INVENTORY MANAGEMENT
Oleh Kelompok 8:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah...........................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1. Just In Case Inventory Management - Economic Order Quantity (EOQ)..................3
2.2. Just In Time Inventory Management...........................................................................7
2.3. Konsep Constrained Optimization (Optimisasi Terkendala).......................................9
2.4. Teori Kendala atau Theory Of Constraints (TOC)....................................................10
BAB III.....................................................................................................................................15
PENUTUP................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah
persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi
maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian
persediaan adalah agar perusahaan selalu mempunyai persediaan dalam jumlah yang
tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu yang telah ditentukan
sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu). Usaha untuk mencapai
tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu jangan sampai biaya-
biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun
terlalu sedikit akan menimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan
terlalu banyak, maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya-
biaya yang terjadi karena perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya
yang tertanam dalam persediaan, biaya modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan
atas dana yang tertanam dalam persediaan), sewa gudang, biaya administrasi
pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya pemeliharaan
persediaan, biaya kerusakan/kehilangan, Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit
akan menimbulkan biaya akibat kekurangan persediaan yang biasa disebut stock out
cost.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Just In Case Inventory Management - Economic Order
Quantity (EOQ)? Dan bagaimana contoh perhitungannya?
2. Apakah pengertian dari Just In Time Inventory Management?
3. Bagaimanakah konsep Constrained Optimization (Optimisasi Terkendala)?
4. Bagaimana perkembangan Teori Kendala atau Theory Of Constraints (TOC)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
menerapkan kedua sistem tersebut perusahaan berharap semua permintaan
customer dapat terpenuhi tetapi resiko rusaknya barang/inventory juga minim.
2.1.2. (Economical Order Quantity = EOQ)
EOQ atau jumlah pembelian yang paling ekonomis merupakan jumlah
setiap kali pembelian bahan yang disertai biaya minimal = jumlah pembelian
bahan yang paling ekonomis
Economic order quantity adalah tingkat persediaan yang meminimalkan
total biaya menyimpan persediaan dan biaya pemesanan. Ini adalah salah satu
model tertua penjadwalan produksi klasik. Kerangka kerja yang digunakan
untuk menentukan kuantitas pesanan ini juga dikenal sebagai Wilson EOQ
Model atau Wilson Formula. Model ini dikembangkan oleh FW Harris pada
tahun 1913, tetapi RH Wilson, seorang konsultan yang diterapkan secara
ekstensif, diberikan pada awal kredit untuk mendalam analisisnya itu.
- EOQ terdiri dari :
1) Biaya pemesanan (ordering cost/set up cost) adalah semua biaya dari
persiapan pemesanan sampai barang yang dipesan datang. Sifat : konstan,
tidak tergantung pada jumlah barang yang dipesan. Biaya-biaya ini
adalah :
a) biaya persiapan pemesanan
b) biaya mengirim atau menugaskan karyawan untuk melakukan
pemesanan.
c) biaya saat penerimaan bahan yang dipesan
d) biaya penyelesaian pembayaran pemesanan.
2) Biaya Penyimpanan di Gudang (Inventory Carrying Cost) terdiri dari :
a) biaya sewa gudang.
b) biaya pemeliharaan bahan
c) biaya asuransi bahan
d) biaya TK di gudang
e) biaya kerusakan bahan baku
4
Rumus Economic Order Quantity (EOQ)
Rumus Perhitungan Economic Order Quantity atau EOQ tersebut adalah sebagai
berikut : (dikutip dari buku Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, T. Hani
Handoko, 2011:340)
Dimana :
D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = Biaya Pemesanan (Persiapan pesanan dan Penyimpanan mesin) per pesanan
H = Biaya Penyimpanan per unit per tahun
Model EOQ ini dapat diterapkan apabila anggapan-anggapan berikut ini dipenuhi :
1) Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui (deterministik).
2) Harga per unit produk adalah konstan.
3) Biaya Penyimpanan per unit per tahun (H) adalah Konstan.
4) Biaya Pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.
5) Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (Lead Time, L)
adalah Konstan.
6) Tidak terjadi kekurangan barang atau “Back Orders”.
5
sebanyak 298 hari. Lead Time atau Waktu tunggu untuk pengiriman Adaptor tersebut
adalah selama 10 hari.
Dari Contoh kasus tersebut, kita dapat menghitung :
1) EOQ atau Jumlah Pemesanan Ekonomisnya.
2) Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang tersebut.
3) Frekuensi terbaik untuk menempatkan pesanan tersebut dalam 1 tahun.
4) Durasi EOQ akan habis dikonsumsi oleh perusahaan.
5) Titik pemesanan kembali atau Reorder Point.
6) Bagan Persediaan Perusahaan pada Adaptor tersebut.
Diketahui :
S = Rp. 200,- per pesanan
D = 60.000 unit per tahun
H = Rp. 0,5,- per unit/tahun
L = 10 hari
L = 14 hari
Penyelesaian :
1. Jumlah Pemesanan Ekonomis (Economic Order Quantity / EOQ) :
2. Cara Menghitung Biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan
barang tersebut.
TC = (HxQ/2) + (S.D/Q)
TC = (0,5 x 6.928 / 2) + (200 x 60.000/6.928)
TC = Rp. 1.732 + Rp. 1.732
TC = Rp. 3.464,-
6
3. Cara Menghitung Frekuensi terbaik untuk menempatkan pesanan tersebut dalam 1
tahun.
Frekuensi Pemesanan per Tahun = D/Q
Frekuensi Pemesanan per Tahun =60.000/6.928 = 8,66 atau 9 kali.
4. Cara Menghitung durasi habisnya EOQ.
Durasi habis EOQ = 298/9 = 33 hari.
5. Cara Menghitung Reorder Point atau Titik pemesanan kembali
Reorder Point = L x D / Hari kerja setahun
Reorder Point = 10 x 60.000 / 298 = 2,013
6. Bagan Persediaan Perusahaan pada Adaptor
7
Dengan demikian Stock Level atau tingkat persedian bahan baku, bahan pendukung,
komponen, bahan semi jadi (WIP atau Work In Progress) dan juga barang jadi akan
dijaga pada tingkat atau jumlah yang paling minimum. Hal ini dapat membantu
perusahaan dalam mengoptimalkan Cash Flow dan menghindari biaya-biaya yang akan
terjadi akibat kelebihan bahan baku dan barang jadi.
Dalam menjalankan sistem produksi Just In Time atau sistem produksi JIT ini,
diperlukan ketelitian dalam merencanakan jadwal-jadwal produksi mulai jadwal
pembelian bahan produksi, jadwal penerimaan bahan produksi, jadwal jalannya
produksi, jadwal kesiapan produk hingga ke jadwal pengiriman barang jadi. Pada
umumnya, perusahaan-perusahaan manufakturing modern saat ini menggunakan
berbagai perangkat lunak (Software) yang canggih dalam merencanakan jadwal produksi
yang didalamnya juga termasuk mengeluarkan pesanan pembelian (purchase order) dan
pengendalian jumlah persedian (Inventory). Software Produksi tersebut juga dapat
melakukan penukaran informasi mulai dari Pemasok (vendor) hingga ke Pelanggan
(Customer) melalui Electronic Data Interchange (EDI) untuk memastikan kebenaran
sampai ke data-data yang paling rinci (detail).
Kebenaran dan ketepatan waktu pengiriman bahan-bahan produksi sangat
diperlukan dalam Sistem Produksi Just In Time ini. Contoh pada sebuah perusahaan
manufaktur Handphone, perusahaan tersebut harus dapat menerima model LCD display
yang benar dan dalam jumlah yang dibutuhkan untuk satu hari produksi, pemasok LCD
Display tersebut diharapkan untuk dapat mengirimkannya dan tiba di gudang produksi
dalam batas waktu yang sangat singkat. Sistem permintaan bahan-bahan Produksi
demikian biasanya disebut dengan “Pull System” atau “Sistem Tarik”.
11
2) Kendala pasar (market resource). Kendala yang merupakan tingkat minimal dan
maksimal dari penjualan yang mungkin selama dalam periode perencanaan.
3) Kendala keseimbangan (balanced constraint). Diidentifikasi sebagai produksi dalam
siklus produksi.
Theory of Constraint (TOC) mengakui bahwa kinerja setiap perusahaan dibatasi oleh
kendala-kendalanya, yang kemudian mengembangkan pendekatan kendala untuk
mendukung tujuan, yaitu kemajuan terus-menerus suatu perusahaan (continious
improvement). Teori ini memfokuskan diri pada tiga ukuran yaitu:
1) Throughput, adalah suatu ukuran dimana suatu perusahaan menghasilkan uang
melalui penjualan.
2) Persediaan, adalah semua dana yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah
bahan baku mentah melalui throughput. Bahan persediaan dalam TOC merupakan
semua aktiva yang dimiliki dan terrsedia secara potensial untuk penjualan.
3) Biaya-biaya operasional, yang dikeluarkan perusahaan untuk mengubah
persediaan menjadi throughput. Biaya operasi ini terjadi untuk mendukung dan
mengoptimalkan throughput dalam kendala.
TOC memiliki argumen bahwa penurunan persediaan akan meningkatkan daya saing
perusahaan, karena dengan menurunkan persediaan, akan diperoleh produk yang lebih
baik, harga yang lebih rendah, dan tanggapan yang lebih cepat terhadap kebutuhan
pelanggan Penerapan TOC dapat membantu manajer dalam meningkatkan laba dan juga
penjualan produk atau jasa yang berkualitas serta pemenuhan permintaan yang tepat
waktu sehingga perusahaan mampu beroperasi secara efisien dan efektif.
- 5 (Lima) Langkah dalam TOC
Dalam mengimplementasikan ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan, Goldratt
mengembangkan 5 (lima) langkah yang berurutan supaya proses perbaikan lebih
fokus dan berakibat lebih baik bagi sistem. Langkah-langkah tersebut adalah:
1) Identifikasi konstrain sistem (identifying the constraint). Mengidentifikasi bagian
system manakah yang paling lemah kemudian melihat kelemahanya apakah
kelemahan fisik atau kebijakan.
2) Eksploitasi konstrain (exploiting the constraint). Menentukan cara menghilangkan
atau mengelola constraint dengan biaya yang paling rendah.
3) Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources). Setelah
menemukan konstrain dan telah diputuskan bagaimana mengelola konstrain
tersebut maka harus mengevaluasi apakah kostrain tersebut masih menjadi
12
kostrain pada performansi system atau tidak. Jika tidak maka akan menuju ke
langkah kelima, tetapi jika yam aka akan menuju ke langkah keempat.
4) Evaluasi konstrain (Elevating the constraint). Jika langkah ini dilakukan, maka
langkah kedua dan ketiga tidak berhasil menangani konstrain. Maka harus ada
perubahan besar dalam sistem, seperti reorganisasi, perbaikan modal, atau
modifikasi substansi system.
5) Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process). Jika langkah ketiga dan
keempat telah berhasil dilakukan maka akan mengulangi lagi dari langkah
pertama. Proses ini akan berputar sebagai siklus. Tetap waspada bahwa suatu
solusi dapat menimbulkan konstrain baru perlu dilakukan.
Selain memperhatikan lima tahap penerapan TOC diatas, perlu diperhatikan pula
sepuluh prinsip dasar TOC. Kesepuluh prisnsip dasar tersebut adalah:
1) Seimbangkan aliran produksi, bukan kapasitas produksi. Diasumsikan perusahaan
memiliki kapasitas tidak seimbang dengan jumlah permintaan pasar (demand)
karena keseimbangan kapasitas menghambat pencapaian tujuan (goal) perusahaan.
2) Tingkat utilitas non bottleneck tidak ditentukan oleh potensi stasiun kerja tersebut
tetapi oleh stasiun kerja bottleneck atau sumber kritis lainnya. Hanya stasiun kerja
yang mengalami bottleneck yang perlu dijalankan dengan utilitas 100 %.
3) Aktivitas tidak selalu sama dengan utilitas. Menjalankan non bottleneck dapat
mengakibatkan bertumpuknya work in process (buffer) dalam jumlah yang
berlebihan.
4) Satu jam kehilangan pada bottleneck merupakan satu jam kehilangan sistem
keseluruhan.
5) Satu jam penghematan pada non bottleneck merupakan suatu fatamorgana.
6) Bottleneck mempengaruhi throughput dan inventory.
7) Batch transfer tidak selalu sama jumlahnya dengan batch proses.
8) Batch proses sebaiknya tidak tetap (variabel).
9) Penjadwalan (kapasitas & prioritas) dilakukan dengan memperhatikan semua
kendala (constraint) yang ada secara simultan.
10) Jumlah optimum lokal tidak sama dengan optimum keseluruhan (total).
Pengukuran performansi dilihat sebagai satu kesatuan berdasarkan pemasukan
bahan baku dan hasil produk jadi.
- Hubungan TOC dan JIT (Just In Time)
13
Tujuan utama seorang manajer menggunakan JIT dalam perusahaan yaitu
untuk mengurangi waktu yang digunakan produk dalam pabrik. Jika total produksi
turun, maka akan terjadi penurunan pula pada biaya, hal ini dikarenakan lebih
sedikitnya persediaan yang harus dibiayai, disimpan, dikelola, dan diamankan.
Dengan JIT, waktu dapat diminimalisasi terhadap throughput produk yaitu total
produksi sampai pada saat barang dikirim. Oleh karena itu, waktu throughput
(throughput time) merupakan jumlah dari waktu proses, waktu tunggu, waktu
pemindahan, waktu inspeksi. Yang merupakan waktu throughput yang mencakup
penurunan persediaan dalam proses, akan mengarahkan pada hal-hal berikut ini:
Menurunkan biaya modal dalam persediaan.
Mengurangi biaya overhead untuk pemindahan bahan.
Mengurangi resiko keusangan.
Meningkatkan daya tanggap bagi pelanggan dan mengurangi waktu pengiriman.
14
pelanggan. ABC umumnya digunakan oleh perusahaan dengan menggunakan metode
manajemen biaya seperti biaya target (target costing) dan TOC.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Persediaan atau Inventory dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu atau
sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap
pemenuhan permintaan. Persediaan dapat juga diartikan sebagai sumber daya yang
menganggur (idle resource) pada suatu organisasi. Di Produksi, Persediaan dapat
didefinisikan juga sebagai sekumpulan produk fisik pada berbagai tahap proses
transformasi, mulai dari bahan mentah ke barang dalam proses hingga pada barang
jadi yang siap untuk dikirimkan ke pelanggan.
Persediaan dalam perusahaan manufaktur pada umumnya meliputi bahan-
bahan mentah (Raw Materials), barang-barang dalam proses (WIP), bahan-bahan
pembantu/pelengkap (sub materials), komponen-komponen hasil rakitan dari
perusahaan lain maupun perusahaannya sendiri (assembled components/modules) dan
juga persediaan pada produk-produk akhir/barang jadi (Finished Goods). Namun
banyak juga perusahaan atau organisasi yang memasukan uang, ruangan yang belum
ditempati (space), tenaga kerja, mesin, suku cadang dan peralatan sebagai persediaan
untuk memenuhi permintaan pelanggan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Andy Bahrudin. 2016. Teknik Optimisasi. andynogosari.blogspot.co.id [diakses tanggal
4 April 2018]
Budi Kho. 2016. Inventory Management. https://ilmumanajemenindustri.com [diakes
tanggal 4 April 2018]
Eddy Herjanto. Manajemen Operasi (Edisi 3). Grasindo.
Zahir Banyuwangi. 2017. Perbedaan Metode Economic Order Quality (EOQ) dengan
Metode Just In Time (JIT). https://zahiraccountingbanyuwangi.wordpress.com [diakses
tanggal 4 April 2018]
17