Disusun oleh:
GILANG RAMADHAN
120110120037
DENISSA INTAN
120110120053
SHEYLLA SAGITA
120110120061
M. HAFIZH MARTHAJAYA
120110120067
Rr ANINDHYTA
120110120074
BAB I
PENDAHULUAN
Apa saja tipe perikatan audit internal? Bagaimana ikhtisar dari proses assurance engagement?
Apa saja aktivitas perencanaan assurance engagement?
Apa saja aktivitas pelaksanaan assurance engagement?
Apa saja aktivitas pengkomunikasian assurance engagement?
Apa yang dimaksud dengan proses perikatan konsultasi? Apa saja fase-fase dalam perikatan
konsultasi?
BAB II
PEMBAHASAN
Perform
Conduct tests to
gather evidence
Evaluate evidence
gathered and reach
conclusions
Develop
observations and
formulate
recom m endations
Com m unicate
Perform observation
evaluation and
escalation process
Conduct interim and
prelim inary
enaggem ent
com m unication
Develop final
engagem ent
Distribute form al and
inform al final
com m unications
Perform m onitoring
and follo-up
procedures
Exhibit 2-3 menjelaskan fokus utama proses perikatan penjaminan yang dibagi menjadi 3
fase yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan pengkomunikasian. Meskipun begitu, internal
auditor tidak selalu bekerja sesuai tiga fase ini karna bersifat fleksibel. Dalam prakteknya,
perencanaan biasanya berjalan selama perikatan karena terkadang ada penyesuaian yang
diperlukan ketika bukti baru ditemukan.
2.3 Aktivitas Perencanaan Assurance Engagement
Perencanaan yang efektif adalah kunci sukses dari semua jenis proyek, termasuk dalam
assurance engagement. Dengan perencanaan yang terstruktur dan rapi akan memastikan
bahwa engagement dilaksanakan secara efektif dan efisien. Sebaliknya, apabila suatu
engagement dilakukan tanpa adanya perencanaan akan meningkatkan kemungkinan bahwa
engagement tersebut akan gagal dalam mencapai hasil yang diharapkan. Berikut ini adalah
langkah-langkah dalam aktivitas perencanaan Assurance Engagement :
1. Menentukan cakupan dan tujuan dari engagement
Salah satu hal yang terpenting dalam merencanakan engagement adalah
menentukan tujuan dari engagement (hal apa yang ingin dicapai oleh suatu
engagement) dan cakupan dari engagement (hal apa yang akan dikerjakan dan yang
tidak akan dikerjakan oleh suatu engagement). Pertimbangan penting yang pertama
dalam menentukan cakupan dan tujuan engagement adalah tujuan bisnis dan
kepentingan audit dari klien. Sebagai contoh, akankah engagement focus terhadap
efektivitas operasional dan efisiensi dari auditee ataukah aspek pelaporan keuangan
dari auditee atau malah focus terhadap keduanya?
Kedua, output penyampaian audit yang diharapkan untuk dibuat oleh tim internal
audit. Sebagai contoh, tim internal audit mungkin saja diharapkan untuk
menyampaikan mengenai observasi control terhadap suatu individu (karyawan) yang
teridentifikasi selama engagement kepada level manajemen yang berwenang. Atau
mungkin tim internal audit hanya
tujuan dan asersi dari auditee. Tujuan bisnis mengindikasikan hal yang diperjuangkan
auditee untuk dicapai. Asersi adalah pernyataan auditee tentang apa yang benar-benar
dicapai. Dari sudut pandang auditee, tujuan yang jelas dan dapat diukur berperan
sebagai target kinerja yang penting, dan asersi menggambarkan level kinerja yang
tercapai. Dari sudut pandang auditor, tujuan dan asersi auditee menyediakan kerangka
untuk menyusun tujuan dari engagement (apa yang ingin dicapai oleh internal
auditor).
Hal-hal dari auditee yang perlu dipahami oleh tim internal audit
Cara manajemen dalam menggunakan sumber daya dan mendelegasikan
Menganalisis potensi sebab masalah dan alas an mengapa alas an itu terjadi menolong
internal auditor menaksir kemungkinan berubahnya resiko menjadi kenyataan.
4. Mengidentifikasi Kontrol kunci
Pada tahap ini tugas dari internal auditor adalah mengidentifikasi internal control
auditee yang paling critical untuk mengurangi resiko bisnis ke level yang dapat
diterima dan menyediakan keyakinan bahwa tujuan yang ditetapkan oleh auditee bisa
tercapai.
5. Mengevaluasi kecukupan dari desain control
Tim internal audit kemudian harus memutuskan apakah control kunci yang
teridentifikasi telah didesain secara memadai untuk mengurangi resiko, baik resiko
individual maupun resiko kolektif, ke level resiko yang dapat diterima. Pada titik ini
tim internal auditor perlu untuk mengenali hubungan antara resiko dan control itu
bukan one-on-one relationship, artinya satu control bisa memitigasi beberapa resiko
dan malah beberapa control hanya bisa memitigasi satu resiko.
6. Mencoba rencana
Tim internal audit harus mendesain engagement yang baik sehingga bisa memperoleh
bukti yang cukup agar tujuan engagement tercapai. Mencoba rencana mungkin
aktivitasnya termasuk mencoba control yang ada, mencoba kinerja yang menyediakan
bukti tidak langsung terkait dengan efektivitas operasi dari control. Rencana untuk
mencoba control yang ada ditempatkan dalam operasi seharusnya memastikan bahwa
bukti yang cukup dan memadai telah terkumpul dan dievaluasi untuk menentukan
apakah control yang didesain telah berjalan secara efektif.
7. Mengembangkan program kerja
Program kerja adalah alat yang sangat penting. Program kerja secara spesifik
menggarisbawahi prosedur audit yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari
engagement. Selama engagement berlangsung, internal auditor keluar dari prosedur
untuk mengindikasikan bahwa pekerjaan telah selesai. Sebagai gantinya tim supervise
manajemen bisa mereviu pekerjaan yang telah selesai dan memonitor pekerjaan yang
belum selesai.
8. Mengalokasikan sumber daya pada engagement
Langkah terakhir dari perencanaan engagement adalah mengalokasikan sumber daya
yang diperlukan untuk secara sukses menyelesaikan engagement. Ini termasuk
menentukan ahli audit yang diperlukan, estimasi waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan engagement, menugaskan internal audit untuk engagement, dan
membuat jadwal untuk tiap pekerjaan agar tiap pekerjaan tersebut selesai tepat waktu
2.4 Aktivitas Pelaksanaan Assurance Engagement
prosedur
audit
spesifik
untuk
Engagement,
fokus
secara
spesifik
pada
melakukan
dan
berdasarkan perikatan.
Mengembangkan observasi dan merumuskan rekomendasi
Obesrvasi (termasuk mencari) didefinisikan di Practice Advisory
2410-1:
audit observasi atau terpisah dari audit observasi. Rekomendasi bertujuan untuk menutup gap
antara observasi kriteria dengan kondisi. Rekomendasi yang memiliki makna untuk
memperbaiki penyebab gap antara kriteria dan kondisi, menyediakan solusi jangka panjang
daripada jangka pendek, dan economically feasible. Rekomendasi address gejala masalah
daripada merawat akar masalah menjadi lebih sedikit bernilai.
2.5 Aktivitas Pengkomunikasian Assurance Engagement
Pengkomunikasian hasil adalah komponen kritis dari semua perikatan internal audit. Tanpa
memperhatikan konten atau format dari pengkomunikasian yang mana sangat beragam,
pengkomunikasian hasil perikatan harus akurat, objektif, jelas, singkat, konstruktif, komplit,
dan tepat waktu. (IIA Standard 2420: Quality of Communications)
Melakukan evaluasi observasi dan proses eskalasi. Sekali observasi diidentifikasi atau
lebih, tim internal audit harus menilai setiap observasi menggunakan evaluasi dan proses
eskalasi dan menentukan implikasi bahwa observasi tersebut menghasilkan komunikasi
untuk area (proses) dalam pengamatan.
Observasi
tidak
dilaporkan disebabkan oleh mitigasi kontrol dilakukan. Jelaskan dalam kertas kerja
dan/atau observasi disarankan ditingkatkan mengapa observasi tidak dapat dilaporkan
untuk proses dan tidak memiliki dampak
finansial, operasional dan kepatuhan yang
signifikan
Reportable observation : Observasi yang Perbaharui kertas kerja untuk memasukkan
berhubungan dengan risiko yang signifikan rencana
dan aktivitas pengendalian yang ada tidak disepakati.
aksi
manajemen
Lacak
kinerja
yang
telah
rencana
aksi
mengurangi risiko hingga ke level yang dapat manajemen tersebut. Termasuk observasi
diterima
Significant
observation
dianggap
cukup
penting
untuk rencana
aksi
disepakati.
manajemen
Lacak
kinerja
yang
telah
rencana
aksi
Mendistribusikan komunikasi final formal dan informal. Beberapa IIA Standard secara
langsung menyinggung mengenai persiapan dan penerbitan laporan perikatan, termasuk :
Sangat penting bagi fungsi internal auditor untuk menentukan bahwa tindakan koreksi dalam
observasi perikatan dan rekomendasi, yang dalam kenyataannya diambil oleh manajemen dan
tindakan tersebut terulang lagi dengan kondisi yang sama.
2.6 Proses Perikatan Konsultasi
Internal audit untuk perikatan konsultasi dibedakan dari perikatan penjaminan dalam
beberapa cara, termasuk:
Sifat dan cakupan perikatan penjaminan ditentukan dari fungsi internal audit
sementara sifat dan cakupan perikatan konsultasi adala subjek persetujuan dengan
klien
Perikatan konsultasi sifatnya lebih diskresioner dari perikatan penjaminan.
Sama dengan perikatan penjaminan, perikatan konsultasi juga memiliki tiga fase utama yaitu,
perencanaan, pelaksanaan dan pengkomunikasian
Perencanaan perikatan
Internal auditor harus membangun dan mendokumentasikan perencanaan untuk setiap
perikatan konsultasi, termasuk tujuan, cakupan, waktu dan sumber alokasi perikatan (IIA
Standard 2200: Engagement Planning)
Pelaksanaan perikatan
Internal auditor harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mendokumentasikan
informasi yang cukup untuk mencapai tujuan perikatan konsultasi (IIA Standard 2300:
Performing the Engagement)
Pengkomunikasian Hasil
Internal auditor harus mengkomunikasikan hasil perikatan (IIA Standards 2400:
Communicating Results). Komunikasi harus mencakup tujuan dan cakupan perikatan
termasuk kesimpulan yang dapat diaplikasikan, rekomendasi dan rencana aksi (IIA Standard
2410: Criteria for Communicating)
BAB III
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Proses perikatan pada audit internal terdiri dari tiga tahapan, yakni perencanaan,
pelaksanaan dan pengkomunikasian hasil perikatan. Perencanaan yang efektif adalah kunci
sukses dari semua jenis proyek, termasuk dalam assurance engagement. Dengan perencanaan
yang terstruktur dan rapi akan memastikan bahwa engagement dilaksanakan secara efektif
dan efisien. Dalam tahapan pelaksanaan, terdapat proses pengadaan tes untuk mengumpulkan
bukti, mengevaluasi bukti audit yang dikumpulkan dan membuat kesimpulan, serta
membangun observasi dan merumuskan rekomendasi. Kemudian tahapan terakhir adalah
pengkomunikasian hasil dimana tahapan ini merupakan komponen kritis dari semua perikatan
internal audit. Tanpa memperhatikan konten atau format dari pengkomunikasian yang mana
sangat beragam, pengkomunikasian hasil perikatan harus akurat, objektif, jelas, singkat,
konstruktif, komplit, dan tepat waktu.
Sama dengan perikatan penjaminan, perikatan konsultasi juga memiliki tiga fase
utama yaitu, perencanaan, pelaksanaan dan pengkomunikasian.
DAFTAR PUSTAKA
Reding, Kurt F., et al. (2009). Internal Auditing : Assurance & Consulting Services. Florida :
The IIA Research Foundation