiliki hubungan khusus dengan para pemakai laporan keuangan yang berbeda dengan bentuk
hubungan antara profesional lain dengan para pemakai jasanya. Sebagai contoh, pengacara
biasanya bertugas dan dibayar oleh klien dan mempunyai tanggung jawab utama menjadi
pembela bagi klien tersebut. Sedangkan kantor akuntan publik bertugas dan dibayar oleh
perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, tetapi yang mendapat manfaat utama dari audit
ini adalah pemakai laporan keuangan. Seringkali auditor tidak mengetahui atau tidak mempunyai
hubungan dengan para pemakai laporan keuangan tetapi sering melakukan pertemuan dan
mengadakan hubungan yang berkesinambungan dengan personil klien. 

Berikut ini adalah cara-cara paling penting dimana akuntan publik dapat memperlakukan
diri mereka secara profesional dan melaksanakan audit serta jasa terkait yang bermutu tinggi:
1. Ujian CPA
2. Pengendalian mutu
3. Peer review
4. PCAOB dan SEC
5. Kode prilaku profesional
6. Seksi praktik AICPA
7. Kewajiban hukum
8. Persyaratan pendidikan yang berkelanjutan
9. Standar auditing dan interpretasi

 Tujuan dan isi dari undang-undang profesional AICPA


AICPA adalah penentu persyaratan profesional bagi akuntan publik. AICPA biasanya
melakukan penelitian, dan menerbitkan artikel tentang berbagai subjek yang berhubungan
dengan akuntansi, auditing, jasa aestasi, jasa assurance, dan jasa lainnya.
Kode prilaku profesional AICPA menyediakan baik standar umum prilaku yang ideal
maupun peraturan prilaku khusus yang harus diberlakukan, kode etik ini terdiri dari empat
bagian, yaitu prinsip-prinsip, peraturan prilaku, interpretasi atas peraturan prilaku, dan kaidah
etika. Sebelum membahas kode etik, agar dapat menginterpretasikan aturan-aturannya terlebih
dahulu kita membahas beberapa defenisi yang diambil dari kode prilaku profesional AICPA.
a. Klien. Setiap orang atau entitas yang menugaskan anggota atau kantornya untuk
melakukan jasa profesional.
b. Kantor akuntan. Bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau peraturan.
c. Institute. American Institute of Certified Public Accountants.
d. Anggota. Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi internasional dari AICPA.
e. Praktik akuntansi publik. Pelaksanaan kerja untuk klien.

Berikut merupakan pembahasan mengenai keempat bagian dari kode etik:


1. Prinsip-prinsip prilaku profesional
Menurut Esmin Fransiska dan Imelda Kurniawati, prinsip-prinsip kode etik ada 6 yaitu:
 Tanggung jawab
CPA memberikan jasa yang penting dalam sistem persaingan bebas yang di anut di
Amerika Serikat. Seluruh CPA memiliki tanggung jawab kepada mereka yang
menggunakan jasa profesional CPA. Selain itu CPA memiliki tanggung jawab
berkesinambungan untuk bekerja sama dengan para anggota lainnya.
 Kepentingan publik
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kemakmuran kolektif dari komunitas
manusia dan institusi yang dilayani oleh CPA. Kepentingan publik yang harus
dilindungi oleh CPA meliputi kepentingan klien, pemberi kredit, pemerintah,
pegawai, pemegang saham, dan masyarakat umum.
 Integritas
Integritas merupakan karakteristik pribadi yang tidak dapat dihindari dalam diri
seorang CPA. Elemen ini merupakan tolak ukur dengan mana setiap anggota pada
akhirnya harus mempertimbangkan semua keputusan yang dibuat dalam penugasan.
 Objektivitas dan independensi
Objektivitas berarti tidak memihak dan tidak berat sebelah dalam semua hal yang
berkaitan dengan penugasan. Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi
profesi. Bagaimana kompetennya CPA dalam melaksanakan audit atau jasa atestasi
lainnya.
 Kecermatan dan keseksamaan
Prinsip kecermatan dan keseksamaan adalah pusat dari pencarian terus menerus akan
kesempurnaan dalam melaksanakan profesional. Anggota harus memperhatikan
standar teknis dan etis profesi, terus berusaha keras meningkatkan kompetensi dan
mutu jasa yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab profesional sesuai
dengan kemampuan terbaiknya.
 Ruang lingkup dan sifat jasa
Prinsip ini hanya dapat diterapkan kepada anggota yang memberikan jasa kepada
masyarakat. Dalam memutuskan apakah akan memberikan jasa yang spesifik dalam
situasi tertentu, maka CPA tersebut harus mempertimbangkan semua prinsip-prinsip
kode prilaku profesional dalam menentuka lingkup dan sifat jasa yang akan
disediakannya.
2. Peraturan prilaku
Bagian dari kode ini mencakup peraturan khusus yang harus dipatuhi oleh setiap akuntan
publik. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi
dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya. Kepatuhan-kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua
standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan
tindakan sukarela anggota.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan
dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam
pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya. Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
prinsip etika, aturan etika, dan interpretasi aturan etika. Prinsip etik memberikan
kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa
profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh
anggota, sedangkan aturan etika disahkan oleh rapat anggota himpunan dan hanya
mengikat anggota himpunan yang bersangkutan.
Aturan etika terdiri dari:
 Independensi, Integritas, dan Obyektifitas
 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
 Tanggungjawab kepada Klien
 Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi
 Tanggung jawab dan praktik lain
3. Interpretasi peraturan prilaku
 Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa
dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang
berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai
dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya. Kebutuhan akan
interpretasi peraturan prilaku yang dipublikasikan timbul ketika terdapat beragam
pertanyaan dari beberapa praktisi tentang peraturan yang spesifik. Komite Eksekutif
Etika Profesional AICPA menyiapkan setiap interpretasi berdasarkan konsensus komite
yang terdiri dari para praktisi akuntan publik. Interpretasi secara formal tidak dapat
diberlakukan, tetapi penyimpangan dari interpretasi itu akan sulit dan bahkan mustahil
untuk dijusifikasi oleh seorang praktisi dalam dengar pendapat disipliner. Interpretasi
terpenting akan dibahas bersama dengan setiap bagian peraturan prilaku.
4. Kaidah etika
Kaidah adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang
situasi faktual khusus. Atau dengan kata lain kaidah etika adalah penjelasan yang
diterbitkan dan jawaban atas pertanyaan tentang peraturan perilaku yang diserahkan pada
AICPA oleh para praktisi dan pihak lain yang berkepentingan dengan persyaratan etis.
Sejumlah besar kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas dari kode prilaku
profesional.
 Penerapan peraturan AICPA dan interpretasinya
Peraturan prilaku yang terdapat dalam kode prilaku profesional AICPA diterapkan pada
semua anggota AICPA atas semua jasa yang diberikan. Apakah anggota tersebut berpraktik atau
tidak berpraktik sebagai akuntan publik, kecuali dinyatakan secara khusus dalam kode etik
tersebut. Setiap aturan yang diterapkan pada jasa atestasi juga diterapkan ke semua jenis jasa
yang disediakan oleh kantor akuntan publik seperti jasa perpajakan dan manajemen serta ke
akuntan publik yang merupakan karyawan yang menyusun laporan keuangan bagi organisasi
majikannya. Independensi yang mensyaratkan independensi hanya jika AICPA telah menetapkan
ketentuan independensi melalui badan penyusun peraturan yang ada dibawahnya, seperti
auditing standard board. AICPA mensyaratkan independesi hanya untuk penugasan atestasi.
 Kepatuhan atas peraturan AICPA lainnya
Independensi. Karena pentingnya, independensi adalah peraturan prilaku yang pertama.
Seorang CPA yang berpraktik publik harus bersikap independen dalam melaksanakan jasa
profesional sebagaimana yang disyaratkan oleh standar resmi yang diumumkan oleh badan-
badan yang ditunjuk oleh dewan. Nilai auditing ini sangat bergantung pada persepsi publik atas
independensi auditor. Kode prilaku profesional AICPA dank ode etik bagi prilaku profesional
IESBA mendefinisikan independensi sebagai hal yang terdiri dari dua komponen, yaitu:
1) Independensi dalam berpikir
Mencerminkan pikiran auditor yang memungkinkan audit dilaksanakan dengan sikap
yang tidak bias. Independensi ini mencerminkan persyaratan lama bahwa anggota harus
independen dalam fakta.
2) Independensi dalam penampilan
Bila auditor independen dalam fakta tetapi pemakai yakin bahwa mereka menjadi
penasihat untuk klien, sebagian besar nilai dari fungsi audit telah hilang.

Jasa nonaudit. Terdapat pembatasan namun tidak menghilangkannya, jenis jasa nonaudit
yang dapat diberikan kepada klien audit yang merupakan perusahaan terbuka. Terdapat Sembilan
jasa yang tidak diperkenankan bagi KAP, yaitu sebagai berikut:

1) Jasa pembukuan dan akuntansi lain


2) Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan
3) Jasa penaksiran atau penilaian
4) Jasa actuarial
5) Outsourcing audit internal
6) Fungsi manajemen dan SDM
7) Jasa pialang atau dealer atau penasihat investasi atau bankir investasi
8) Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit
9) Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan PCAOB sebagai tidak diperkenankan
KAP tidak dilarang melaksanakan jasa-jasa tersebut untuk perusahaan swasta dan
perusahaan publik yang bukan klien audit. Selain itu, KAP juga masih dapat memberikan jasa-
jasa yang tidak dilarang kepada klien audit perusahaan publik.

Komite audit. Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang
tanggung jawabnya termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen. Komite
audit perusahaan publik harus mencakup anggota yang independen, dan perusahaan harus
mengungkapkan apakah dalam komite audit paling sedikit ada pakar keuangan. Komite audit
perusahaan publik juga harus bertanggung jawab atas penunjukan, kompensasi, dan pengawasan
atas pekerjaan auditor. Untuk perusahaan publik, aturan PCAOB mengharuskan kantor akuntan
publik, sebelum pemilihannya sebagai auditor perusahaan, untuk menguraikan secara tertulis dan
mendokumentasikan pembahasannya dengan komite audit tentang semua hubungan antara
kantor akuntan publik dan perusahaan, termasuk eksekutif dalam posisi laporan keuangan, untuk
menentukan apakah ada penurunan independensi KAP.

Konflik yang timbul dari hubungan personalia. Penerimaan karyawan dari mantan
anggota tim audit pada sebuah klien meningkatkan masalah independensi. Menurut peraturan
SEC, kantor akuntan publik dianggap tidak independen berkenaan dengan klien audit jika
mantan partner, principal, pemegang saham, atau karyawan profesional dari kantor tersebut
diterima kerja pada klien dan mempunyai kepentingan keuangan yang berkelanjutan dalam
kantor akuntan bersangkutan atau dalam posisi yang mempengaruhi kebijakan operasi atau
keuangan kantor akuntan tersebut.

Rotasi partner. Seperti yang telah disyaratkan, aturan independesi SEC mengharuskan
pimpinan dan partner audit merotasi penugasan audit setelah lima tahun. Partner audit lainnya
yang memiliki keterlibatan yang cukup besar pada audit harus dirotasi sesudah tujuh tahun dan
terkena periode time out selama dua tahun.

Kepentingan kepemilikan. Aturan SEC tentang hubungan keuangan berfokus pada


persektif penugasan dan melarang kepemilikan pada klien audit bagi orang-orang yang dapat
mempengaruhi audit. Aturan itu melarang setiap kepemilikan oleh orang-orang yang terlibat
dalam audit atau keluarga dekat mereka.
Interpretasi independensi. Terdapat bebarapa tema dalam interpretasi independensi yang
meliputi:
1. Kepentingan keuangan, larangan terhadap kepentingan keuangan bersifat sangat eksplisit.
CPA atau kantor akuntan publik tidak boleh mempunyai kepentingan keuangan langsung
dengan klien. Oleh karena itu, CPA tidak boleh mempunyai opsi untuk membeli satu
lembar saham pun dari klien.
Anggota yang tercakup, peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat yang dapat
mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi yang berikut ini:
a. Orang-orang pada tim penugasan atestasi
b. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang yang
mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan.
c. Partner atau manajer yang memberikan jasa nonatestasi kepada klien
d. Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi
e. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya
f. Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut di atas atau
oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas yang beroperasi bersama.
Sebagai contoh, seorang anggota staf dalam KAP nasional dapat memiliki saham dalam
perusahaan klien dan tidak melanggar Peraturan 101 bila anggota staf itu tidak terlibat
dalam penugasan.
Kepentingan keuangan terbagi menjadi dua, yang pertama yaitu kepentingan keuangan
langsung yang mana kepemilikan lembar saham atau ekuitas lainnya oleh para anggota
atau keluarga dekatnya. Sebagai contoh, jika partner di kantor di mana audit dilakukan
atau pun pasangan hidupnya memiliki kepentingan keuangan dalam perusahaan tertentu,
maka KAP tersebut dilarang menurut Peraturan 101 untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan perusahaan itu.
Yang kedua adalah kepentingan keuangan tidak langsung, yang mana muncul ketika
terdapat hubungan kepemilikan yang dekat, tetapi bukan hubungan langsung, antara
auditor dan kliennya. Contohnya adalah kepemilikan anggota yang terlibat atas dana
bersama yang memiliki investasi dalam saham klien.
Material atau tidak material. Materialitas mempengaruhi apakah kepemilikan saham
merupakan suatu pelanggaran atas Peraturan 101 hanya untuk kepentingan tidak
langsung. Materialitas harus dilihat dalam hubungannya dengan kesejahteraan dan
pendapat seorang anggota.
Mantan praktisi. Dalam sebagian besar situasi, interpretasi memungkinkan para mantan
partner atau pemegang saham yang meninggalkan perusahaan dengan cara seperti
mengundurkan diri atau menjual kepemilikan sahamnya untuk memiliki hubungan
dengan klien perusahaan, yang lazimnya merupakan jenis kepemilikan yang melanggar
Peraturan 101, tanpa mempengaruhi independensi KAP.
Kepentingan keuangan dan penerimaan bekerja anggota keluarga inti serta keluarga
terdekat. Kepentingan keuangan dari anggota keluarga inti, yang didefinisikan sebagai
pasangan suami istri, anak-anak atau anggota keluarga lain yang ditanggung oleh seorang
anggota perusahaan umumnya dilakukan seolah-olah merupakan kepentingan keuangan
dari anggota itu sendiri. Kepentingan kepemilikan dari aggota keluarga dekat, yang
didefinisikan sebagai orang tua, kakak/adik, atau anak yang telah hidup mandiri, biasanya
tidak mengganggu independensi kecuali kepentingan kepemilikannya material bagi
kelurga dekat itu.
2. Hubungan bisnis, seorang CPA tidak diperbolehkan memberikan layanan kapasitas
sebagai anggota manajemen atau sebagai pegawai klien, karena dapat memperlemah
independensi.
3. Arti ungkapan CPA atau Kantor Akuntan Publik, maksud dari CPA atau Kantor Akuntan
Publik adalah sebagai berikut:
a. Semua orang yang berpatisipasi dalam perikatan, kecuali mereka yang hanya
melaksanakan fungsi klerk rutin, seperti juru ketik dan operator foto kopi.
b. Semua orang yang memiliki posisi manajerial dan berlokasi dalam kantor yang
berpatisipasi signifikan dalam perikatan.
c. Semua pemilik, partner, atau pemegang saham dari kantor akuntan publik.
d. Sebuah entitas (misalnya kemitraan, korporasi, perwalian, atau kerjasama) yang
kebijakan usaha, keuangan, atau akuntansinya dapat dikendalikan oleh seorang atau
lebih dari orang-orang yang disebutkan di atas atau oleh dua orang atau lebih yang
dipilih dan ditunjuk untuk bertindak bersama-sama.
Terdapat interpretasi yang menunjukan bahwa adanya anggota keluarga seorang CPA
yang bekerja pada perusahaan kliennya selama periode waktu yang berkaitan dengan
hubungan bisnis hanya akan melemahkan independensi dalam keadaan berikut ini:
a. Posisi peka audit
Posisi yang dimaksud adalah posisi untuk pasangan, keluarga, atau keluarga dekat
yang mandiri yang memiliki posisi dalam kegiatan klien yang berkaitan dengan, atau
elemen pengendalian intern yang signifikan, seperti posisi kasir, auditor internal,
kepala akuntansi atau kepala gudang persediaan. Larangan ini hanya berkaitan
dengan keluarga CPA yang berpatisipasi dalam perikatan.
b. Pengaruh signifikan
Hal ini mencakup pasangan, keluarga, atau keluarga dekat mandiri yang memiliki
posisi memungkinkan untuk memberikan pengaruh signifikan atas kebijakan
profesional, keuangan, atau akuntansi klien, seperti posisi direktur.
4. Jasa lain bagi klien, sering kali CPA menyediakan jasa lain sebagai tambahasan atas jasa
atestasi kepada klien. Sebagai contoh, seorang CPA dapat melaksanakan kegiatan
pembukuan dan jasa akuntansi bagi klien atestasinya. CPA yang melakukan praktik
sedemikian harus memenuhi persyaratan tertentu agar dapat mempertahankan
penampilannya bahwa ia bukan menjadi klien, sehingga menjadi kurang independen
menurut pandangan seorang pengamat yang layak. KAP menawarkan banyak jasa
lainnya untuk membantu klien secara potensial dapat menganggu independensi. Aktivitas
semacam itu dapat dapat diizinkan sepanjang anggotanya tidak menjalankan fungsi
manajemen atau membuat keputusan manejemen.
Kantor akuntan publik harus menilai kesediaan dan kemampuan klien untuk
melaksanakan semua fungsi manajemen yang berkaitan dengan penugasan serta harus
mendokumentasikan pemahaman tersebut dengan klien. Pemahaman itu harus meliputi
uraian tentang jasa, tujuan penugasan, setiap pembatasan pada penugasan, para anggota
yang betanggung jawab, dan perjanjian dengan klien untuk menerima tanggung
jawabnya.
5. Litigasi, melibatkan CPA dan kliennya yang mempertanyakan independensi CPA. Pada
umumnya, independensinya akan melemah apabila keberadaan atau potensi ancaman
litigasi berubah secara signifikan. Atau diharapkan hubungan antara klien dengan CPA
akan berubah secara material. Litigasi yang mengakibatkan memburuknya posisi klien
dengan CPA, atau justru menyatukan manajemen dengan CPA untuk berkonspirasi dalam
menghambat informasi dari pemegang saham, dapat melemahkan independensi CPA.
Sebaliknya, litigasi yang diajukan pemegang saham terhadap CPA tidak harus
mempengaruhi independensi.
Meskipun pedoman yang ada dalam Peraturan 101 dan interpretasi terkait memang
menangani sejumlah situasi tertentu yang dapat mengganggu independensi, CPA
mungkin saja menghadapi situasi lain yang dapat mengancam independensi. Untuk
membantu CPA mengevaluasi masalah independensi, Komite Eksekutif Etika Profesional
mengembangkan kerangka kerja konseptual independensi yang menyediakan pendekatan
berbasis risiko untuk menganalisis masalah independensi. Pendekatan berbasis risiko ini
melibatkan proses tiga langkah untuk menilai apakah independensi terganggu:
a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi situasi yang mungkin mengancam independensi.
b. Menentukan apakah pengamanan/perlindungan sudah diberlakukan atau dapat
diimplementasikan yang akan mengeliminasi atau cukup mngurangi ancaman.
c. Menyimpulkan bahwa independensi terganggu jika tidak tersedia perlindungan untuk
mengeliminasi ancaman yang tidak dapat diterima atau menguranginya hingga
tingkat yang dapat diterima.

Walaupun independensi penting sekali bagi kepercayaan publik atas akuntan publik, juga
penting bahwa auditor, mematuhi peraturan prilaku lainnya. Peraturan lainnya yang pertama
mengenai integritas dan objektivitas. Integritas berarti tidak memihak dalam melakukan semua
jasa. Dalam Peraturan 102 mengenai Integritas dan Objektivitas dikatakan dalam pelaksanaan
setiap jasa profesional, seorang anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan integritas,
harus bebas dari konflik kepentingan, dan tidak boleh dengan sengaja membuat kesalahan
penyajian atas fakta atau menyerahkan penilaiannya kepada orang lain.

Peraturan berikutnya berhubungan dengan kepatuhan auditor pada persyaratan standar


teknis. Berikut ini adalah persyaratan dari standar teknis:
1. Peraturan 201 – Standar Umum
Seorang anggota harus mematuhi standar berikut dan interpretasinya yang ditetapkan
oleh lembaga yang ditunjuk oleh dewan.
a. Kompetensi profesional
b. Keseksamaan profesional (due professional care)
c. Perencanaan dan supervisi
d. Data relevan yang mencukupi
2. Peraturan 202 – Ketaatan pada Standar
Seorang anggota yang melaksanakan jasa audit, riview, kompilasi, konsultasi
manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya harus mematuhi standar yang
ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh dewan.
3. Peraturan 203 – Prinsip-prinsip Akuntansi
Seorang anggota tidak boleh:
a. Memberikan pendapat atau menyatakan secara tegas bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lainnya milik suatu entitas telah disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b. Menyatakan bahwa ia tidak menyadari adanya modifikasi yang material yang harus
dibuat pada laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.

Peraturan selanjutnya adalah kerahasiaan. Para praktisi dilarang keras mengungkapkan


informasi rahasia yang diperoleh dari setiap jenis penugasan tanpa persetujuan klien. Peraturan
301 berkaitan dengan informasi rahasia klien, yang mana dikatakan bahwa seorang anggota
dalam praktik publik tidak boleh mengungkapkan setiap informasi rahasia klien tanpa
persetujuan klien. Terdapat pengecualian pengecualian atas persyaratan kerahasiaan yang
meliputi:
1. Kewajiban yang berhubungan dengan standar teknis
2. Panggilan pengadilan dan ketaatan pada hukum serta peraturan
3. Peer riview
4. Respons terhadap divisi etika

Selanjutnya fee kontinjen. Guna membantu akuntan publik mempertahankan objektivitas


dalam melaksanakan audit atau jasa atestasi lainnya, dilarang mendasarkan fee pada hasil
penugasan. Persyaratan yang berhubungan dengan fee kontinjen ini adalah Peraturan 302 – Fee
Kontinjen, seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh:
1. Melaksanakan jasa profesional apapun dengan fee kontinjen, atau menerima fee semacam
itu dari klien
2. Menyiapkan SPT pajak yang asli atau yang telah diperbaiki atau klaim atas restitusi pajak
agar mendapatkan fee kontinjen dari klien

Karena kebutuhan khusus bagi kantor akuntan untuk berprilaku dengan cara yang
profesional, kode etika mempunyai aturan khusus yang melarang tindakan yang dapat
didiskreditkan bagi profesi. Meskipun tindakan yang dapat didiskreditkan belum didefinisikan
dengan baik dalam peraturan atau interpretasi, Peraturan 501 – Tindakan yang Dapat
Didiskreditkan, seorang anggota tidak boleh melakukan tindakan yang dapat didiskreditkan bagi
profesinya.

Untuk mendorong akuntan publik berprilaku secara profesional, peraturan ini juga
melarang iklan atau premohonan yang palsu, menyesatkan, atau menipu. Peraturan 502 – Iklan
dan Bentuk Permohonan Lainnya. Seorang klien dalam praktik publik tidak boleh berusaha
memperoleh klien dengan iklan atau bentuk permohonan lainnya dengan cara yang palsu,
menyesatkan, atau menipu.

Peraturan 503 – Komisi dan Fee Referal:


1. Komisi yang dilarang. Dalam praktik publik tidak boleh menerima komisi untuk
merekomendasikan produk atau jasa kepada klien.
2. Pengungkapan komisi yang diizinkan. Anggota dalam praktik publik yang menerima
komisi harus mengungkapkan fakta tersebut kepada orang atau entitas di mana anggota
itu merekomendasikan produk atau jasa kepada klien.
3. Fee referral. Setiap anggota yang menerima fee referral atau membayar fee referral untuk
memperoleh klien harus mengungkapkan penerimaan atau pembayaran semacam itu
kepada klien.

Peraturan 505 – Bentuk dan Nama Organisasi. Anggota dapat berpraktik dalam bidang
akuntansi publik hanya dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau peraturan
negara bagian yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi dewan.
Daftar Pustaka

http://eprints.undip.ac.id/4907/1/Etika_Profesi.pdf

http://repository.stei.ac.id/5554/2/I.pdf

https://www.academia.edu/38023613/Dilema_Etika

https://www.academia.edu/31213942/PERILAKU_PROFESIONAL_AUDITOR

https://www.academia.edu/38235021/Etika_Profesional_Auditor

Anda mungkin juga menyukai