Oleh :
Nadiya Az Zahra
180810301239
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hakikat Ekonomi
Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yaitu pengelolaan rumah (Capra,
2002), yang berarti cara rumah tangga memperoleh dan menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah tangganya.
Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang
hingga saat ini yaitu adanya kebutuhan (needs) manusia yang tidak terbatas dihadapkan
pada sumber daya yang terbatas (scarce resources), sehingga menimbulkan persoalan
bagaimana mengekploitasi sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien guna
memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Dengan demikian, ilmu ekonomi
berkepentingan dalam mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan,
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran
tersebut dicapai melalui peningkatan produksi dan distribusi dari sudut produsen di satu
sisi, serta peningkatan pendapatan, konsumsi, dan lapangan kerja dari sudut konsumen
di sisi lain.
Ilmu ekonomi modern dewasa ini telah menanamkan paradigma tentang hakikat
manusia sebagai berikut:
a. Manusia adalah makhluk ekonomi.
b. Manusia mempunyai kebutuhan tak terbatas.
c. Dalam upaya merealisasikan kebutuhannya, manusia bertindak rasional.
2
produksi dan pendapatan masyarakat. Dua paham sistem ekonomi ekstrem yang
berkembang , yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi komunis.
a. Ekonomi kapitalis : adanya kebebasan individu untuk memiliki, mengumpulkan, dan
mengusahakan kekayaan secara individu, ada dua cirri pokok dari sistem ekonomi
kapitalis, yaitu liberalism kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas.
b. Ekonomi komunis : setiap individu dilarang menguasai modal dan alat-alat produksi.
Alat-alat produksi dan modal harus dikuasi masyarakat (melalui negara) sehingga
tidak ada lagi eksploitasi oleh sekelompok masyarakat kecil majikan terhadap
masyarakat mayoritas (kaum buruh).
Walaupun sistem kapitalis dan sistem komunis sangat bertentangan, namun sebenarnya
ada persamaan yang sangat esensial, yaitu keduanya hanya ditujukan untuk mengejar
kemakmuran atau kenikmatan duniawi dengan hanya mengandalkan kemampuan pikiran
rasional dan melupakan tujuan tertinggi umat manusia (kebahagiaan diakhirat).
3
b. Kekuasaan para pemiliknya telah melewati batas-batas wilayah suatu negara.
Bahkan tidak jarang mereka ini mampu mengendalikan kebijakan aparat pemerintah
dan legislatif di negara-negara di mana perusahaan ini berada demi keuntungan
perusahaan-perusahaa tersebut.
Akibat dari sistem ekonomi kapitalis dapat dirasakan saat ini, antara lain:
a. Terjadi pemanasan global dan kerusakan lingkungan di bumi akibat kerakusan para
pemilik modal yang didukung oleh aparat pemerintah.
b. Terjadi ketidakadilan distribusi kekayaan yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan
kemakmuran yang makin tajam antara negara kaya dengan mayoritas negara-negara
miskin.
c. Ancaman kekerasan, konflik antar negara, kemiskinan, dan pengangguran makin
meluas.
d. Korupsi, kejahatan kerah putih, dan penyalahgunaan kekuasaan untuk mengejar
kekayaan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak telah meluas.
e. Penyalahgunaan obat-obat terlarang, perjudian, kebebasan seks, pembunuhan, dan
tindakan-tindakan amoral lainnya makin meluas baik di negara-negara maju maupun
di negara-negara miskin.
f. Gaya hidup modern yang boros dan terlalu konsumtif.
g. Munculnya tanda-tanda tekanan mental dan psikologis.
h. Penyakit akibat gaya hidup modern, seperti penyakit jantung dan lain-lain.
Secara teoritis, sistem ekonomi Pancasila merupakan fondasi yang paling baik dan
paling sesuai untuk membangun hakikat manusia seutuhnya. Di negara Indonesia yang
menerapkan sistem Ekonomi Pancasila yang secara konseptual lebih baik bila
dibandingkan dengan sistem ekonomi komunis ataupun sistem ekonomi kapitalis,
sampai saat ini sebagaian besar rakyatnya masih tetap misikin, hal ini dikarenakan
perekonomian negara Indonesia realitanya dibangun berlandasan “Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN)”. Hal tersebut sama sekali jauh dari konsep Ekonomi Pancasila.
4
Etika mempelajari perilaku atau tindakan seseorang dan kelompok atau lembaga
yang dianggap baik atau tidak baik. Sistem ekonomi adalah seperangkat unsur
(manusia, lembaga, wilayah, sumber daya) yang terkoordinasi untuk mendukung
peningkatan produksi (barang dan jasa) serta pendapatan untuk menciptakan
kemakmuran masyarakat. Bila berpegang pada pemahaman ini, maka pada tataran
konsep, semua sistem ekonomi seharusnya bersifat etis karena semua sistem ekonomi
bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan untuk memakmurkan
masyarakat. Sistem ekonomi apa pun dapat saja memunculkan banyak persoalan yang
bersifat tidak etis, etis tidaknya suatu tindakan lebih disebabkan oleh tingkatan
kesadaran individual para pelaku dalam aktivitas ekonomi (oknum birokrasi, pejabat
negara, pemimpin perusahaan), bukan pada sistem ekonomi yang dipilih oleh suatau
negara. Di sini yang berperan adalah tingkat kesadaran dalam memaknai dirinya-hakikat
manusia sebagai manusia utuh atau manusia tidak utuh.
Adapun pro-kontra dalam aktivitas bisnis jika dilihat dari sudut pandang etika, dapat
dijelaskan melalui pemikiran Lawrence, Weber, Post (2005) tentang budaya etis. Budaya
etis adalah pemahaman tak terucap dari semua karyawan (pelaku bisnis) tentang
perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang menentukan derajat keetisan atau
budaya etis dari suatu kegiatan atau tindakan bisnis adalah orang kunci dibelakang
kegiatan bisnis itu sendiri bukan bisnis itu sendiri.
5
Lima Dimensi Bisnis
Untuk memahami persoalan bisnis, bertens (2000) mencoba menjelaskan kegiatan
bisnis dilihat dari tiga dimensi, yaitu: ekonomi, etika, dan hukum. Namum dalam
pembahasan ini, bisnis akan dilihat dari lima dimensi, yaitu: ekonomi, etika, hukum,
sosial, dan spiritual.
1. Dimensi Ekonomi
Bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Keuntungan diperoleh berdasarkan rumus yang sudah jamak dikembangkan oleh para
akuntan, yaitu penjualan dikurangi harga pokok penjualan dan beban-beban. Bagi
akuntan, harga pokok penjualan dan beban merupakan harta yang telah dikorbankan
atau dimanfaatkan untuk menciptakan penjualan pada periode ini sehingga sering
disebut sebagai expired cost of assets.
Harta adalah sumber daya ekonomis yang masih mempunyai manfaat untuk
menciptakan penjualan pada periode mendatang. Faktor-faktor produksi dari sudut
ekonomi terdiri atas tanah (land), tenaga kerja (labor), modal (capital), wirausahawan
(entrepreneur). Masing-masing pemilik faktor produksi ini memperoleh pendapatan atas
kepemilikannya pada faktor produksi tersebut dan keuntungan merupakan ukuran
efisiensi prusahaan kerana keuntungan menggambarkan hasil yang diperoleh setelah
dikurangi harta yang dikorbankan.
2. Dimensi Etis
Dalam pembahasan ini dipakai dua acuan pokok, yaitu:
a. Definisi etika adalah tinjauan kritis tentang baik-tidaknya perilaku atau tindakan.
b. Ukuran penilaian menggunakan tiga tingkat kesadaran yaitu kesadaran hewani
(teori egoisme), kesadaran manusiawi (teori utilitarianisme) dan kesadaran spiritual
atau transendental (teori teonom).
Dari sudut pandang kesadaran hewani (egoisme) menilai bahwa suatu tindakan
dianggap etis bila tindakan itu bermanfaat atau menguntungkan bagi seseorang dan
suatu tindakan dianggap tidak etis bila merugikan bagi diri individu atau seseorang
yang bersangkutan. Sudut pandang kesadaran manusiawi menilai semua tindakan
yang bermanfaat bagi diri individu dan masyarakat bersifat etis, namun bila tindakan
6
itu merugikan masyarakat dan menimbulkan kerusakan alam, maka tindakan dinilai
tidak etis walaupun menguntungkan diri individu.
3. Dimensi Hukum
Dalam kaitannya dengan tinjauan dari aspek hukum ini, De George (dalam Sonny
Keraf,1998) membedakan dua macam pandangan tentang status perusahaan, yaitu
legal creator dan legal recognition. Dari sudut pandang legal creator, perusahaan
diciptakan secara legal oleh negara sehingga perusahaan adalah badan hukum. Sebagai
ciptaan hukum, perusahaan mempunyai hak dan kewajiban hukum sebagaimana
layaknya status hukum yang dimiliki oleh manusia. Hukum diciptakan oleh negara,
sementara negara dan hukum ada karena ada masyarakat
Pandangan perusahaan sebagai legal creator, pada sudut pandang legal recognition
perusahaan bukan diciptakan atau didirikan oleh negara, melainkan oleh orang atau
sekelompok orang yang mempunyai kepentingan untuk memperoleh keuntungan. Tujuan
utamanya adalah untuk mmperoleh keuntungan bagi pendiri/pemilik perusahaan
tersebut, sedangkan memberikan pelayanan kepada masyarakat merupakan tujuan
sampingan. Peranan negara dalam hal ini hanya mendaftarkan, megesahkan, dan
memberi izin secara hukum atas keberadaan perusahaan tersebut.
4. Dimensi Sosial
Perusahaan saat ini sudah berkembang menjadi suatu sistem terbuka yang sangat
komplek. Sebagai suatu sistem, artinya didalam organisasi perusahaan terdapat
berbagai elemen, unsur orang, dan jaringan yang saling terhubung (interconnected),
saling berinteraksi (intereacted), saling bergantung (interdepended),dan saling
berkepentingan. Sebagai sistem terbuka yang sering disebut faktor internal, seperti
sumber daya manusia (tenaga kerja, manager, eksekutif) dan sumber daya non-manusia
(uang, peralatan, bangunan, dan sebagainya), tetapi juga oleh faktor-faktor di luar
perusahaan atau yang sering disebut faktor eksternal, yang juga terdiri atas dua elemen,
yaitu: faktor manusia dan non-manusia. Bila perusahaan dilihat dari dimensi sosial,
tujuan pokok keberadaan perusahaan adalah untuk menciptakan barang dan jasa yang
diperlukan oleh masyarakat.
5. Dimensi Spiritual
7
Keberadaan perusahaan diperlukan untuk melayani kebutuhan masyarakat bila
perusahaan dilihat dari dimensi sosial. Sepanjang untuk melayani masyarakat masih
memerlukan produk perusahaan, perusahaan akan tetap dapat exist. Kegiatan bisnis
dalam pandangan Barat tidak pernah dikaitkan dengan agama. Padahal kalau ditelusuri
dalam ajaran agama-agama besar, ada ketentuan yang sangat jelas tentang kegiatan
bisnis ini. Dalam agama islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan bisnis
itu merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis (ekonomi) diatur berdasarkan
wahyu yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Dawan Rahardjo,1990).
beberapa teori yang berkaitan dengan pemangku kepentingan, yaitu: teori kepemilikan
(proprietary theory), teori entitas(entity theory), teori dana (fund theory), teori komando
(command theory), teori perusahaan (enterprise theory), dan teori ekuitas sisa (residual
equity theory).
8
perusahan (Lawrence, Weber, dan Post, 2005). Selanjutnya Lawrence, Weber, dan Post
membagi pemangku kepentingan ke dalam dua golongan, yaitu pemangku kepentingan
pasar (market stakeholders) dan pemangku kepentingan nonpasar (nonmarket
stakeholders). Sonny Keraf (1998) menggunakan istilah kelompok primier dan kelompok
sekunder. Kelompok premier adalah mereka yang mengadakan transaksi atau atau
berinteraksi langsng dengan perusahaan. Yang termasuk kelompok ini adalah:
pelanggan, pemasok, pemodal ( pemegang saham), pemberi pinjaman (seperti bank,
perusahaan leasing, dan sebagainnya), serta karyawan perusahaan. Kelompok sekunder
adalah semua pemangku kepentingan yang tidak termasuk dalam kelompok premier
tersebut.
Tabel 1
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan
Perusahaan
9
Tingkat Teori Etika Paradigma Sasaran Perusahaan
Kesadaran Pengelolaan
Pengelolaan
Paradigma (manajemen) sudah
Pemegang terpisah dari para
Saham pemegang saham
(Stakeholders selaku pemilik
Paradigm) perusahaan
Sasaran perusahaan
adalah memperoleh
kekayaan dan
keuntungan optimal
bagi para pemegang
saham
10
Teori Paradigma Sasaran pengelolaan
Kewajiban Perusahaan perusahaan adalah
(Deontologi) (Enterprise untuk kesejahteraan
Paradigm) seluruh masyarakat
Teori
(semua pemangku
Keutamaan
kepentingan/stakehold
ers)
a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang
masih bersifat potensial.
11
c. Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan
pemangku kepentingan.
a. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat yang paling besar
dari keputusan itu; atau
Pengertian CSR
12
a. The World Businesscouncil for Sustainable Development mendefenisakan CSR
sebagai [“Komitmen bisnis untuk terus menerus berperilaku etis dan kontribusi
dalam pembangunan ekonomi meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, masyarakat lokal, serta masyarakat luas pada umumnya.”].
c. Magnan and Ferrel mendefinisikan CSR sebagai [“Suatu bisnis dikatakan telah
melaksanakan tanggung jawab sosialnya jika keputusan-keputusan yang diambil
telah mempetimbangkan keseimbangan antar berbagai pemangku kepentingan
yang berbeda beda.”].
Di antara mereka yang setuju agar perusahaan menjalankan CSR, masih tersapat
perbedaaan dalam memaknai tingkat keterlibatan
a. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tyjuan pokoknya mencari keuntungan,
bukan merupakan lembaga sosial.
b. Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan akan membingungkan
mereka bila perusahaan dibebani banyak tujuan.
c. Biaya kegiatan sosial akan meningkatkan biaya produk yang akan ditambahkan
pada harga produk sehingga pada gilirannya akan merugikan
masyarakat/konsumen itu sendiri.
13
d. Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan
kegiatan sosial.
BAB III
KESIMPULAN
Hakikat ekonomi yaitu cara rumah tangga memperoleh dan menghasilkan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah tangganya. ilmu ekonomi
berkepentingan dalam mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan,
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran
tersebut dicapai melalui peningkatan produksi dan distribusi dari sudut produsen di satu
sisi, serta peningkatan pendapatan, konsumsi, dan lapangan kerja dari sudut konsumen
di sisi lain. Terdapat dua paham sistem ekonomi, yaitu: sistem ekonomi komonis dan
kapitalis, sistem ekonomi komonis bertujuan untuk memeratakan kemakmuran
masyarakat dan menghilangkan eksploitasi oleh manusia (majikan, pemilik modal)
terhadap manusia lainnya (kaum buruh), sedangkan ekonomi kapitalis tujuannya
14
manusia direndahkan hanya untuk mengejar kemakmuran ekonomi (fisik) semata dan
mengabaikan kekuatan Tuhan.
Adapun pro-kontra dalam aktivitas bisnis jika dilihat dari sudut pandang etika, dapat
dijelaskan melalui pemikiran Lawrence, Weber, Post (2005) tentang budaya etis. Budaya
etis adalah pemahaman tak terucap dari semua karyawan (pelaku bisnis) tentang
perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang menentukan derajat keetisan atau
budaya etis dari suatu kegiatan atau tindakan bisnis adalah orang kunci dibelakang
kegiatan bisnis itu sendiri bukan bisnis itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.
15