Anda di halaman 1dari 7

Cara Mengelola Organisasi Remaja Masjid

Pecinta Masjid 17.46

Mengelola masjid pada saat ini memerlukan ilmu dan keterampilan manajeman. Berbagai
metode menajemen modern yang ada saat ini merupakan alat bantu yang perlu dipergunakan
oleh pengurus masjid. Pengurus masjid harus mampu menyesuaikan diri dengan riak
perkembangan zaman. Tak ada alasan untuk mengelak. Sebab, bukan saatnya lagi pengurus
masjid mengandalkan sistem pengelolaan tradisional, yang tanpa kejelasan perencanaan,
tanpa pembagian tugas, tanpa laporan pertanggunganjawaban, dan sebagainya.

Dengan sistem pengelolalan yang tradisional, masjid tak mungkin berkembang. Bukannya
maju, mereka malah akan tercecer dan makin lama makin jauh tertinggal bahkan tergilas oleh
perputaran zaman. Kegiatannya akan sulit mendapat dukungan dan simpati masyarakat
sekitar. Di sinilah pentingnya mempelajari ilmu manajemen modern, atau sekurang-
kurangnya menerapkan manajemen praktis dalam mengelola masjid.

Manajemen sendiri dapat diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan(George. R. Terry).

Dengan diterapkannya manajemen pada organisasi masjid, maka akan diperoleh berbagai
keuntungan. Diantaranya adalah :
•Tujuan menjadi realistis dan dapat dicapai, karena masing-masing anggota menyumbang
untuk memberikan sarannya dan bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasnya.
•Pemimpin dan anggota mengerti prioritas satu sama lain dan saling membantu ketika
kesulitan timbul.
•Komunikasi menjadi terbuka. Kreativitas dan kesungguh-sungguhan kerja menjadi
meningkat.
•Umpan balik prestasi menjadi lebih bermakna karena anggota mengerti apa yang
diharapkan dan dapat memonitor prestasi mereka berdasarkan harapan.

Prinsip Manajemen Remaja Masjid


Ada banyak teori dan metode manajemen yang dapat diterapkan pada organisasi masjid.
Namun yang perlu dicamkan adalah bahwa semua teori dan metode manajemen yang
diterapkan tersebut tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai Islam dan kesucian masjid.
Secara prinsip, penerapan manajemen masjid minimal harus memenuhi syarat-syarat berikut :
1. Visi dan misi yang jelas.
2. Program yang realistis.
3. Implemantasi program yang berbobot.
4. Pemimpin yang efektif
5. Pengurus yang dinamis.

Visi dan misi yang jelas


Istilah visi dan misi akhir-akhir ini menjadi istilah populer di kalangan aktivis organisasi.
Berbagai organisasi berupaya memiliki visi dan misi agar tidak dianggap ketinggalan jaman.
Namun hanya sedikit dari aktivis organisasi yang mengetahui arti visi dan misi yang
sesungguhnya.
Misi adalah maksud atau tugas utama organisasi yang unik (yang membedakannya dengan
organisasi lainnya). Misi yang dibuat sebuah organisasi harus mampu menjawab pertanyaan-
pertanyan berikut ini:
1. Siapa kita?
2. Mengapa kita dibentuk?
3. Apa yang kita kerjakan?
4. Apa keunggulan utama kita?
5. Siapa yang kita layani?
6. Dimana kita mengerjakannya?

Misi yang jelas adalah misi yang dibuat dalam kalimat yang singkat dan sederhana
(KISS=Keep It Short and Simple), sehingga mudah dicerna dan diingat. Semakin terfokus
dan semakin unik misi sebuah organisasi maka semakin jelas serta efektif organisasi tersebut.

Misi berfungsi sebagai pedoman umum bagi organisasi dalam rangka mencapai tujuannya
(visinya). Ia ibarat "rute" yang harus ditempuh organisasi. Jika organisasi tidak konsisten
menjalankan misinya, maka organisasi menjadi sulit, bahkan tidak mungkin, mencapai
tujuannya.

Sedang visi adalah cita-cita atau harapan yang agung dari organisasi. Visi yang jelas adalah
visi yang merupakan gambaran riil dari masa depan organisasi. Oleh sebab itu, visi bersifat
materil (konkret dan dapat diukur). Sebaliknya misi bersifat sprituil (kejiwaan).

Visi yang baik adalah visi yang terfokus dan dibuat dalam kalimat yang menarik, sehingga
mampu memotivasi anggota organisasi. Visi sebaiknya tidak terlalu mudah dan tidak dapat
terlalu sulit untuk dijangkau.
Visi dan misi harus dikomunikasikan kepada seluruh anggota organisasi secara
berkesinambungan, sehingga lama kelamaan menjadi budaya organisasi (organization
culture).

Visi dan misi dapat diubah jika tidak lagi sesuai dengan situasi internal dan eksternal
(lingkungan) organisasi. Oleh karena itu, visi dan misi sebaiknya bersifat fleksibel. Kejelian
mengantisipasi perubahan jaman merupakan kunci dari pembuatan visi dan misi yang
fleksibel. Kekakuan dalam merubah visi dan misi yang tidak lagi sesuai perkembangan jaman
akan membuat organisasi menjadi stagnan, dan akhirnya terpaksa dilikuidasi. Sebuah pepatah
mengatakan: if you don't change, you'll die (jika engkau tidak berubah, engkau akan mati).
Ini juga berlaku untuk visi dan misi organisasi masjid.

Program yang realistis


Banyak organisasi masjid yang membuat program tanpa didasari kemampuan yang ada,
sehingga akhirnya mereka membuat program yang cantik di atas kertas tapi sulit
direalisasikan. Hal ini karena mereka membuat program tanpa terlebih dahulu melakukan
analisa kemampuan organisasi. Salah satu model analisa kemampuan organisasi yang cukup
mudah diterapkan adalah SWOT Analysis (Analisa SWOT).

Analisa SWOT adalah analisa kemampuan yang memperhatikan unsur kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (oppurtunity) dan tantangan atau ancaman (threat)
organisasi. Kekuatan dan kelemahan lebih mengarah pada situasi internal organisasi. Sedang
peluang dan ancaman lebih mengarah pada situasi lingkungan (eksternal) organisasi.
Organisasi masjid perlu membuat analisa SWOT dengan melakukan pendataan terhadap apa
saja yang termasuk kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman organisasinya. Dari data
tersebut, lalu dibuat strategi yang nantinya akan mewarnai program kerja organisasi.
Ada dua model pembuatan strategi berdasarkan analisa SWOT, yakni :
a. Model Kuadran SWOT
Model Kuadran SWOT akan menghasilkan alternatif strategi yang perlu dilakukan organisasi
masjid, yakni strategi ekspansi (pengembangan kegiatan), strategi diversifikasi (pilih-pilih
kegiatan), strategi konsolidasi (pemantapan kegiatan) atau strategi bertahan/bubar
(mempertahankan/membubarkan kegiatan).
b. Model Matrik TOWS
Model Matrik TOWS menghasilkan empat strategi, yakni :
- Strategi SO (memakai kekuatan untuk memanfaatkan peluang)
- Strategi WO (menanggulangi kelemahan dengan memanfaatkan peluang)
- Strategi ST (memakai kekuatan untuk menghindari ancaman)
- Straegi WT (memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman)

Dari strategi yang dibuat berdasarkan analisa kemampuan organisasi, lalu dibuat program
kerja jangka pendek/jangka panjang berdasarkan strategi. Bukan berdasarkan obsesi atau
keinginan individu. Dan juga bukan berdasarkan "nafsu besar, tenaga kurang."

Program kerja yang baik sekurang-kurangnya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :


a. Nama kegiatan
b. Sasaran kegiatan
c. Waktu kegiatan
d. Tempat kegiatan
e. Biaya kegiatan
f. Objek kegiatan
g. Standar prestasi kegiatan

Implemantasi program yang berbobot


Imlementasi program yang berbobot tidak dapat lepas dari pengorganisasian (organizing) dan
pengarahan (actuating) yang baik. Beberapa unsur pengorganisasian yang perlu dilakukan
organisasi masjid antara lain :
a. Membuat struktur organisasi berdasarkan program.
b. Membuat uraian pekerjaan tugas (job description) berdasarkan pemerataan tugas.
c. Menempatkan personil pengurus berdasarkan kemauan, kemampuan, dan kesempatan.
c. Menginventarisir sarana/fasilitas dan dana yang dibutuhkan.
Sedang unsur pengarahan (actuating) organisasi masjid yang perlu diwujudkan antara lain
adalah:
a. Kemampuan memotivasi.
b. Kemampuan bekerja sama.
c. Kemampuan mengelola konflik.
d. kemampuan berkomunikasi timbal balik.

Pemimpin yang efektif


Pemimpin adalah orang yang dapat mempengaruhi kgiatan induvidu atau kelompok dalam
usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu(Paul Hersey). Pemimpin yang efektif
memahami secara sungguh-sungguh bahwa ia harus membawa organisasinya mewujudkan
visi yang telah disepakati. Berarti ia perlu memiliki kemampuan :
- Menciptakan visi yang menggambarkan kondisi organisasi di masa depan dan mampu
mengkomunikasikannya kepada anggota.
- Mengembangkan strategi rasional yang menuju kepada visi yang telah dibuat.
- Mengarahkan dan mengajak anggota untuk bekerjasama dalam rangka mewujudkan visi
yang telah disepakati.

Pemimpin yang efektif pada organisasi masjid adalah juga pemimpin yang berciri Islami.
Beberapa ciri penting yang menggambarkan kepemimpinan Islami adalah :
a. Setia
Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.
b. Tujuan
Pemimpin melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok tetapi
juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.
c. Berpegang pada Syariat dan Akhlak Islam
Pemimpin terikat dengan peraturan Islam, boleh menjadi pemimpin selama ia berpegang pada
perintah syariat. Waktu mengendalikan urusannya ia harus patuh kepada adab-adab Islam,
khususnya ketika berurusan dengan orang-orang yang tak sepaham.
d. Pengemban Amanah

Pemimpin menerima kekuasaan sebagai amanah dari Allah yang disertai oleh tanggung
jawab yang besar. Qur'an memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah dan
menunjukkan sikap baik kepada pengikutnya.
"Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka, niscaya mereka mendirikan
shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah perbuatan yang
mungkar... "(QS.22:41).

Pengurus yang dinamis


Pengurus yang dinamis dapat terwujud apabila pemimpin organisasi mewujudkan lingkungan
yang demokratis (permisive atmosphere). Lingkungan demokratis hanya dapat diwujudkan
apabila pemimpin berjiwa demokratis. Beberapa ciri pemimpin demokratis adalah :
- Menyukai musyawarah
- Memelihara kebebasan berpikir
- Memperhatikan kebutuhan anggota
- Melakukan pujian dan kritik secara seimbang
- mendorong prestasi anggota
- Menghargai prakarsa dan kritik anggota
- Mempercayai anggota dalam melaksanakan tugas
- Melakukan pengawasan secara wajar
- Memperlakukan anggota secara adil (tidak pilih kasih)

Sedang pengurus yang dinamis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


a. Memiliki rasa memiliki (sense of ownership) terhadap organisasi.
b. Proaktif dan kreatif dalam mengembangkan organisasi.
c. Komunikasi berlangsung secara terbuka.
d. Kerjasama dilakukan dengan saling percaya dan interdependensi (kesalingtergantungan)
yang tinggi.
e. Konflik dikelola secara positif (tidak dihindari).

Lawan dari kepengurusan yang dinamis adalah kepengurusan yang statis. Pengurus yang
statis tidak sehat untuk perkembangan organisasi, karena pengurusnya tak mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Beberapa ciri ketidaksehatan organisasi
adalah :
- Anggota sering terlambat atau bahkan "menghindari" rapat.
- Anggota sering mengelak dari tugas.
- Anggota bekerja sendiri-sendiri.
- Tugas tidak diselesaikan tepat waktu.
- Hasil pekerjaan tidak sesuai dengan perencanaan/musyawarah.
Masjid dan Tantangan Masa Depan
Prospek mesjid di masa depan akan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Sebab
perkembangan dunia akan mempengaruhi eksistensi semua organisasi, termasuk organisasi
masjid. Prediksi tentang dunia untuk abad mendatang (abad 21) antara lain adalah :
•Restrukturisasi tatanan ekonomi dan politik telah membuka tantangan dan kesempatan baru
dalam berbagai bidang kehidupan. Aktivitas kehidupan akan semakin bervariasi, sehingga
manusia semakin memiliki banyak pilihan untuk mengisi hidupnya.
•Kemajuan teknologi informasi akan berpengaruh terhadap cepatnya perkembangan
informasi. Informasi menjadi semakin cepat berubah dan perencanaan menjadi semakin sulit
dilakukan.
•Manusia menjadi aset (modal) yang paling berharga dan akan menggeseraset sarana dan
dana. Intelektualitas dan kematangan kejiwaan menjadi unsur utama penghargaan terhadap
manusia.
•Persaingan hidup akan semakin tajam. Dengan diberlakukannya "pasar bebas" (free
market), maka tidak ada lagi proteksi dan deskriminasi, sehingga persaingan terjadi dengan
prinsip "survival of the fittest"(yang bertahan adalah mereka yang menang).

Di sisi lain, kondisi masjid pada saat ini masih terlihat cukup memprihatinkan. Masjid masih
menghadapi berbagai kendala. Berbagai kendala tersebut antara lain adalah :
a. Kendala kepengurusan, baik tingkat pemahaman, perhatian dan kepribadian yang belum
memadai.
b. Kendala program yang tidak banyak dan tidak bervariasi sehingga aktivitas masjid
kebanyakan baru sebatas bidang ubudiyah dan pendidikan yang bertumpu pada pengajian.
c. Kendala sarana fisik masjid yang belum mampu menampung berbagai aktivitas. Karena
bentuk masjid pada umumnya hanya terdiri dari ruang peribadatan, ditambah dengan tempat
wudhu dan sekretariat.
d. Kendala dana yang selama ini hanya mengandalkan subsidi dari masjid atau donatur
temporer.
e. Kendala partisipasi anggota/masyarakat sekitar yang masih rendah dukungannnya terhadap
kegiatan masjid.
f. Kendala manajemen dan administrasi yang belum diterapkan secara sungguh-sungguh dan
profesional.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tantangan masa depan yang semakin berat, maka
masjid perlu memiliki strategi sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemahaman dan ketrampilan pengurus masjid melalui pelatihan-pelatihan
yang berlangsung secara berkala. Pelatihan yang dibutuhkan masjid adalah pelatihan
keislaman dan da'wah, pelatihan manajemen dan administrasi, pelatihan sosial politik
kontemporer, dan pelatihan keterampilan tertentu.
b. Melakukan kemungkinan-kemungkinan perubahan metode dakwah dari metode da'wah
konvensional menjadi metode dakwah yang lebih kreatif, variatif, dan persuasif sehingga
menarik bagi masyarakat sekitar (da'wah-entertaiment).
c. Membuat kegiatan usaha yang menguntungkan (profit oriented) dalam rangka subsidi
silang kepada kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan masjid.
d. Melakukan kegiatan pembinaan (takwinul rijal) kepada kader-kader pengurus masjid dan
remaja masjid secara berkesinambungan, bertahap, dan sungguh-sungguh.
e. Mewujudkan kepemimpinan demokratis dalam kepengurusan masjid, sehingga anggota
memiliki sense of ownership (rasa kepemilikan) yang tinggi dan merasa diakui serta dihargai
eksistensi dirinya.
f. Mengakselerasi rekrutmen anggota dengan cara melakukan dakwahfardiyah (interpersonal)
yang persuasif dan bijaksana.
g. Meningkatkan kerjasama antar masjid atau dengan lembaga-lembaga yang peduli terhadap
perkembangan masjid dalam rangka kerjasama program dan studi perbandingan.
h. Mempesar andil masjid dalam memakmurkan masjid secara luas, sehingga masjid dapat
menjadi pusat kegiatan masyarakat (central Islamic activity).

Akhirnya menjadi tanggung jawab kita bersama untuk meningkatkan kualitas masjid,
sehingga masjid mampu menjadi salah satu dari tiga pilar kaderisasi kepemimpinan Islam
yang handal (selain kampus dan pesantren).

-------------------------
Bahan Pustaka :
1. Anoraga, Pandji, Perilaku Keorganisasian, Pustaka Jaya, Jakarta, 1995.
2. Al Thalib, Hisam, Panduan Latihan Bagi Juru Dakwah, Media Da'wah,Jakarta, 1996.
3. Ayub, Mohamad, Manajemen Masjid, Gema Insani Press, Jakarta, 1997.
4. Kirana, Andy, Etika Manajemen, Andi, Yogyakarta, 1997.
5. B.Maddux, Robert, Team Building ; An Exercising in Leadership, Crisp Publication, 1990.

Anda mungkin juga menyukai