Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KEUANGAN

LAPORAN
OBLIGASI DAN VALUASINYA

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Marsa Nurlita Wijayanti, SE (16911041)
Anissa Mutiara Rizqi P, S.T (16911045)
KELAS D

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017
A. Pengertian Obligasi

Obligasi (Bond) adalah kontrak jangka panjang di mana peminjam dana setuju untuk
membayar bunga dan pokok pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi
tersebut. Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk
membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga pinjaman dalam kurun waktu
tertentu yang sudah disepakati oleh pihak yang bersangkutan Jogiyanto (2003). Menurut
Moechdie dan Ramelan (2012), Obligasi adalah salah satu jenis utang. Secara umum obligasi
adalah surat tanda utang jangka panjang. Menurut konvensi yang berlaku di Indonesia, surat
utang dengan tenor di atas 5 (lima) tahun disebut obligasi, meskipun beberapa surat hutang
bertenor 3 (tiga) tahun yang diterbitkan perusahaan pembiayaan dipasarkan dan dicatat
sebagai obligasi. kebanyakan obligasi yang di Indonesia bertenor 5 (lima) tahun dan paling
panjang adalah 30 (tiga puluh) tahun. Obligasi merupakan alternatif pendanaan melalui
hutang yang menarik bagi perusahaan atau pemerintah karena pada umumnya obligasi
memiliki jatuh tempo yang panjang dan relatif murah karena merupakan hutang yang secara
langsung kepada masyarakat (supplier modal). Obligasi yang baru diterbitkan biasanya dijual
sama atau mendekati nilai nominalnya. Hal ini disebabkan karena bunga obligasi yang
diberikan hampir sama dengan suku bunga yang berlaku di pasar yang maksudnya tingkat
keuntungan yang diisyaratkan investor pada suatu obligasi. Tinggi rendahnya tingkat
keuntungan yang diisyaratkan oleh investor pada obligasi ini bergantung pada risiko
kegagalan obligasi yang diperkirakan oleh investor. Jika bunga obligasi lebih tinggi dari
tingkat bunga yang berlaku di pasar, harga (nilai) obligasi lebih tinggi dari nilai nominalnya.
Sebaliknya jika bunga obligasi lebih rendah dari tingkat bunga yang berlaku di pasar saham,
harga (nilai) obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya. Obligasi yang dijual dibawah nilai
nominalnya disebut obligasi diskon (discount bond) dan obligasi yang dijual diatas nilai
nominalnya disebut obligasi premi (premium bond) Sjahrial (2009)

B. Pihak yang Menerbitkan Obligasi

Investor memiliki banyak pilihan ketika berinvestasi pada obligasi, tetapi obligasi dapat
diklasifikasikan menjadi empat jenis utama, yaitu : obligasi pemerintah, obligasi
perusahaaan, obligasi pemerintah daerah dan obligasi luar negeri. Setiap jenis tersebut
berbeda dalam hal tingka pengembaliaan serta tingkat risiko yang diperkirakan.
Obligasi pemerintah federal adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah federal.
Sangatlah beralasan untuk mengasumsikan bahwa pemerintah federal akan menepati
pembayaran yang dijanjikannya, sehingga obligasi ini tidak memiliki risiko gagal bayar.
Tetapi, harga obligasi pemerintah mengalami penurunan jika tingkat suku bunga meningkat,
sehingga dapat dikatakan bahwa obligasi ini tidak benar-benar bebas dari segala risiko.
Obligasi perusahaan sesuai dengan namanya adalah obligasi yang diterbitkan oleh
perusahaan. Tidak seperti obligasi pemerintah, obligasi perusahaan memiliki risiko gagal
bayar. Jika perusahaan yang menerbitkannya mengalami masalah, maka mungkin saja
perusahaan tersebut tidak dapat membayar bunga dan pokok pinjaman yang dijanjikannya.
Obligasi perusahaan yang berbeda memiliki tingkat risiko gagal bayar yang juga berbeda,
tergantung pada karakteristik perusahaan yang menerbitkan serta ketentuan dari obligasi itu
sendiri. Risiko gagal bayar sering kali disebut sebagai risiko kredit, semakin tinggi tingkat
risiko maka semakin tinggi pula tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan yang
menerbitkannya. Obligasi pemerintah daerah adalah obligasi yang diterbitkan oleh
pemerintah Negara atau pemerintah local. Sebagaimana halnya dengan obligasi perusahaan,
obligasi pemerintah daerah juga memiliki risiko gagal bayar. Tetapi, obligasi ini menawarkan
satu keunggulan utama dibandingkan dengan jenis-jenis obligasi lainnya. Keunggulan
tersebut adalah bahwa bunga yang diperoleh atas kebanyakan obligasi pemerintah daerah
bersifat bebas pajak, baik dari pajak pemerintah pusat maupun dari pajak pemerintah Negara
bagian jika pemegang obligasi tersebut merupakan penduduk dari Negara bagian yang
menerbitkan obligasi itu. Akibatnya, obligasi pemerintah daerah memiliki tingkat bunga yang
jauh lebih rendah disbanding dengan tingkat bunga obligasi perusahaan yang memiliki
tingkat risiko gagal bayar yang sama. Obligasi luar negeri adalah obligasi yang diterbitkan
oleh pemerintah luar atau perusahaan asing. Obligasi perusahaan asing, juga memiliki risiko
gagal bayar demikian halnya dengan beberapa obligasi pemerintah luar negeri. Risiko
tambahan muncul jika obligasi tersebut adalah dalam mata uang selain mata uang dari Negara
investor. Brigham dan Ehrhardt (2005)

C. Karakteristik Utama Obligasi


- Nilai pari (par value)
Nilai pari atau par value adalah nilai nominal yang dinyatakan pada suatu obligasi. Biasanya
nilai pari ini dibayarkan kembali pada saat waktu jatuh tempo suatu obligasi. Brigham dan
Ehrhardt (2005)

- Tingkat Bunga Kupon

Pembayaran kupon adalah jumlah yang ditentukan untuk dibayar setiap periodenya, umunya
setiap enam bulan sekali. Jika pembayaran kupon ini dibagi dengan nilai parinya maka akan
diperoleh tingkat bunga kupon. Tingkat bunga kupon adalah tingkat bunga tahunan yang
dinyatakan dalam suatu obligasi.

- Tanggal Jatuh Tempo

Tanggal jatuh tempo merupakan tanggal tertentu dimana nilai pari dari suatu obligasi harus
dibayarkan kembali. Sedangkan waktu jatuh tempo awal adalah jumlah tahun hingga tanggal
jatuh tempo sejak obligasi itu diterbitkan.

- Provisi Penebusan

Banyak obligasi perusahaan yang memiliki provisi penebusan, Provisi penebusan merupakan
provisi dalam kontrak obligasi yang memberi pihak penerbitnya hak untuk menebus obligasi
dengan syarat-syarat tertentu sebelum tanggal jatuh tempo.

- Dana Pelunasan

Beberapa obligasi juga memiliki provisi dana pelunasan yang memfasilitasi pembayaran
kembali penerbitan obligasi secara tertib. Perusahaan mungkin, tetapi jarang sekali terjadi,
diharuskan untuk mendepositokan sejumlah uang kepada seseorang pengawas keuangan yang
selanjutnya akan menginvestasikan uang tersebut dan kemudian menggunakan jumlah yang
terakumulasi untuk membayar obligasi ketika obligasi tersebut jatuh tempo. Provisi
penebusan sendiri adalah provisi dalam sebuah kontrak obligasi yang mengharuskan emiten
setiap tahun membayar kembali sebagian dari obligasi yang diterbitkan.
D. Obligasi Berdasarkan Sistem Pembayaran Bunga

Obligasi suku bunga mengambang atau biasa juga disebut dengan Floating rate note
(FRN) memiliki kupon yang perhitungan besaran bunganya mengacu pada suatu indeks pasar
uang seperti LIBOR atau Euribor.
Junk bond atau "obligasi berimbal hasil tinggi" adalah obligasi yang memiliki peringkat
dibahah peringkat investasi yang diberikan oleh lembaga pemeringkat kredit. Oleh karena
obligasi jenis ini memiliki risiko yang cukup tinggi maka investor mengharapkan suatu imbal
hasil yang lebih tinggi.
Obligasi tanpa bunga atau lebih dikenal dengan istilah (zero coupon bond) adalah obligasi
yang tidak memberikan pembayaran bunga. Obligasi ini diperdagangkan dengan pemberian
potongan harga dari nilai pari. Pemegang obligasi menerima secara penuh pokok hutang pada
saat jatuh tempo obligasi.

E. Imbal Hasil Obligasi

Perubahan harga obligasi di pasar sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga dan
persepsi terhadap resiko. Harga obligasi di pasar modal dapat lebih tinggi atau lebih rendah
dari nilai parinya. Berinvestasi pada obligasi tidak hanya memberikan keuntungan dari
pembayaran bunga tetap (kupon), tapi Anda juga memiliki peluang untuk medapatkan
keuntungan dari capital gain (selisih harga beli dan jual). Suatu obligasi dapat
diperjualbelikan setiap saat (sebelum jatuh tempo) dengan harga yang lebih atau kurang dari
nilai parinya, tergantung kondisi pasar. Siapa yang memiliki obligasi pada saat jatuh tempo
akan mendapatkan pembayaran kembali sejumlah nilai pari tersebut. Harga-harga obligasi
dapat berfluktuatif oleh karena beberapa hal, seperti : tingkat bunga yang dibayar obligasi,
tingkat kepastian pembayaran kembali atau kondisi ekonomi secara keseluruhan terutama
tingkat inflasi yang mempengaruhi tingkat suku bunga bank. Umumnya nilai kupon obligasi
akan lebih tinggi dibandingkan dengan bunga deposito, tetapi lebih rendah dari suku bunga
pinjaman (kredit) bank. Harga obligasi akan berfluktuasi, besarnya fluktuasi tergantung
kepada permintaan, penawaran dan suku bunga yang terjadi di pasar. Harga obligasi
berkorelasi negative dengan tingkat suku bunga. Faktor lain penurunan harga dari obligasi
dapat berasal dari peningkatan resiko perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut.
Resiko gagal bayar pada sebuah obligasi tercermin dalam peringkat (rating) dari obligasi
tersebut. Didalam prospektus yang disampaikan kepada para calon investor, disajikan
ringkasan fakta dan pertimbangan-pertimbangan penting. Misalnya tentang anggaran dasar
perusahaan, bidang usaha perusahaan termasuk mencantumkan jumlah nominal obligasi dan
tujuan penggunaanya. Data-data penting seperti laporan keuangan terbaru dilampirkan secara
utuh. Riwayat singkat emiten dan para pemegang saham, struktur perusahaan, kegiatan dan
prospek usaha. Pada bagian awal prospektus akan dituliskan ringkasan penawaran umum
yang akan menjelaskan identitas obligasi tersebut.

Pada umumnya, semakin panjang waktunya maka akan semakin tinggi tingkat bunga yang
ditawarkan untuk menutupi resiko tambahan yang dikarenakan jangka waktu investasi yang
sangat panjang. Hubungan antara tingkat suku bunga yang dibayarkan suatu obligasi (jangka
pendek maupun jangka panjang) dengan tanggal atau tahun jatuh temponya disebut kurva
hasil (Yield Curve). Yield adalah apa yang sebenarnya investor dapatkan dari hasil
menananmkan uangnya pada obligasi. Kebanyakan kolom obligasi menyatakan yield saat ini
(current) dalam presentase. Para investor menggunakan current yield untuk membandingkan
nilai relatif suatu obligasi.

- Yield to Maturity

YTM (Yield To Maturity) adalah cara untuk memprediksi keuntungan dalam suatu jangka
waktu. YTM menghitung tingkat bunga obligasi yang dihubungkan dengan harga, dengan
selisih harga penjualan terhadap nilai pari, dengan tahun-tahun tersisa hingga obligasi
tersebut jatuh tempo. Nilai YTM ditentukan oleh tiga hal yaitu jumlah pembayaran yang
diterima secara periodik, harga perolehan serta jangka waktu jatuh tempo.

- Yield to Call

Jika Anda membeli suatu obligasi yang dapat ditebus kembali dan kemudian perusahaan
menebusnya, anda tidak akan memiliki opsi untuk memiliki obligasi tersebut hingga jatuh
tempo. Yield to call adalah ukuran tingkat return yang akan diterima investor jika membeli
obligasi (callable bond) pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga waktu
obligasi tersebut di-call.
- Current Yield

Current yield ditunjukkan oleh rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar obligasi.

F. Risiko Obligasi
Investasi dalam obligasi mengandung risiko. Besarnya risiko bergantung pada jenis dan
penerbit (issuer) obligasi tersebut. Obligasi tak berjaminan (unsecured bonds) lebih berisiko
daripada obligasi berjaminan (secured bonds). Obligasi perusahaan lebih berisiko daripada
obligasi pemerintah. Potensi risiko yang dihadapi investor dalam investasi obligasi adalah
sebagai berikut.
a. Risiko tingkat bunga (interest rate risk). Bila tingkat bunga pasar naik, maka harga obligasi
akan turun. Bila obligasi tersebut dijual dalam kondisi tingkat bunga tinggi, maka investor
akan rugi. Oleh karena itu, selama tingkat bunga tinggi, investor akan menahan untuk tidak
menjual obligasi tersebut. Sebaliknya, bila tingkat bunga turun, harga obligasi naik, sehingga
menguntungkan bagi investor bila harus menjual obligasi tersebut. Makin panjang jangka
waktu jatuh tempo obligasi tersebut, makin besar potensi risiko tingkat bunga yang dihadapi
investor. Untuk meminimumkan risiko tingkat bunga, banyak orang memegang obligasi
tersebut dipegang sampai jatuh temponya.

b. Risiko gagal bayar (default risk). Pihak penerbit obligasi (Issuer) tidak mampu membayar
kupon dan pinjaman pokoknya pada tanggal jatuh tempo. Obligasi pemerintah, seperti
Obligasi Retail Indonesia (ORI), Surat Utang Negara (SUN), US Treasury (Obligasi
pemerintah Amerika Serikat) dan obligasi pemerintah lainnya merupakan obligasi tanpa
risiko gagal bayar karena pembayarannya dijamin oleh pemerintah/negara. Risiko gagal
bayar obligasi perusahaan bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan yang tercermin
pada neraca dan laporan laba-ruginya. Untuk melindungi investor, obligasi perusahaan
dinyatakan peringkatnya (rating) oleh lembaga pemeringkat independent sebagai cerminan
dari analisis kemampuan perusahaan membayar kewajibannya. Makin tinggi peringkatnya,
makin sehat perusahaan tersebut dan kuponnya rendah. Namun demikian, kondisi
perekonomian baik domestik maupun internasional dapat memengaruhi kegiatan dan
kesehatan perusahaan.

c. Call risk, yaitu risiko yang timbul karena obligasi tersebut dibeli kembali oleh issuer pada
harga tertentu sebelum jatuh tempo yang menguntungkan issuer. Issuer akan membeli
kembali obligasi tersebut bila tingkat bunga pasar berada di bawah coupon rate. Kemudian
issuer akan menerbitkan kembali obligasi baru dengan kupon yang lebih rendah. Oleh karena
itu, obligasi yang mengandung call option (callable bond) dijual lebih rendah daripada
obligasi non-callable yang setingkat. Kerugian yang dihadapi oleh investor juga terjadi bila
obligasi tersebut dibeli dengan premium, kemudian dibeli kembali oleh issuer pada harga
yang lebih rendah.

d. Purchasing power risk, yaitu risiko yang disebabkan oleh inflasi yang akan menggerus
return obligasi tersebut. Kupon yang diterima investor adalah tetap, sementara daya belinya
akan turun akibat inflasi. Untuk menghadapi inflasi tersebut, investor akan memilih obligasi
yang memberikan return lebih tinggi daripada tingkat inflasi.

e. Reinvestment risk, yaitu risiko atas return investasi kupon obligasi. Semua kupon
menghadapi risiko reinvestasi tersebut. Pemegang obligasi menghadapi resiko bila kupon
yang diterimanya diinvestasikan kembali pada tingkat bunga yang lebih rendah
daripada coupon rate. Obligasi yang tidak mempunyai reinvestment risk adalah zero-coupon
bond.

f. Liquidity risk, yaitu risiko yang dihadapi investor karena obligasi tersebut tidak aktif
diperdagangkan di bursa dan tidak ada harga yang jelas. Oleh karena itu, investor akan
mencari obligasi yang aktif diperdagangkan di bursa.

G. Obligasi sisi Jaminan


Obligasi Mortgage bond , jika dijamin dengan real properties (gedung) atau barang
berharga.
Obligasi Collateral trust bond, jika dijamin dengan surat berharga (sekuritas,
receivables)
Unsecured bond (Debentures), adalah obligasi yang tidak dijamin oleh assets
(barangberharga)
Obligasi Secure bond , adalah obligasi yang dijamin pelunasannya dengan assets
tertentu.
Obligasi Guaranteed bond , jika penjaminnya adalah pihak ke tiga.

H. Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan
peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Semua obligasi yang diterbitkan
wajib diberi peringkat sedemikian agar investor dapat mengukur atau memperkirakan
seberapa besar risiko yang akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu. Untuk pasar
modal inonesia sendiri banyak perusahaan yang bergerak dalam pemebrian peringkat suatu
obligasi, diantaranya adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan Moody's Investors
Service dan lainnya. Peringkat obligasi hanya menjadi acuan bagi investor dalam menilai
suatu obligasi tetapi tidak menjamin ketika suatu obligasi dengan peringkat AAA akan
berjalan lancar.

Kategori dan definisi peringkat obligasi adalah sebagai berikut :


1. AAA adalah Efek hutang yang berisiko investasi paling rendah dan berkemampuan
paling baik untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban
finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
2. AA adalah Efek hutang yang berisiko investasi sangat rendah dan berkemampuan
sangat baik untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban
finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan dan tidak mudah dipengaruhi oleh
perubahan keadaan yang merugikan.
3. A adalah Efek hutang yang berisiko investasi rendah dan berkemampuan baik
untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya
sesuai dengan yang diperjanjikan, dan hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan
keadaan yang merugikan.
4. BBB adalah Efek hutang yang berisiko investasi cukup rendah dan berkemampuan
cukup baik dalam membayar bunga dan pokok utang dart seluruh kewajiban
finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan, meskipun kemampuannya tersebut
cukup peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.
5. BB adalah Efek hutang yang masih berkemampuan untuk membayar bunga dan
pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan,
namun berisiko investasi cukup tinggi, dan sangat peka terhadap perubahan
keadaan yang merugikan.
6. B adalah Efek hutang yang berisiko investasi sangat tinggi dan berkemampuan
sangat terbatas untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban
finansialnya sesuai dengan yang dijanjikan.
7. CCC adalah Efek hutang yang tidak berkemampuan lagi untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya.
8. D adalah Efek hutang yang macet atau perusahaan yang sudah berhenti berusaha.
I. Kriteria Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi didasarkan pada factor-faktor kualitatif maupun kuantitafif, antara lain
adalah sebagai berikut :
Rasio
Berbagai macam rasio termasuk rasio hutang dan rasio kelipatan pembayaran bunga.
Semakin baik rasionya, semakin tinggi peringkatnya.
Provisi hipotek
Apabila obligasi dijamin oleh hipotek dan jika property memiliki nilai tinggi
sehubungan dengan jumlah hutang yang diobligasikan, maka peringkat obligasi akan
meningkat.
Provisi subordinasi
Jika obligasi menjadi subordinasi dari hutang lainnya maka obligasi akan diberi
peringkat paling sedikit satu tingkat dibawah peringkat yang seharusnya. Sebaliknya ,
suatu obligasi dengan hutang lain yang di subordinasikan di bawahnya akan memiliki
peringkat yang sedikit lebih tinggi.
Provisi penjaminan
Beberapa obligasi dijamin oleh perusahaan-perussahaan lain. Jika hutang sebuah
perusahaan yang lemabh dijamin oleh perusahaan yang kuat maka obligasi akan
diberikan peringkat perusahaan yang kuat.
Dana pelunasan
Obligasi yang mempunyai kepastian akan dana pelunasan untuk memastikan adanya
pembayaran yang sistematis merupakan fator plus bagi para agen pemeringkat.
Jatuh tempo
Obligasi dengan waktu jatuh tempo yang lebih singkat akan dinilai kecil resikonya
dibandingkan dengan obligasi jangka panjang.
Stabilitas
Stabilitas dinilai dari keseimbagan antara penjualan dan keungtungan emiten.
Regulasi
Regulasi memiliki arti penting pada perusahaan fasilitas umum dan telepon.
Antitrust
Dilihat dari sejauh mana tuntutan antitrust yang masih menggantung terhadap
perusahaan sehingga dapat merusak posisinya.
Operasi di luarnegeri
Dilihat dari berapa persentase penjualan, aktiva dan laba perusahaan yang berasal dari
operasi di luar negeri dan bagaimana iklim politik di Negara tersebut.
Faktor lingkungan hidup
Dilihat dari kemunginan perusahaan akan mengalami pengeluaran yang besar untuk
peralatan pengendalian polusi.
Tanggung jawab produk
Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan keamanan dari produk yang di
produksi. Misalnya perusahaan tembakau saat ini sedang berada dibawah tekanan
begitu pula peringkat obligasinya.
Tanggung jawab pension
Perusahaan harus memiliki kewajiban terhadap karyawan yang penisun agar tidak
menjadi masalah di masa depan.
Masalah tenaga kerja
Perusahaan yang mempunyai masalah tenaga kerja akan menyebabkan perusahaan
tersebut mengalami penmurunan peringkat.
Kebijakan akuntansi
Jika perusahaan memiliki kebijakan akuntansi yang konservatif, laba yang dilaporkan
akan memiliki mutu yang lebih tinggi daripada jika menggunakan prosedur yang
kurang konservatif. Jadi kabijakan akuntansi konservatif adalah kunci sukses dalam
peringkat obligasi.

J. Pentingnya peringkat obligasi


Pentingnya peringkat obligasi adalah untuk memberikan pernyataan yang informatif
dan memberikan isyarat tentang kemungkinan terjadinya default hutang perusahaan.
Peringkat obligasi juga membantu para investor untuk menentukan kebijakan investasi, baik
investor individu maupun institusional. dapat dimonitor dari informasi peringkatnya.
Perubahan dalam peringkat obligasi suatu perusahaan akan mempengaruhi pada baik
kemampuannya untuk meminjam modal jangka panjang maupun biaya modal tersebut. Agen-
agen pemeringkat akan meninjau obligasi yang beredar secara berkala, di mana sebagai hasil
dari perubahan kondisi yang dialami oleh emitennya.
Peringkat obligasi memiliki arti penting bagi perusahaan maupun investor. pertama,
karena peringkat obligasi adalah indikator dari resiko gagal bayarnya, peringkat ini memiliki
pengaruh langsung yang dapat diukur pada tingkat suku bunga obligasi dan biaya utang
perusahaan. Kedua, kebanyakan obligasi dibeli oleh investor institusional daripada
individual, dan banyak indikasi dibatasai hanya berinvestasi pada sekuritas yang layak
investasi. Jadi, jika obligasi sebuah perusahaan jatuh di bawah peringkat BBB, perusahaan
akan mengalami kesulitan menjual obligasi baru karena kebanyakan potensi pembeli, akan
tidak diperbolehkan untuk membelinya.

K. Kepailitan dan reorganisasi


Ketika bisnis menjadi bangkrut, tidak memiliki cukup uang untuk bertemu dengan
pembayaran bunga dan biaya pokok. Keputusan harus kemudian dilakukan baik untuk
membubarkan perusahaan melalui likuidasi atau mengizinkan itu untuk mengatur ulang dan
dengan demikian peruashaan akan tetap hidup. Keputusan yang memaksa perusahaan untuk
melikuidasi maupun untuk reorganisasi tergantung pada apakah nilai perusahaan reorganisasi
cenderung menjadi lebih besar dari nilai aset perusahaan jika mereka dijual sedikit demi
sedikit. Dalam reorganisasi, kreditor perusahaan bernegosiasi dengan manajemen
berdasarkan ketentuan-ketentuan reorganisasi yang potensial. Titik restrukturisasi adalah
untuk mengurangi biaya keuangan ke tingkat yang dapat mendukung arus kas perusahaan.
Likuidasi terjadi jika perusahaan dianggap terlalu untuk diselamatkan
Jika Pengadilan Kepailitan memerintahkan likuidasi aset yang dijual dan kas yang
diperoleh didistribusikan sebagai ditentukan dalam Chapter 7 mengenai Undang-Undang
Kepailitan. Berikut adalah prioritas klaim:
1. Kreditor-kreditor yang dijamin berhak atashasil penjualan property tertentu yang
digunakan untuk menjamin pinjaman mereka.
2. Biaya pengawas keuangan untuk menyelenggarakan dan mengoperasikan perusahaan
yang pailit.
3. Beban-beban yang timbul setelkah kepailitan dilaporkan.
4. Hutang kepada karyawan sampai pada batas $2000 per karyawan.
5. Klain atas kontribusi untuk program tunjangan karyawan yang belum dibayar. Jumlah
ini sama dengan upah, tidak boleh melampaui $2000 per karyawan.
6. Klaim atas uang muka pelanggan yang tidak dijamin hingga jumlah maksimal $900
per pelanggan.
7. Pajak pemerintah federal, Negara bagian dan daerah.
8. Kewajiban dana pensiun yang belum dibayar.
9. Kreditor umum yang tidak dijamin.
10. Pemegang saham preferen sampai dengan nilai pari dari saham mereka.
11. Pemegang saham biasa akhirnya dibayarkan, jika masih ada yang tersisa.

Anda mungkin juga menyukai