Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Ilmu Pengetahuan dan Pendekatan Ilmiah (deduktif, induktif)


1.1.1 Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmu diperoleh dari keterbatasannya (Suriasumantri dan Jujun S, 1984).
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk
dari epistemologi.
Kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm” yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-
masalah sosial, dan lain sebagainya (Suriasumantri dan Jujun S, 1984).
1.1.1.1 Syarat-syarat ilmu
Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai
persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih
dahulu (Suriasumantri dan Jujun S, 1984).
a. Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b. Metodis
Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
“Metodos” yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti cara tertentu yang
digunakan memecahkan masalah.
c. Sistematis
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
d. Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu).
1.1.1.2 Sumber-sumber pengetahuan
Dikelompokkan menjadi lima hal :
1. Pengalaman
Pengalaman adalah sumber informasi yang kuat untuk menggambarkan sesuatu
yang pernah dialami dan mampi memberi jawaban atas berbagai persoalan yang
dihadapi.
2. Wewenang/otoritas
Wewenang dalam hal ini berarti manusia menjadikan orang lain atau objek yang
mempunyai pengalaman atau memiliki sumber keahlian yang dapat dipercaya
sehingga dapat diterima sebagai kebenaran. Kelemahan dari wewenang, yaitu
orang-orang atau objek yang berwenang itu juga bisa salah, juga orang yang
dianggap berwenang itu berbeda pendapat tentang beberapa masalah.
1.1.2 Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan disipliner dan pendekatan ilmu
pengetahuan yang fungsional terhadap masalah tertentu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia; PN Balai Pustaka, 1989). Pendekatan ilmiah wujudnya adalah metode
ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah.
Menurut Checkland (1993), berdasarkan sejarah perkembangan ilmu, didapatkan tiga
karakteristik utama dari pendekatan ilmiah, yaitu:
1. Reductionism
2. Repeatability
3. Refutation
Almack (1939) membuat batasan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan
kebenaran. Dengan demikian, penelitian pada dasarnya adalah proses penerapan
metode ilmiah tersebut yang hasilnya adalah ilmu (kebenaran).
Untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan dapat dilakukan melalui pendekatan ilmiah
seperti berpikir deduktif, induktif, dan reflektif/formatif, serta memahami proses
penyelesaian masalah.
1.1.2.1 Berpikir Deduktif
Deduktif adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke
khusus. Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang
untuk dapat mencapai kesimpulan yang baik. Silogisme terdiri dari tiga pernyataan atau
proposisi, yaitu:
1. Pernyataan pertama disebut premis mayor yang berisi pernyataan yang bersifat
umum.
2. Pernyataan kedua disebut premis minor, sifatnya lebih khusus daripada pernyataan
pertama.
3. Pernyataan ketiga disebut konklusi yang merupakan kesimpulan.
1.1.2.2 Berpikir Induktif
Induksi atau induktif adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir
induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
ditangkap oleh indra. Karena proses berpikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan
indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induktif beranjak dari hal-
hal yang konkret kepada hal-hal yang abstrak (Saryono, 2008).
Proses berpikir induksi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Induksi Sempurna
Terjadi apabila kesimpulan diperoleh dari penjumlahan dari kesimpulan khusus.
Proses berpikir induksi terjadi apabila dalam proses berpikir tersebut menggunakan
hasil pengamatan terhadap seluruh kejadian khusus yang berhubungan dengan satu
hal, karena itu disebut induksi sempurna atau lengkap. Dalam hal ini, proses
berpikir berusaha mengidentifikasi seluruh subjek yang menjadi anggota objek
yang diamati secara satu persatu, kemudian keseluruhan objek itu diidentifikasi
pula keumumannya (kesamaan-kesamaannya dalam sesuatu hal) dan ditarik
kesimpulan umumnya.
2. Induksi Tidak Sempurna
Terjadi apabila kesimpulan diperoleh dari lompatan pernyataan-pernyataan yang
khusus. Hal ini berarti bahwa dasar dari kesimpulan tersebut bukan penjumlahan
dari tiap-tiap subjek yang diamati, melainkan hanya beberapa subjek saja sebagai
sampel (Saryono, 2008).
1.1.2.3 Berpikir Reflektif
Adalah berpikir untuk mengingat kembali terhadap apa yang sudah dilakukan
dalam rangka melakukan instropeksi, refleksi dan sipirit koreksi atas berbagai kualitas
dan cara kerja yang sudah dilakukan dalam kehidupan ini (Saryono, 2008).
Kemampuan berpikir reflektif terdiri atas 5 komponen, yaitu:
1. Recognize or felt difficulty/problem, merasakan dan mengidentifikasikan masalah
2. Location and definition of the problem, membatasi dan merumuskan masalah
3. Suggestion of possible solution, mengajukan beberapa kemungkinan alternatif
solusi pemecahan masalah
4. Rational elaboration of an idea, mengembangkan ide untuk memecahkan masalah
dengan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan
5. Test and formation of conclusion, melakukan tes untuk menguji solusi pemecahan
masalah dan menggunakannya sebagai bahan pertimbangan membuat kesimpulan.

1.2 Pendekatan Non-Ilmiah


Pendekatan non-ilmiah adalah kegiatan manusia dalam usaha mencari ilmu
pengetahuan dan mencari kebenaran, terutama sebelum diketemukannya metode ilmiah,
dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah penemuan ilmu pengetahuan dengan
menggunakan akal sehat (common sense), penemuan ilmu pengetahuan dengan
menggunakan intuisi, penemuan ilmu pengetahuan melalui wahyu, penemuan kebenaran
melalui usaha coba-coba (trial and error), dan lain sebagainya.
Akal sehat (common sense) merupakan konsep atau pandangan umum yang digunakan
oleh manusia secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pada satu sisi akal sehat memang
merupakan suatu kebenaran, tetapi pada sisi yang lain akal sehat dapat menyesatkan
manusia dalam mengambil suatu keputusan.
Wahyu merupakan suatu pengetahuan yang datang secara langsung dari Tuhan, sama
sekali bukan merupakan usaha aktif manusia melalui kegiatan penalaran. Oleh karena itu,
pengetahuan diperoleh melalui wahyu merupakan suatu kebenaran yang bersifat mutlak.
Intuisi juga dapat digunakan sebagai cara untuk menemukan pengetahuan. Intuisi
merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu melalui bisikan hati (Arikunto dan
Suharsina, 2006).
Usaha non-ilmiah lainnya yang dapat ditempuh dalam upaya mencari pengetahuan
adalah usaha coba-coba yang dikenal dengan istilah trial and error, yakni serangkaian
percobaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan menggunakan cara dan materi
yang berbeda-beda. Usaha coba-coba (trial and error) dilaksanakan tanpa menggunakan
metode yang bersifat sistematis. Sehingga usaha coba-coba kurang efisien dan kurang
efektif dalam mencari pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai