dipercaya.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah yakni:
Apa yang dimaksud dengan etika?
Bagaimana etika dalam dunia bisnis?
Bagaimana etika seorang akuntan manajemen?
Bagaimana etika seorang akuntan public?
Apa sebaiknya yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi dan mencegah kecurangan
seperti kasus PT KAI?
1.3
1.
2.
3.
4.
TUJUAN
Mengetahui arti etika.
Mengetahui arti etika dalam dunia bisnis.
Mengetahui bagaimana etika seorang akuntan manajemen.
Mengetahui bagaimana etika seorang akuntan public.
5. Mengetahui apa sebaiknya dilakukan perusahaan untuk mengatasi dan mencegah kecurangan
seperti kasus PT KAI.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 ETIKA DALAM BISNIS DAN PROFESI
Secara etimologi Etika berasal dari bahasa Yunani Ethos, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan Moral yang
merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam bentuk jamaknya Mores, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang
sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau
moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah perilaku yang baik yang telah melekat pada diri manusia itu sendiri
sebagai pedoman hidup, baik dilakukan dalam kehidupan pribadi maupun sosial
dimasyarakat.
2.1.1 Macam-macam Teori Etika
a. Etika Teleologi
Teori teleologi, artinya mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai dengan tindakan itu. Sesuatu pekerjaan dinilai baik jika mempunyai tujuan
1.
2.
kenikmatan fisik.
Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti bermanfaat. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Yang menjadi
dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima
dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban
Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu
melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan
adil,
atau
jujur,
atau
murah
hati
dan
sebagainya.
Keutamaan merupakan disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan
a.
Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan
prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan
b.
Dapat membantu membedakan mana yang tidak boleh dirubah dan mana yang boleh
dirubah
Dapat membantu seseorang mampu menentukan pendapat
Dapat menjembatani semua dimensi atau nilai-nilai.
Prinsip-prinsip etika :
Tanggungjawab
Kepentingan masyarakat
Integritas
Objektivitas dan independensi
Keseksamaan
Lingkup dan sifat jasa
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam
sebuah perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan prilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham dan masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang
beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan
mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Etika Bisnis memiliki tiga aspek yaitu etika deskriptif mempelajari dan menguraikan
moral suatu masyarakat, kebudayaan dan bangsa, etika normatif secara sistematis berusaha
menyajikan norma-norma moral yang berlaku bagi praktek bisnis, serta memberikan suatu
sistem moral, dan meta-etika adalah studi tentang etika normatif yang mengkaji makna serta
istilah-istilah moral dan logika dari penalaran moral.
Pelanggaran etika bisnis adalah penyimpangan standar standar nilai (moral) yang
menjadi pedoman atau acuan sebuah perusahaan (manajer dan segenap karyawannya) dalam
pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Tindakan yang bertentangan
dengan etika bisnis dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum. Pengertian
perbuatan yang melawan hukum dikemukakan dalam pasal 1365 KUH Perdata.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlian dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam.
Prinsip-prinsip etika profesi :
1.
Prinsip Keadilan. Prinsip ini terutama menuntut orang yang profesional agar dalam
menjalankan profesinya ia tidak merugikan hak dan kepentingan pihak tertentu, khususnya
orang-orang yang dilayani dalam rangka profesinya
2.
Prinsip Otonomi. Prinsip yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar agar
mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya. Karena hanya kaum
profesional ahli dan terampil dalam bidang profesinya, tidak boleh ada pihak luar yang ikut
campur tangan dalam pelaksanaan profesi tersebut
pengendalian,
pembuatan
keputusan,
optimalisasi
penggunaan
sumber
daya,
pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja, pengamanan
asset. Chartered Institute of Management Accountant (1994:30).
Akuntansi Manajemen berhubungan dengan informasi mengenai perusahaan untuk
memberikan manfaat bagi para pemakai laporan keuangan yang berada dalam perusahaan
(manajemen) sebagai bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan keputusan.
Lingkup informasi pada Akuntansi Manajemen cenderung lebih sempit, tidak lagi
berfokus pada perusahaan sebagai satu entitas melainkan lebih detil karena lingkup informasi
bertujuan untuk melaporkan bagian-bagian tertentu dari perusahaan, seperti bagian produksi,
bagian pemasaran dan lainnya. Namun kompleksitas lingkup informasi keuangan yang
dihasilkan oleh Akuntansi Manajemen ini nantinya akan sejalan dengan tingkat-tingkat
manajemen yang terlibat dalam membuat keputusan.
Dalam fokus informasi, Akuntansi Manajemen cenderung berorientasi pada masa yang
akan datang, karena pengambilan keputusan selalu menyangkut tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang, namun untuk sumber
informasi yang akan diolah bisa bervariasi, mulai dari biaya-biaya di masa lalu (historical
cost), biaya sekarang (current cost) atau biaya masa datang (future cost).
Kriteria bagi informasi Akuntansi Manajemen tidak dibatasi oleh prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum, selama itu memberi manfaat bagi pihak manajemen
perusahaan, baik itu dalam hal pengukuran, ataupun perhitungan. Dalam Akuntansi
manajemen, praktik-praktik yang telah terbukti berhasil dan bermanfaat pada suatu
perusahaan kebanyakan akan ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain yang kemudian akan
menyebar luas dalam dunia industri. Selain itu, pada Akuntansi Manajemen tidak ada
organisasi ataupun undang-undang yang mengatur praktik-praktiknya, selama itu bermanfaat
untuk manajemen perusahaan maka perusahaan akan terus menggunakan praktik-praktik
tersebut.
Akuntansi Manajemen menghasilkan informasi yang akan membantu manajemen untuk
mengambil keputusan yang berhubungan dengan kebijakan perusahaan, baik untuk
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian, pengambilan keputusan yang
berhubungan dengan kebijakan dalam perusahaan selalu menyangkut masa yang akan datang.
Akuntansi Manajemen sering mengumpulkan informasi-informasi yang relevan dengan
pengambilan keputusan dan bersifat taksiran karena pengambilan keputusan selalu
menyangkut tentang masa yang akan datang.
Akuntansi manajemen berperan dalam pemberian informasi historis dan prospektif
untuk memfasilitasi perencanaan. Informasi akuntansi diperlukan untuk membuat prediksiprediksi dan estimasi mengenai kejadian ekonomi yang akan datang dikaitkan dengan kedaan
ekonomi dan politik saat ini.
Secara umum tujuan dari sistem akuntansi manajemen adalah :
Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penghitungan harga pokok jasa, produk, dan
Perencanaan tujuan
Perencanaan operasional
Penganggaran
Pengendalian
Pelaporan
Permasalahan dalam akuntansi manajemen antara lain :
Efisiensi biaya
Kualitas produk
Pelayanan
The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan bahwa
akuntansi manajemen sebagai praktik meluas ke tiga bidang berikut :
1. Manajemen Strategi - Memajukan peran akuntan manajemen sebagai mitra strategis dalam
organisasi
2.
diharapkan
Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang
disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi sehingga sistem
pelaporan tersebut dapat memberikan kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya
dan
pengendalian,
pengambilan
keputusan,
optimalisasi
keputusan,
pengungkapan pemegang saham dan pihak luar, pengungkapan entitas organisasi bagi
karyawan, dan perlindungan atas aset organisasi. Akuntansi Manajemen (Managerial
Accounting) berhubungan dengan pengidentifikasian dan pemilihan yang terbaik dari
beberapa alternatif kebijakan atau tindakan dengan menggunakan data historis atau taksiran
untuk membantu pimpinan.
2.2.1
sering berbeda pandangan terhadap arti istilah etis; tatapi tampaknya terdapat suatu prinsip
umum yang mendasari semua sistem etika. Prinsip ini diekspresikan oleh keyakinan bahwa
setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk kebaikan anggota lainnya.
Keinginan untuk berkorban demi kebaikan kelompoknya merupakan inti dari tindakan yang
etis.
Ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip yang
melukiskan benar dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut adalah :
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
3. Memegang janji (promise keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
10. Akuntabilitas (accountibility)
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang
menguraikan tentang standar perilakuk etis akuntan manajemen. Akuntan manajemen tidak
akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan standar ini atau mereka tidak
akan menerima pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut dari orang lain dalam organisasi
mereka.
Standar etika akuntan manajemen, yaitu :
1. Competence (kompetensi)
Artinya dia harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya, mengikuti
hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan lengkap
berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
a) Pengetahuan Profesional adalah menunjukkan tingkat mahir keahlian profesional dalam
pengetahuan akuntansi agar menjaga tetap terkini dengan perkembangan dan tren.
Pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi yang berlaku dan
sistem untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan.
b) Keuangan monitoring dan analisis adalah memantau dan mengumpulkan data untuk menilai
akurasi dan integritas kuat dalam menganalisis data yang bertujuan untuk memastikan
kepatuhan dengan standar yang berlaku dengan peraturan dan sistem pengendalian internal,
menafsirkan dan mengevaluasi hasil guna mempersiapkan dokumentasi dan membuat laporan
keuangan dan/atau presentasi.
c) Pengambilan keputusan adalah penggunaan pendekatan yang efektif untuk memilih tindakan
atau mengembangkan solusi yang sesuai untuk mencapai kesimpulan, mengambil tindakan
d)
e)
1.
Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan dengan
untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga
3. Integrity (integritas)
Integritas (integrity) adalah perlindungan terhadap sistem dari perubahan yang tidak
terotorisasi, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja.
Auditor harus jujur dan bersikap adil serta dapat dipercaya dalam hubungan profesionalnya.
Meliputi menghindari konflik kepentingan yang tersirat maupun tersurat, menahan diri dari
aktivitas yang akan menghambat kemampuan, menolak hadiah, bantuan, atau keramahan
yang akan mempengaruhi segala macam tindakan dalam pekerjaan, mengetahui dan
mengkomunikasikan batas-batas profesionalitas, mengkomunikasikan informasi yang baik
maupun tidak baik, menghindarkan diri dalam keikutsertaan atau membantu kegiatan yang
akan mencemarkan nama baik profesi.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan semua pihak
terhadap potensi konflik
2. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan
terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis
3. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi mereka
dalam bertugas
4. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi organisasi dan
tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
5. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala lainnya yang
akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab atau kinerja sukses dari
suatu aktivitas
6. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini profesional
7. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
4. Objective of Management Accountant (Tujuan dari Akuntansi Manajemen)
Tujuan dari Akuntansi Manajemen adalah profesi yang melibatkan bermitra dalam keputusan
manajemen membuat, merancang perencanaan dan kinerja sistem manajemen, dan
menyediakan keahlian dalam melalui laporan keuangan dan kontrol untuk membantu
manajemen dalam perumusan dan implementasi strategi organisasi.
Auditor tidak boleh berkompromi mengenai penilaian profesionalnya karenadisebabkan
prasangka, konflik kepentingan dan terpengaruh orang lain, seperti memberitahukan
informasi dengan wajar dan objektif dan mengungkapkan sepenuhnya informasi relevan.
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk :
1. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
2. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan mempengaruhi pemahaman
pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang dikeluarkan
5. Whistle blowing
Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk membocorkan
kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi utamanya adalah moral. Whistle blowing
sering disamakan begitu saja dengan membuka rahasia perusahaan.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
1. Whistle Blowing internal, yaitu kecurangan dilaporkan kepada pimpinan perusahaan
tertinggi, pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan bijak, loyalitas moral bukan
tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan, melainkan pada nilai moral: keadilan,
ketulusan, kejujuran, dan dengan demikian bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia
pada pemimpin melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral
2. Whistle Blowing eksternal, yaitu membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak luar
seperti masyarakat karena kecurangan itu merugikan masyarakat, motivasi utamanya adalah
mencegah kerugian bagi banyak orang, yang perlu diperhatikan adalah langkah yang tepat
sebelum membocorkan kecurangan terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim bisnis
yang baik dan etis memang dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik.
6. Creative Accounting (Akuntansi kreatif)
Creative Accounting adalah praktek akuntansi yang mengikuti peraturan dan undangundang yang diperlukan, tetapi menyimpang dari standar apa yang mereka berniat untuk
menyelesaikan. Akuntansi kreatif memanfaatkan pada celah di standar akuntansi untuk
memerankan palsu citra yang lebih baik perusahaan. Semua proses dimana beberapa pihak
menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya
standar, teknik, dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan.
Creative accounting melibatkan begitu banyak manipulasi, penipuan, penyajian laporan
keuangan yang tidak benar, seperti permainan pembukuan (memilih penggunaan metode
alokasi, mempercepat atan menunda pengakuan atas suatu transasksi dalam suatu periode ke
periode yang lain).
7. Fraud (kecurangan)
menimbulkan kerugian nyata atau potensial atas tindakan pelaku fraud. Meskipun perusahaan
secara hukum dapat menuntut pelaku fraud, ternyata tidak mudah usaha untuk menangkap
para pelaku fraud, mengingat pembuktiannya relatif sulit.
Jenis-jenis fraud, yaitu :
1.
Pemalsuan (Falsification) data dan tuntutan palsu (illegal act). Hal ini terjadi manakala
seseorang secara sadar dan sengaja memalsukan suatu fakta, laporan, penyajian atau klaim
yang mengakibatkan kerugian keuangan atau ekonomi dari para pihak yang menerima
2.
3.
mempunyai hak milik itu di mana pemilikan diperoleh dari suatu hubungan kepercayaan.
Kecurangan Komputer (Computer fraud) meliputi tindakan ilegal yang mana pengetahuan
tentang
teknologi
komputer
Dengan
adalah
menggunakan
esensial
sebuah
untuk perpetration,
komputer
seorang
fraud perpetrator dapat mencuri lebih banyak dalam waktu lebih singkat dengan usaha yang
lebih kecil. Pelaku fraud telah menggunakan berbagai metode untuk melakukan Computer
fraud .
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan ekspektasi
terhadap prestasi pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang
merupakan sumber penyajian kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena kecurangan
terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah irregularities (ketidakberesan).
Bentuk kecurangan seperti ini seringkali dinamakan kecurangan manajemen (management
fraud), misalnya berupa manipulasi, pemalsuan, atau laporan keuangan. Kesengajaan dalam
salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional omissions) suatu transaksi,
kejadian, atau informasi penting dari laporan keuangan.
Karakteristik Kecurangan :
a.
b.
1.
2.
3.
4.
Greed (keserakahan)
Opportunity (kesempatan)
Need (kebutuhan)
Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan
(disebut
juga
faktor
individual).
Sedangkan
faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi
a.
tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap
b.
1.
2.
perincian/penjelasan pendukung
Pengeluaran tanpa dokumen pendukung
Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar
Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung pembayaran
Kekurangan barang yang diterima
Kemahalan harga barang yang dibeli
Faktur ganda
Penggantian mutu barang
tanpa
otorisasi
manajemen
dan
tanpa
atau
setidaknya
menekan
kemungkinan
2.
adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang bertujuan untuk
memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat otorisasi yang memadai yang dicatat
3.
4.
1. Auditor Internal yang ingin memiliki landasan pengetahuan yang kuat di bidang fraud
auditing baik menyangkut pencegahan, pendeteksian ataupun dalam investigasinya
2. Operations managers yang ingin mengembangkan wawasan dan pengetahuannya dalam
pendeteksian dan pencegahan kecurangan
2.3 EARNING MANAGEMENT ( MANAJEMEN LABA )
Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan
keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu
pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai
angka laba tanpa rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000 dalam Rahmawati dkk, 2006).
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi
keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan
karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba
tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi
lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh
manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap
manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam
keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko
portofolionya (Ashari dkk, 1994 dalam Assih, 2004).
Konsep earning management menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory)
yang menyatakan bahwa "praktek earning management dipengaruhi oleh konflik antara
kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak
berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang
dikehendakinya". Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu sematamata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak
untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Agent
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara
lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik
kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas
manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan
keinginan pemegang saham (pemilik).
Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang
kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan
kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
2.
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos politik
Memandang earning management dari perspektif kontrak efisien, artinya earning
management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak. Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar
perusahaannya melalui earning management
Menurut Watt dan Zimmerman tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui
earning management meliputi: mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi
keputusan pelaku pasar modal, menghindari biaya politik.
Pola Dalam Earning Management
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu, jumlah,
atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan metode
akuntansi dan accounting judgment. Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering
dilakukan manajer dalam earning management adalah:
1.
Taking a bath
Terjadinya taking a bath pada periode stress atau reorganisasi termasuk pengangkatan CEO
baru. Bila pemisahaan hams melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan
laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang
akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan
datang sebagai kerugian pada periode berjalan, ketika kondisi buruk yang tidak
menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu manajemen hams
menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat
ini serta melakukan clear the desk sehingga laba yang dilaporkan di periode yang akan datang
2.
meningkat
Income minimization
Bentuk ini mirip dengan "taking a bath", tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni dilakukan
sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan
aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya.
Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat
perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal
dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan,
3.
4.
Pendekatan lain yang digunakan dalam mengendalikan net income : Pertama, dengan
mengendalikan transaksi-transaksi akrual, dimana transaksi akrual memiliki pengaruh
terhadap pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. Contoh: amortisasi dan
depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan masa
manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya pembebanan pada biaya sesuai
keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil akhir pada net income yang diinginkan.
Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary accrual dan non discretionary accrual.
Discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan
merupakan pilihan kebijakan manajemen, sedangkan non discretionary accrual adalah
pengakuan akrual laba yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Kedua, dengan mengubah kebijakan akuntansi, manajemen juga dapat
menentukan net income yang diinginkan, namun hasrat manajemen untuk melaksanakan hal
ini tidak sekuat accrual items. Alasannya adalah manajemen harus menjelaskannya dalam
disclosure pada laporan keuangan tahunan. Dan alasan ini adalah bahwa standar akuntansi
tentang konsistensi mencegah terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin.
Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini
hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar
akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang
lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas.
Cara Menentukan Adanya Earning Management
Dalam menentukan ada atau tidaknya tindakan earning management dapat dideteksi
melalui pendekatan total accruals. Salah satu kelebihan dari pendekatan total accruals adalah
pendekatan tersebut berpotensi untuk dapat mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan
atau menaikkan keuntungan, karena cara-cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk
diketahui pihak luar.
Total accruals terdiri dari discretionary accruals (karena kebijakan manajemen) dan
non-discretionary accruals, dimana total accruals (non-kebijakan manajemen) digunakan
sebagai proxy dari discretionary accruals karena discretionary accruals tidak mudah
diobservasi oleh para pemakai laporan keuangan. Pendekatan ini berasumsi bahwa komponen
non-discretionary accruals cenderung stabil sepanjang waktu, sehingga yang layak untuk
dipertimbangkan adalah komponen discretionary accruals. Discretionary accruals adalah
pengakuan akrual laba/ beban yang bebas tidak diatur dan menampakan pilihan kebijakan
manajemen. Contoh: pada akhir tahun buku perusahaan mengetahui bahwa suatu piutang
tertentu tidak dapat ditagih. Perusahaan dapat melakukan pencatatan kapan piutang tersebut
dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku berikutnya. Sedangkan nondiscretionary accruals adalah sebaliknya, pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk
pada suatu standar/ prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Contoh: satu fakta yang
sama dapat dilaporkan dengan cara yang berbeda, mesin yang sama dapat didepresiasikan
dengan dua metode yang berbeda (garis lurus/ saldo menurun) atau dengan dua estimasi umur
ekonomis yang berbeda. Perbedaan metode/ perbedaan estimasi tersebut akan menghasilkan
nilai akhir (laba) yang sedikit berbeda. Oleh karena non-discretionary accruals merupakan
akrual wajar, dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (tidak
wajar) maka non-discretionary accruals ini tidak relevan dalam objek penelitian ini. Oleh
karena itu bentuk akrual yang dianalisis dalam penelitian ini adalah bentuk discretionary
accruals yang merupakan akrual tidak normal dan menimpakan pilihan kebijakan
manajemen.
Sisi Baik Managemen Laba
Alasan lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa ada "baik" sisi untuk
itu. Seperti disebutkan, kita dapat mempertimbangkan sisi baik dari manajemen laba baik dari
kontraktor dan perspektif pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak sejauh mana laba
manajemen bisa baik berhubungan dengan kontrak yang efisien versus oportunistik bentuk
teori akuntansi positif. Berdasarkan kontrak yang efisien, maka diinginkan untuk memberikan
manajer beberapa kemampuan untuk mengelola pendapatan di dalam menghadapi kontak
lengkap dan kaku. Kita harus berhati-hati untuk tidak selalu menafsirkan bukti manajemen
laba untuk bonus, perjanjian hutang, dan alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen
laba bisa menjadi alat untuk menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga harga saham
dapat lebih mencerminkan prospek masa depan perusahaan.
Sisi Buruk Managemen Laba
1.
2.
Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan moral/etika, apakah tindakan
manajer melakukan manajemen laba tidak akan menyesatkan pemakai laporan keuangan.
Apalagi karena laba merupakan komponen penting yang dipantau para pemakai laporan
keuangan. Ditinjau dari legalitas, tidak ada yang dilanggar karena pemilihan metode
akuntansi tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku di samping merupakan
kewenangan manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan dipakai. Menilai etis atau
tidaknya manajemen laba dapat dilihat dari sudut pandang pencapaian keseimbangan antara
kepentingan individu (manajer) dengan kewajiban terhadap pihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan (stakeholder). Yang dimaksud dengan stakeholder adalah pemegang saham,
karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur dan investor. Penilaian tersebut hanya dapat
dilakukan kalau manajer melakukannya secara sadar, artinya menyadari implikasi jangka
panjang yang ditimbulkan. Tekanan persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi bisa
menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk perusahaan yang menggunakan angka
akuntansi untuk penilaian kinerja secara mutlak. Manajer dengan kinerja keuangan
yangburuk dan perusahaan dengan laba rendah lebih mudah melakukan tindakan tidak etis
dibandingkan manajer dengan kinerja keuangan baik dan perusahaan dengan laba.
Beberapa hal yang memotivasi manajer untuk melakukan manajemen laba :
1.
2.
3.
Motif politik
Motivasi politik timbul karena manajemen memanfaatkan kelemahan akuntansi yang
menggunakan estimasi akrual serta pemilihan metode akuntansi dalam rangka menghadapi
4.
pada periode ini tarif pajak penghasilannya telah menurun sehingga perusahaan dapat
5.
6.
akan cenderung melakukan strategi income maximization untuk meningkatkan bonus mereka.
Penawaran saham perdana (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer
perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka
dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
2.3.1 TEORY AGENCY ( TEORI KEAGENAN )
Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang
dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan,
sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja
antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang (agensi) yaitu manajer.
Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau
lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan
kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut.
Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi ketidakseimbangan
informasi (asymmetrical information) karena agent berada pada posisi yang memiliki
informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan principal. Dengan
asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri,
maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong agent untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Dalam kondisi yang
asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam
laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
Kemudian, masalah keagenan juga akan timbul jika pihak manajemen atau agen
perusahaan tidak atau kurang memiliki saham biasa perusahaan tersebut. Karena dengan
keadaan ini menjadikan pihak manajemen tidak lagi berupaya untuk memaksimumkan
keuntungan perusahaan dan mereka berusaha untuk mengambil keuntungan dari beban yang
ditanggung oleh pemegang saham. Cara yang dilakukan pihak manajemen adalah dalam
bentuk peningkatan kekayaan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas perusahaan.
Dijelaskan dalam Jensen dan Meckling (1976), Jensen (1986), Weston dan Brigham (1994),
bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu; (1) antara pemegang
saham dan manajer, dan (2) antara pemegang saham dan kreditor. Jika suatu perusahaan
berbentuk perusahaan perorangan yang dikelola sendiri oleh pemiliknya, maka dapat
diasumsikan bahwa manajerpemilik tersebut akan mengambil setiap tindakan yang
mungkin, untuk memperbaiki kesejahteraannya, terutama diukur dalam bentuk peningkatan
kekayaan perorangan dan juga dalam bentuk kesenangan dan fasilitas eksekutif. Tetapi, jika
manajer mempunyai porsi sebagai pemilik dan mereka mengurangi hak kepemilikannya
dengan membentuk perseroan dan menjual sebagian saham perusahaan kepada pihak luar,
maka pertentangan kepentingan bisa segera timbul. Keadaan ini menjadikan manajer
mungkin saja tidak sedemikian gigih lagi untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham
karena jatahnya atas kekayaan tersebut telah berkurang sesuai dengan pengurangan
kepemilikan mereka. Atau mungkin saja manajer menetapkan gaji yang besar bagi dirinya
atau menambah fasilitas eksekutif, karena sebagian di antaranya akan menjadi beban
pemegang saham lainnya.
Konflik antara pemegang saham dengan kreditur. Kreditur menerima uang dalam
jumlah tetap dari perusahaan (bunga hutang),sedangkan pendapatan pemegang saham
bergantung pada besaran laba perusahaan. Dalam situasi ini, kreditur lebih memperhatikan
kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangnya, dan pemegang saham lebih
memperhatikan kemampuan perusahaan untuk memperoleh kembalian yang besar adalah
melakukan investasi pada proyek-proyek yang berisiko. Apabila pelaksanaan proyek
yang berisiko itu berhasil maka kreditur tidak dapat menikmati keberhasilan tersebut, tetapi
apabila proyek mengalami kegagalan, kreditur mungkin akan menderita kerugian akibat dari
ketidakmampuan pemegang saham untuk memenuhi kewajibannya. Untuk mengantisipasi
kemungkinan rugi, maka kreditur melakukan pembatasan penggunaan hutang oleh manajer.
Salah satu pembatasan adalah membatasi jumlah penggunaan hutang untuk investasi dalam
proyek baru. Konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen walaupun telah
dilakukan kontrak kerja yang sah antara pihak principal dan agent, namun di sisi lain pihak
agent memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai perusahaan.
Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008), menyatakan bahwa teori keagenan
mendeskripsikan pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen.
Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi
kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk
membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen
wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya kepada pemegang saham. Karena unit
analisis dalam teori keagenan adalah kontrak yang melandasi hubungan antara prinsipal dan
agen, maka fokus dari teori ini adalah pada penentuan kontrak yang paling efisien yang
mendasari hubungan antara prinsipal dan agen. Untuk memotivasi agen maka prinsipal
merancang suatu kontrak agar dapat mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak keagenan. Kontrak yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor,
yaitu :
1.
Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun majikan
memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi
2.
1.
2.
3.
masing-masing pihak yang secara eksplisit dan sadar memasukkan beberapa penekanan
1.
seperti:
Kebutuhan principal akan memberikan kepercayaan kepada manajer dengan imbalan atau
2.
3.
kompensasi keuangan
Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan
Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi, pasar tenaga kerja,
4.
1.
2.
3.
menolaknya ataupun memilih yang orang lain. Disinilah peran profesionalisme dikedepankan
Akuntabilitas dan Transparansi setiap proses bisnis dalam organisasi agar memungkinkan
monitoring dari setiap pihak sehingga penyimpangan yang dilakukan oknum-oknum dapat
diketahui dan diberikan sangsi tanpa kompromi. Oknum-oknum tersebut harus diumumkan
pada publik dan tindakan apa yang telah diambil untuk menciptakan kontrol agar tidak terjadi
permainan sehingga oknum-oknum tersebut bisa lolos dari sangsi yang berat. Oknum yang
terbukti bersalah tidak berhak lagi mendapatkan penghargaan sehingga dapat menimbulkan
efek kapok bagi yang lain agar tidak berani mencoba-coba. Hal yang sama juga
diperlakukan pada pegawai/pejabat yang berprestasi, selain diberi reward, juga diumumkan
untuk memberi efek IDOL sehingga ditiru oleh pegawai/pejabat lainnya.
Akhirnya, akuntansi menjadi alat yang powerfull untuk memberikan keuntungan yang
sebesar-besarnya kepada pemilik modal di satu sisi, juga dapat memberikan manfaat injeksi
modal dan investasi yang makin besar dan linier kepada agen dari pemilik modal, yaitu
manajemen perusahaan, dalam mengelola perusahaan.
pekerjaan anggota profesinya, karena masyarakat merasa terjamin akan memperoleh jasa
yang dapat diandalkan. Begitu juga terhadap profesi akuntan publik, kepercayaan masyarakat
terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan
standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit.
Bagi profesi akuntan, etika profesional semacam ini dikenal dengan nama Kode Etik
Akuntan Indonesia. Anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik bertanggung jawab
mematuhi pasal-pasal yang tercantum dalam Kode Etik Akuntan Indonesia, termasuk juga
semua orang yang bekerja dalam praktik profesi akuntan publik, seperti karyawan, partner,
dan staf.
Sedangkan Standar Auditing adalah suatu ukuran pelaksanaan tindakan yang
merupakan pedoman umum bagi auditor dalam melaksanakan audit. Atau dapat juga disebut
sebagai ukuran baku atas mutu jasa auditing. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan
semua Pernyataan Standar Auditing yang berlaku. Standar Auditing dan beberapa standar
serta pernyataan lainnya dikodifikasi dalam buku Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
sejak Agustus 1994.
Standar Auditing
A. Standar Umum
1.
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
2.
3.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
2.
dengan semestinya.
Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bahan bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
C. Standar Pelaporan
1.
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara
konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
3.
Pertanggungjawaban (Responsibility)
Selama ini paradigma para manajer dalam perusahaan selalu dibatasi oleh motif
mengejar laba semata (single bottom line). Hal ini membuat mereka lupa bahwa perusahaan
sebagai bagian dari suatu komunitas juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu tanggung
jawab sosial terhadap masyarakat. Bermula dari pemikiran ini, corporate governance
mengangkat issue pertanggungjawaban tersebut sebagai salah satu tujuan yang harus
diperhitungkan oleh perusahaan dalam operasinya. Dengan perubahan tersebut perusahaan
4.
harus mulai menerapkan prinsip triple bottom line dalam bisnisnya, yaitu: :
Mengejar laba
Memenuhi tanggung jawab sosial
Menjaga pertumbuhan yang berkesinambungan (sustainable)
Akutanbilitas
Sebuah perusahaan yang sahamnya banyak dimiliki oleh publik, peran pemegang
saham sebagai pihak yang mengendalikan manajemen hampir tidak berjalan. Hal ini
disebabkan para investor lebih suka berperan sebagai traders ketimbang owners. Perputaran
saham di bursa menjadi sedemikian cepat, karena jika pemegang saham tidak menyukai
kebijakan manajemen mereka tinggal melepas saham yang mereka miliki. Maalah akan
timbul jika ketidaksetujuan sebagian besar pemegang saham diwujudkan dengan aksi jual.
Harga saham tentu akan anjlok begitusajadan jika ini berlangsung terus, perusahaan akan
terancam bangkrut. Untuk itu, dalam corporate governance harus dibangun suatu sistem agar
manajemen tetap meniaga akuntabilitas kepada stakeholders.
5.
Keadilan (fairness)
Prinsip fairness mnyiratkan adanya perlakuan yang sama (equal) terhadap para
pemegang saham, baik mayoritas maupun minoritas. Prinsip ini mengisyaratkan manajemen
sebisa mungkin untuk menghindari situasi yang mengandung conflik of interest, misalnya
dalam kasus manajemen buyout (perusahaan yang dibeli oleh manajemennya sendiri).
6.
Transparansi
Transaparan berarti jernih dan tidak menyembunyikan. Prinsip ini harus diterapkan
dalam setiap aspek perusahaan yang berkesinambungan dengan kepentingan publik ataupun
pemegang saham. Transparansi bisa dimulai dengan menyajikan laporan keuangan yang
akurat dan tepat waktu, sistem penggajian eksekutif dan komisaris di perusahaan samapai
dengan informasi informasi lain yang relevan di pasar modal.
Manfaat Corporate Governance bagi Perusahaan
Ada beberapa keuntungan yang bisa dipetik oleh perusahaan dengan diterapkannya
Good Corporate Governance
1.
2.
3.
4.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Manipulasi laporan keuangan PT KAI
Diduga terjadi manipulasi data dalam laporan keuangan PT KAI tahun 2005,
perusahaan BUMN itu dicatat meraih keutungan sebesar Rp 6,9 Miliar. Padahal apabila
diteliti dan dikaji lebih rinci, perusahaan seharusnya menderita kerugian sebesar Rp 63
Miliar. Komisaris PT. KAI, Hekinus Manao yang juga sebagai Direktur Informasi dan
Akuntansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Departemen Keuangan mengatakan,
laporan keuangan itu telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik S. Manan. Audit terhadap
laporan keuangan PT. KAI untuk tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya dilakukan oleh
Badan Pemeriksan Keuangan (BPK), untuk tahun 2004 diaudit oleh BPK dan akuntan publik.
Hasil audit tersebut kemudian diserahkan direksi PT. KAI untuk disetujui sebelum
disampaikan dalam rapat umum pemegang saham, dan komisaris PT. KAI yaitu Hekinus
Manao menolak menyetujui laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 yang telah diaudit oleh
akuntan publik. Setelah hasil audit diteliti dengan seksama, ditemukan adanya kejanggalan
dari laporan keuangan PT. KAI tahun 2005.
Pajak pihak ketiga sudah tiga tahun tidak pernah ditagih, tetapi dalam laporan keuangan
itu dimasukkan sebagai pendapatan PT KAI selama tahun 2005. Kewajiban PT. KAI untuk
membayar surat ketetapan pajak (SKP) pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp 95,2
Miliar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak pada akhir tahun 2003 disajikan dalam
laporan keuangan sebagai piutang atau tagihan kepada beberapa pelanggan yang seharusnya
menanggung beban pajak itu. Padahal berdasarkan Standart Akuntansi, pajak pihak ketiga
yang tidak pernah ditagih itu tidak bisa dimasukkan sebagai aset. Di PT. KAI ada kekeliruan
direksi dalam mencatat penerimaan perusahaan selama tahun 2005.
Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengkapan sebesar Rp 24 Miliar yang
diketahui pada saat dilakukan inventarisasi tahun 2002 diakui manajemen PT KAI sebagai
kerugian secara bertahap selama lima tahun. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo
penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp 6 Miliar, yang
seharusnya dibebankan seluruhnya dalam tahun 2005.
Bantuan pemerintah yang belum ditentukan statusnya dengan modal total nilai
komulatif sebesar Rp 674,5 Miliar dan penyertaan modal negara sebesar Rp 70 Miliar oleh
manajemen PT KAI disajikan dalam neraca per 31 Desember 2005 sebagai bagian dari
hutang. Akan tetapi menurut Hekinus bantuan pemerintah dan penyertaan modal harus
disajikan sebagai bagian dari modal perseroan.
Manajemen PT. KAI tidak melakukan pencadangan kerugian terhadap kemungkinan
tidak tertagihnya kewajiban pajak yang seharusnya telah dibebankan kepada pelanggan pada
saat jasa angkutannya diberikan PT KAI tahun 1998 sampai 2003.
Perbedaan pendapat terhadap laporan keuangan antara komisaris dan auditor akuntan
publik terjadi karena PT. KAI tidak memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Ketiadaan tata
kelola yang baik itu juga membuat komite audit (komisaris) PT. KAI baru bisa dibuka akses
terhadap laporan keuangan setelah diaudit akuntan publik. Akuntan publik yang telah
mengaudit laporan keuangan PT KAI tahun 2005 segera diperiksa oleh Badan Peradilan
Profesi Akuntan Publik. Jika terbukti bersalah, akuntan publik itu diberi sanksi teguran atau
pencabutan izin praktek.
3.2 Pembahasan Kasus
Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah selain untuk alat pertanggungjawaban
manajemen juga sebagai bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan
keputusan, tetapi dalam kasus ini manajemen telah memanipulasi laporan keuangan, sehingga
laporan
keuangan
yang
dihasilkan
tidak
menunjukkan
kinerja
perusahaan
yang
sesungguhnya.
Dalam kasus di atas, terdapat banyak kejanggalan yang ada pada laporan
keuangan yang menjadi hasil pekerjaan akuntan public tersebut. Kasus PT. KAI bermuara
pada perbedaan pandangan antara Manajemen dan Komisaris, khususnya Komisaris yang
merangkap sebagai Ketua Komite Audit dimana Komisaris tersebut menolak menyetujui dan
menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit oleh Auditor Eksternal. Dan komisaris
meminta untuk dilakukan audit ulang agar laporan keuangan dapat disajikan secara
transparan dan sesuai dengan fakta yang ada.
Dari kasus diatas, jika dikaitkan dengan teori etika ada beberapaa teori yang sudah
dilanggar yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
1.
Prinsip Otonomi
PT KAI yang memiliki kebebasan dan kewenangan untuk mengambil
keputusan yang dianggap baik hanya untuk PT KAI sendiri tetapi tidak
bertanggung jawab terhadap pemerintah. Hal tersebut ditunjukkan dari
tindakan PT KAI yang mengakui PPN terutang pihak ketiga sebagai piutang
yang tidak sesuai dengan regulasi.
Dari pihak KAP sendiri tidak bertanggung jawab dalam menjalankan
kebebasannya. KAP S. Manao tidak menunjukkan dan menyatakan adanya
kesalahan material pada laporan keuangan PT KAI.
2.
Prinsip Keadilan
Terjadi
pelanggaran
prinsip
keadilan
oleh
PT
KAI
karena
2.
informasi yang dapat dipercaya dan relevan melainkan dengan memanipulasi data.
Creative Accounting. Akuntan manajemen telah menyimpang dari praktek akuntansi yang
mengikuti peraturan dan undang-undang. Manajemen perusahaan melakukan banyak
3.
Jika dikaitkan dengan earning management dan agency theory timbulnya kasus tersebut
karena ;
1.
2.
penyusunan dan pelaporan keuangan dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri
Dalam kasus manipulasi laporan keuangan oleh PT KAI, telah terjadi erning management
dengan pola Income Maximization yaitu dengan tujuan untuk melaporkan net income yang
tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Dengan perencanaan bonus yang didasarkan pada
data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna
menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan.
Adanya konflik antara kepentingan manajemen (Agent) dan pihak komite audit (principal)
yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat
3.
melihat
apakah
auditor
eksternal
layak
dipilih
dan
melihat keadilan proses pemilihan. Pada kenyataannya, komite audit tidak ikut dalam proses
penunjukan auditor sehingga tidak terlibat dalam proses audit. Kesalahan tersebut
mengakibatkan terjadinya kesalahan yang lain, yaitu tidak adanya atau sangat minimnya
komunikasi antara pihak Komite Audit dengan Auditor Eksternal (akuntan publik). Karena
Komite Audit tidak menunjuk auditor yang akan diberi penugasan, maka komunikasi yang
terjadi antara komite audit dengan auditor bisa diperkirakan sangat sedikit bahkan tidak
efektif.
Akibat komunikasi yang kurang intens, maka tugas komite audit untuk melaksanakan
kewajibannya untuk mengajak auditor untuk mendiskusikan masalah audit saat audit
berlangsung tidak dipenuhi dengan baik. Kesalahan ini menimbulkan kesalahan berikutnya,
yaitu Komite Audit tidak mereview laporan keuangan dan laporan auditor dengan
auditor eksternal menjelang selesainya penugasan audit. Dalam kasus ini, Komite Audit
justru tidak mau menandatangani laporan keuangan yang telah diaudit, setelah laporan
audit diterbitkan.
Padahal
seharusnya
Komite
selesainya
Audit
melakukan
penugasan
audit,
review
yang
artinya sebelum laporan auditor diterbitkan, sehingga laporan keuangan tersebutlangsung bisa
dilakukan audit investigasi dan koreksi apabila terjadi kesalahan pencatatan. Komite
Audit juga tidak perlu berbicara kepada publik. Karena komunikasi yang buruk antara
Komite Audit dengan auditor, maka hal seperti itu bisa terjadi.
Selain auditor eksternal dan komite audit yang melakukan kesalahan dalam hal
pencatatan laporan keuangan, akuntan internal (manajemen) di PT. KAI juga belum
sepenuhnya menerapkan 8 prisip etika akuntan. Dari kedelapan prinsip akuntan yaitu
tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektifitas, kompetensi dan kehatihatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis, prinsip-prinsip etika
akuntan yang dilanggar antara lain :
1.
Tanggung jawab profesi, dimana seorang akuntan harus bertanggung jawab secara
professional terhadap semua kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal PT. KAI kurang
bertanggung jawab karena dia tidak menelusuri kekeliruan dalam pencatatan dan
memperbaiki kesalahan tersebut sehingga laporan keuangan yang dilaporkan merupakan
2.
3.
tersebut.
Integritas, dimana akuntan harus bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Dalam kasus
ini akuntan PT. KAI tidak menjaga integritasnya, karena diduga telah melakukan manipulasi
4.
laporan keuangan.
Objektifitas, dimana akuntan harus bertindak obyektif dan bersikap independen atau tidak
memihak siapapun. Dalam kasus ini akuntan PT. KAI diduga tidak obyektif karena diduga
telah memanipulasi laporan keuangan sehingga hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu
5.
6.
7.
kaitannya
dengan
kasus
manipulasi
laporangan
tanggal 6 juli 2007, membekukan izin Akuntan Publik (AP ) Drs. Salam
Manao, yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor Akuntan Publik
(KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan Rekan yang merupakan pemimpin
rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP ) S. Manao, Sofwan, Adnan dan
Rekan Pembekuan izin yang berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan
melalui Keputusan Menkeu Nomor 500/KM.1/2007 Pembekuan izin yang
berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusan Menkeu
Nomor 500/KM.1/2007.
Perlu diketahui juga akan pentingnya kejujuran dalam membuat laporan keuangan. Hal
tersebut bukan hanya penting sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap publik maupun
investor. Akan tetapi hal tersebut juga penting bagi perusahaan sendiri karena dari laporan
keuangan biasanya perusahaan menganalisis bagaimana perkiraan tahun mendatang dan
menjadi dasar pengambilan keputusan. Apabila laporan keuangan yang menjadi dasar hal
tersebut sudah tidak layak, tentu hasil akan jauh dari yang diharapkan dan bahkan bisa
berimbas pada perusahaan.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perusahaan agar kecurangan seperti ini bisa
diantisipasi yakni
1.
Menerapkan Good Corporate goernance (GCG). Dalam Surat Keputusan Menteri BUMN
No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002. Pada surat tersebut BUMN dituntut
untuk menerapkan GCG tujuannya untuk mendorog pengelolaan BUMN secara profesional,
efisien dan efektif. Selain itu juga mendorong agar perusahaan menjalankan tindakan dengan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan patuh terhadap peraturan dan perundang-undangan.
Dengan diterapkannya GCG maka para pelaku dunia usaha dituntut untuk bertanggung
2.
3.
Publik (BP2AP), karena kasus PT. Kereta Api sedang diproses disana.
Komite Audit tidak berbicara kepada publik, karena esensinya Komite Audit adalah organ
Dewan Komisaris sehingga pendapat dan masukan Komite Audit harus disampaikan kepada
Dewan Komisaris. Apabila Dewan Komisaris tidak setuju dengan Komite Audit namun
Komite Audit tetap pada pendiriannya, Komite Audit dapat mencantumkan pendapatnya pada
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum di perusahaan.
Memilih auditor yang benar-benar kompeten dan profesional.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Tujuan dibuatnya laporan keuangan adalah selain untuk alat pertanggungjawaban
manajemen juga sebagai bahan pertimbangan yang mendukung dalam pengambilan
keputusan, tetapi dalam kasus ini manajemen telah memanipulasi laporan keuangan, sehingga
laporan
keuangan
yang
dihasilkan
tidak
menunjukkan
kinerja
perusahaan
yang
sesungguhnya.
Pentingnya kejujuran dalam membuat laporan keuangan. Hal tersebut bukan hanya
penting sebagai tanggung jawab perusahaan terhadap publik maupun investor. Akan tetapi hal
tersebut juga penting bagi perusahaan sendiri karena dari laporan keuangan biasanya
perusahaan menganalisis bagaimana perkiraan tahun mendatang dan menjadi dasar
pengambilan keputusan. Apabila laporan keuangan yang menjadi dasar hal tersebut sudah
tidak layak, tentu hasil akan jauh dari yang diharapkan dan bahkan bisa berimbas pada
perusahaan.
Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya
harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya. Selain itu, sebagai
auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara baik dan benar dengan komite audit
yang ada pada PT Kereta Api Indonesia untuk membangun kesepahaman (understanding)
diantara seluruh unsur lembaga. Kemudian, hubungan antar lembaga diharapkan tercipta
dengan baik, sehingga mempermudah penerapan sistem pengendalian manajemen yang ada
di dalamnya. Secara tidak langsung, upaya ini menunjang perwujudan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampu kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan I Cendik Ardana. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya, Jakarta: Salemba Empat. 2009
http://www.scribd.com/doc/22547071/Pembahasan-Kasus-Pt-Kai-Indonesia.
http://fapertaunej2011.blogspot.com/2013/03/teori-etika-deontologi-dan-teori.html
http://adiietdit.blogspot.com/2011/11/tugas.html
http://ishalmorons.blogspot.com/2011/11/jenis-jenis-teori-etika.html
http://muaramasad.blogspot.com/2013/03/pengertian-etika-profesi-dan.html
http://kuliahku-kampusku.blogspot.com/2013/03/membahas-tentang-materi-kuliah.html
http://sijenius.wordpress.com/2013/05/03/perbedaan-akuntansi-keuangan-dan-akuntansimanajemen/
http://gilangdewi.blogspot.com/2013/05/akuntansi-manajemen.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_manajemen
http://tipsmotivasihidup.blogspot.com/2013/02/berbagai-hal-yang-memotivasi-manajer.html
http://arifa7x.wordpress.com/2012/11/28/tanggungjawab-akuntan-keuangan-dan-akuntanmanajemen-tanggungjawab-akuntan-keuangan-dan-akuntan-manajemen-tanggungjawabakuntan-keuangan-dan-akuntan-manajemen/
http://xsaelicia.blogspot.com/2012/11/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan.html
http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-dan-caramengatasinya/
http://meriherliyani.blogspot.com/2012/12/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan.html
http://akbarwindra.blogspot.com/2011/11/etika-dalam-akuntansi-keuangan-dan.html
http://20208837.blogspot.com/2011/11/pelanggaran-kode-etik-akuntansi.html
http://byebby.blogspot.com/2013/03/manipulasi-laporan-keuangan-pt-kai.html
http://tacitra.blogspot.com/2012/05/contoh-kasus-etika-profesi-akuntansi.html
http://nadhiadisiini.blogspot.com/2009/11/kasus-pt-kai.html
http://msa15.blogspot.com/2012/02/teori-keagenan-dan-earningmanagement.html
http://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agencytheory/