KASUS ETIKA
BISNIS
Disusun Oleh:
Nama :
Prodi :
Dosen Pembimbing :
Total polis jatuh tempo atas produk ini pada Oktober-Desember 2019 ialah
sebesar Rp 12,4 triliun. Manajemen baru Jiwasraya menegaskan tidak akan
sanggup membayar polis nasabah yang mencapai triliunan itu karena adanya
kesulitan keuangan ini disebabkan kesalahan investasi yang dilakukan oleh
manajemen lama Jiwasraya.
Ada dua hal yang disoroti, pertama, terjadi kesalahan dalam pembentukan
harga produk tersebut alias mispricing. Produk Saving Plan yang ditawarkan
melalui bancassurance itu ternyata dijanjikan memiliki guaranted return
sebesar 9-13% per tahan selama 2013-2018 dengan periode pencairan setiap
tahun.
Perkembangan Terakhir:
Selain dilanda kerugian investasi, Jiwasraya juga disidik Kejaksaan Agung
soal dugaan korupsi. Potensi kerugian di perusahaan ini diduga
merugikan negara Rp 13,7 triliun. Kejagung sudah menetapkan lima tersangka
dan melakukan pemblokiran terhadap aset para tersangka.
Tak hanya itu, soal pengembalian dana kepada nasabah, akan dilakukan
secara mencicil pada kuartal I-2020 setelah dua skema akan dilakukan yakni
holdingisasi Jiwasraya dan penjualan anak usaha (divestasi).
2. Asabri
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan kembali kondisi keuangan Asabri
cukup stabil. Berbeda dengan kasus yang mendera Jiwasraya, dana nasabah
yang notabene adalah hasil iuran dari para prajurit TNI, Polri dan
PNS Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dinyatakan aman.
"Ya saya sampaikan laporannya bahwa memang seperti yang saya sampaikan
kondisi keuangan [Asabri] stabil," kata Erick setelah bertemu Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Mahfud MD,
Kamis (16/1/2020).
"Tapi apakah tadi ada penyelewengan atau penurunan harga saham ya tentu
harus dibuktikan," imbuh Erick.
Foto: Mahfud MD: Keuangan Asabri Masih dalam Keadaan Baik (CNBC Indonesia
TV)
"Saya ingin klarifikasi terhadap pemberitaan media. Kepada seluruh peserta Asabri,
TNI, Polri dan ASN Kementerian Pertahanan Polri, saya tegaskan saya menjamin
bahwa uang kalian yg dikelola di Asabri aman. Tidak hilang dan tidak dikorupsi,"
ujar Sonny, dalam konferensi pers yang berlangsung singkat Kamis (16/1/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, Asabri mengalami potensi penurunan nilai
saham dari beberapa saham koleksinya. Data BEI mencatat, setidaknya Asabri
memegang 15 emiten di BEI, dan 12 di antaranya mengalami potential loss seiring
dengan penurunan harga saham emiten tersebut.
Ke-12 perusahaan yang sempat dimiliki Asabri adalah PT Bank Yudha Bhakti Tbk
(BBYB), PT Hanson International Tbk (MYRX), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP),
PT Indofarma Tbk (INAF), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT Prima
Cakrawala Abadi Tbk (PCAR), dan PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE).
Perusahaan lain adalah PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), PT SMR Utama Tbk
(SMRU), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU), dan
PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON).
Foto: Sony Wijaya Dirut Asabri, Herman hidayat direktur SDM dan umum (CNBC
Indonesia/Andrean Kristianto)
Perkembangan Terbaru:
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) melakukan audit pengelolaan investasi dapen.
"Perlu disampaikan bahwa hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi terkait hasil
pemeriksaan investigatif Asabri dari BPK. Pernyataan resmi tentang pemeriksaan
terkait Asabri akan dinyatakan oleh Ketua dan/atau Wakil Ketua BPK," kata Biro
Humas dan Kerja Sama Internasional.
Kementerian BUMN juga akan melalukan review hasil audit Asabri yang dilakukan
oleh BPKP. Ditemukan ada penurunan nilai hasil investasi di saham dan reksa yang
signifikan.
"Asabri kami review. Kami lagi audit dengan BPKP, memang ada seperti yang dibaca
media ada penurunan saham dan reksa dana signifikan," kata Kartika Wirjoatmodjo,
Wamen BUMN.
"Kami tadi review dengan BPKP dan komisaris. Dan kami akan melakukan tindakan-
tindakan juga kami akan lihat siapa pihak-pihak yg bertanggung jawab, dan nanti
pada saatnya kami umumkan sanksi dan proses seperti apa," kata Kartika lagi.
3. AJB Bumiputera
Perusahaan yang berbentuk mutual (pemegang polis jadi pemegang saham)
yakni Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 dihadapkan pada
kewajiban pembayaran klaim nasabah. Manajemen mengungkapkan potensi
klaim di 2019 dan 2020 nilainya mencapai Rp 9,6 triliun.
Hingga saat ini perusahaan masih memutar otak untuk menutupi pembayaran
klaim di angka tersebut, bahkan rencananya pembayaran akan dilakukan
dengan mencicil kepada nasabah.
"Itu bukan potensi gagal bayar. Itu potensi klaim 2020 os claim 2019. Tidak ada yang
gagal bayar. Kami punya rencana semua akan dibayar. Hanya sistemnya yang harus
antri karena saat ini masih kesulitan likuiditas," kata Dirman kepada CNBC
Indonesia, Senin (20/1/2020).
Dia menargetkan masalah likuiditas perusahaan akan kembali membaik dalam kurun
waktu 4 tahun, terhitung sejak 2019. Artinya, perusahaan memastikan likuiditas
sudah bukan menjadi masalah lagi pada 2023.
Baca:
Perkembangan Terbaru:
Bumiputera berencana untuk melakukan penjualan asetnya dengan nilai mencapai Rp
2 triliun untuk melakukan pembayaran klaim asuransi kepada nasabahnya. Penjualan
aset ini menjadi salah satu langkah perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pendanaan.
Dirman mengatakan sumber dana untuk pembayaran klaim nasabah bisa beragam.
Nilai yang akan dibayarkan juga terus mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan cash flow perusahaan.
Aset ini merupakan bagian dari asset management yang dilakukan perusahaan.
Rencananya, pelepasan aset ini akan dilakukan dengan skema jual putus dan sebagian
dengan skema kerja sama operasi (KSO) dengan pihak lain.
(tas/tas)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200120143130-17-
131287/sengkarut-jiwasraya-asabri-ajb-bumiputera-ini-bedanya