Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH AUDITING

(ETIKA PROFESI)

KELOMPOK 4:

HARDIANTI (181821529)
SYAHID ALIFUDDIN (181821637)
KARINA (181821547)
ALDA (181821496)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas SembilanBelas November Kolaka 2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Etika adalah seperangkat moral dan nilai. Dalam kehidupan sehari-hari, etika sangat
dibutuhkan dalam proses sosialisasi. Begitu pun dalam dunia bisnis. Setiap pelaku bisnis harus
memiliki etika agar kehidupan sosial-ekonomi berjalan dengan baik dan tertib. Dengan etika
yang djunjung tinggi, maka masyarakat akan mempercayai entitas bisnis yang ada.
Auditor sebagai satu dari entitas bisnis juga harus memperhatikan etika dalam melakukan
setiap pekerjaannya. Karena, secara tidak langsung, etika telah melindungi hak-hal auditor dan
kliennya. Integritas seorang auditor akan terjaga apabila auditor tersebut menjunjung etika yang
berlaku. Dan etika-etika yang harus diperhatikan seorang auditor termaktub dalam Kode Etik
yang telah ditetapkan oleh Bapepam-LK.
Di dalam kode etik, akan dibahas mengenai prinsip-prinsip seorang auditor. Dimana
seseorang dapat dikatakan sebagai auditor yang baik apabila mematuhi prinsip berikut: (1)
Integritas, (2) Objektivitas, (3) Kompetensi Profesional, (4) Kerahasiaan, dan (5) Perilaku
Profesional. Prinsip tersebut ada karena untuk mempertahankan eksistensi dan kepercayaan
masyarakat publik kepada para auditor.
Pada dasarnya, setiap auditor harus memiliki karakteristik yang sangat penting, yaitu
independensi. Artinya, dalam menjalankan tugasnya, seorang auditor tidak boleh terpengaruh
oleh suatu pihak dan harus jujur serta objektif. Yang mana dengan independensi yang melekat
pada diri seorang auditor, akan muncul interpretasi yang baik dari masyarakat. Dan cara untuk
mempertahankan independensi tersebut adalah dengan mematuhi kode etik.
Kode etik berisi hukum, acuan, atau pedoman yang berupa perintah dan larangan seputar
auditing. Dan di dalam makalah ini akan disajikan beberapa ancaman yang timbul dan berpotensi
merusak independensi seorang auditor. Diantaranya yaitu: kepemilikan finansial yang signifikan,
pemberian jasa non-audit, imbalan jasa audit, dan sebagainya. Hal tersebut akan dibahas secara
detail wujud dan dampaknya serta bantuan atau alternatif untuk menghindari ancaman tersebut.
Sebab itu, setelah mengetahui kode etik yang harus dipatuhi oleh seorang auditor, maka
diharapkan integritas dan independensi para auditor dapat dipertanggung jawabkan dan
masyarakat memiliki kepercayaan yang tinggi kepada para auditor.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA

Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-
nilai Masing-masing kita memiliki seperangkat nilai meskipun kita mungkin belum meyakininya
secara nyata. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok lainnya telah
mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang ideal.
Merupakan hal umum bila setiap orang memiliki perbedaan dalam prinsip moral dan nilai
serta kepentingan relative yang terkait dengan prinsip-prinsip tersebut. Perbedaan ini merupakan
gambaran dari pengalaman hidup, kesuksesan dan kegagalan, serta pengaruh dari orang tua,
guru, dan teman-teman.

 Kebutuhan akan etika

Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan berjalan
dengan tertib. Hal ini sangat beralasan karena etika merupakan perekat untuk menyatukan
masyarakat. Bayangkan apa yang terjadi bila kita tidak dapat mempercayai orang lain yang
berhubungan dengan kita untuk berlaku jujur jika para orang tua, guru, karyawan, saudara
kandung, rekan kerja, dan teman kita terus menerus berbohong maka hampir tidak mungkin kita
dapat melakukan komunikasi yang efektif.

 Mengapa orang-orang berlaku tidak etis


Kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku yang menyimpang
dari pada mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam lingkungan mereka. masing-masing
menentukan bagi diri sendiri mana yang merupakan perilaku tidak etis, baik terhadap diri sendiri
maupun orang lain. Dengan demikian, penting untuk memahami apa yang menyebabkan orang-
orang berperilaku tidak etis. Ada dua alasan utama yang menjadi penyebab orang berperilaku
tidak etis. Kedua alasan tersebut adalah standar etika orang tersebut berbeda dari etika
masyarakat secara umum, atau orang tersebut memilih untuk berlaku egois. Sering kali,
keduanya muncul menjadi penyebab perilaku tidak etis.

 Standar etika seseorang berbeda dari masyarakat umum

Banyak contoh perilaku menyimpang, misalnya ketika orang yang tidak jujur dalam
melaporkan pajak mereka, memperlakukan orang lain tidak baik, berbohong ketika melamar
pekerjaan, atau karyawan yang tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, yang pada
umumnya mayoritas orang akan menganggap hal tersebut sebagai perilaku tidak etis. Jika orang
lain yang memutuskan bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang etis dan dapat diterima,
maka hal ini menandakan adanya konflik nilai-nilai etika yang perlu ditangani.

 Orang yang memilih untuk berlaku egois

Sebagian besar perilaku tidak etis adalah hasil dari sikap yang egois. Skandal-skandal
politik berasal dari keinginan untuk memiliki kekuatan politik, kecurangan dalam melaporkan
pajak dan pelaporan biaya didorong oleh keserakahan finansial, melakukan pekerjaan di bawah
standar kemampuan yang dimiliki dan berlaku curang ketika mengikuti ujian biasanya muncul
karena kemalasan. Orang yang melakukan perbuatan tidak etis tersebut mengetahui bahwa
perbuatannya menyimpang, namun ia memeilih untuk melakukan penyimpangan tersebut karena
diperlukan pengorbanan pribadi untuk bertindak sesuai dengan etika.

B. DILEMA ETIKA

Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang di mana keputusan mengenai
perilaku yang patut dibuat.
Para auditor, akuntan dan pebisnis lainnya, mengahdapi banyak dilemma etika dalam
karir bisnis mereka. Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika tidak
diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema apakah akan menentang supervisor yang
telah merekayasa pendapatan divisi sebagai cara untuk memperoleh bonus yang lebih besar
merupakan sebuah dilemma etika. Meneruskan untuk menjadi bagian dari manajemen
perusahaan yang mengganggu dan tidak memperlakukan karyawannya dengan baik atau berlaku
tidak jujur terhadap pelanggannya merupakan dilemma etika, terlebih bila orang tersebut
memiliki keluarga yang harus ia nafkahi dan persaingan dalam mendapatkan pekerjaan sangat
tinggi.

 Pembenaran atas perilaku tidak etis

Berikut ini adalah metode rasionalisasi yang biasanya digunakan bagi perilaku tidak
beretika:
 Semua orang melakukannya. Argumentasi yang mendukung penyalahgunaan pelaporan
pajak, pelaporan pengadaan barang/jasa biasanya didasarkan pada rasionalisasi bahwa
semua orang melakukan hal yang sama, oleh karena itu dapat diterima.
 Jika itu legal, maka itu beretika. Menggunakan argumentasi bahwa semua perilaku legal
adalah beretika sangat berhubungan dengan ketepatan hukum. Dengan pemikiran ini,
tidak ada kewajiban menuntut kerugian yang telah dilakukan seseorang.
 Kemungkinan ketahuan dan konsekuensinya. Pemikiran ini bergantung pada evaluasi
hasil temuan seseorang. Umumnya, seseorang akanmemberikan hukuman (konsekuensi)
pada temuan tersebut.

 Menyelesaikan dilema etika

Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk


memecahkan dilema etika:
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema etika
4. Identifikasi alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.
 Konsekuensi dari Setiap Alternatif

Sangat penting untuk mengevaluasi dampak jangka panjang dan pendek. Terdapat
kecenderungan normal untuk memilih pada tujuan jangka pendek karena konsekuensinya akan
dirasakan dalamjangka waktu yang dekat.

 Tindakan yang Tepat


Diputuskan setelah mempertimbangkan nilai-nilai etikanya dan kemungkinan dampak
dari masing-masing pilihan keputusan tersebut.

C. KEBUTUHAN KHUSUS TERHADAP KODE ETIK PROFESI

Para profesional diharapkan memiliki kepatutan dalan berperilaku yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Istilah professional berarti tanggung
jawab untuk berperilaku lebih dari sekadar memenuhi tanggung jawab secara individu dan
ketentuan dalam peraturan dan hokum di masyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai seorang
professional, harus menyadari adanya tanggung jawab pada publik, pada klien, dan pada sesama
rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti harus
melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi.
Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para professional
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh
professional tersebut, bagaimanapun individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi
profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal
pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa lainnya
yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Jika para pengguna jasa tidak memiliki kepercayaan
pada para tenaga medis, hakim, atau akuntan publik, maka para professional tersebut akan
kehilangan kemampuan untuk melayani klien dan juga masyarakat umum secara efektif.
Kepercayaan publik terhadap kualitas jasa professional yang diberikan akan meningkat bila
profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar perilaku yang tinggi bagi para
praktisinya.
 Perbedaan antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan Profesional lainnya

KAP memiliki hubungan yang berbeda dengan para pengguna laporan keuangan
dibandingkan dengan hubungan mayoritas profesi lainnya terhadap klien mereka. KAP
ditugasskan oleh manajemen untuk perusahaan perseorangan, atau oleh komite audit untuk
perusahaan publik, dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun
penerima manfaat utama dari jasa audit tersebut adalah para pengguna laporan keuangan.
Merupakan hal yang penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memandang
KAP sebagai pemberi jasa yang kompeten dan objektif. Jika para pengguna yakin bahwa KAP
tidak memberikan pelayanan yang bernilai (mengurangi risiko informasi), maka nilai jasa audit
atau jasa astetasi lainnya yang diberikan oleh KAP tersebut akan menurun sehingga permintaan
akan jasa-jasa tersebut dengan demikian akan menurun. Oleh karena itu, terdapat motivasi yang
besar bagi KAP untuk melakukan tingkat profesionalisme yang tinggi.

 Cara-cara yang Dilakukan Akuntan Publik untuk Berlaku Profesional

Dua faktor penting yang berpengaruh bagi profesi akuntan publik di Indonesia adalah
Kode Etik IAPI dan Kementrian Keuangan dan Bapepam LK. Kode etik dimaksudkan untuk
memberikan standar perilaku bagi seluruh anggota IAPI. Bapepam-LK berwenang untuk
menetapkan standar etika dan independensi bagi para auditor perusahaan publik.

D. KODE ETIK

Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan
peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Kode etik tersebut terdiri dari tiga bagian,
ditambah sebuah bagian yang berisi definisi-definisi penting, yang meliputi bagian-bagian
sebagai berikut :
Bagian A : Penerapan umum atas Kode Etik
Bagian B : Anggota dalam Praktik Publik
Bagian C : Anggota dalam Bisnis
Bagian A mengidentifikasi tanggung jawab bertindak untuk kepentingan publik sebagai
unsur pembeda dalam profesi akuntansi. Bagian A juga menetapkan mengenai prinsip-prinsip
dasar etika professional bagi para anggota, serta memberikan kerangka konseptual untuk
menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka
konseptual tersebut diterapkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman dalam situasi-
situasi tertentu.
Berikut merupakan cara-cara profesi akuntan dan masyarakat untuk mendorong akuntan
publik agar berperilaku profesional:
1. GAAS dan interpretasi
2. Pemeriksaan Kantor Akuntan Publik
3. Pengendalian Mutu
4. SEC
5. Kode etik jabatan
6. Pembagian Kantor Akuntan Publik
7. Kewajiban hukum Kantor Akuntan Publik
8. Persyaratan pendidikan lanjutan

 Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesional

Kelima prinsip etika dalam Bagian A kode etik professional dimaksudkan untuk
diterapkan pada seluruh anggota dan bukan hanya mereka yang melakukan praktik publik.
Kelima prinsip yang harus diterapkan auditor adalah sebagai berikut :
1. Integritas. Merupakan suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional dan merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan sebagai
patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan para auditor untuk terus terang dan jujur serta melakukan praktik secara
adil dan sebenar-benarnya dalam hubungan professional mereka.
2. Objektivitas. Prinsip ini mengharuskan para auditor untuk bersikap adil, tidak memihak,
jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
3. Kompetensi professional dan kecermatan. Auditor harus menjaga pengetahuan dan
keterampilan professional mereka dalam tingkat yang cukup tinggi, dan tekun dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka ketika memberikan jasa professional.
4. Kerahasiaan. Para auditor harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
tugas professional maupun hubungan dengan klien. Para auditor tidak boleh
mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia kepada pihak lain tanpa seizin klien
mereka, kecuali jika ada kewajiban hukum yang mengharuskan mereka mengungkapkan
informasi tersebut.
5. Perilaku professional. Para professional harus menahan diri dari setiap perilaku yang
akan mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian. Mereka tidak boleh
membesar-besarkan kualifikasi ataupun kemampuan mereka, dan tidak boleh membuat
perbandingan yang melecehkan atau tidak berdasar pesaing.

 Prinsip-prinsip Umum
Prinsip-prinsip umum ini akan memberikan dasar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
dan mengatasi ancaman terhadap prisip-prinsip utama.
Ancaman. Umumnya, ancaman muncul akibat dari salah satu sebab berikut :
 Kepentingan pribadi – ketika kepentingan keuangan dari auditor atau kerabatnya
terlibat.
 Penelaahan pribadi – ketika seorang auditor menelaah suatu situasi yang merupakan
konsekuensi penilaian sebelumnya atau nasihat dari auditor atau perusahaan tempat
sang auditor kerja.
 Advokasi – ketika auditor mendukung suatu posisi atau opini yang mengakibatkan
berkurangnya objektivitas auditor tersebut.
 Kesepahaman – ketika seorang auditor menjadi sangat perhatian terhadap kepentingan
lain disebabkan karena hubungan dekat dengan pihak tersebut.
 Intimidasi – ketika tindakan yang dilakukan auditor dapat dinegoisasikan dengan
menggunakan ancaman nyata atau ancaman palsu.
Pengamanan. Kode etik mengidentifikasikan dua kategori pengamanan yang mampu
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Berikut ini adalah hal-hal
yang terkait dengan pengamanan:
 Profesi, legislasi, dan regulasi – mencakup pendidikan, pelatihan dan ketentuan
pendidikan professional berkelanjutan, peraturan tata kelola perusahaan, standar
profesi, pengawasan hukum atau profesi dan penegakan hukum.
 Lingkungan kerja – sangat bergantung pada kultur dan proses yang diterapkan pada
kantor akuntan publik tersebut.

Resolusi Konflik. Proses penyelesaian konflik etika yang konsisten dengan pendekatan
enam lamgkah untuk mengatasi masalah dilema etika. Kode etik itu menyarankan
dilakukannya langkah-langkah berikut sebagai bagian dari proses penyelesaian masalah
etika.
1. Fakta-fakta terkait (langkah 1)
2. Masalah etika yang terkait (langkah 2)
3. Prinsip-prinsip umum yang terkait dengan masalah yang dipertanyakan, termasuk
identifikasi ancaman terhadap prinsip-prinsip tersebut (langkah 1, 2, dan 3)
4. Melakukan prosedur internal yang mencerminkan pengamanan terhadap ancaman
yang telah diidentifikasikan (langkah 1, 2, dan 3)
5. Alternatif tindakan yang dilakukan (langkah 4 dan 5)

E. INDEPENDENSI

Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam
melakukan pengujian audit evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit.
Independensi merupakan satu dari karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dsar daari
prinsip integritas dan objektivitas. Jika auditor merupakan advokat atau dipengaruhi oleh
karyawan atau manajemen klien, maka individu yang berkepentingan tersebut akan memandang
auditor tidak memiliki independensi dan objektivitas. Kode etik membahas independensi dalam
konteks terbebas dari segala kepentingan yang akan merusak integritas dan objektivitas.
Persyaratan umum bagi independensi auditor melarang auditor untuk terlibat dalam
aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum terselesaikan.
Selain itu, para pengguna laporan keuangan juga harus memiliki kepercayaan terhadap
independensi auditor. Kedua independensi ini sering disebut independen dalam fakta atau
kenyataan dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul ketika secara
nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Independen dalam penampilan merupakan
interprestasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.

Beberapa Ancaman Terhadap Independensi Auditor, Yaitu:

1. Kepemilikan Finansial yang Signifikan

Kepemilikan finansial perusahaan yang diaudit termasuk instrumen utang, modal, dan
derivatif. Tidak diizinkan untuk menerima sebuah perusahaan sebagai klien audit jika ada
seorang (karib kerabat) yang memiliki proposi kepemilikan yang signifikan di perusahaan
tersebut. Pelarangan ini ada dalam bagian B dan C Kode Etik, subbagian 290 113.

“Jika ada sebuah KAP, memiliki kepemilikan finansial langsung di klien auditnya, maka
ancaman kepentingan pribadi yang muncul akan sangat signifikan, maka tidak ada
tindakan pengamanan yang dapat dilakukan untuk menurunkan ancaman tersebut
sampai mencapai tingkat yang dapat diterima. Sehingga, melepaskan kepemilikan
finansial di klien audit tersebut merupakan satu-satunya tindakan yang paling tepat agar
memungkinkan KAP tersebut menjalankan tugas.”

Penilaian yang serupa juga dihadirkan dalam subbagian 290.114 terkait dengan
kepemilikan tidak langsung, dan subbagian 290.115 tentang pinjaman dari klien yang bukan
merupakan institusi keuangan.
Antisipasi terhadap kepemilikan langsung dan tidak langsung yang besarnya signifikan di
perusahaan klien dapat berdampak luas pada operasi KAP. Sebagai contoh: jika ada seorang
auditor , atau pasangan atau anak dari auditor tersebut (atau orang lain yang secara finansial
bergantung pada auditor) memiliki saham yang signifikan besarnya di sebuah perusahaan
(termasuk induk atau semua anak perusahaannya), semestinya tidak menerima mengaudit
perusahaan tersebut. Perlu dicatat bahwa “seseorang yang menjalankan praktik” tidak hanya
mengacu pada pimpinan dalam perusahaan, melainkan juga termasuk setiap konsultan atau
mantan pimpinan yang tetap terikat dalam kontrak pemberian jasa konsultasi, setiap pegawai
juga terikat dalam pekerjaan profesional yang menjalankan praktik, dan setiap orang yang
mendelegasikan pekerjaan profesional.
Standar etika juga melarang auditor menduduki posisi sebagai penasehat, direksi, maupun
memiliki saham yang jumlahnya signifikan di perusahaan klien.

 Direktur, Eksekutif, Manajemen, atau Karyawan dari Sebuah Perusahaan


Jika seorang auditor merupakan penasehat, direksi di perusahaan klien maka kemampuan
auditor untuk melakukan evaluasi independen atas kewajaran penyajian laporan
keuangan akan mudah dipengaruhi. Meskipun jika memegang satu dari posisi tersebut
tidak akan mempengaruhi independensi auditor, keterlibatan yang sering dengan
manajemen dan keputusan yang diambilnya akan mempengaruhi persepsi para pengguna
laporan keuangan terhadap independensi auditor tersebut. Masalah kepegawaian, jasa
yang baru saja diberikan dan bertindak sebagai pegawai di perusahaan klien dibahas
dalam Kode Etik subbagian 290.143 – 290.152.

2. Pemberian Jasa Non-Audit kepada Klien

Penelitian dalam profesi akuntan di AS di akhir tahun 1970-an oleh senator Metcalf dan
anggota kongres Moss meyimpulkan bahwa jasa manajemen dapat membahayakan kinerja audit
independen. Mereka merekomendasikan pembatasan bagi para auditor dalam melakukan jasa
manajemen ini. Kode Etik yang membahas isu-isu terkait dengan pemberian jasa non-audit pada
kliennya terdapat pada subbagian 290.158 – 290.205.

 Jasa penilaian
Penilaian memerlukan estimasi atas nilai atau rentang nilai, untu suatu aset, sebuah
liabilities atau bisnis itu secara keseluruhan. Hal ini menerapkan metode dan teknik
tertentu serta asumsi yang terkait dengan perkembangan di masa mendatang. Ancaman
penelaahan pribadi dapat muncul ketika perusahaan melakukan jasa penilaian bagi
kliennya, yang mana hasil penilaian ini akan dimasukkan dalam laporan keuangan.
Subbagian 290.176 dari Kode Etik mengindikasikan jika penilaian signifikan terhadap
laporan keuangan dan melibatkan tingkat subjektivitas yang besar, ancaman penelaahan
pribadi tidak dapat dikurang samapai tingkat yang dapat diterima dengan menerapkan
tindakan pengamanan. Subbagian 290.177 dari Kode Etik mengindikasikan bahwa
ancaman penelaahan pribadi terhadap penilaian yang kurang signifikan terhadap laporan
keuangan, maka jasa penilaian dapat diterima jika tindakan pengamanan berikut
dilakukan:
 Memiliki akuntan profesional tambahan yang bukan merupakan bagian dari tim audit,
yang bertugas untuk menelaa pekerjaan yang telah dilakukan atau memberikan
masukan apabila diperlukan.
 Konfirmasi dengan klien audit mengenai pemahaman mereka terhadap asumsi yang
mendasari penilaian dan metode yang digunakan serta mendapat persetujuan untuk
menggunakannya.
 Mendapatkan pengakuan dari klien atas tanggung jawab dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh KAP.
 Menjamin bahwa personil yang memberikan jasa penilaian tidak ikut berpartisipasi
dalam kontrak kerja audit.
 Tingkat pengetahuan klien, pengalaman dan kemampuan untuk mengevaluasi isu
yang penting dan tingkat keterlibatan mereka dalam menentukan dan menyetujui hal-
hal penting.
 Untuk penilaian yang melibatkan standar dan metode tertentu, tingkat subjektivitas
melekat pada hal yang menjadi perhatian tersebut.
 Keandalan dan cakupan data.
 Tingkat independensi atas kejadian di masa mendatang yang akan menimbulkan
volatilitas yang melekat dalam jumlah yang terlibat.
 Cakupan dan kejelasan dalam pengungkapan laporan keuangan.

 Jasa Audit Internal


Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur tata kelola perusahaan yang baik.
Audit internal menjalankan fungsinya di bawah kebijakan yang ditetapkan oleh dewan
direksi dengan tujuan untuk membantu manajemen dalam memenuhi tanggung jawabnya.
Karena itu pemberian jasa audit internal bagi perusahaan klien dapat beresiko terhadap
independensi auditor eksternal.
Lingkup dan sifat dari fungsi audit internal berbed dalam setiap organisasi. Ada yang
berfungsi sebagai evaluasi sistem dan penelaahan, pemeriksaan informasi keuangan dan
operasional, pengkajian ekonomis, efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional,
termasuk pengendalian non-finansial.
Dan berikut merupakan prinsip auditor eksternal dalam menjalani tugas untuk
menunjukkan independensi yang mereka miliki:
 Auditor eksternal tidak boleh menerima begitu saja peran manajemen ketika
memberikan jasa audit internal.
 Setiap rekomendasi yang diberikan oleh auditor adalah untuk dijalankan oleh
manaejmen, bukan untuk auditor.
 Auditor eksternal tidak boleh menerima kontrak kerja audit internal yang akan
menjadikan auditor menjadi bagian dari struktur pengendalian internal klien terkait
dengan penyusunan informasi laporan keuangan.
 Auditor eksternal harus mendapatkan bukti audit yang memadai dengan melakukan
prosedur audit yang tepat ketika akan menyusun opini atas laporan keuangan, dan
tidak boleh terlalu mengandalkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh rekan kerjanya,
dibandingkan dengan hasil pekerjaan yang dilakukan auditor lain.

 Memberikan Jasa Pembukuan kepada Klien


Menyiapkan pembukuan dan laporan keuangan bagi klien audit mendapat ancaman
penelaahan pribadi yang signifikan. Kode Etik mengizinkan KAP memberikan jasa
pembukuan maupun jasa pengauditan bagi perusahaan klien yang bukan merupakan
perusahaan publik, sehingga ancaman penelaahan pribadi dapat dikurangi hingga tingkat
yang dapat diterima.
Aturan etika secara umum melarang memberika jasa pembukuan pada klien audit, kecuali
dalam keadaan darurat. Sedangkan “keadaan darurat” tersebut diartikan dengan siatuasi
yang mengakibatkan klien kehilangan hampir seluruh pencatatannya sehingga harus
mengandalkan pencatatan auditor eksternal agar membantu klien merekonstruksi
pencatatannya. Meskipun terdapat larangan umum, Kode Etik subbagian 290.172
menyatakan bahwa kondisi diberikannya asa pembukuan dan jasa pengauditan baik yang
bersift rutin dan insidental pada divisi atau anak perusahaan klien yang merupakan
perusahaan publik, tidak akan dianggap mengurangi indpendensi jika kondisi berikut:
 Jasa yang diberikan tidak melibatkan pemberian pendapat.
 Divisi atau anak perusahaan yang mendapat jasa tersebut secara kolektif tidak
signifikan bagi klien audit, atau jasa yang diberikan secara kolektif tidak signifikan
bagi divisi atau anak perusahaan tersebut.
 Imbalan jasa audit yang diberikan KAP atau jaringan KAP dari jasa tersebut secara
kolektif tidak signifikan.
Jika jasa semacam itu diberikan, seluruh tindakan pengamanan berikut harus diterapkan:
 KAP atau jaringan KAP, harus tidak menerima begitu saja peranan manajemen
maupun membuat keputusan manajemen.
 Klien audit harus menerima tanggung jawab atas hasil pekerjaan.
 Personel yang memberikan jasa tersebut tidak boleh terlibat dalam pemberian jasa
pengauditan.

3. Imbalan Jasa Audit dan Independensi

Landasan alternatif atas kontrak kerja audit dan pembayaran imbalan jasa audit adalah
melalui auditor pemerintah atau semi-pemerintah. Hal ini karena cara auditor untuk berkompetisi
mendapatkan klien dan menetapkan imbalan jasa audit dapat memberikan implikasi penting bagi
kemampuan auditor untuk menjaga independensi auditnya.

 Ketergantungan pada Imbalan Jasa Audit


Independensi auditor akan diragukan jika jasa audit dari satu klien merupakan bagian
yang signifikan dari total pendapatan KAP tersebut (Kode Etik subbagian 290.206 –
207). Secara khusus, auditor harus menghindari ketergantungan ekonomi tanpa batas
pada pendapatan setiap klien. Auditor disarankan mampu menunjukkan bahwa
ketergantungan ekonomi tidak mengganggu independensi, dengan memastikan imbalan
jasa audit dari seorang klien tidak boeh melebihi batas wajar. Ketika bagian besar dari
pendapatan masing-masing partner audit berantung pada klien tertentu, KAP harus
memastikan bahwa pengendalian mutu yang memadai telah dilakukan dan pekerjaan
audit harus diperiksa oleh akuntan profesional yang bukan anggota tim audit.

 Imbalan Jasa Audit yang Belum Dibayar


Jika ada imbalan jasa audit yang belum dibayar, maka dianggap memiliki karakteristik
yang sama seperti pinjaman setelah jatuh tempo dalam periode piutang normal. Pada
Kode Etik subbagian 290.208 merekomendasikan bahwa kasus yang melibatkan imbalan
jasa audit yang belum dibayar harus didiskusikan dengan komite audit dan pekerjaan
audit harus diperiksa oleh akuntan profesional yang bukan anggota tim audit.

 Penetapan Imbalan Jasa Audit


Imbalan jasa audit atas kontrak kerja audit merefleksikan nilai wajar atas pekerjaan yang
telah dilakukan, dengan mempertimbangkan hal berikut:
 Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan yang
dilakukan.
 Tingkat pendidikan dan pengalaman personel yang melakukan pekerjaan tersebut.
 Tingkat tanggung jawab yang terkandung dalam pekerjaan tersebut.
 Waktu yang dibutuhkan oleh semua personel untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.
Hal ini menandakan bahwa jasa audit tidak boleh dilakukan jika imbalan jasa audit yang
telah disepakati tersebut belum mempertimbangkan faktor di atas. Dasar penetapan
imbalan jasa audit yang telah disepakati harus didokumentasikan dan terkait dengan
gambaran kontrak erja serta konsisten dengan praktik industri.
Terkait dengan penetapan imbalan jasa audit, biaya kontinjen, dan penetapan biaya harus
berdasarkan hasil akhir dari kontrak kerja dilarang dalam Kode Etik subbagian 290.210-
212. Praktik howling juga dilarang. Praktik howling muncul ketika auditor menetapkan
imbalan jasa audit yang murah dengan tujuan untuk memenangkan kontrak dan berharap
untuk menutup imbalan jasa audit awal dengan memberikan jasa lainnya pada klien atau
dengan cara menaikkan imbalan jasa audit di periode mendatang.
Sedangkan biaya kontinjen adalah biaya yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil
tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan yang tersebut. Fee tidak dianggap
kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal
perpajakan,jika dasar penetapan adalah hasil penyelesaian hukum. Dan penetapan biaya
kontinjen ini tidak diperkenankan untuk anggota KAP. Contoh: Sebuah KAP membuat
perjanjian dengan klien untuk membayar honorarium sebesar $5.000 jika dikeluarkan
pendapat tanpa kualifikasi dan membayar $2.500 jika dikeluarkan pendapat dengan
kualifikasi.

4. Tindakan Hukum antara KAP dan Klien serta Independensi

Ketika terdapat tindakan hukum atau niat untuk memulai tindakan hukum antara sebuah
KAP dengan kliennya auditnya, maka kemampuan KAP dan klienya untuk tetap objektif
dipertanyakan. Tindakan hukum oleh klien untuk jasa perpajakan atau jasa non-audit lainnya
atau tindakan melawan klien maupun KAP oleh pihak lain akan menurunkan indepedensi dalam
pekerjaan audit. Pertimbangan utama adalah kemungkinan dampak terhadap kemampuan klien,
manajemen, dan personel KAP untuk tetap objektif dan memberikan opini dengan bebas.

5. Pergantian Auditor

Riset di bidang audit mengindikasikan beragam alasan dimana manajemen dapat


memutuskan untuk mengganti auditornya. Misalnya untuk mencari pelayanan dengan kualitas
yang lebih baik, opinion shopping, dan mengurangi biaya. Keputusan untuk mengganti auditor
dalam rangka mendapatkan akses pada pelayanan jasa yang lebih baik, dengan sendirinya tidak
akan mengancam independensi auditor. Perlindungan terbaik bagi auditor terhadap ancaman
independensi yang dapat muncul dari pergantian ini adalah komunikasi.

 Komunikasi antara KAP


Auditor yang baru harus berkomunikasi dengan auditor sebelumnya sebagai bagian dari
proses pengambilan keputusan dan memutuskan apakah auditor baru akan menerima
suatu penugasan atau tidak. Persoalan utama dalam komunikasi ini adalah informasi yang
dapat membantu auditor baru untuk menentukan apakah manajemen klien mempunyai
integritas. Izin dari klien harus didapatkan untuk melakukan komunkasi ini, untuk
menjaga ketentuan kerahasiaan. Contoh: auditor baru dapat meminta informasi dari
auditor lama mengenai ketidaksepakatan dengan manajemen berkenaan dengan prinsip
akuntansi dan prosedur audit, dan alasan dilakukannya penggantian auditor.

 Opinion Shopping
Pasal 230 mengidentifikasikan ketentuan yang harus diikuti ketika KAP diminta oleh
suatu klien untuk diaudit oleh KAP lain untuk memberikan opini atas penerapan prinsip
akuntansi atau jenis opini audit yang akan dikeluarkan untuk praktik akuntansi yang
benar-benar dilakukaan. Praktik semacam ini memiliki implikasi yang jelas pada
independensi auditor karena direksi dapat menggunakan kekuasaannya untuk
mempengaruhi auditor yang baru, atau membuang mereka kemudian menggantinya
dengan auditor baru yang akan memberikan opini yang lebih menguntungkan bagi klien.
Hal ini akan membuat auditor lama dan auditor baru menjadi kehilangan
independensinya.
Hal yang penting adalah KAP baru harus mendapat persetujuan klien untuk berhubungan
dengan KAP lama mengenai permintaan dan pemberian salinan opini audit yang lama.
Auditor yang menghadapi permintaan semacam itu harus mempertimbangkan pengaruh
potensial terhadap independensi dalam lingkungan dimana permintaan tersebut dibuat,
tujuan dan maksud pihak yang meminta informasi tersebut.

 Pengurangan Biaya
Tidak salah bila manajemen mencoba untuk mendapatkan jasa pengauditan dengan biaya
yang lebih rendah atau auditor menawarkan jasa meeka dengan harga yang lebih rendah
dibanding KAP lainnya. Hal penting yang harus dilakukan adalah bahwa kompetisi
berdasarkan harga ini tidak memicu dilakukannya pengauditan dengan kualitas yang
lebih rendah atau membatasi independensi auditor.
F. KETENTUAN BAPEPAM-LK TERKAIT DENGAN INDEPENDENSI AUDITOR

Nilai pengauditan bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Alasan
banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan akuntan publik
adalah adanya ekspektasi mereka terhadap auditor yang mampu memberikan pendapat yang
tidak bias. Bapepam-LK mengadopsi aturan yang memperkuat independensi auditor dengan
menerapkan peraturan Sarbanes-Oxley di AS. Peraturan Bapepam-LK membatasi kemungkinan
auditor memberikan jasa non-audit pada klien auditnya, dan penggunaan jasa KAP yang lama
oleh klien serta mengharuskan adanya rotasi partner audt untuk meningkatkan independensi.

 Jasa-Jasa Non-audit
Bapepam membatasi tapi tidak sepenuhnya menghapuskan jenis jasa non-audit yang
diberikan pada klien yang merupakan perusahaan publik. Banyak dari jasa non-audit yang
dilarang berdasarkan aturan Bapepam-LK terkait dengan independensi. Larangan tersebut:
 Jasa pembukuan dan jasa akuntansi lainnya
 Desain sistem informasi keuangan dan implementasinya
 Penaksiran atau jasa penilaian
 Jasa aktuaria
 Jasa audit internal
 Fungsi manajemen dan sumber daya manusia
 Jasa pialang atau penasehat investasi atau jasa bankir investasi
 Jasa hukum dan pakar yang tidak terkait dengan audit
 Jasa-jasa lain yang tidak diizinkan
KAP tidak dilarang untuk memberikan jasa-jasa tersebut kepada klien yang bukan
merupakan perusahaan publik serta pada perusahaan publik yang merupakan klien auditnya.
Selain itu, KAP masih boleh memberikan jasa-jasa lain yang tidak dilarang untuk klien audit
yang merupakan perusahaan publik. Contoh: Bapepam-LK membolehkan KAP untuk
memberikan jasa konsultasi pajak untuk para klien auditnya, kecuali jasa konsultasi pajak untuk
para eksekutif perusahaan yang mengawasi pelaporan keuangan, dan jasa penghindaran
pengenaan pajak.
 Komite Audit
Adalah komite di bawah dewan komisaris yang terdiri dari sekurangnya seorang
komisaris independen dan para profesional independen dari luar perusahaan, yang tanggung
jawabnya termasuk membantu para auditor tetap indepeden dari mnajemen. Komite audit juga
dibutuhkan dalam BUMN dan bank. Komite audit terdiri dari tiga , lima, atau tujuh anggota yang
bukan merupakan manajemen perusaaan. Pakar auditor bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan semua hal penting yang teridentifikasi selama pengauditan kepada komite
audit. Semua persyaratan di atas bertujuan untuk menguatkan independensi auditor dengan
secara efisien membuat komite audit sebagai klien bagi perusahaan publik daripada manajemen.

 Konflik yang Timbul dari Hubungan Kerja


Bekerjanya seseorang bekas anggota tim audit di dalam perusahaan klien audit bisa
menimbulkan sejumlah persoalan independen. Bapepam-LK telah menambahkan aturan satu
tahun “masa pendinginan” sebelum seseorang bekas anggota tim audit dapat bekerja pada klien
di sejumlah posisi kunci manajemen. KAP tidak bisa melanjutkan audit klien, jika ada dari
auditor KAP yang bekerja pada klien dan ikut berpartisipasi di dalam berbagai kapasitasnya
dalam audit selama satu tahun, sebelum dimulainya proses audit.

 Rotasi Partner dan KAP


Berdasarkan PMK 17/2008, aturan independensi Bapepam-LK mensyaratkan partner
audit untuk merotasi tim audit setelah 3 tahun dan KAP setelah 6 tahun. Bapepam-LK
mensyaratkan 3 tahun “rehat” setelah rotasi sebelum mereka bisa kembali bekerja untuk klien
audit yang sama.

 Kepentingan Kepemilikan
Aturan Bapepam-LK tentang hubungan keuangan mengaitkan perspektif kontrak kerja
dan melarang kepemilikan dalam klien audit, oleh orang-orang yang bisa mempengaruhi audit
tesebut. Aturan itu melarang kepemilikan oleh orang-orang yang terkait audit dan keluarganya.
Termasuk (a) anggota tim audit, (b) mereka yang ada dalam posisi bisa mempengaruhi kontrak
kerja audit dalam hierarki pimpinan perusahaan, (c) partner dan manajer yang menyediakan jasa
non-audit untuk klien, dan (d) partner di dalam kantor yang bertanggung jawab utama untuk
melakukan audit.
G. BANTUAN-BANTUAN UNTUK MENJAGA INDEPENDENSI DAN
INTEGRITAS AUDIT

Profesi dan masyarakat sangat fokus untuk memastikan bahwa (1) para auditor menjaga
sebuah sikap yang tidak bias dalam menjalankan tugas (independen dalam kenyataan) dan (2)
para pengguna menganggap auditor itu independen (independen dalam penampilan). Berikut ini
merupakan bantuan yang diberikan untuk menjaga independensi para auditor, yaitu:

1. Perlindungan Kertas Kerja


Ada tiga hal yang terkait kertas kerja seorang auditor yaitu integritas audit, keuntungan
pribadi, dan kerahasiaan klien. Perlindungan kertas kerja ini meliputi larangan dan penolakan
akses dari pihak yang tidak berkepentingan terhadap kertas kerja dan menghindari ancaman
terhadap integritas audit.
a. Integritas Audit
Akses untuk mengaudit kertas kerja akan memberikan sebuah kesempatan untuk
mengubah informasi di dalam kertas atau mencampuri data uji. Pengetahuan dari aspek
terperinci dari progam audit, misalnya kapan pengujian akan dilakukan dan hal-hal apa
saja dari pengujian yang akan menjadi target, dapat membuat seseorang melemahkan
integritas auditnya.
b. Keuntungan Pribadi
Aktivitas yang tidak dapat diterima seperti praktik insider trading juga menjadi perhatian
yang penting. Para auditor tidak boleh menggunakan informasi rahasia dari klien untuk
keuntungan pribadi atau pihak ketiga (Pasal 140 dari Kode Etik).
c. Kerahasiaan Klien
Selama pemeriksaan, aditor mendapatkan informasi rahasia seperti gaji pegawai, harga
produk, rencana periklanan, dan data biaya produksi. Jika auditor mengungkapkan
informasi kepada pihak luar atau pegawai dari klien yang tidak semestinya mendapat
informasi, maka hubungan mereka dengan manajemen bisa menjadi sangat penting.
Biasanya kertas kerja auditor dapat diberikan kepada pihak lain hanya dengan seizin
klien. Hal ini tetap berlaku, bahkan jika seorang auditor ingin menawarkan jasanya
kepada perusahaan lain atau bersedia untuk mengizinkan auditor penggantinya untuk
memeriksa kertas kerja yang sudah disiapkan untuk klien yang terdahulu.
d. Pengecualian dari Kerahasiaan
 Kewajiban hukum
Secara hukum, informasi bisa disebut informasi khusus jika proses hukum
tersebut tidak bisa memaksa seseorang menyediakan informasi itu, bahkan jika
pemanggilan tertulis dari pengadilan. Informasi yang diinformasikan dari klien kepada
pengacara atau dari pasien kepada dokter adalah rahasia. Tapi informasi yang didapat
akuntan publik dari klien bukanlah suatu hak istimewa (sangat rahasia). Jika kertas kerja
dibutuhkan atau diminta oleh piha regulator yang menjalankan otoritasnya yang sah,
maka pihak manajemen dari klien harus segera diberitahu.
 Review Sejawat
Ketika Kantor Akuntan Publik (KAP) melakukan review sejawat dari kerja
pengauditan KAP lain, maka adalah hal yang wajar untuk menguji beberapa beberapa set
kertas kerja. Jika review sejawat dilakukan oleh anggota badan profesional lain, izin dari
klien untuk melakukan pengujian kerja kerja tidaklah dibutuhkan. Hal ini karena proses
mendapatkan izin dari klien membutuhkan waktu yang lama dan menghambat akses dari
pelaku review sejawat. Biasanya, pelaku review sejawat harus merahasiakan informasi
yang didapatnya dan tidak boleh menggunakan informasi tersebut dengan tujuan lain.
e. Pengunduran Diri
Aturan dari profes adalah auditor harus menjaga hubungan yang tidak bias dengan
manajemen dan berbagai pihak yang terpengaruh dengan apa yang menjadi tanggung
jawab dari auditor itu. Dalam setiap kontrak kerja, auditor tidak boleh menyepelekan
penilaian profesionalnya terhadap penilaian orang lain. Jika terdapat konflik yang cukup
besar diantara komunitas keuangan sehingga dapat mempengaruhi objektivitas seorang
aditor, maka dipandang perlu bagi auditor untuk mengundurkan diri dari kontrak kerja
itu.

2. Kontrak Kerja dan Pembayaran Imbalan Jasa Audit Oleh Manajemen


Alternatif untuk kontra kerja KAP adalah dengan komite audit dan pembayaran imbalan
jasa pengauditan oleh manajemen kemungkinan melalui auditor pemerintah atau semi-
pemerintah.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kode etik Akuntan Publik sangatlah penting untuk ditaati bagi seorang akuntan publik
ataupun auditor. Kode etik ini berisi nilai, norma, dan peraturan apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh seorang auditor. Semua auditor, wajib mengikuti kode etik yang telah berlaku,
yaitu yang dirumuskan oleh Bapepam-LK. Dengan mentaatinya, maka seorang auditor mampu
mempertahankan independensi dalam fakta serta dapat membuat masyarakat berinterpretasi
dengan baik (independensi dalam penampilan).
Adapun prinsip yang harus digenggam oleh auditor yaitu: (1) Integritas, (2) Objektivitas,
(3) Kompetensi Profesional, (4) Kerahasiaan, dan (5) Perilaku Profesional. Sedangkan ancaman
yang harus diwaspadai oleh seorang auditor agar dirinya tidak kehilangan independensi adalah:
(1) kepemilikan finansial yang signifikan, (2) pemberian jasa non-audit, dan (3) imbalan jasa
audit. Semua peratuaran yang dijalankan oleh auditor akan diawasi oleh IAI-KAP dan Bapepam-
LK, sehingga tidak ada larangan yang dilanggar. Dengan demikian, keberlangsungan jasa audit
akan terus berkembang dan masyarakat akan semakin percaya kepada auditor serta KAP.

Anda mungkin juga menyukai