Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Proses
Perencanaan Audit Laporan Keuangan, Perikatan Audit “ini dapat diselesaikan dengan baik,
guna memenuhi salah satu tugas Audit dan Atestasi.

Dalam kesempatan kali ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.,Drs. Ibnu Rachman , M.Si., M.M., Ak., CA. sebagai dosen pembimbing.

2. Teman-teman kelas F semangat dalam menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya.

Akhir kata ,demikianlah kata pengantar ini kami buat. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Saran dan kritik dari anda sangat kami
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Bandung, Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan.................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................4
1.3 Tujuan ..........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penilaian Risiko............................................................................5
2.1.1 Risiko Audit dan Risiko Bisnis. .………………………….7
2.1.2 Risiko Signifikan (Significant Risk)..................................10
2.1.3 Analisis Risiko...................................................................11
2.1.4 Model Risiko Audit...........................................................13
2.1.5 Materialitas........................................................................15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 Pendahuluan
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian
tertentu dalam pelaksanaan audit. Risiko audit yaitu risiko bahwa auditor secara tidak sadar
gagal untuk menyesuaikan pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji secara material.
Auditor menyadari bahwa risiko tersebut ada karena adanya hal-hal sebagai berikut, misalnya
ketidakpastian mengenai kompetensi bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien,
serta ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah
audit selesai.
Dalam perencanaan audit auditor harus mempertimbangkan risiko audit tersebut serta
membatasi risiko audit serendah mungkin, artinya bahwa kemungkinan kekeliruan auditor
yang telah memberikan pendapat wajar terhadap suatu laporan keuangan padahal laporan
keuangan tersebut sebenarnya terdapat salah saji yang material, sekecil mungkin. Adapun cara
auditor menangani masalah risiko dalam tahap perencanaaan pengumpulan bahan bukti
adalah dengan menggunakan model risiko audit (audit risk model).
Auditor wajib melakukan prosedur penilaian resiko untuk mengidentifikasi dan
menilairisiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat
asersi.Pemahamanentitas merupakan upaya yang berkesinambungan dan proses dan proses
yang dinamis dalammengumpulkan dan menganalisis informasi selama audit berlangsung.
Auditor menggunakan kearifan profesionalnya untuk menentukan prosedur penilaianrisiko
yang harus dilaksanakannya,dan seberapa dalam ia perlu memahami entitas itu.Auditor perlu
melaksanakan prosedur penilaian risiko yang cukup untuk mengidentifikasi risiko bisnis dan
risiko kecurangan yang bisa berdampak pada salah saji material.Auditor menyelidiki dengan
seksama keadaan yang menimbulkan keraguan tentang kemampuanentitas melanjutkan
usahanya.Ketika melaksanakan prosedur penilaian risiko,auditor wajibmempertimbangkan
apakah ada peristiwa atau kondisi yang membuat kemampuan entitasuntuk mempertahankan
bisnisnya diragukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Penilaian Risiko ?
2. Bagaimana Penilaian Risiko dalam penyajian laporan keuangan ?
3
3. Bagaimana Analisis Risiko dalam penyajian laporan keuangan ?
4. Apa itu model risiko audit ?
5. Apa itu materialitas ?

1. 3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian penilaian risiko
2. Untuk mengetahui penilaian risiko dalam penyajian laporan keuangan
3. Untuk memahami analisis risiko dalam penyajian laporan keuangan
4. Untuk mengetahui apa itu model risiko audit
5. Untuk memahami konsep materialitas dalam proses audit

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penilaian Risiko


Suatu proses pemeriksaan keamanan dengan suatu struktur tertentu, pembuatan suatu
rekomendasi khusus, dan rekomendasi pengambilan keputusan dalam suatu proyek dengan
4
menggunakan analisis risiko, perkiraan risiko, dan informasi lain yang memiliki potensi untuk
mempengaruhi keputusan. Tujuan prosedur penilaian risiko adalah mengidentifikasi dan
menilai rrisiko salah saji material dalam pelaporan keuangan
Dalam menilai suatu risiko terdapat standard yang bisa dipakai acuan, salah satunya ialah
standard AS/NZS 4360 yang membuat peringkat risiko sebagai berikut:
 Extreme Risk (Sangat berisiko segera secepatnya dibutuhkan tindakan)
 High Risk (Risiko yang besar dibutuhkan perhatian dari manajer puncak)
 Moderat Risk (Risiko sedang, diibutuhkan sebuah tinggakan agar risiko berkurang)
 L : Low Risk (Risiko rendah masih ditoleransi)
Begitu pentingnya penilaian risiko ini, sehingga penilaian risiko ini diatur dalam Standar
Audit (SA) 315: “Pengindentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Melalui Pemahaman Atas Entitas dan Lingkungannya”. Dalam SA 315 ini auditor dituntut
untuk melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk dapat menyediakan suatu dasar bagi
penilaian dan pengindentifikasian risiko kesalahan penyajian material dalam tingkat laporan
keuangan maupun asersi. SA 315 juga mengatur mengenai prosedur yang harus dilakukan
oleh auditor dalam melakukan penilaian risiko, yaitu:
 Permintaan keterangan dari pihak menajemen dan bagian-bagian lain dalam entitas
yang dalam pertimbangan auditor yang dari keterangan bagian tersebut auditor dapat
memperoleh informasi yang dapat membantu dalam penilaian risiko kesalahan
penyajian material karena kecurangan atau kesalahanISA 240.17 menjelaskan bahwa
auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang:
a) Penilaian oleh manajemen mengenai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan karena kecurangan, termasuk tentang sifat, luas, dan berapa seringnya
penilaian tersebut dilakukan
b) Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangan dalam entitas itu, termasuk risiko kecurangan yang diidentifikasi oleh
manajemen atau yang dilaporkan kepada manajemen, atau risiko kecurangan
mungkin terjadi dalam jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
c) Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam
5
entitas itu
d) Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang pandangan
manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan perilaku etis
 Prosedur analitis
Prosedur analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan logi antara data keuangan dan data non keuangan yang
meliputi perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan antara lain:
1) Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi yang terjadi
sejak tanggal audit terakhir.
2) Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit.
3) Prosedur analitik dapat mengungkapkan :
Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, Perubahan akuntansi, Perubahan
usaha, Fluktuasi acak, Salah saji
Prosedur analitis memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi perhitungan atau perbandingan yang harus dibuat
b) Mengembangkan harapan
c) Melaksanakan data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
d) Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi
perbedaan tersebut
e) Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit

 Observasi dan inspeksi


Observasi atau pengamatan dan inspeksi (bertanya) mempunyai dua fungsi yaitu:
a) Mendukung prosedur bertanya (inquiries) kepada manajemen dan pihak-pihak
lain
b) Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya.
2.1.1 Risiko Audit dan Risiko Bisnis
Risiko secara umum diartikan sebagai suatu kejadian/kondisi yang berkaitan dengan

6
hambatan dalam pencapaian tujuan. Pengertian risiko berkaitan dengan ”adanya tujuan”,
sehingga apabila tidak ada tujuan yang ditetapkan maka tidak ada risiko yang harus dihadapi.
Resiko audit didefinisikan sebagai probabilita dikeluarkannya pendapat yang tidak tepat
terhadap laporan keuangan oleh karena adanya kesalahan yang materil yang tidak dapat
diketemukan dalam pemeriksaan.
Ada 2 (dua) jenis risiko yang dihadapi oleh auditor yang mengaudit laporan keuangan
yaitu risiko audit dan risiko bisnis auditor. Risiko audit adalah risiko auditor yang timbul
karena auditor tanap disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaiamana mestinga, atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Adapun risiko bisnis auditor
adalah terpaparnya auditor terhadap kerugian atau kerusakan praktik profesionalnya akibat
litigasi, publisitas yang buruk, ataupun peristiwa lainnya yang mencuat sehubungan dengan
laporan keuangan yang diaudit dan dilaporkannya.
komponen risiko audit dan hubungan antara risiko salah saji yang material (risk of
material misstatement – RMM) dan risiko tidak ditemukannya salah saji oleh auditor
(detection risk).
Komponen Risiko Audit
RMM (Risiko salah saji RMM adalah risiko dimana laporan keuangan disalahsajikan
yang material) secara nateruak sebekyn audit dimulai. Risiko-risiko ini
diperthitungkan atau menjadi pertimbangan di tingkat laporan
keuangan dan pada tingkat asersi. Pada tingkat laporan
keuangan tinjkauannya adalah menyeluruh, menyangkut risiko
yang pervasif (dengan dampak bermacam-macam asersi).
RMM pada tingkat asersi berkaitan dengan jenis transaksi
(classes of transactions), saldo akun dan pengunkapan. RMM
merupakan kombinasi dari risiko bawaan atau inherent risk
(IR) dan risiko pengendalian atau control risk (CR) atau
dirumuskan sebagai IR x CM = RMM
Detection risk Detection risk (DR) adalah risiko dimana auditor gagal
mendeteksi suatu salah saji dalam asersi yang bisa berdampak
material. DR ditangani melalui

7
o perencanaan audit dengan baik,
o pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan
terhadap RMM yang diidentifikasi.
o pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit;
o penerapan profesional skeptisisme; dan supervisi dan reviu
atas pekerjaan audit.
Risiko deteksi tidak pernah dapat diturunkan sampai ke angka
nol karena adanya kendala bawaan dalam prosedur audit.
Masih diperlukannya professional judgments yang dibuat oleh
manusia, yang secara alamiah bisa berbuat salah, dan sifat dari
bukti yang diperiksa.
Risiko audit keseluruhan atau Audit Risk (AR) dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Risiko Bawaan (Inherent Risk)

Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak ada pengendalian yang terkait.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko Pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian internal entitas.

3. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko Deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
4. Risiko Audit yang dapat diterima (Acceptable Risk)

ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangn mengandung


salah saji material tanpa pengecualian telah diberikan. Risiko ini ditetapkan secara
subyektif bahwa auditor bersedia menerima laporan keuangan tidak disajikan secara
wajar setelah audit selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan.
Tingkat risiko nol berarti kepastian penuh bahwa laporan keuangan tidak mengandung

8
kekeliruan yang materia dan tingkat risiko ini 100% berarti auditor sangat tidak yakin
kalau laporan keuangan tidak mengandung salah saji atau kekeliruan yang material.

Risiko bisnis (business risk) merupakan risiko dimana auditor akan menderita kerugian
atau merugikan dalam melakukan praktik profesinya akibat proses pengadilan atau penolakan
publik dalam hubungannya dengan audit. (Guy, Dan et al, 2002). Pengguna laporan keuangan
merupakan unsur utama dalam risiko bisnis. Untuk menentukan tingkat kepastian yang
diperlukan, auditor terlebih dahulu harus mengidentifikasi pengguna potensial laporan
keuangan. Jumlah pengguna laporan keuangan yang lebih besar akan meningkatkan risiko
bisnis dan dapat meningkatkan tingkat kepastian yang diinginkan auditor.
Risiko bisnis terbagi menjadi lima jenis yaitu :
a) Risiko Strategis
Risiko strategis adalah segala jenis risiko yang menantang aktivitas bisnis inti.
Perubahan selera dan preferensi pelanggan, yang membuat produk dan layanan
perusahaan usang atau kurang diminati adalah bisnis risiko strategis utama yang dapat
dihadapi.
b) Risiko Finansial
Risiko keuangan muncul bila ada masalah dalam pengelolaan dana berkaitan dengan
defisit uang tunai, pemberian jangka waktu kredit kepada pelanggan dan mendapatkan
masa kredit dari pemasok. Mereka juga termasuk suku bunga dan nilai tukar mata
uang asing jika perusahaan melakukan perdagangan internasional
c) Risiko Operasional
Risiko operasional diakibatkan oleh inefisiensi internal dan kegagalan di lantai
produksi seperti cacat dan penundaan produksi. Risiko operasional juga dapat
diakibatkan oleh kejadian eksternal yang tidak terduga seperti penundaan pemasok
dalam mengirimkan bahan baku
d) Risiko Reputasi
Risiko akibat kehilangan reputasi melalui keluhan pelanggan, publisitas negatif, dan
kegagalan produk. Risiko reputasi adalah risiko berat yang harus dihindari perusahaan
karena reputasi yang dibangun selama beberapa tahun dapat dihancurkan dalam
9
hitungan beberapa jam.
e) Resiko Lain
Setiap risiko yang tidak dapat dikategorikan menurut hal di atas dapat disertakan dalam

kategori ini. Risiko yang dihadapi masing-masing perusahaan bergantung pada sifat bisnis dan

industri.

2.1.2 Risiko Signifikan (Significant Risk)


Risiko Signifikan adalah risiko salah saji material yang diidentifikasi dan dinilai
(identified and assessed), yang menurut pendapat auditor memerlukan pertimbangan khusus.
(ISA 315.4). sebagai bagian dari penilaian risiko auditor wajib menentukan apakah risiko
yang diidentifikasi menurut auditor adalah risiko signifikan.
Dalam menentukan risiko mana merupakan signifikan, auditor wajib mempertimbangkan
setidaknya : (ISA 315.28)
1. Apakah risiko itu merupakan risiko kecurangan
2. Apakah risiko itu berkaitan dengan berkembangan ekonomi akhir - akhir ini,
perkembangan akuntansi atau perkembangan lainnya yang signifikan dank arena
memerlukan perhatian khusus
3. Kompleksitas transaksi
4. Apakah risiko itu melibatkan transaksi signifikan dengan pihak terkait
5. Tingkat subjektivitas dalam pengukuran informasi keuangan terkait dengan risiko
tersebut, khususnya pengukuran yang melibatkan banyak ketidakpastian.
6. Apakah risiko tersebut melibatkan transaksi signifikan diluar jalur bisnis entitas, atau
yang terlihat “aneh”.

Jika auditor sudah menentukan bahwa risiko signifikan memang ada, auditor wajib
memperoleh pemahaman mengenai pengendalian entitas termasuk kegiatan pengendalian
yang relevan risiko tersebut. Jika auditor sudah menentukan risiko salah saji material yang
dinilai, pada tingkat asersi merupakan risiko signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur
subtantif yang khusus menanggapi risiko tersebut. Dalam hal ini pendekatan terhadap risiko
signifikan itu atas prosedur substantif, prosedur wajib uji rinci.
Risiko signifikan dinilai sebelum (atau dengan tidak) mempertimbangkan pengendalian

10
yang dapat menanggulangi (mitigating control) risiko tersebut. Risiko signifikan didasarkan
atas risiko bawaan (Inherent risk) dan bukan risiko gabungan (combined risk) antara risiko
bawaan dan risiko pengendalian intern.

2.1.3 Analisis Risiko


ISA 315.5 menjelaskan bahwa auditor wajib melakukan prosedur penilaian risiko untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri tidak memberikan bukti audit yang
cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opini audit. ISA 315.6 menjelaskan bahwa prosedur
penilain risiko meliputi:
a. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut auditor
mungkin mempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi risiko salah saji
material yang disebabkan oleh kecurangan atau kekeliruan ISA 240.17 menjelaskan
bahwa auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang:
 Penilaian oleh manajemen mengenai risiko salah saji material dalam laporan
keuangan karena kecurangan, termasuk tentang sifat, luas, dan berapa seringnya
penilaian tersebut dilakukan
 Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko
kecurangan dalam entitas itu, termasuk risiko kecurangan yang diidentifikasi oleh
manajemen atau yang dilaporkan kepada manajemen, atau risiko kecurangan
mungkin terjadi dalam jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
 Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan manajemen
untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan dalam entitas itu
 Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang pandangan manajemen
mengenai praktik-praktik bisnis dan perilaku etis.
b. Prosedur analitikal
Prosedur analitis adalah evaluasi informasi keuangan yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan logi antara data keuangan dan data non keuangan yang meliputi
perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan antara lain:
11
1. Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi yang terjadi sejak
tanggal audit terakhir.
2. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang
bersangkutan dengan audit.
3. Prosedur analitik dapat mengungkapkan :
- Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
- Perubahan akuntansi
- Perubahan usaha
- Fluktuasi acak
- Salah saji
Prosedur analitis memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi perhitungan atau perbandingan yang harus dibuat
2. Mengembangkan harapan
3. Melaksanakan data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
4. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan
tersebut
5. Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit

c. Pengamatan dan inspeksi


Observasi atau pengamatan dan inspeksi (bertanya) mempunyai dua fungsi yaitu:
1. Mendukung prosedur bertanya (inquiries) kepada manajemen dan pihak-pihak lain
2. Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya.

Ketiga prosedur tersebut dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam banyak situasi,
hasil dari satu prosedur akan membawa pada prosedur lain. Ketiga prosedur tersebut
merupakan hal yang penting yang harus dilaksanakan oleh auditor agar risiko salah saji
material dapat teridentifikasi dan menjadikan informasi yang relevan bagi entitas maupun
pengguna eksternal.
2.1.4 Model Risiko Audit
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 312 (PSA No. 25) mengatakan

12
bahwa : “Resiko audit dan materialitas, bersama dengan hal – hal lain, perlu dipertimbangkan
dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil
prosedur tersebut”.
Cara auditor untuk menangani masalah resiko dalam tahap perencanaan pengumpulan
bahan bukti, terutama adalah dengan menggunakan model resiko audit. Penlaahan seksama
dari model resiko aduit diperlukan untuk mengerjakan audit secara efektif. Model resiko audit
digunakan untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus
dikumpulkan dalam tiap siklus. Model resiko audit menurut Arens, Elder & Beasley
(2003;353) adalah sebagai berikut :
1. Resiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk / PDR) adalah resiko
bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji
yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul.
2. Resiko bawaan (Inherent Risk / IR) adalah penetapan auditor akan kemungkinan
adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum
memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern.
3. Resiko pengendalian (Control Risk / CR) adalah ukuran penentapan auditor akan
kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas
toleransi, yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern klien.
4. Resiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk / AAR) adalah ukuran
ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah saji secara
material walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah
diberikan.
Untuk tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (acceptable) untuk asersi saldo akun
yaitu semakin tinggi risiko deteksi, semakin terbatas prosedur audit yang dilaksanakan oleh
auditor terhadap asersi yang bersangkutan (asersi saldo akaun) dan semakin rendah tingkat
keandalan bukti audit yang diperlukan oleh auditor. Sebaliknya, semakin rendah risiko
deteksi, semakin luas prosedur audit yang ditempuh oleh auditor dan semakin tinggi
kompetensi bukti audit yang diperlukan oleh auditor.
Risiko Deteksi Pengujian terhadap akun saldo rinci
Tinggi Periksa secara selintas (scan) rekonsiliasi bank yang dibuat oleh

13
klien mengenai keakuratan matematis yang terdapat di dalamnya
Moderat Lakukan review terhadap rekonsiliasi bank yang dibuat oleh klien
dan lakukan verifikasi terhadap pos – pos yang direkonsiliasi serta
keakuratan matematis
Rendah Buatlah rekonsiliasi bank dengan menggunakan rekening koran
yang diperoleh dari klien dan lakukan verifikasi terhadap pos – pos
yang direkonsiliasi serta keakuratan matematis
Sangat Rendah Mintalah rekening koran bank secara langsung dari bank, buatlah
rekonsiliasi bank, lakukan verifikasi terhadap pos – pos yang
direkonsiliasi serta keakuratan matematis

Model Risiko Audit (audit risk) yang digunakan adalah:


AR = IR x CR x DR
Dimana:
AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk
Model Risiko Audit ini bisa diterapkan dengan 3 langkah berikut ini:
1. Pertama, Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya sudah mematok besaran angka
persentase Audit Risk (AR) yang bisa diterima (biasanya tak boleh lebih dari 10%).
2. Kedua, menentukan IR dan CR. Inherent risk (IR) diukur dengan
mempertimbangkan faktor eksternal dan internal seperti yang sudah saya jelaskan di
atas. Sedangkan CR diukur dengan menilai desain dan implementasi sistim
pengendalian internal yang dimiliki oleh auditee seperti yang sudah saya jelaskan di
atas.
3. Ketiga, menentukan DR dengan menggunakan persamaan di atas, sehingga menjadi:

14
DR = AR/(IR x CR) Nah, besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam merancang prosedur audit, substantive test dan rencana
audit secara keseluruhan.

2.1.5 Materialitas
Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam menetukan laporan audit yang tepat
untuk diterbitkan. Sedangkan FASB mendefinisikan materialitas sebagai besarnya nilai yang
dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya
dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah
saji tersebut.

Para auditor betanggung jawab untuk menetukan apakah terdapat salah saji material
dalam laporan keuangan, maka jika terdapat penemuan suatu salah saji material, mereka harus
membuatnya menjadi perhatian klien, sehingga dapat dilakukan koreksi atas salah saji
tersebut. Untuk menentukan hal tersebut, auditor sangat bergantung kepada pengetahuan yang
mendalam atas penerapan materialitas.
Auditor harus mengikuti lima langkah terkait dalam menerapkan materialitas. Kelima
langkah tersebut adalah :
1. Auditor menetapkan penilaian awal mengenai materialitas,
2. Mengalokasikan estimasi tersebut pada setiap bagian pengauditan,
3. Auditor mengestimasikan jumlah salah saji di setiap bagian ketika mereka
mengevaluasi bukti audit,
4. Mengestimasikan salah saji gabungan,
5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialistis dalam penilaian
awal atau penilaian yang direvisi.
MENETAPKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL
PSA 25 (SA 312) mengharuskan auditor untuk memutuskan jumlah gabungan salah saji
dalam laporan keuangan yang akan merekan anggap material di awal pengauditan bersamaan

15
dengan ketika mereka mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Hal tersebut dikenal
dengan istilah perkembangan materialitas awal. Dinamakan pertimbangan materialitas awal,
karena meskipun merupakan opini professional, penilaian tersebut bias berubah selama
kontrak kerja. Penilaian tersebut harus didokumentasikan dalam arsip audit.
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin dapat
terjadi salah saji dalam laporan keuangan, namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan
para pengguna yang rasional. Penilaian ini merupakan salah satu keputusan yang paling
penting yang harus diambil oleh auditor dan sangat membutuhkan pemahaman dan
pertimbangan profesional yang tinggi. Auditor menetapkan pertimbangan materialitas awal
untuk membantunya merencanakan pengumpulan bukti-bukti audit yang tepat.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi auditor dalam melakukan pertimbangan


materialitas awal dalam laporan keuangan. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam konsep materialitas adalah sebagai berikut :
1. Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut
Sebuah salah saji dengan besaran tertentu dapat menjadi material bagi suatu
perusahaan kecil, sebaliknya dengan jumlah salah saji yang sama dapat menjadi tidak
material bagi perusahaan yang besar. Sehingga tidak mungkin untuk menentukan
acuan nilai nominal untuk pertimbangan materialitas awal yang dapat diterapkan untuk
semua klien audit.
2. Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materialitas
Karena materialitas merupakan konsep yang relatif, sehingga sangat penting untuk
memiliki dasar dalam menetukan apakah suatu jumlah tertentu material atau tidak.
Laba bersih sebelum pajak biasanya dijadikan sebagai dasar dalam menetukan
materialitas bagi bagi perusahaan yang berorientasi laba karena dianggap sebagai
unsure yang sangat penting bagi para penggunanya. Beberapa perusahaan
menggunakan dasar utama yang berbeda, karena laba bersih sering kali naik atau turun
secara signifikan dari tahun ke tahun, sehingga tidak dapat memberikan dasar yang
stabil, atau ketika entitasnya adalah suatu perusahaan nirlaba. Sering kali dasar utama
16
yang digunakan adalah penjualan bersih, laba kotor, dan total aset atau aset bersih.
Setelah menetapkan dasar utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah saji
tersebut secara signifikan berpengaruh pada kewajaran dasar lainnya seperti aset
lancar, total aset, liabilitas lancar, dan ekuitas pemilik. PSA 25 (SA 312)
mengharuskan auditor untuk mendokumentasikan dasar yang digunakan dalam
melakukan pertimbangan materialitas awal ke dalam arsip audit.
MENGALOKASIKAN PERTIMBANGAN MATERIALITAS AWAL KE SETIAP
BAGIAN (SALAH SAJI YANG DAPAT DITERIMA)
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian merupakan hal yang
penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan
dengan laporan keuangan secara keseluruhan. Jika para auditor memiliki penilaian
materialitas awal untuk setiap bagian, hal tersebut akan membantu mereka dalam
memutuskan bukti audit yang tepat untuk dikumpulkan. Ketika auditor mengalokasikan
pertimbangan materialitas awal pada saldo-saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke
setiap saldo akun yang dimaksud dalam PSA 25 (SA 312) sebagai salah saji yang dapat
diterima.
Auditor juga menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas ke
dalam akun-akun neraca. Ketiga kesulitan tersebut antara lain :
1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu memiliki salah saji yang lebih banyak
dibandingkan akun-akun lainnya.
2. Baik salah saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya auit relatif memengaruhi alokasi tersebut

MEMPERKIRAKAN SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN


PENILAIAN AWAL
Saat auditor melakukan prosedur audit, mereka menyimpan kertas kerja dari semua salah
saji yang ditemukan baik salah saji yang diketahui maupun salah saji yang mungkin. Salah
saji yang diketahui merupakan salah saji dimana seorang auditor dapat dengan tepat
mengetahui letak kesalahan saji dalam akun tersebut. Sedangakan salah saji yang mungkin
merupakan salah saji yang muncul ketika terdapat perbedaan antara penilaian manajemen

17
dengan auditor mengenai saldo dari suatu akun, dan adanya proyeksi salah saji berdasarkan
sampel yang diambil oleh auditor dari suatu populasi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seiring berkembangannya perusahaan, fungsi audit semakin penting dan timbul
kebutuhan dari pemerintah, pemegang saham, analis keuangan, bankir, investor, dan
masyarakat untuk menilai kualitas manajemen dari hasil operasi dan prestasi para manajer.
Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen. Audit atas laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Oleh
karena itu untuk dapat menerima perikatan audit, auditor berkepentingan untuk mengevaluasi
integritas manajemen, agar auditor mendapat keyakinan bahwa perusahaan klien dapat
dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit bebass dari salah saji material sebagai
akibat dari integritas manajemen.
Dalam membuat penilaian risiko untuk suatu asersi adalah penting bagi auditor untuk: (1)
Mempertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur untuk memperolehsuatu
18
pemahaman mengenai apakah pengendalian yang berhubungan dengan asersitelah dirancang
dan diterapkan dalam operasi oleh manajemen entitas; (2) Mengidentifikasikan salah saji
potensial yang dapat muncul dalam asersi entitas; (3) Mengidentifikasikan pengendalian
yang diperlukan yang mungkin akan mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah; (4)
Melaksanakan pengujian pengendalianterhadap pengendalian yang diperlukan untuk
menentukan efektivitas rancangan dan pengoperasian dari pengendalian tersebut; (5)
Mengevaluasi bukti dan membuat penilaian.
Penilaian resiko perusahaan sangat penting dilakukan dengan benar melalui beberapa
prosedur yaitu bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut auditor
mungkin mempunyai informasi yang dapat membantu mengidentifikasi risiko salah saji
material yang disebabkan oleh kecurangan atau kekeliruan, prosedur analitikal dan
pengamatan dan inspeksi.
Standar Pengendalian Mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
yang diterbitkan oleh IAPI.

19
DAFTAR PUSTAKA

Federal Guidelines for Dam Safety Risk


Management, , https://www.ferc.gov/industries/hydropower/safety/guidelines/draft-
guidelines.pdf 

Articles Risk Assessment Drs. J. Tanzil and Associates : Registered Tax Consultants and
Management Consultans, http://jtanzilco.com/blog/detail/1109/slug/risiko-dalam-risk-
assessment

Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BPKP (2007). Audit Berpeduli Risiko, edisi
Keempat. Bogor: Pusdiklat BPKP.

Nasution, M. Utama (2004). Resiko Audit. USU Digital Library

Simamora, Henry (2002). Auditing, jilid 1. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Tuanakotta, Theodorus M. (2013). Audit Berbasis ISA. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba
Empat.
Theodorus M. Tuanakotta. 2012. Audit berbasis ISA. Jakarta: Salemba Empat.

20
J.Elder,Beasly Mark,Arens Alvin,Jusuf Amir Abadi, Jasa Audit dan Assurance, Salemba
Empat, Jakarta, 2011

21

Anda mungkin juga menyukai