Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS

Kasus

Oleh :

Kelompok 5

Dyimas Anggoro Ratri Kurniawan (1707522041)

I Made Fanny Sanjaya (1707522054)

Putu Indrayana Putra Kusuma (1707522107)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang kasus yang berkaitan dengan
etika bisnis, dengan baik meskipun mungkin masih ada kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kasus-kasus dalam etika berbisnis. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun.

Denpasar, 29 Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………………..........1

1.1 Latar Belakang……………..……………………………………………………………………………………….….…….…….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….......................................................................2


1.3 Tujuan………………………………………………………………………………………………………………….……………...2
BAB II PEMBAHASAN……………………..………………………………………………………………………………………………...3

2.1. Kasus yang Berkaitan dengan lingkungan...............................................................................3


2.1.2 . Pembakaran Limbah Medis RSUD Bangli.........................................................................3
2.1.2. Analisis Kasus.....................................................................................................................5
2.2. Kasus yang Berkaitan dengan Diskriminasi Pekerjaan..........................................................6
2.2.1. 3 Karyawan Wanita gugat Uber atas tuduhan diskriminasi..................................................6
2.2.2. Analisis Kasus......................................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................10
3.2. Saran.........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Moralitas berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, dan karenanya diperbolehkan
atau tidak, dari perilaku manusia. Moralitas selalu berkaitan dengan apa yang dilakukan manusia,
dan kegiatan ekonomis merupakan suatu bidang perilaku manusia yang penting. Selama
perusahaan memiliki produk yang berkualitas dan berguna untuk masyarakat disamping itu
dikelola dengan manajemen yang tepat dibidang produksi, finansial, sumberdaya manusia dan
lain-lain tetapi tidak mempunyai etika, maka kekurangan ini cepat atau lambat akan menjadi batu
sandungan bagi perusahaan tersebut. Bisnis merupakan suatu unsur mutlak perlu dalam
masyarakat modern. Tetapi kalau merupakan fenomena sosial yang begitu hakiki, bisnis tidak
dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial,
termasuk juga aturan-aturan moral. Dengan kata lain, mengapa bisnis tidak bebas untuk berlaku
etis atau tidak? Tentu saja secara faktual, telah berulang kali terjadi hal-hal yang tidak etis dalam
kegiatan bisnis, dan hal ini tidak perlu disangkal, tetapi juga tidak perlu menjadi fokus perhatian
kita. Pertanyaannya bukan tentang kenyataan faktual, melainkan tentang normativitas :
seharusnya bagaimana dan apa yang menjadi dasar untuk keharusan itu.

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai


kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat
modern. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam
mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan
dalam kegiatan berbisnis ada batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan.
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan
hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika
dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan,
tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang
baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang
sesuai dengan nilai-nilai moral.

1
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul dalam
hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional. Walaupun terdapat
hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak sama.
Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah baru,
misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan wajar pada
masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis
dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika
bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia.
Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang
ingin menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga
mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk
memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor tersebut
merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan
berbagai cara.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa contoh kasus yang berkaitan dengan Etika Lingkungan?
2. Apa contoh kasus yang berkaitan dengan Etika diskriminasi pekerjaan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari kasus nyata dalam etika bisnis yang berkaitan dengan
Etika lingkungan dan Etika diskriminasi pekerjaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Kasus Etika terhadap lingkungan
2.1.1 Berita

Pembakaran Limbah Medis RSUD Bangli

Dunia medis biasanya identik dengan lingkungan yang bersih dan jauh dari pencemaran
atau polusi. Tetapi bagaimana apabila pencemaran tersebut justru dilakukan sendiri oleh
pihak medis. Kasus inilah yang terjadi di daerah bangli, dimana pembakaran limbah medis
yang dilakukan oleh rumah sakit umum daerah bangli berdampak buruk terhadap
masyarakat sekitar. Kepulan asap hitam dan disusul dengan debu yang berjatuhan di areal
pemukiman membuat masyarakat terkadang mengunci putra-putri mereka di kamar agar
tidak menghirup asap atau pun debu yang berjatuhan akibat adanya pembakaran limbah.
(www.balipost.co.id, 04 juli 2012).
Mesin incinerator yang digunakan untuk melakukan pembakaran jaraknya juga sangat
dekat dengan pemukiman warga sekitar 3 meter dan bau yang ditimbulkan oleh asap dan
debu hasil pembakaran sangatlah menyengat sehingga warga tidak dapat melakukan
aktivitas di pekarangan/halaman rumah serta tidak jarang pula debu-debu hasil pembakaran
yang berupa gumpalan-gumpalan hitam mengotori lingkungan termasuk jemuran warga.

2.1.2 Analisis Kasus :

Dalam kasus pembakaran limbah, RSUD Bangli telah melakukan pelanggaran etika
terhadap lingkungan. Dimana mereka melakukan tindakan yang merugikan lingkungan atau
pencemaran terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh kepulan asap dari hasil pembakaran
limbah atau sering disebut pencemaran udara. Padahal pihak rumah sakit sendiri seharusnya
mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan oleh limbah medis. Limbah medis termasuk
salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Menurut UU No. 32 Tahun 2009 pada
Bab I, Limbah Bahan berbahaya dan beracun adalah zat, energy, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain. Dampak
yang ditimbulkan oleh polusi udara akibat limbah B3 dapat berakibat fatal bagi kesehatan

3
maupun tanaman. Pencemaran udara terhadap tingkat kesehatan dapat mengakibatkan
terganggunya saluran pernafasan ataupun iritasi terhadap bagian tubuh, hal tersebut yang
menjadi kekhawatiran atau teror bagi warga bangli apabila kegiatan tersebut terus
berlangsung tanpa adanya perbaikan dari pihak rumah sakit, karena sampai kasus ini
dilaporkan belum ada tanda-tanda atau itikad baik dari pihak rumah sakit untuk
menyelesaikan permasalahan ini.
Dalam hal ini pihak rumah sakit tidak menjalankan AMDAL (Analisis Mengnenai
dampak lingkungan). Terdapat beberapa kriteria dalam analisis dampak lingkungan
( AMDAL ) diantaranya dalam UU No. 32 Tahun 2009 :
a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan.
b. Luas wilayah penyebaran dampak.
c. Intensitas dan lamanya dampak tersebut berlangsung.
Dapat dilihat dari penjelasan AMDAL diatas, pihak rumah sakit mengabaikan dampak-
dampak yang terjadi dari pembakaran limbah rumah sakit sehingga mengakibatkan adanya
pihak yang dirugikan oleh kegiatan pembakaran limbah yakni masyarakat sekitar. Luas
penyebaran dampak dari pembakaran juga tidak diperhitungkan dengan baik dimana pihak
rumah sakit meletakkan mesin pembakar yang jaraknya sangat dekat dengan pemukiman.
Dari pihak rumah sakit juga tidak merespon pengaduan yang dilakukan masyarakat terhadap
pencemaran pembakaran limbah. Hal itu juga ditegaskan salah seorang warga yang juga
mantan pejabat dinas PU Bangli, bernama Sang Nyoman Yasa yang mengatakan “
Pencemaran lingkungan yang terjadi sudah sangat parah, kami telah menjadi korban.
Sementara mereka tidak peduli dengan kami”. Hal tersebut membuat pencemaran limbah
medis yang terjadi di Bangli semakin berlarut-larut.
Apabila dilihat dari pendekatan-pendekatan yang digunakan sebagai dasar pemikiran
untuk menjalankan tanggungjawab lingkungan hidup, pihak rumah sakit tidak melaksanakan
pemikiran-pemikiran tersebut, yang diantaranya:
 Teori hak atas lingkungan. Menurut Blackstone, setiap manusia berhak atas lingkungan
bekualitas yang memungkinkan dia untuk hidup dengan baik (sutrisna:2010). Akibat dari
limbah medis tersebut warga sekitar rumah sakit sudah kehilangan hak-nya atas
lingkungan yang sehat dan bebas dari polusi, karena setiap kegiatan pembakaran limbah

4
mereka harus waspada akan asap hitam yang diakibtkan oleh pembakaran limbah. Hal ini
tentu saja sangat membuat warga sekitar merasa sangat tidak nyaman.
 Teori Deontology. Teori ini menilai tindakan baik atau buruknya berdasarkan aturan-
aturan, prosedur dan kewajiban (sutrisna:2010). Tentunya pihak rumah sakit sudah
melanggar teori ini, dimana pihak rumah sakit tidak menjalankan kegiatannya
sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak lain
 Utilitarianisme. Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha
menghindari kerusakan lingkungan karena dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan
masyarakat (sutrisna:2010), tetapi justru pihak rumah sakit memberikan dampak yang
buruk bagi masyarakat dengan asap hasil dari pembakaran sampah medis tersebut.
 Keadilan. Lingkungan yang bersih dan nyaman merupakan kelangkaan oleh karena itu,
harus dibagi secara adil agar nantinya dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
(sutrisna:2010)

Peran pemerintah disini sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang


terjadi. Pemerintah tidak bisa hanya berdiam diri saja atau pun hanya mengandalkan atas
peraturan yang telah berlaku tetapi pemerintah juga harus turun secara langsung baik sebagai
pihak ketiga atau pihak yang memfasilitasi antara masyarakat sekitar dengan pihak rumah
sakit, karena peraturan atau UU yang di buat oleh pemerintah belum tentu berjalan secara
efisien susuai dengan isi peraturan atau Undang-undang secara tertulis, dimana terkadang
terdapat perbedaan antara keadaan di lapangan yang sesungguhnya dengan keadaan dalam
peraturan yang tertulis. Tidak hanya pemerintah yang berperan dalam penyelesaian kasus
ini, kesadaran dari pihak rumah sakit juga sangat diperlukan. Sebaiknya pihak rumah sakit
memindahkan letak mesin incinerator sehingga dapat meminimalkan dampak yang terjadi
akibat pencemaran dan pihak rumah sakit juga dapat bekerja sama dengan badan lingkungan
hidup dalam mengelola maupun mengawasi sehingga mengurangi dampak terjadinya
pencemaraan
2.2 Kasus Etika dalam diskriminasi pekerjaan
2.2.1 Berita

KOMPAS.com - Perusahaan ride-sharing, Uber sedang dibanjiri berbagai gugatan


hukum. Sebelumnya, perusahaan transportasi online ini mendapat tuduhan pelecehan

5
seksual dari mantan pegawainya Susan Fowler yang menulis ceritanya di blog pribadi.
Selang beberapa waktu, Uber 'ditinggal' sang pendiri sekaligus CEO-nya, Travis Kalanick
yang mengundurkan diri pada Juni 2017.
Kalanick mendapat desakan dari investor. Kini, Uber menghadapi tuduhan diskriminasi
gender oleh pegawainya. Tiga pegawai wanita Uber berdarah Latin, Ingrid Avendano,
Roxana del toro Lopez, dan Ana Medina mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi San
Francisco, California Utara pada Selasa (24/10/2017). Mereka menggugat Uber atas tuduhan
diskriminasi gender dan minoritas pekerja tertentu, yang mengakibatkan mereka kehilangan
penghasilan, promosi jabatan, dan keuntungan seperti bonus. "Pegawai wanita dan mereka
yang memiliki warna (kulit) diremehkan secara sistematis dibanding pegawai pria, karyawan
yang berkulit putih, atau rekan Asia-Amerika." Demikian dirangkum KompasTekno dari
Gizmodo, Jumat (27/10/2017) Baca: Rapat soal Seksis, Direksi Uber Malah Sebut
Perempuan Bikin Berisik Dari tiga pegawai tersebut, hanya Ana Medina yang masih bekerja
untuk Uber.
Sementara dua temannya telah mengundurkan diri pada musim panas tahun ini.
Sementara itu di Inggris, Uber mendapat gugatan dari uni perdagangan GMB atas tuduhan
tidak mampu memberikan keamanan yang memadai terhadap driver wanita. Uber telah
memecat lebih dari 20 pekerjanya pada Juni setelah tuduhan pelecehan seksual tersebar luas.

2.2.2 Analisis Kasus

Menurut kelompok kami cara yang dapat dilakukan ialah dengan menerapkan tindakan
amirmatif dengan penjelasan sebagai berikut:
Tindakan Afirmatif
Untuk menghapus pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak perusahaan yang
melaksanakan pogram tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang
lebih representatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan
dan minoritas. Program-program tindakan afirmatif pada saat ini telah ditetapkan sebagai
kewajiban bagi semua perusahaan yang menandatangani kontrak dengan pemerintah. Inti
dari program ini adalah suatu penyelidikan yang mendetail (“analisis utilitasi”) atas semua
klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan. Tujuan penyelidikan untuk menentukan
apakah jumlah pegawai perempuan dan minoritas dalam klasifikasi kerja tertentu lebih kecil

6
dibandingkan yang diperkirakan dari tingkat ketersediaan tenaga kerja kelompok ini di
wilayah tempat mereka direkrut. Perusahaan menunjuk seseorang untuk mengoordinasikan
dan melaksanakan program afirmatif, dan melaksanakan program dan langkah khusus untuk
menambah pegawai baru dari kelompok minoritas dan perempuan untuk memenuhi tujuan
yang ditetapkan. Analisis utilisasi selanjutnya membandingkan persentase pegawai
perempuan dan minoritas dalam masing-masing klasifikasi pekerjaan dengan persentase
tenaga kerja perempuan dan minoritas yang tersedia di wilayah tersebut dan yang mampu
melaksanaan pekerjaan atau yang mampu melaksanakannya bila di beri pelatihan yang
memadai. Jika analisis utilisasi menununjukkan bahwa tenaga kerja perempuan dan
minoritas kurang dimanfa’atkan dalam klasifikasi pekerjaan tertentu, maka perusahaan perlu
menetapkan tujuan-tujuan dan jadwal untuk memperbaiki hal tersebut. Meskipun tujuan
semacam ini tidak boleh terlalu kaku dan tidak fleksibel, namun harus spesifik, dapat dinilai
dan didesain dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan
dari analisis utilisasi dalam jangka waktu yang dapat diterima. Perusahaan menunjuk
seseorang untuk mengoordinasi dan melaksanakan program afirmatif, dan melaksanakan
program dan langkah-langkah khusus untuk menambah pegawai baru dari kelompok
minoritas dan perempuan untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan.
Bagi banyak orang, program tindakan afirmatif yang memberikan pekerjaan
berdasarkan keanggotaan dalam kelompok yang dirugikan tidak sepenuhnya legal. Namun,
yang lain menginterpretasikan ”rekomendasi” secara lebih sempit, yaitu senioritas tidak
dapat diberikan hanya karena seseorang menjadi anggota suatu kelompok yang dirugikan.
Argumen yang digunakan untuk membenarkan program-program tindakan afirmatif
dalam menghadapi kecaman dari pihak-pihak tertentu dapat di kelompokkan ke dalam dua
bagian:
 Menginterpretasikan perlakuan preferensial (khusus) yang diberikan pada kaum
perempuan dan minoritas sebagai suatu bentuk kompensasi atas kerugian yang
mereka alami dimasa lalu.
 Menginterpretasikan perlakuan preferensial sebagai suatu sarana guna mencapai
tujuan-tujuan sosial tertentu.
Sementara argumen pertama (kompensasi) cenderung melihat kebelakang karena
memfokuskan pada kesalahan dari tindakan-tindakan masa lalu., argumen instrumentalis
(kedua) lebih melihat ke depan sejauh memfokuskan pada hal-hal baik dimasa mendatang

7
(menganggap kesalahan masa lalu tidak relevan). Berikut penjelasan lebih detile mengenai
kedua argumen tersebut.
 Tindakan Afirmatif Sebagai Kompensasi
Keadilan kompensatif mengimplementasikan bahwa seseorang wajib memberikan
kompensasi terhadap orang yang dirugikan secara sengaja. Selanjutnya, program tindakan
afirmatif diinterpretasikan sebagai salah satu bentuk ganti rugi yang diberikan kaum pria
kulit putih kepada perempuan dan kaum minoritas karena telah merugikan mereka di masa
lalu.
Kelemahan argumen yang mendukung tindakan afirmatif yang didasarkan pada prinsip
kompensasi adalah prinsip ini mensyaratkan hanya dari individu yang sengaja merugikan
orang lain, dan hanya memberikan kompensasi kepada individu yang dirugikan.
 Tindakan Afirmatif Sebagai Instrumen untuk Mencapai Tujuan Sosial
Hambatan utama yang dihadapi oleh pembenaran utilitarian atas program afirmatif,
pertama berkaitan dengan persoalan apakah biaya sosial dari program tindakan afirmatif
lebih besar dari keuntungan yang diperoleh. Kedua, mempertanyakan asumsi bahwa ras
merupakan indikator kebutuhan yang tepat. Tujuan-tujuan tindakan afirmatif, adalah sebagai
berikut:
a) Salah satu tujuan pogram tindakan afirmatif adalah mendistribusikan keuntungan dan
beban masyarakat yang konsisten dengan prinsip keadilan distributif, dan mampu
menghapuskan dominasi ras atau jenis kelamin tertentu atas kelompok pekerjaan yang
penting.
b) untuk menetralkan bias (baik yang disadari ataupun tidak) untuk menjamin hak yang
sama untuk memperoleh kesempatan bagi kaum perempuan dan minoritas.
c) Menetralkan kelemahan kompetitif yang saat ini diteliti yang saat ini dimiliki oleh kaum
perempuan dan minoritas saat mereka bersaing dengan pria kulit putih, agar mereka
memperoleh posisi awal yang sama untuk bersaing dengan pria kulit putih.
Tujuan dasarnya adalah terciptanya masyarakat yang lebih adil. Kesempatan yang
dimiliki seseorang tidak dibatasi oleh ras atau jenis kelaminnya. Tujuan ini secara moral sah
sejauh usaha untuk memperoleh kesempatan yang sama secara moral juga masih dianggap
sah.
Penerapan Tindakan Afirmatif dan Penanganan Keberagaman

8
Kriteria lain selain ras dan jenis kelamin yang perlu dipertimbangkan saat mengambil
keputusan dalam program tindakan afirmatif. Pertama, jika hanya kriteria ras dan jenis
kelamin yang digunakan akan mengarah pada perekrutan pegawai yang tidak berkualifikasi
dan mungkin menurunkan produktivitas. Kedua, banyak pekerjaan yang memiliki pengaruh
penting pada kehidupan orang lain. Jika suatu pekerjaan memiliki pengaruh penting,
katakanlah pada jiwa orang lain, kriteria selain ras dan jenis kelamin harus diutamakan dan
lebih dipertimbangkan dibandingkan tindakan afirmatif. Ketiga, para penentang menyatakan
bahwa program tindakan afirmatif, jika dilanjutkan, akan membuat sebuah negara menjadi
negara yang lebih diskriminatif. Jadi, program-program ini harus dihentikan secepat
mungkin setelah apa yang di ingin diperbaiki telah berhasil diperbaiki.
Pedoman berikut ini di usulkan sebagai salah satu cara untuk memasukkan berbagai
pertimbangan ke dalam program tindakan afirmatif ketika kaum minoritas kurang terwakili
dalam suatu perusahaan:
1. Kelompok minoritas dan bukan minoritas wajib direkrut atau dipromosikan hanya jika
mereka telah mencapai tingkat kompetensi minimum atau mampu mencapai tingkat
tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
2. Jika kualifikasi calon dari kelompok minoritas hanya sedikit lebih rendah (atau sama atau
lebih tinggi) dibandingkan yang bukan dari kelompok minoritas, maka calon tersebut
harus lebih diutamakan.
3. Jika calon dari kelompok minoritas dan bukan minoritas sama-sama berkualifikasi atas
suatu pekerjaan, namun calon dari kelompok bukan minoritas jauh lebih berkualifikasi,
maka:
a. Jika pelaksanaan pekerjaan tersebut berpengaruh langsung pada kehidupan atau
keselamatan orang lain (misalnya profesi dokter bedah atau pilot) atau jika
pelaksanaan pekerjaan tersebut memiliki pengaruh penting pada efisiensi seluruh
perusahaan (misalnya jabatan sebagai kepala pengawas keuangan), maka calon dari
kelompok bukan minoritas yang jauh lebih baik berkualifikasi harus lebuh
diutamakan; namun
b. Jika pekerjaan tersebut (seperti halnya sebagian besar pekerjaan “umum” dalam
perusahaan) tidak berkaitan langsung dengan aspek keselamatan dan tidak memiliki
pengaruh penting pada efisiensi perusahaan, maka calon dari kelompok minoritas
harus lebih diutamakan.

9
4. Preferensi juga harus diberikan pada calon dari kelompok minoritas hanya jika jumlah
pegawai minoritas dalam berbagai tingkat jabatan dalam perusahaan tidak proporsional
dengan ketersediaan dalam populasi.
Kontroversi sehubungan dengan kelayakan moral program tindakan afirmatif belum
berakhir. Tidak berarti program seperti itu tidak melanggar semua prinsip moral. Jika
argumen itu benar, program tindakan afirmatif setidaknya konsisten dengan prinsip moral.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam Kasus Pertama mengenai etika lingkungan yaitu Pembakaran limbah medis
RSUD Bangli sangat berbahaya karena telah melanggar UU Amdal sehingga dapat
membahayakan lingkungan sekitar,karena asap hasil pembakaran limbah dapat
menyebabkan penyakit jika dihirup.
Sedangkan dalam kasus kedua mengenai Etika diskriminasi pekerjaan yaitu grab yang
melakukan diskriminasi terhadap gender seharusnya tidak melakukan pembedaan gender

10
karena sesungguhnya dalam HAM itu sendiri kita lihat bawasannya sudah diatur jika setiap
orang memiliki hak yang sama dalam mendapatkan perlakuan maupun pekerjaan
3.2 Saran
Saran dari kelompok kami untuk RSUD Bangli seharusnya membuat tempat
pembakaran yang jauh dari pemukiman dan mengikuti prosedur yang sesuai dengan
AMDAL yang berlaku. Sedangkan untuk perusahaan grab seharusnya mengikuti aturan
aturan yang berlaku mengenai peraturan yang mengatur ketenagakerjaan serta HAM yang
berlaku

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisna Dewi, 2011, ETIKA BISNIS: Konsep Dasar Implementasi & Kasus, Cetakan Pertama, Udayana
University, Press, Denpasar.
www.balipost.co.id, 4 juli 2012
https://tekno.kompas.com/read/2017/10/27/07285757/3-karyawan-wanita-gugat-uber-atas-tuduhan-
diskriminasi-gender

11

Anda mungkin juga menyukai