Anda di halaman 1dari 17

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS

RPS 11

“Tahapan Pengolahan dan Penyajian Data”

Dosen Pengampu :
Dr. Dra. Desak Ketut Sintaasih, M. Si

Oleh : Kelompok 1
Nama Anggota :
Dyimas Anggoro Ratri Kurniawan ( 1707522041 /04 )
Putu Dikky Mahardika ( 1707522046 / 06 )
Kadek Ery Satya Pranandha ( 1707522051 / 09 )
Abdul Rouf ( 1707522056 / 11 )

Program Studi Sarjana Manajemen Reguler Sudirman


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2019
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berkat petunjuk dan
rahmatnya tugas ini dapat terselesaikan. Tugas ini Tahapan Pengolahan dan Penyajian Data.
Tugas ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai tahapan
pengolahan dan penyajian data sehingga mahasiswa mampu menggunakan kemampuan
tersebut untuk menganalisis dan menilai proposal atau riset peneliti lain, serta mampu
menggunakan dan mensintesakan pengetahuan tersebut dalam rangka menyusun proposal yang
dibuat, dengan baik dan benar.

Penyusunan tugas ini tidak sedikit menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat
dorongan serta doa, maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu. Namun, diharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan.

Denpasar, 13 November 2019

Kelompok 1
Tahapan Pengolahan dan Penyajian Data

A. Editing

Muhammad Teguh dalam bukunya “Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan


Aplikasi” menyatakan editing merupakan kegiatan untuk meneliti kembali rekaman atau
catatan data yang telah dikumpulkan oleh pencari data dalam suatu penelitian, apakah hasil
rekaman data tersebut cukup baik dan dapat dipersiapkan untuk proses lebih lanjut ataukah
rekaman tersebut perlu dilakukan peninjauan kembali agar dapat dipakai untuk proses lebih
lanjut.Proses penyaringan data pertama ini merupakan kunci apakah data yang telah
diperoleh tersebut mampu memberikan keterangan dari bukti-bukti yang cukup dan dapat
diandalkan untuk keperluan pembuktian suatu masalah atau fenomena yang diamati.
Kuncoro dalam bukunya yang berjudul “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”
menyatakan editing adalah proses yang bertujuan agar data yang dikumpulkan memberikan
kejelasan, dapat dibaca, konsisten, dan komplet. Penyunting (editor) akan melihat
ada/tidaknya ambiguitas dalam data yang dikumpulkan. Tulisan tangan yang menimbulkan
salah tafsir perlu diperjelas. Dalam kasus wawancara personal, pewawancara dapat
dipanggil untuk memecahkan masalah penyuntingan. Penyuntingan instrument survey,
karena salah klasifikasi dan salah jawaban, merupakan tanggung jawab penyunting.
Supranto, J. dalam bukunya “Metode Riset: Aplikasinya Dalam Pemasaran” mengatakan
bahwa editing diadakan terhadap kuesioner yang telah diisi, maksudnya ialah untuk mencari
kesalahan-kesalahan di dalam quesioner tersebut, misalnya adanya ketidakserasian
(inconsistency) di dalam pengisian quesioner. Moh. Nazir dalam bukunya “Metode
Penelitian” menjelaskan sejumlah data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu.
Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam record book,
daftar pertanyaan ataupun pada interview guide perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki.
Kerja memperbaiki kualitas data serta menghilangkan data dinamakan dengan mengedit
data.
Menurut Muhammad Teguh, beberapa hal yang perlu diperiksa secara cermat dalam
editing ini, yaitu:
a. Keadaan kelengkapan pengisian jawaban.
b. Keterbacaan tulisan.
c. Kejelasan makna jawaban.
d. Konsistensi jawaban.
e. Relevansi jawaban.
f. Keseragaman satuan data.
Burhan Bungin juga mengatakan bahwa apabila dalam proses editing terdapat
kejanggalan-kejanggalan yang sangat mengganggu pada instrumen dan data yang diperoleh,
artinya ada beberapa kesalahan atau kekurangan informasi yang sangat mengganggu, maka
peneliti atau field worker yang bersangkutan harus melakukan:
a. Kembali ke lapangan untuk menemui sumber data yang bersangkutan.
b. Menyisihkan instrumen tersebut sebagai instrumen yang tak terpakai atau rusak.
c. Melakukan cek silang atau berkonsultasi dengan penelitian lain untuk mengecek
kebenaran data yang terkumpul.
B. Coding

Coding adalah pemberian tanda (berupa angka atau huruf), symbol, dan kode bagi
tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Tujuan coding adalah untuk
mengklasifikasikan jawaban kedalam kategori-kategori yang penting. Ada dua langkah
penting dalam melakukan coding yaitu:
1. Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan
2. Mengalokasikan jawaban individual pada kategori – kategori tersebut.
Kumpulan kategori-kategori ini disebut coding frame dan biasanya sudah dilengkapi
pada pertanyaan tertutup. Coding frame perlu di test dahulu untuk melatih petugas coding
untuk membuka kemungkinan terciptanya coding frame yang lebih baik. Alokasi jawaban
pada kategori di dalam coding fame dapat dilakukan oleh responden dan petugas wawancara
(hanya sebatas pertanyaan tertutup saja), serta oleh petugas coding (tipe pertanyan terbuka
sepenuhnya). Menurut nasir mengemukakan bahwa mengkode adalah menaruh angka pada
tiap jawaban. Untuk dapat memberikan kode pada jawaban perlu diperhatikan:
1. Kode dan jenis pertanyaan
Dalam hal ini perlu diperhatikan jenis pertanyaan, jawaban, atau pertanyaan yang
dapat dibedakan. Jawaban yang berupa angka, jawaban dari pertanyaan tertutup, jawaban
pertanyaan semi terbuka, jawaban pertanyaan terbuka dan jawaban pertanyaan
kombinasi.
a. Bila jawaban berupa angka maka kode yang digunakan adalah angka itu sendiri.
b. Bila jawaban dari pertanyaan tertutup jawabannya sudah disediakan terlebih dahulu
dan responden hanya mengecek sesuai intruksi.
c. Bila jawaban pertanyaan semi terbuka, selain jawaban yang telah ditentukan maka
jawaban lain yang dianggap cocok oleh responden masih diperkenankan untuk
dijawab. Pengkodeannya tersendiri.
d. Bila jawaban pertanyaan terbuka jawaban yang diberikan bersifat bebas jadi terlebih
dahulu dikelompokan jawaban yang sejenis.
e. Bila jawaban pertanyaan kombinasi hamper serupa dan jawaban pertanyaan tertutup.
2. Tempat kode.
Kode dapat dibuat pada kartu tabulasi ataupun daftar pertanyaan itu senri, jika data
diolah dengan computer, kode -kode harus dibuat dalam coding sheet. Setelah editing
selesai, maka jawaban responden diberi kode agar memudahkan dalam menganalisi data.
Pemebrian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban dari jenis pertanyaan
yang diajukan dalam questioner. Pengkodean data dapat dibedakan dalam beberapa hal
yaitu :
1) Pengkodean terhadap jawaban yang berupa angka
Pertanyaan Jawaban Kode
Berapa berat badan anda ? 75kg 75
Berapa penghasilan anda per bulan Rp 1.000.000.00 1.000.000
?
Apabila jawaban berupa angka tersebut terdapat dalam bentuk interval, maka perlu
pengkodean sendiri, seperti.
Pertanyaan Jawaban Kode
Berapa penghasilan anda per bulan a. < 1.000.000 1
? b. 1.000.000 – 2
2.000.000 3
c. > 2.000.000
2) Pengkodean terhadap jawaban dari pertanyaan tertutup
a. Pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden
Pertanyaan Jawaban Kode
Setujukah Anda tentang a. Ya 1
pengiriman wakil Indonesia dalam b. Tidak 0
pemilihan Miss Universe?
b. Pertanyaan dengan jawaban bertingkat
Pertanyaan Jawaban Kode
Apakah Pendidikan terakhir yang a. SD 1
pernah anda tempuh? b. SMP 2
c. SMA 3
d. Diploma 4
e. S-1 5
f. S-2 6
g. S-3 7
3) Pengkodean terhadap jawaban dari pertanyaan semi terbuka
Pertanyaan Jawaban Kode
Jenis siaran olahraga apa yang a. Sepak bola 1
paling anda gemari? b. Bulutangkis 2
c. Tinju 3
d. Tenis 4
e. Bola basket 5
f. Lainnya-(sebutkan) 6
4) Pengkodean terhadap jawaban dari pertanyan terbuka
Pada jenis ini peneliti harus membuat kategorisasi atas jawaban dari
pertanyaan terbuka ini karena variasi jawaban yang diperoleh barangkali cukup
banyak. Untuk membuat kategori jawaban harus memerhatikan beberapa hal, yaitu
a. Perbedaan kategori jawaban harus tegas, agar tidak tumpeng tindih anatar
jawaban yang satu dengan jawaban yang lainnya.
b. Jika terdapat jawaban yang tidak sesuai dengan kategori yang sudah disusun,
maka jawaban itu dikelompokka dalam ‘lain-lain’. Namun persentase jawaban
harus kecil, karena jika terlampaui tinggi banyk informasi yang terbuang.

Berikut contoh pengkodeannya.


Bagaimankah tanggapan Anda tentang tayangan sinetron bertemakan percintaan
remaja di televisi swasta di Indonesia?
a. Sangat baik, karena kita sedang butuh hiburan itu.
b. Cukup baik
c. Kurang baik, karena tidak layak ditonton anak dibawah umur.
d. Tidak tahu
e. Disbanding tahun lalu, sinetron seperti itu tahun ini ini sedikit meningkat.
f. Sinetron seperti itu terlalu sedikit sehinnga membosankan.
g. Perlu penambahan jumlah jam tayang untuk sinetron seperti itu
h. Tidak memberi jawaban.
Kategori jawaban Kode
Sangat baik 1
Baik 2
Cukup baik 3
Kurang baik 4
Tidak ada tanggapan 5
Setelah seluruh data responden dalam daftar pertanyaan diberi kode, maka langkah
berikutnya adalah menyusun buku kode sebagai pedoman untuk memindahkan kode
jawaban responden dalam questioner ke lembaran kode dan sebagai pedoman peneliti
dalam mengidentifkasi variable penelitian yang akan digunakan dalam analisi data
(membaca tabulasi data).

C. Tabulasi yang Didahului Tahapan Entry Data

Data yang dikumpulkan setelah melewati proses editing dan coding langkah
selanjutnya adalah disusun dalam bentuk tabel. Jawaban yang serupa dikelompokkan
dengan cara yang diteliti dan teratur, kemudian dihitung dan dijumlahkan berapa banyak
peristiwa/gejala/item yang termasuk dalam satu kategori. Kegiatan ini dilakukan sampai
terwujud tabel-tabel yang berguna, terutama pada data kuantitatif. Dalam tabulasi, angka-
angka akan dimasukkan dalam satu tabel yang terdiri atas kolom-kolom, maka ada baiknya
bila susunan kolom disusun berdasarkan urutan-urutan susunan yang logid dan tiap-tiap
kepala kolom diberi keterangan yang menyatakan isi kolom yang bersangkutan. Dengan
demikian, dapat dilakukan pencarian hubungan-hubungan yang berarti antara jawaban yang
satu dengan jawaban lainnya, hanya dengan melihat kepada kolom tersebut.
Pengaturan data dapat bermacam-macam seperti pengaturan munurut banyaknya
peristiwa yang terjadi/ jumlah jawaban yang sama (tabel frekuensi) menurut kelompok atau
kelasnya (tabel klasifikasi) atau secara korelatif (tabel korelasi). Jika setelah dibuat
distribusi frekuensi ada kode variabel yang tidak cocok, maka harus dilakukan pembersihan
data. Setelah itu, baru dilanjutkan kedalam analisis berikutnya.
Tabel juga dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu tabel induk, tabel teks dan
tabel frekuensi. Tabel induk adalah tabel yang berisi semua data yang tersedia secara
terperinci untuk melihat kategori data secara keseluruhan. Tabel teks adalah tabel yang
diringkas sesuai dengan keperluan. Tabel ini biasanya dibuat langsung dalam teks dan
digunakan saat membuat penafsiran. Sedangkan tabel frekuensi adalah tabel yang
menyajikan beberapa kali sesuatu hal itu terjadi. Tabel frekuensi ini sering digunakan untuk
mengecek kesesuaian hubungan jawaban antara satu pertanyaan dengan pertanyaan lain
dalam daftar pertanyaan.
Alokasi jawaban pada kategori-kategori dalam coding frame dapat dilakukan oleh
responden, petugas wawancara dan petugas coding yang dapat dilakukan oleh responden
atau petugas wawancara hanya terbatas pada tipe pertanyaan tertutup saja. Dalam tipe
pertanyaan terbuka harus dilakukan sepenuhnya oleh petugas coding sesuai dengan
instrumen coding yang benar-benar spesifik. Moh.Nasir (1998:407) mengemukakan bahwa
mengkode adalah menaruh angka pada tiap jawaban. Untuk dapat memberikan kode pada
jawaban tersebut perlu diperhatikan:
1. Metode dan jenis pertanyaan
a. Dalam hal ini perlu diperhatikan adalah jenis pertanyaan, jawaban atau pertanyaan
yang dapat dibedakan. Jawaban berupa angka, jawaban dari pertanyaan tertutup,
jawaban pertanyaan semi terbuka, jawaban pertanyaan terbuka dan jawaban
pertanyaan kombinasi.
b. Bila jawaban berupa angka maka kode yang digunakan adalah angka itu sendiri
c. Bila jawaban untuk pertanyaan tertutup jawabannya sudah disediakan terlebih dahulu
dan responden hanya mengecek jawaban tersebut sesuai dengan intruksi. Responden
tidak boleh menjawab hal-hal yang berada diluar yang telah ditetapkan
d. Bila jawaban pertanyaan semi terbuka, selain dari jawaban yang telah ditentukan,
maka jawaban yang lain yang dianggap cocok oleh responden masih diperkenankan
untuk dijawab. Jawaban tambahan tersebut perlu diberi kode tersendiri
e. Bila jawaban pertanyaan terbuka, jawaban yang diberikan sifatnya bebas. Untuk
memberi kode, jawaban-jawaban tersebut harus dikategorikan terlebih dahulu atau
dikelompokkan sehingga tiap kelompok berisi jawaban yang sejenis. Kalau masihada
jawaban yang tidak bisa masuk masuk ke kelompok tersebut, dapat dibuatkan
kategori-kategori lain-lain namun tidak boleh terlalu banyak dan juga perlu diingat
jawaban pertanyaan tidak boleh tumpang tindih.
f. Bila jawaban kombinasi, hampir serupa dan jawaban pertanyaan tertutup. Selain ada
jawaban yang jelas, responden masih dapat menjawab kombinasi dari beberapa
jawaban.

Tabel Keadaan tempat tinggal mahasiswa FEB UNUD (100) responden


Banyak
NO Keterangan (Jumlah) Presentase
1. Tempat Tinggal
a. Ikut Orang Tua 45 45
b. Ikut Keluarga 10 10
c. Indekos 20 20
d. Sewa Kamar dan masak Sendiri 25 25

2. Situasi Rumah
a. Baik 60 60
b. Cukup 30 30
c. Kurang 10 10

3. Penerangan Bentuk Belajar


a. Listrik 90 90
b. Lampu Pompa 5 5
c. Lampu Minyak 5 5
Tabel pemilikan pesawat TV menurut lebar layar
Ukuran Layar (inches) Jumlah (orang) Presentase (%)
12 atau kuran 55 22
14 60 24
17 45 18
20 70 28
24 atau lebih 20 8
Jumlah 250 100

2. Penyajian Data
Data setelah dikumpulkan dapat disajikan dengan menggunakan tabel frekuensi baik
dengan frekuensi tunggal maupun tabulasi silang. Tabel tentang kepemilikan pesawat TV
pada pembahasan sebelumnya adalah contoh distribusi tunggal. Selain dalam bentuk
tabel data juga dapat disajikan dalam bentuk gambar/grafik. Contohnya yaitu histogram,
poligon, dll.
Dalam tabulasi dilang setiap kesatuan dapat dipecah lebih lanjut menjadi dua atau tiga.
Setiap penambahan variabel baru kedalam tabulasi dilang akan memberikan keterangan
lebih baik terhadap data yang diolah, tetapi akan lebih sukar (complicated).
Tabel Tabulasi Silang (Cross Tabulation).
Hasil penilaian mahasiswa berdasarkan semester terhadap kebersihan lingkungan
kampus
Penilaian Semester I-III Semester IV-VII >Semester VIII Jumlah
Bersih 100 120 80 300
Cukup 60 40 20 120
Kotor 25 15 10 50
Tidak Menjawab 15 7 8 30
Jumlah 200 182 118 500

Tabel Keberadaan atau Sebaran dari jumlah restoran dan rumah makan di
Kabupaten Badung

Dari tabel diatas dapat pula dilihat abhwa Kecamatan Kuta Selatan memiliki jumlah
sebarang yang paling tinggi diantara kecamatan-kecamatan yang lainnya, dan berbanding
tipis dengan Kecamatan Kuta. Hal ini disebabkan kecamatan Kuta Selatan dan Kecamatan
Kuta merupakan kawasan pariwisata di wilayah Badung Selatan dengan objek wisatanya
seperti Nusa Dua, Uluwatu, Pantai Kuta sehingga banyak di kawasan tersebut dibangun
sarana-sarana penunjang pariwisata atau sarana akomodasi pariwisata, salah satunya
adalah restoran dan rumah makan. Di sepanjang kawasan pariwisata tersebut juga banyak
dijumpai restoran dan rumah makan yang menyajikan makanan Tradisional Bali.
Esensi Makanan Tradisional Bali

Yang Menyajikan Makanan


Tradisional Bali Menurut Jumlah Restoran Persentase (%)
Kecamatan di Kab.Badung (Buah)
Wilayah/Kecamatan
Kuta Selatan 36 42,35
Kuta 35 41,18
Kuta Utara 12 14,12
Mengwi 2 2,35
Abian Semal - -
Petang - -
Total 85 100

Makanan tradisional Bali adalah salah satu warisan nenek moyang masyarakat
Baliyang perlu dilestarikan dan tentunya keberadaannya diharapkan memberikan manfaat
bagi daerah Bali yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber
pendapatan daerahnya. Adapun dari hasil penelitian di lapangan terhadap esensi atau
manfaat makanan tradisional Bali dilihat dari sisi pengusaha, masyarakat dan pemerintah
adalah sebagai berikut:
1. Pengusaha Restoran dan Rumah Makan
a. Sebagai produk unggulan yang ditawarkan kepada wisatawan.
b. Sebagai image/ciri khas dari restoran/rumah makan yang bersangkutan.
c. Sebagai wadah atau sarana untuk melestarikan budaya Bali dari segi makanan
tradisionalnya.
d. Sebagai alat untuk mempromosikan usaha restoran/rumah makan kepada khalayak
umum.
e. Sebagai tempat untuk menambah pengetahuan bagi orang-orang yang ingin
mengetahui dan belajar tentang makanan tradisional Bali.
2. Pemerintah Daerah
a. Sebagai warisan budaya daerah
b. Sebagai salah satu alat untuk memperkenalkan dan mempromosikan budaya Bali di
mata daerah dan Negara lain.
c. Sebagai sumber penghasilan daerah dari pendapatan pajak usaha restoran/rumah
makan.
d. Sebagai salah satu produk yang dapat dijual kepada wisatawan dan menunjang
perkembangan kepariwisataan Bali.
e. Sebagai bahan pelajaran keterampilan, pengetahuan dan penelitian.
f. Membuka lapangan pekerjaan khususnya dalam bidang jasa boga.
3. Masyarakat
a. Memberikan pengetahuan kepada generasi muda tentang masakan tradisional yang
dimiliki daerah Bali.
b. Menambah khasanah menu masakan bagi masyarakat
c. Sebagai peluang untuk membuka usaha rumah makan
d. Sebagai sumber untuk mendapatkan keterampilan,pengetahuan memasak dan
pekerjaan
e. Sebagai sarana untuk bernostalgia tentang kehidupan tradisional masyarakat Bali
f. Sebagai ciri khas daerah.
D. Penyajian Data (Tabel dan Grafik)

Data dapat disajikan dalam bentuk tabel, baik tabel frekuensi tunggal maupun
tabulasi silang. Selain dalam bentuk tabel, data juga dapat disajikan dalam bentuk
gambar/grafik. Dalam tabulasi silang, setiap kesatuan data dipecah lebih lanjut menjadi dua
atau tiga.
Penyajian Data Tabel
Penyajian data menggunakan tabel adalah penyusunan data untuk memudahkan
membaca dan menganalisis data. Data mentah berserakan ditata dan diatur dalam sebuah
tabel. Berdasarkan cara penyajiannya, tabel dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
sebagai berikut:
a. Tabel baris dan kolom

Berdasarkan data pada tabel 1 tentang keadaan perabot ruangan kegiatan bermain bebas di
TK Abadi Kota Gorontalo, menunjukkan adanya kesediaan beberapa jenis perabot yang
dibutuhkan misalnya karpet, lemari tempat mainan, meja untuk menempatkan mainan, dan
lain-lain.
b. Tabel Distribusi Frekuensi
Tabel ini dibagi menjadi dua yaitu tabel distribusi frekuensi tunggal dan bergolong. Tabel
distribusi frekuensi tunggal adalah tabel yang digunakan untuk menyusun distribusi data
dalam frekuensi dengan distribusi yang bersifat tunggal. Contohnya adalah sebagai berikut:
c. Penyajian Data Grafik
Penyajian data dalam bentuk grafik umumnya lebih menarik perhatian dan
mengesankan. Penyajian data secara grafis mempunyai berbagai fungsi. Sebagaimana
dikemukakan bahwa penyajian data dalam bentuk grafik adalah menggambarkan data
secara visual dalam sebuah gambar. Penyajian data dalam bentuk grafis lebih mudah
dibaca daripada deretan data mentah.
Penggambaran data dalam sebuah grafik dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai ejnis grafik tergantung sifat datanya. Bila data yang hendak disajikan
merupakan data nominal, maka penyajian data menggunakan grafik berupa batang,
lambing, atau garis. Sedangkan bila data bersifat kontinum maka penyajian data
biasanya menggunakan histogram, polygon, dan kurva
a) Grafik batang
Grafik yang menggambarkan data menggunakan batang. Contohnya adalah
sebagai berikut :

b) Grafik lambing
Penyajian data dengan menggambarkan data menggunakan lambang dari data yang
dijelaskannya. Misalnya data pendduk digambarkan dengan gambar manusia, data
hasil panen digambarkan dengan ikatan padi. Dalam menggambarkan lambing,
grafik lambing menyertakan keterangan unit untuk setiap satu gambar.
c) Grafik garis
Grafik garis juga sering disebut juga peta garis atau kurva, merupakan bentuk
penyajian yang paling banyak dipakai dalam berbagai laporan perusahaan maupun
penelitian ilmiah. Salah satu bentuk data yang dapat diklasifikasikan secara
kronologis adalah data deret berkala.
d) Grafik lingkaran
Penyajian berbagai data yang ebsarnya berbeda dalam diagram yang sama,
merupakan suatau prosedur yang meragukan. Mengingat lingkaran terdiri atas 360
derajat, makan 3,6 derajat berarti melambangkan persentase sebesar 1%.

Berbeda dengan data nominal, data kontinum tidak dapat dipisahkan lepas satu
sama lain secara eksklusif.

a) Histogram
Histogram adalah penyajian data kontinum dengan menggambarkannya dengan batang
histogram.
b) Polygon
Polygon adalah grafik untuk menggambarkan data dengan menghubungkan titik-titik
tengah batang histogram.
c) Kurva
Kurva juga digambarkan dengan menghubungkan titik-titik tengah batang histogram.
Bedanya polygon berbentuk garis patah-patah, sedangkan kurva garis-garis itu
dihaluskan.pada data nominal, penyajian data dapat menggunakan grafik batang,
lambing, garis atau lingkaran. Pada data kontinum penyajian data menggunakan
histogram, polygon atau kurva.
KESIMPULAN

Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum dilaksanakan dengan melalui tahap
memeriksa (editing), proses pemberian identitas (coding), proses pembeberan (tabulating) dan
penyajian data. Yang perlu diperiksa dalam editing ini yaitu, keadaan kelengkapan pengisian
jawaban, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, konsistensi jawaban, relevansi
jawaban, keseragaman satuan data. Terdapat dua langkah penting dalam coding yaitu,
menentukan kategori-kategori yang akan digunakan dan mengalokasikan jawaban individual
pada kategori – kategori tersebut. Dalam tabulasi, ada baiknya bila susunan kolom disusun
berdasarkan urutan-urutan susunan yang logis dan tiap-tiap kepala kolom diberi keterangan
yang menyatakan isi kolom yang bersangkutan. Penyajian data tabel berdasarkan cara
penyajiannya yaitu, tabel baris dan kolom, tabel distribusi frekuensi (tabel ini dibagi menjadi
dua yaitu tabel distribusi frekuensi tunggal dan bergolong), dan penyajian data dalam bentuk
grafik (bila data yang disajikan data nominal, maka menggunakan grafik berupa batang,
lambing, atau garis, sedangkan bila data bersifat kontinum maka menggunakan histogram,
polygon, dan kurva).
DAFTAR PUSTAKA

Rahyuda,ketut.2016.Metode Penelitian Bisnis. Denpasar: Udayana University Press

Anda mungkin juga menyukai