Anda di halaman 1dari 16

Anggota:

1. Ahmad Farhan Fathian (3)


2. Chandra Siahaan (9)
3. Dwi Handoko (12)
4. Fitri Nisya Anwar Tinumbang (14)
5. Rahmat (33)
BAB 2 PROFESI CPA
Standard Auditing Yang Berlaku umum
Standard auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standard ini mencakup
pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan
pelaporan, dan bukti.

Standard auditing berlaku umum dibagi menjadi tiga kategori:

1. Standar Umum
Pelatihan dan kecakapan teknis yang memadai
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
Independensi sikap mental
Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor.
Kecermatan profesional
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalisnya dalam cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


Perencanaan dan pengawasan yang memadai
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan , asisten harus di
supervisi dengan semestinya.
Memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh
untk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
harus dilakukan.
Bukti yang mencukupi dan bukti
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan audit harus menunjukkkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi
tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dalamhubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode
sebelumnya.
Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai
kecualidinyatakan lain dalam laporan audit.
Laporan audit harus memuat suatu pendapat mengenai laporan keuangan
secaramenyeluruh atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diterima.

Standard Auditing Internasional


Globalisasi dunia usaha dan pasar modal telah menumbuhkan minat dan tren yang kuat untuk
mengembangkan standar akuntansi dan audit yang seragam di seluruh dunia. Saat ini, para
wakil dari berbagai negara bekerja bersama dalam proyek penetapan stnadar untuk
mengoordinasikan standar audit internasional yang baru.

International Standards on Auditing (ISAs) diterbitkan oleh International Auditing


Practices Committee (IAPC) dari International Federation of Accountants (IFAC). IFAC
adalah organisasi profesi akuntansi sedunia, dengan 163 organisasi anggota di 120 negara, yang
mewakili lebih dari 2,5 juta akuntan di seluruh dunia. IAPC berupaya meningkatkan
keseragaman praktik audit dan jasa-jasa terkait di seluruh dunia dengan menerbitkan
persyaratan mengenai berbagai fungsi audit dan atestasi serta mendorong penerimaannya di
seluruh dunia.

ISA secara umum serupa dengan GAAS di Indonesia, meskupiun ada beberapa perbedaan. Jika
auditor di Indonesia mengaudit laporan keuangan historis sesuai dengan ISA, auditor harus
memenuhi semua persyaratan ISA yang jauh diluar cakupan GAAS.

ISA tidak mengesampingkan peraturan-peraturan yang berlaku di suatu negara yang mengatur
audit atas informasi keuangan atau informasi lainnya, karena peraturan di setiap negara itu
sendiri biasanya mengatur praktik-praktik audit. Peraturan ini mungkin berupa ketetapan atau
pernyataan yang dikeluarkan oleh badan pengatur atau badan profesional.
BAB 4 ETIKA PROFESIONAL
Pengertian Etika
Etika didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral. Perilaku etis sangat
diperlukan oleh masyarakat agar dapat berfungsi secara teratur. Kebutuhan akan etika dalam
masyarakat cukup penting, sehingga banyak nilai etika umum yang dimasukkan ke dalam
undang-undang.
Contoh serangkaian prinsip yang telah ditentukan dapat dilihat dalam prinsip-prinsip yang
dikembangkan oleh Josephson Institute of Ethics, sebuah organisasi nirlaba bagi
pengembangan kualitas etika masyarakat. Berikut ini adalah enam nilai etis mengenai perilaku
etis menurut Josephson Institute:
- Dapat dipercaya (trustworthiness) mencakup kejujuran, integritas, reabilitas, dan
loyalitas. Kejujuran menuntut itikad baik untuk mengemukakan kebenaran. Intergritas berarti
bahwa seseorang bertindak sesuai dengan kesadaran yang tinggi, dalam situasi apapun.
Reabilitas berarti melakukan semua usaha yang masuk akal untuk memenuhi komitmennya.
Loyalitas adalah tanggung jawab untuk mengutamakan dan melindungi berbagai kepentingan
masyarakat dan organisasi tertentu
- Penghargaan (respect) mencakup gagasan seperti kepantasan (civility),
kesopansantunan (courtesy), kehormatan, toleransi, dan penerimaan, seseorang yang terhormat
akan memperlakukan pihak lainnya dengan penuh pertimbangan dan menerima perbedaan
serta keyakinan pribadi tanpa nerprasangka buruk.
- Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bertanggung jawab atas tindakan seseorang
serta dpat menahan diri. Pertanggungjawaban juga berarti serusaha sebaik mungkin dan
memberi teladan dengan contoh, mencakup juga ketekunan serta upaya untuk terus melakukan
perbaikan
- Kelayakan (fairness) dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian, sikap
tidak memihak, proporsionalitas, keterbukaan, dan keseksamaan. Perlakuan yang layak berarti
bahwa situasi yang serupa akan ditangani dengan cara yang serupa pula.
- Perhatian (caring) berarti bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain
dan mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan
perbuatan baik
- Kewarganegaraan (citizenship) termasuk kepatuhan pada undang-undang serta
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan
dengan baik, antara lain pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan AS,dan
melindungi sumberdaya alam yang ada.
Sebagian besar orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai tindakan yang berbeda
dengan apa yang mereka anggap tepat dilakukan dalam situasi tertentu. Ada dua alasan utama
mengapa seseorang bertindak tidak etis yaitu:
1. Standar etika seseorang berbeda dengan masyarakat umum. Contoh besar adalah
pencuri. Sebagian besar orang yang melakukan tindakan tersebut tidak menunjukkan rasa
penyesalan saat mereka tertangkap, karena standar etika mereka berbeda dengan yang
berlaku di masyarakat keseluruhan.
2. Orang memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri. Dalam setiap kasus, orang
tersebut mengetahui bahwa perilakunya tidak benar tetapi ia memilih untuk tetap
melakukan itu karena diperlakuan pengorbanan pribadi untuk bertindak secara etis.
DILEMA ETIKA

Dilema etika (ethical dilemma) adalah situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia
harus mengambil keputusan tentang perilaku yang tepat. Para auditor, akuntan, serta pelaku
bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka. Auditor yang
menghadapi klien yang mengancam akan mencari auditor baru kecuali bersdia menerbitkan
suatu pendapat tanpa pengecualian itu tidak tepat.
Ada cara-cara alternatif untuk menyelesaikan dilema etika, tetapi kita harus berhati-hati
untuk menghindari metode yang merasionalkan perilaku tidak etis. Berikut ini adalah metode-
metode rasionalisasi yang sering digunakan, yang dengan mudah dapat mengakibatkan
tindakan tidak etis yaitu Setiap orang melakukannya; Jika sah menurut Hakim, Hal itu etis;
Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya.
Dalam tahun-tahun terakhir, telah dikembangkan kerangka kerja formal untuk
membantu orang-orang menyelesaikan dilema etika. Tujuan dari kerangka kerja seperti itu
adalah membantu mengidentifikasi isu-isu etis dan memutuskan serangkaian tindakan yang
tepat dengan menggunakan nilai dari orang itu sendiri. Pendekatan enam-langkah berikut ini
dimaksudkan agar dapat menjadi suatu pendekatan yang relatif sederhana untuk menyelesaikan
dilema etika:
1. Memperoleh fakta yang relevan
2. Mengidentifikasi isu-isu etis berdasarkan fakta tersebut
3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh olehakibat dari dilema tersebut dan bagaimana
setiap orang atau kelompok itu terpengaruhi.
4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan
dilema tersebut
5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif
6. Memutuskan tindakan yang tepat

KEBUTUHAN KHUSUS AKAN PERILAKU ETIS DALAM PROFESI

Arti istilah profesional adalah tanggung jawab untuk bertindak lebih dari sekedar
memenuhi tanggung jawab diri sendiri maupun ketentuan hukum dan peraturan masyarakat.
Akuntan publik, sebagai profesional, mengakui adanya tanggung jawab kepada masyarakat,
klien, serta rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, meskipun itu berarti pengorbanan
diri. Alasan utama mengharapkan tingkat perilaku profesional yang tinggi oleh setiap profesi
adalah kebutuhan akan kepercayaan publik atas kualitas jasa yang diberikam oleh profesi, tanpa
memandang individu yang menyediakan jasa tersebut.
Cara-cara profesi dan masyarakat mendorong akuntan publik berperilaku pada tingkat
yang tinggi :
KODE PERILAKU PROFESIONAL
Kode Perilaku Profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang
ideal maupun peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan.
Klien. Setiap orang atau entistas, selain dari atasan anggota, yang menugaskan anggota atau
kantornya untuk melaksanakan jasa profesional
Kantor akuntan. Bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum dan peraturan yang
karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan American Institute of Certified Accountants
yang bertugas dalam praktik akuntansi publik
Institute, American Institute of Certified Public Accountants
Anggota. Seorang anggota, anggota asosiasi, atau asosiasi international dari American
Institute of Certified Accountants
Praktik akuntansi publik. Praktik akuntansi publik terdiri dari pelaksanaan kerja untuk klien
oleh seorang anggota atau kantor akuntan anggota, yang bertindak sebagai akuntan publik, atau
jasa profesional akuntansi, perpajakan dll.

Prinsip-prinsip etis
1. Tanggung jawab. Dalam mengemban tanggung jawabnya sebagai profesional, para
anggota harus melaksanakan pertimbangan profesionalnya dan moral yang sensitif dalam
semua aktivitas mereka
2. Kepentingan publik. Para anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian
rupa agar dapat melayani kepentingan publik, menghargai kepercayaan publik, serta
menunjukkan komitmennya pada profesionalisme.
3. Intergritas. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, para anggota
harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profeisonalnya dengan tingkat integritas
tertinggi.
4. Objektifitas dan independensi. Anggota harus memperthankan objektifitasnya dan bebas
dari konflik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Anggota yang
berpraktik bagi publik independen baik dalam fakta maupun dalam penampilan ketika
menyediakan jasa audit dan jasa atestasi lainnya.
5. Keseksamaan. Anggota harus memperhatikan standar teknis dan etis profesi, terus
berusaha meningkatkan kompetensi dan mutu jasa yang diberikannya, serta melaksanakan
tanggung jawab profesional sesuai dengan kemampuan terbaiknya.
6. Ruang lingkup dan sifat jasa. Anggota yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan
prinsip-prinsip Kode Perilaku Profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang
akan disediakannya.

Kaidah etika
Kaidah adalah penjelasan oleh komite eksekutif dari divisi etika profesional tentang
situasi factual khusus. Sejumlah besar kaidah etika dipublikasikan dalam versi yang diperluas
dari kode prilaku profesional AICPA.
Aplikapabilitas peraturan prilaku
Peraturan prilaku yang terdapat dalam kode perilaku profesional AICPA diterapkan
pada semua anggota AICPA atas semua jasa yang diberikan, apakah anggota tersebut
berpraktik atau tidak berpraktik sebagai akuntan publik, kecuali dinyatakan secara khusus
dalam kode etik tersebut.
Setiap peraturan diterapkan pada jasa atestasi, dan kecuali dinyatakan sebaliknya, juga
diterapkan ke semua jenis jasa yang disediakan oleh kantor akuntan publik seperti jasa
aperpajakan dan manajemen. Hanya ada dua peraturan yang dikecualikan bagi jasa-jasa
nonatestasi tertentu:
1. Peraturan 101 Independensi. Peraturan ini mensyaratkan independensi hanya jika AICPA
telah menetapkan ketentuan independensi melalui badan penyusun peraturan yang berada di
bawahnya, seperti Auditing Standards Board. AICPA mensyaratkan independensi hanya untuk
penugasan atestasi.
2. Peraturan 203 Prinsip - prinsip akuntansi. Peraturan ini hanya berlaku pada saat
menerbitkan sesuatu pendapat audit atau laporan jasa review atas laporan keuangan.

INDEPENDENSI
Nilai auditing bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Independensi
terbagi dua yaitu :
1. Independensi dalam berpikir
2. Independensi dalam penampilan
Ketentuan Sarbanas dan SEC yang mengatur tentang Independensi
1. Komite audit : sejumlah anggota direksi perusahaan yang tanggung jawabnya
termasuk membantu auditor agar tetap independen dari manajemen.
2. Konflik yang timbul dari hubungan personalia : penerimaan mantan anggota audit
pada sebuah klien akan meningkatkan masalah dalam independensi.
3. Rotasi Partner
4. Kepentingan kepemilikan : aturan SEC dilarang menugaskan dan melarang
kepemilikan pada klien yang dapat mempengaruhi audit.

PERATURAN PERILAKU DAN INTERPRESTASI INDEPENDENSI


a. Kepentingan Keuangan
Interpretasi peraturan 101 melarang anggota yang terlibat audit memiliki saham atau
investasi langsung pada klien audit karena hal ini akan berpotensi merusaka
independensi.

Kepentingan Keuangan Langsung vs Tidak Langsung


Kepentingan Langsung : jika anggota atau keluarga anggota memiliki lembar
saham.
Kepentingan Tidak Langsung : muncul jika terdapat hubungan kepemilikan
dekat tapi tidak langsung.

Material atau Tidak material : untuk melihat apakah kepemilikan saham


melanggar Interprestasi Peraturan 101 atau tidak.
b. Masalah Keuangan yang Berkaitan
Mantan Praktisi
Prosedur pemberian pinjaman yang normal : umumnya pemberian pinjaman
tidak diperkenankan karena dapat mempengaruhi independensi dari auditor
c. Kepentingan Keuangan dan Penerimaan Bekerja Anggota Keluarga Inti serta
Keluarga Dekat
d. Investasi Bersama pada Klien
e. Direktur,pejabat,manajemen,atau karywan perusahaan
Jika seorang akuntan publik anggota dari dewan direksi atau pejabat dari suatu
perusahaan dikhawatirkan akan mempengaruhi dalam hal evaluasi perusahaan.
PERKARA HUKUM ANTARA KANTOR AKUNTAN DAN KLIEN
Perkara hukum merupakan sebuah pelanggaran atas peraturan 101.

Jasa Pembukuan dan Jasa Lainnya


Akuntan publik diizinkan untuk melakukan pembukuan maupun audit kepada klien audit
perusahaan swasta. Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi auditor sebelum dapat diterima
untuk memeberiakan jasa pembukuan dan audit:
Klien harus bertanggung jawab penuh atas laporan keuangan.
Akuntan publik bukan karywan atau manajemen yang mengoperasikan perusahaan .
Akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan yang disusun
sendiri atau sebagai hatus sesuai GAAS.
FEE YANG BELUM DIBAYAR
Fee yang belum dibayar akan mengganggu independensi. Fee yangbelum dibayarkan dari
klien yang bangkrut tidak melanggar peraturan 101.

JARINGAN KERJA KANTOR AKUNTAN


KERANGKA KERJA KONSEPTUAL TENTANG INDEPENDENSI
Pendekatan berbasis risiko untuk menilai apakah independensi terganggu:
Mengidentifikasi dan mengevaluasi situasi yang mungkin mengancam independensi.
Menentukan apaakah pengamanan sudah dilakukan atau dapat diimplementasikan
yang akanmengeliminasi atau cukup mengurangi ancaman.
Menyimpulkan bahwa independensi terganggu jika tidak tersedia perlindungan untuk
mengeliminasi ancaman yang tidak dapat diterima atau menguranginya hingga tingkat
yang dapat diterima.

PERATURAN PERILAKU LAINNYA


1. Integritas dan objektivitas
2. Kerahasiaan
3. Fee kontijen
4. Iklan dan permohonan
5. Komisi dan fee referal
6. Bentuk dan nama organisasi
BAB 5 KEWAJIBAN HUKUM
Lingkungan Hukum yang Berubah
Menurut common law, para profesional audit bertanggung jawab untuk memenuhi apa
yang telah dinyatakan dalam kontrak dengan klien. Apabila auditor gagal memberikan jasa
atau tidak cermat dalam pelaksanaannya, mereka secara hukum bertanggung jawab kepada
klien atas kelalailan dan/atau pelanggaran kontrak, dan dalam situasi tertentu, kepada pihak
selain klien mereka.
Meskipun profesi telah melakukan berbagai upaya untuk membahas kewajiban
hukum akuntan publik, jumlah tuntutan dan besar ganti-rugi bagi para penuntut tetap tinggi,
termasuk tuntutan yang melibatkan pihak ketiga menurut common law maupun UU sekuritas
federal. Faktor-faktor yang menjadi penyebab utamanya:
1. Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung
jawab akuntan publik.
2. Kesadaran yang meningkat di pihak Securities dan Exchange Commisission (SEC)
mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor.
3. Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh meningkatnya
ukuran bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis.
4. Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan
terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang
salah, bersama dengan beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep
kewajiban deep pocket).
5. Keputusn pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus
melawan akuntan publik telah mendorong para pengacara untuk memberikan
pelayanan hukum atas dasar fee kontujensi. Kesepakatan ini menawarkan keuntungan
kepada pihak yang dirugikan bila tuntutannya berhasil, dan kerugian yang minimum
bila tuntutannya tidak berhasil.
6. Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar
pengadilan untuk menghindri biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang
merugikan, ketimbang menyelesaikannya melalui proses pengadilan.
7. Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterpretasikan
masalah teknis akuntansi dan auditing.

Membedakan Antara Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit, Dan Risiko


Audit
Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan
hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai laporan
keuangan atas dua konsep:
1. Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit
2. Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit
Kegagalan bisnis (business failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu
mengembalikan pinjamannya atau memenuhi harapan para investor karena keadaan ekonomi
atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk., atau persaingan yang tak
terduga dalam industry itu.
Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat audit
yang tidak benar karena gagal memenuhi persyaratan standar audit. Contohnya adalah kantor
yang menugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas audit
tertentu, di mana mereka gagal menemukan salah saji yang material dalam catatan klien yang
seharusnya dapat ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat.
Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah
melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar,
sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material. Risiko audit tidak
dapat dielakkan, karena auditor mengumpulkan bukti hanya atas dasar pengujian dan karena
kecurangan yang disembunyikan dengan baik sangat sulit dideteksi. Seorang auditor mungkin
saja menaati seluruh standar auditing, namun masih gagal mengungkapkan salah saji yang
material akibat kecurangan.

Konsep-Konsep Hukum Yang Mempengaruhi Kewajiban


Konsep Orang yang Bijak
Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa auditor bukan
penjamin atau penerbit laporan keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk melakukan audit
dengan kemahiran, dan tidak diharpakan benar 100 persen. Standar kemahiran (due
care) disebut sebagai konsep orang yang bijak (prudent person concept), hal ini
dikemukakan dalam Cooley on Torts.
Kewajiban atas Tindakan Pihak Lain
Para partner mungkin juga bertanggung jawab atas pekerjaan orang yang mereka
andalkan menurut UU Keagenan. Tiga kelompok auditor yang paling mungkin diandalkan
adalah para karyawan, kantor akuntan publik lain yang ditugaskan untuk melakukan sebagian
pekerjaan, dan para spesialis yang dihubungi untuk menyediakan informasi teknis. Jika
seorang karyawan melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya dapat ikut
bertanggung jawab atas kinerja karyawan tersebut.
Tidak adanya Komunikasi Istimewa
Menurut Common Law, akuntan publik tidak berhak menyembunyikan informasi dari
pengadilan dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia. Diskusi rahasia antara
klien dan auditor tidak dapat disembunyikan dari pengadilan.
Syarat-syarat Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban Akuntan Publik
Syarat yang berkaitan dengan kelalaian dan penipuan: kelalaian biasa, kelalaian besar,
penipuan konstruktif, penipuan.
Syarat yang berkaitan dengan hukum kontrak: pelanggaran kontrak, manfaat pihak
ketiga.
Syarat-syarat lain: common Law, UU Statuter, Kewajiban bersama dan tertentu,
kewajiban terpisah dan proporsional.
Sumber-Sumber Kewajiban Hukum
Empat sumber kewajiban hukum:
1. Kewajiban kepada klien
2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common law
3. Kewajiban sipil menurut UU sekuritas federal
4. Kewajiban kriminal.

Kewajiban Kepada Klien


Sumber tuntutan hukum yang paling umum terhadap akuntan publik adalah dari klien.
Kewajiban yang umum akibat tuntutan hukum klien melibatkan klaim bahwa auditor tidak
dapat menemukan pencurian oleh karyawan akibat kelalaian dalam melaksanakan audit.
Masalah utama dalam kasus yang melibatkan dugaan kelalaian biasanya adalah tingkat
kemahiran yang diperlukan.
Pembelaan Auditor terhadap Tuntutan Klien
Kantor akuntan publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari empat
pembelaan bila ada tuntutan hukum oleh klien, yaitu:
1. Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan
Berarti bahwa kantor akuntan publik mengklaim bahwa tidak ada kontrak yang
tersirat atau pun yang dinyatakan secara jelas.
2. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian (nonnegligent performance)
Untuk pelaksanaan kerja tanpa kelalaian dalam suatu audit, kantor akuntan public
mengklaim bahwa audit dilaksanakan sesuai standar suditing.
3. Kelalaian kontribusi (contributory negligence
Pembelaan terhadap kelalaian kontribusi terjadi apabila auditor mengklaim bahwa
tindakan klien telah mengakibatkan bauk kerugian yang menjadi dasar denda atau pun
campur tangan dalam pelaksanaan audit dengan cara sedemikian rupa sehingga auditor
tidak dapat menemukan penyebab kerugian tersebut.

4. Ketiadaan hubungan timbal balik (sebab-akibat)


Agar berhasil dalam menggugat auditor, klien harus dapat menunjukkan adanya
hubungan sebab-akibat yang jelas antara kelalaian auditor dalam menaati standar auditing
dengan kerugian yang diderita klien

Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga Menurut Common Law


Akuntan Publik dapat memiliki kewajiban kepada pihak ketiga menurut common law.
Pihak ketiga meliputi pemegang saham actual dan calon pemegang saham, pemasok, bankir
dan kreditor lain, karyawan, serta pelanggan. Akuntan publik dapat mempunyai kewajiban
terhadap pihak ketiga jika pihak yang mengklaim menderita kerugian akibat mengandalkan
laporan keuangan yang menyesatkan. Kasus audit utama yang mengawali kewajiban terhadap
pihak ketiga ini adalah Ultramares Corporation vs. Touche (1931). Dalam kasus ini,
pengadilan menyatakan bahwa meskipun para akuntan lalai, mereka tidak bertanggung jawab
kepada para kreditor karena kreditor bukan penerima manfaat utama. Dalam konteks ini,
penerima manfaat utama adalah seseorang yang diberi tahu kepada auditor sebelum
melaksanakan audit.
Tiga pendekatan utama yang diberlakukan dalam foreseen user:
1. Credit Alliance
Pengadilan Banding di New York berpegang pada konsep dasar dari privity of
contract yang ditetapkan dalam Ultramares dan menyatakan bahwa agar dapat
bertanggung jawab,
1. Auditor harus mengetahui dan menyadari bahwa hasil pekerjaanya akan
digunakan oleh pihak ketiga untuk tujuan tertentu
2. Pengetahuan serta kesadaran tersebut harus dibuktikan oleh perilaku auditor.

2. Restatement of Torts
Pendekatan yang digunakan oleh sebagian besar negara bagian adalah
menerapkan peraturan yang mengacu pada Restatement of Torts, yaitu seperangkat
prinsip hukum otoritatif. Restatement rule menyatakan bahwa foreseen users harus
menjadi anggota dari kelompok pemakai yang terbatas dan dapat diidentifikasi yang
mengandalkan pekerjaan akuntan publik.

3. Forseeable Users
Menurut konsep ini, para pemakai yang sudah harus dapat ditentukan
sebelumnya oleh auditor sebagai pemakai laporan keuangan klien, memiliki hak yang
sama seperti halnya pada privity of contract.
Kewajiban Sipil Menurut Undang-Undang Sekuritas Federal
Securities Act Tahun 1993
Section 11 dari UU tahun 1933 mendefinisikan hak pihak ketiga dan auditor yang
diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Setiap pihak ketiga yang membeli sekuritas, yang dijelaskan dalam laporan
pendaftaran bisa menggugat auditor atas adanya salah saji yang material atau
penghilangan angka dalam laporan keuangan yangtelah diaudit yang disertakan dalam
laporan pendaftaran
2. Pemakai pihak ketiga tidak mempunyai beban untuk membuktikan bahwa mereka
mengandalkan laporan keuangan atau bahwa auditor telah lalai atau menipu dalam
melakukan audit.
3. Auditor berkewajiban menunjukkan pembelaannya bahwa audit yang memadai telah
dilakukan atau seluruh atau sebagian dari kerugian penggugat disebabkan oleh faktor-
faktor selain laporan keuangan yang menyesatkan.

Securities Exchange Act Tahun 1934


Kewajiban auditor menurut Securities Axchange Act tahun 1934 sering kali berpusat
pada laporan keuangan yang tekah diaudit yang diterbitkan kepada publik dalam laporan
tahunan, yang diserahkan kepada SEC sebagai bagian dari laporan tahunan Form 10-K.
Peraturan 10b-5 dari Securities Exchange Act tahun 1934
Section 10 dan Peraturan 10b-5 sering kali disebut sebaga ketentuan anti kecurangan
dari undang-undang tahun 1934, karena menghalangi setiap aktivitas penipuan yang
melibatkan pembelian atau penjualan setiap sekuritas. Berbagai keputusan pengadilan federal
menjelaskan bahwa Peraturan 10b-5 berlaku tidak hanya bagi penjual langsung, tetapi juga
akuntan, penjamin emisi, dan puhak lainnya.
Pembelaan Auditor
Tiga pembelaan serupa yang tersedia bagi auditor dalam kasus tuntutan menurut
common law oleh pihak ketiga juga berlaku bagi tuntutan menurut UU tahun 1934:
pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, tidak ada kewajiban, dan ketiadaan hubungan timbale
balik atau sebab-akibat.
Sanksi SEC
Rules of Practise SEC akan memungkinkan SEC untuk menolak, baik untuk
sementara maupun seterusnya, praktik kantor akuntan publik dalam kaitannya dengan laporan
keuangan perusahaan publik, baik karena kurangnya kualifikasi yang tepat atau terlibat dalam
perilaku profesional yang tidak etis atau tidak pantas.
Foreign Corrupt Practise Act Tahun 1977
Tindakan penting lain oleh kongres yang mempengaruhi kantor akuntan publik
maupun kliennya adalah disahkannya Foreign Corrupt Practises Act tahun 1977. UU ini
melarang pemberian uang suap kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh
dan memperoleh atau mempertahankan hubungan bisnis. UU yang baru ini juga mewajibkan
anggota yang terdaftar pada SEC menurut Securities Exchange Act tahun 1934 untuk
memenuhi persyaratan tambahan yang menyangkut catatan yang lengkap dan akurat, serta
sistem pengendalian internal yang memadai.

Kewajiban Kriminal
Cara keempat para akuntan publik yang dapat dianggap bertanggung jawab adalah
menurut kewajiban kriminal bagi akuntan (criminal liability for accountants). Akuntan publik
dapat disalahkan karena tindakan criminal menurut hukum federal ataupun negara bagian.
Menurut hukum negara bagian, undang-undang yang paling mungkin berlaku adalah Uniform
Securities Act, yang serupa dengan dengan sebagian peraturan SEC.

Respon Profesi Terhadap Kewajiban Hukum


AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal untuk mengurangi
risiko para praktisi terkena tuntutan hukum:
1. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai
dengan lebih baik
3. Mendidik para pemakai mengenai batasu auditing.

Beberapa aktivitas khusus:


1. Riset dalam auditing
2. Penetapan standar dan peraturan
3. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
4. Menetapkan persyaratan peer review
5. Melawan tuntutan hukum
6. Pendidikan bagi pemakai laporan keuangan
7. Member sanksi kepada anggota karena perilaku dan kinerja yang tidak pantas
8. Melobi perubahan UU.
Melindungi Akuntan Publik Individual Dari Kewajiban Hukum
Seorang auditor yang berpraktik juga jdapat pula mengambil tindakan tertentu untuk
meminimalkan kewajibannya. Beberapa tindakan tersebut adalah:
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2. Mempekerjakan personil yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka secara
layak
3. Mengikuti standar profesi
4. Mempertahankan independensi
5. Memahami bisnis klien
6. Melaksanakan audit yang bermutu
7. Mendokumentasikan pekerjaan yang layak
8. Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
10. Mengadakan asuransi yang memadai
11. Mencari bantuan hukum
12. Memilih bentuk organisasi dengan kewajiban terbatas
13. Mengungkapkan skeptisme profesional

Anda mungkin juga menyukai