Anda di halaman 1dari 16

HAKIKAT EKONOMI DAN BISNIS

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :

Nadiya Az Zahra
180810301239

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem ekonomi merupakan keseluruhan tata cara, aturan, dan kebiasaan-


kebiasaan yang umum diterima dalam masyarakat yang mengatur dan
mengoordinasikan perilaku warga masyarakat (konsumen, produsen, pemerintah,
bank, dan sebagainya) dalam menjalankan kegiatan ekonomi (produksi, konsumsi,
perdagangan, investasi, dan sebagainya) dengan sedemikian rupa sehingga menjadi
kesatuan yang teratur, dinamis, dan terhindar dari kekacauan. Memahami sistem
perekonomian dapat membantu untuk menjalankan bisnis secara lebih baik karena
sistem perekonomian lah yang menentukan kebijakan dan strategi dalam melakukan
kegiatan perekonomian di suatu negara.
Saat ini siapa pun tidak dapat menyangkal bahwa kegiatan bisnis menjadi tulang
punggung perekonomian suatu negara, kegiatan bisnis juga menjadi sumber
penerimaan pokok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui
perpajakan, bea masuk, dan cukai. Kegiatan bisnis juga menjadi sumber penghasilan
dan lapangan pekerjaan setiap orang. Dengan sudut pandang penjelasan seperti ini,
sangat jelas bahwa kegiatan bisnis sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia
dan bisa dikatakan bahwa aktivitas bisnis bersifat etis, namum realitanya masih banyak
dijumpai pandangan pro dan kontra mengenai etis tidaknya suatu aktivitas bisnis. Oleh
karena itu, pemahaman tentang hakikat ekonomi dan bisnis diperlukan agar dapat
menjalankan suatu aktivitas bisnis dengan lancar dan menghindari adanya resiko
kegagalan.

BAB II
PEMBAHASAN

1
Hakikat Ekonomi

Ekonomi berasal dari kata Yunani oikonomia yaitu pengelolaan rumah (Capra,
2002), yang berarti cara rumah tangga memperoleh dan menghasilkan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah tangganya.
Dari sini berkembang disiplin ilmu ekonomi yang dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi.
Ilmu ekonomi berkembang berdasarkan asumsi dasar yang masih dipegang
hingga saat ini yaitu adanya kebutuhan (needs) manusia yang tidak terbatas dihadapkan
pada sumber daya yang terbatas (scarce resources), sehingga menimbulkan persoalan
bagaimana mengekploitasi sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien guna
memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas. Dengan demikian, ilmu ekonomi
berkepentingan dalam mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan,
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran
tersebut dicapai melalui peningkatan produksi dan distribusi dari sudut produsen di satu
sisi, serta peningkatan pendapatan, konsumsi, dan lapangan kerja dari sudut konsumen
di sisi lain.
Ilmu ekonomi modern dewasa ini telah menanamkan paradigma tentang hakikat
manusia sebagai berikut:
a. Manusia adalah makhluk ekonomi.
b. Manusia mempunyai kebutuhan tak terbatas.
c. Dalam upaya merealisasikan kebutuhannya, manusia bertindak rasional.

Dampak dari paradigma ini adalah:


a. Tujuan hidup manusia hanya mengejar kekayaan materi dan melupakan tujuan
spiritual.
b. Manusia cenderung hanya mempercayai pikiran rasionalnya saja dan mengabaikan
adanya potensi kesadaran transendental.
c. Mengajarkan bahwa sifat manusia itu serakah.

Etika Dan Sistem Ekonomi


Sistem ekonomi adalah jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir, konsep,
teori, asumsi dasar, kebijakan, infrastruktur, institusi, seperangkat hukum, pemerintahan,
negara, rakyat, dan unsur lainnya yang semuanya ditujukan untuk meningkatkna

2
produksi dan pendapatan masyarakat. Dua paham sistem ekonomi ekstrem yang
berkembang , yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi komunis.
a. Ekonomi kapitalis : adanya kebebasan individu untuk memiliki, mengumpulkan, dan
mengusahakan kekayaan secara individu, ada dua cirri pokok dari sistem ekonomi
kapitalis, yaitu liberalism kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas.
b. Ekonomi komunis : setiap individu dilarang menguasai modal dan alat-alat produksi.
Alat-alat produksi dan modal harus dikuasi masyarakat (melalui negara) sehingga
tidak ada lagi eksploitasi oleh sekelompok masyarakat kecil majikan terhadap
masyarakat mayoritas (kaum buruh).

Walaupun sistem kapitalis dan sistem komunis sangat bertentangan, namun sebenarnya
ada persamaan yang sangat esensial, yaitu keduanya hanya ditujukan untuk mengejar
kemakmuran atau kenikmatan duniawi dengan hanya mengandalkan kemampuan pikiran
rasional dan melupakan tujuan tertinggi umat manusia (kebahagiaan diakhirat).

Etika dan Sistem Ekonomi Komunis


Tujuan sistem ekonomi komunis adalah untuk memeratakan kemakmuran masyarakat
dan menghilangkan eksploitasi oleh manusia (majikan, pemilik modal) terhadap manusia
lainnya (kaum buruh). Kelemahan dari sistem ekonomi komunis, yaitu:
1. Sistem ekonomi komunis didasarkan atas hakikat manusia tidak utuh.
2. Alat-alat produksi dan kekayaan individu tidak diakui.
3. Produktivitas tenaga kerja sangat rendah karena rakyat yang bekerja untuk negara
tidak termotivasi untuk bekerja lebih giat.
4. Keadaan perekonomian negara-negara Blok Komunis semakin memburuk karena
terjadi pemborosan kekayaan negara, terutama untuk memproduksi senjata yang
dipaksakan dalam rangka perang dingin menghadapi negara-negara Blok Barat.

Etika dan Sistem Ekonomi Kapitalis


Dalam sistem ekonomi kapitalis, tujuan manusia direndahkan hanya untuk mengejar
kemakmuran ekonomi (fisik) semata dan mengabaikan kekuatan Tuhan. Sistem ekonomi
kapitalis di negara-negara Barat telah melahirkan perusahaan-perusahaan multinasional
dengan ciri-ciri:
a. Kekayaan mereka sudah demikian besar, bahkan sudah melewati pendapatan
negara-negara yang sedang berkembang.

3
b. Kekuasaan para pemiliknya telah melewati batas-batas wilayah suatu negara.
Bahkan tidak jarang mereka ini mampu mengendalikan kebijakan aparat pemerintah
dan legislatif di negara-negara di mana perusahaan ini berada demi keuntungan
perusahaan-perusahaa tersebut.

Akibat dari sistem ekonomi kapitalis dapat dirasakan saat ini, antara lain:
a. Terjadi pemanasan global dan kerusakan lingkungan di bumi akibat kerakusan para
pemilik modal yang didukung oleh aparat pemerintah.
b. Terjadi ketidakadilan distribusi kekayaan yang mengakibatkan timbulnya kesenjangan
kemakmuran yang makin tajam antara negara kaya dengan mayoritas negara-negara
miskin.
c. Ancaman kekerasan, konflik antar negara, kemiskinan, dan pengangguran makin
meluas.
d. Korupsi, kejahatan kerah putih, dan penyalahgunaan kekuasaan untuk mengejar
kekayaan pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang banyak telah meluas.
e. Penyalahgunaan obat-obat terlarang, perjudian, kebebasan seks, pembunuhan, dan
tindakan-tindakan amoral lainnya makin meluas baik di negara-negara maju maupun
di negara-negara miskin.
f. Gaya hidup modern yang boros dan terlalu konsumtif.
g. Munculnya tanda-tanda tekanan mental dan psikologis.
h. Penyakit akibat gaya hidup modern, seperti penyakit jantung dan lain-lain.

Etika dan Sistem Ekonomi Pancasila


Pancasila mencoba memadukan hal-hal positif yang ada pada kedua sistem ekonomi
eksterm (komunis dan kapitalis). Ciri-cirinya, yaitu:

a. Keadilan dan kebersamaan.


b. Hak dan kebebasan individu.
c. Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara teoritis, sistem ekonomi Pancasila merupakan fondasi yang paling baik dan
paling sesuai untuk membangun hakikat manusia seutuhnya. Di negara Indonesia yang
menerapkan sistem Ekonomi Pancasila yang secara konseptual lebih baik bila
dibandingkan dengan sistem ekonomi komunis ataupun sistem ekonomi kapitalis,
sampai saat ini sebagaian besar rakyatnya masih tetap misikin, hal ini dikarenakan
perekonomian negara Indonesia realitanya dibangun berlandasan “Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN)”. Hal tersebut sama sekali jauh dari konsep Ekonomi Pancasila.

Etika dan Sistem Ekonomi

4
Etika mempelajari perilaku atau tindakan seseorang dan kelompok atau lembaga
yang dianggap baik atau tidak baik. Sistem ekonomi adalah seperangkat unsur
(manusia, lembaga, wilayah, sumber daya) yang terkoordinasi untuk mendukung
peningkatan produksi (barang dan jasa) serta pendapatan untuk menciptakan
kemakmuran masyarakat. Bila berpegang pada pemahaman ini, maka pada tataran
konsep, semua sistem ekonomi seharusnya bersifat etis karena semua sistem ekonomi
bertujuan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan untuk memakmurkan
masyarakat. Sistem ekonomi apa pun dapat saja memunculkan banyak persoalan yang
bersifat tidak etis, etis tidaknya suatu tindakan lebih disebabkan oleh tingkatan
kesadaran individual para pelaku dalam aktivitas ekonomi (oknum birokrasi, pejabat
negara, pemimpin perusahaan), bukan pada sistem ekonomi yang dipilih oleh suatau
negara. Di sini yang berperan adalah tingkat kesadaran dalam memaknai dirinya-hakikat
manusia sebagai manusia utuh atau manusia tidak utuh.

Pengertian dan Peranan Bisnis


Aktivitas bisnis bukan hanya merupakan kegiatan untuk menghasilkan dan menyediakan
barang dan jasa, tetapi juga merupakan kegiatan mendistribusikan barang atau jasa dari
pihak produsen ke pihak konsumen. Sony Keraf (1998), mengungkapkan dua
pandangan tentang bisnis, yaitu:
1. Pandangan praktis-realistis : Melihat tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan
bagi pelaku bisnis, sedangkan aktivitas memproduksi dan mendistribusikan barang
mmerupakan sarana atau alat untuk merealisasikan keuntungan tersebut.
2. Pandangan idealis : Adalah suatu pandangan di mana tujuan bisnis yang
terutama adalah menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan keuntungan yang diperoleh
merupakan konsekuensi logis dari kegiatan bisnis.

Adapun pro-kontra dalam aktivitas bisnis jika dilihat dari sudut pandang etika, dapat
dijelaskan melalui pemikiran Lawrence, Weber, Post (2005) tentang budaya etis. Budaya
etis adalah pemahaman tak terucap dari semua karyawan (pelaku bisnis) tentang
perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang menentukan derajat keetisan atau
budaya etis dari suatu kegiatan atau tindakan bisnis adalah orang kunci dibelakang
kegiatan bisnis itu sendiri bukan bisnis itu sendiri.

5
Lima Dimensi Bisnis
Untuk memahami persoalan bisnis, bertens (2000) mencoba menjelaskan kegiatan
bisnis dilihat dari tiga dimensi, yaitu: ekonomi, etika, dan hukum. Namum dalam
pembahasan ini, bisnis akan dilihat dari lima dimensi, yaitu: ekonomi, etika, hukum,
sosial, dan spiritual.

1. Dimensi Ekonomi
Bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Keuntungan diperoleh berdasarkan rumus yang sudah jamak dikembangkan oleh para
akuntan, yaitu penjualan dikurangi harga pokok penjualan dan beban-beban. Bagi
akuntan, harga pokok penjualan dan beban merupakan harta yang telah dikorbankan
atau dimanfaatkan untuk menciptakan penjualan pada periode ini sehingga sering
disebut sebagai expired cost of assets.
Harta adalah sumber daya ekonomis yang masih mempunyai manfaat untuk
menciptakan penjualan pada periode mendatang. Faktor-faktor produksi dari sudut
ekonomi terdiri atas tanah (land), tenaga kerja (labor), modal (capital), wirausahawan
(entrepreneur). Masing-masing pemilik faktor produksi ini memperoleh pendapatan atas
kepemilikannya pada faktor produksi tersebut dan keuntungan merupakan ukuran
efisiensi prusahaan kerana keuntungan menggambarkan hasil yang diperoleh setelah
dikurangi harta yang dikorbankan.

2. Dimensi Etis
Dalam pembahasan ini dipakai dua acuan pokok, yaitu:
a. Definisi etika adalah tinjauan kritis tentang baik-tidaknya perilaku atau tindakan.
b. Ukuran penilaian menggunakan tiga tingkat kesadaran yaitu kesadaran hewani
(teori egoisme), kesadaran manusiawi (teori utilitarianisme) dan kesadaran spiritual
atau transendental (teori teonom).

Dari sudut pandang kesadaran hewani (egoisme) menilai bahwa suatu tindakan
dianggap etis bila tindakan itu bermanfaat atau menguntungkan bagi seseorang dan
suatu tindakan dianggap tidak etis bila merugikan bagi diri individu atau seseorang
yang bersangkutan. Sudut pandang kesadaran manusiawi menilai semua tindakan
yang bermanfaat bagi diri individu dan masyarakat bersifat etis, namun bila tindakan

6
itu merugikan masyarakat dan menimbulkan kerusakan alam, maka tindakan dinilai
tidak etis walaupun menguntungkan diri individu.

3. Dimensi Hukum
Dalam kaitannya dengan tinjauan dari aspek hukum ini, De George (dalam Sonny
Keraf,1998) membedakan dua macam pandangan tentang status perusahaan, yaitu
legal creator dan legal recognition. Dari sudut pandang legal creator, perusahaan
diciptakan secara legal oleh negara sehingga perusahaan adalah badan hukum. Sebagai
ciptaan hukum, perusahaan mempunyai hak dan kewajiban hukum sebagaimana
layaknya status hukum yang dimiliki oleh manusia. Hukum diciptakan oleh negara,
sementara negara dan hukum ada karena ada masyarakat

Pandangan perusahaan sebagai legal creator, pada sudut pandang legal recognition
perusahaan bukan diciptakan atau didirikan oleh negara, melainkan oleh orang atau
sekelompok orang yang mempunyai kepentingan untuk memperoleh keuntungan. Tujuan
utamanya adalah untuk mmperoleh keuntungan bagi pendiri/pemilik perusahaan
tersebut, sedangkan memberikan pelayanan kepada masyarakat merupakan tujuan
sampingan. Peranan negara dalam hal ini hanya mendaftarkan, megesahkan, dan
memberi izin secara hukum atas keberadaan perusahaan tersebut.

4. Dimensi Sosial

Perusahaan saat ini sudah berkembang menjadi suatu sistem terbuka yang sangat
komplek. Sebagai suatu sistem, artinya didalam organisasi perusahaan terdapat
berbagai elemen, unsur orang, dan jaringan yang saling terhubung (interconnected),
saling berinteraksi (intereacted), saling bergantung (interdepended),dan saling
berkepentingan. Sebagai sistem terbuka yang sering disebut faktor internal, seperti
sumber daya manusia (tenaga kerja, manager, eksekutif) dan sumber daya non-manusia
(uang, peralatan, bangunan, dan sebagainya), tetapi juga oleh faktor-faktor di luar
perusahaan atau yang sering disebut faktor eksternal, yang juga terdiri atas dua elemen,
yaitu: faktor manusia dan non-manusia. Bila perusahaan dilihat dari dimensi sosial,
tujuan pokok keberadaan perusahaan adalah untuk menciptakan barang dan jasa yang
diperlukan oleh masyarakat.

5. Dimensi Spiritual

7
Keberadaan perusahaan diperlukan untuk melayani kebutuhan masyarakat bila
perusahaan dilihat dari dimensi sosial. Sepanjang untuk melayani masyarakat masih
memerlukan produk perusahaan, perusahaan akan tetap dapat exist. Kegiatan bisnis
dalam pandangan Barat tidak pernah dikaitkan dengan agama. Padahal kalau ditelusuri
dalam ajaran agama-agama besar, ada ketentuan yang sangat jelas tentang kegiatan
bisnis ini. Dalam agama islam dijumpai suatu ajaran bahwa menjalankan kegiatan bisnis
itu merupakan bagian dari ibadah, asalkan kegiatan bisnis (ekonomi) diatur berdasarkan
wahyu yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul (Dawan Rahardjo,1990).

PENDEKATAN PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKEHOLDERS)

Tanggung Jawab Manajemen Dan Teori Pemangku Kepentingan

Dari sudut pandang pengelolah perusahaan (manajemen), dijumpai beberapa paradigma


berkaitan dengan peran dan tanggung jawab manajemen dalam mengelola perusahaan.
Dalam dunia akutansi, wujud peran dan tanggung jawab manajemen ini tercermin dalam

beberapa teori yang berkaitan dengan pemangku kepentingan, yaitu: teori kepemilikan
(proprietary theory), teori entitas(entity theory), teori dana (fund theory), teori komando
(command theory), teori perusahaan (enterprise theory), dan teori ekuitas sisa (residual
equity theory).

Tujuan pengelolahan perusahaan jelas adalah untuk meningkatkan laba dan


kekayaan pemilik. Perusahaan yang kepemilikannya dimiliki oleh masyarakat umum
(perusahaan go public), maka mulai terdapat pemisahan antara pengelola (manajemen,
eksekutif) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham). Walaupun sudah terdapat
pemisah antara pengelola dengan pemilik perusahaan, namun orientasi dan paradigma
pengelolaan ini masih belum berubah. Itu berarti bahwa tujuan pengelolaan perusahaan
adalah untuk meningkatkan laba dan kekayaan para pemilik perusahaan (pemegang
saham), sedangkan kepentingan para pemangku kepentingan selain pemegang saham
belum mendapat perhatian yang seimbang.

Pemangku Kepentingan (Stakeholders) adalah semua pihak (orang atau lembaga)


yang mempengaruhi keberadaan perusahaan dan/atau dipengaruhi oleh tindakan

8
perusahan (Lawrence, Weber, dan Post, 2005). Selanjutnya Lawrence, Weber, dan Post
membagi pemangku kepentingan ke dalam dua golongan, yaitu pemangku kepentingan
pasar (market stakeholders) dan pemangku kepentingan nonpasar (nonmarket
stakeholders). Sonny Keraf (1998) menggunakan istilah kelompok primier dan kelompok
sekunder. Kelompok premier adalah mereka yang mengadakan transaksi atau atau
berinteraksi langsng dengan perusahaan. Yang termasuk kelompok ini adalah:
pelanggan, pemasok, pemodal ( pemegang saham), pemberi pinjaman (seperti bank,
perusahaan leasing, dan sebagainnya), serta karyawan perusahaan. Kelompok sekunder
adalah semua pemangku kepentingan yang tidak termasuk dalam kelompok premier
tersebut.

Sekarang makin maraknya skandal bisnis dalam berbagai bentuk manipulasi


laporan keuangan yang melibatkan para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan besar
berskala global menjelang akhir abad ke-20 yang merugikan banyak pihak yang
berkepentingan, maka muncul pengaturan baru dari otoritas pemerintah yang pada
intinya mempertegas pengawasan, wewenang, dan tanggung jawab para eksekutif
puncak dalam mengelola perusahaan. Perilaku para eksekutif puncak ini sangat
menentukan keberlangsungan hidup suatu perusahaan, para eksekutif puncak dituntut
untuk tidak hanya bersifat etis, tetapi diharapkan mempunyai tingkat kesadaran
transendental atau tingkat kesadaran spiritual. tingkat kesadaran spiritual ini akan
memaknai kegiatan pengelolaan perusahaan sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan
yang Maha Kuasa, menjadikan perusahaan yang dikelolanya sebagai sarana untuk
melakukan pelayana secara tulus untuk memajukan kesejahteraan semua pemangku
kepentingan, sekaligus menjaga dan memelihara kelestarian alam. Perusahaan yang
dikelolanya akan menjadi perusahaan yang tercerahkan (enlightened company).

Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan


Perusahaan

Tabel 1
Hubungan Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Pengelolaan
Perusahaan

9
Tingkat Teori Etika Paradigma Sasaran Perusahaan
Kesadaran Pengelolaan

Kesadaran  Teori  Paradigma Memperole kekayaan


Hewani Egoisme Kepemilikan dan keuntungan
(Proprietorshi optimal bagi pengelola
 Teori Hak
p Paradigm) yang sekaligus
merangkap sebagai
pemilik perusahaan

Pengelolaan
 Paradigma (manajemen) sudah
Pemegang terpisah dari para
Saham pemegang saham
(Stakeholders selaku pemilik
Paradigm) perusahaan

Sasaran perusahaan
adalah memperoleh
kekayaan dan
keuntungan optimal
bagi para pemegang
saham

Kesadaran  Teori  Paradigma Sasaran pengelolaan


Manusiawi Utilitariasme Ekuitas perusahaan untuk
(Equity meningkatkan
 Teori Keadilan
Paradigm) kekayaan dan
(Faimess
keuntungan para
Theory)
investor (pemegang
saham dan kreditur)

10
 Teori  Paradigma Sasaran pengelolaan
Kewajiban Perusahaan perusahaan adalah
(Deontologi) (Enterprise untuk kesejahteraan
Paradigm) seluruh masyarakat
 Teori
(semua pemangku
Keutamaan
kepentingan/stakehold
ers)

Kesadaran  Teori  Paradigma Tujuan pengelolaan


Transendental Teonom Perusahaan perusahaan adalah
Tercerahkan bagian dari
(Enlightened pengabdian kepada
Company) Tuhan melalui
pengabdian tulus untuk
kemakmuran bersama
dan menjaga
kelestarian alam

Analisi Pemangku Kepentingan (Stakeholders Analysis)

Keberadaan perusahaan ditentukan oleh para pemangku kepentingan, maka para


eksekutif perusahaan mulai menyadari pentingnya melakukan proses pengambilan
keputusan berdasarkan pendekatan dan analisis pemangku kepentinga. Hal penting
yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan
pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:

a. Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang
masih bersifat potensial.

b. Cari tahu kepentingan (interest) dan kekuasaan (power) setiap golongan


pemangku kepentingan.

11
c. Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan
pemangku kepentingan.

Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan:

a. Pemangku kepentingan adalah pihak yang menerima manfaat yang paling besar
dari keputusan itu; atau

b. Kalaupun ada pihak yang dirugikan, dampak kerugiannya hanya menimpa


sesedikit mungkin pemegang kepentingan; atau

c. Keputusan diambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan kelompok


pemangku kepentingan yang dominan.

Pengertian kepentingan disini adalah sesuatu yang menyebabkan kelompok pemangku


kepentingan ini tertarik atau peduli pada perusahaan, sedangkan kekuasaan disini
diartikan sebagai seberapa kuat pengaruh/kekuatan kelompok ini dalam menentukan
arah dan keberadaan perusahaan.

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY-CSR)

Munculnya Isu Pemasan Global, penipisan laisan ozon, kerusakan hutan,


kerusakan lokasi di sekitar areal pertambangan, pencemaran air akibat limbah beracun,
pencemaran udara, pencemaran air laut akibat tumpahan minyak air kapal tangki
pengankut minyak yang bocor, dan sebagainya merupakan akibat negatif dari munculnya
aktivitas bisnis yang hanya beroroentasi pada keuntungan semata tanpa memedulihkan
dampak negatif yang merugikan masyarakat dan bumi ini.

Pengertian CSR

12
a. The World Businesscouncil for Sustainable Development mendefenisakan CSR
sebagai [“Komitmen bisnis untuk terus menerus berperilaku etis dan kontribusi
dalam pembangunan ekonomi meningkatkan kualitas hidup karyawan dan
keluarganya, masyarakat lokal, serta masyarakat luas pada umumnya.”].

b. EU Green Paper on CSR memberikan definisi CSR sebagai ]”Suatu konsep di


mana perusahaan mengintegrasikan perhatian pada masyarakat dan lingkungan
dalam operasi bisnisnya serta dalam interaksinya dengan para pemangku
kepentingan secara sukarela.”].

c. Magnan and Ferrel mendefinisikan CSR sebagai [“Suatu bisnis dikatakan telah
melaksanakan tanggung jawab sosialnya jika keputusan-keputusan yang diambil
telah mempetimbangkan keseimbangan antar berbagai pemangku kepentingan
yang berbeda beda.”].

d. A.B.Susanto mendefinisika CSR sebagai tanggung jawab perusahaan baik


kedalam maupun keluar perusahaan.

Elkington mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan mencakup tiga


dimensi, yang lebih populer dengan singkatan 3P, yaitu: mencapai keuntungan (profit)
bagi perusahaan, memperdayakan masyarakat (people), dan memelihara kelestarian
alam/bumi (planet).

Tingkat/Lingkup Keterlibatan dalam CSR

Di antara mereka yang setuju agar perusahaan menjalankan CSR, masih tersapat
perbedaaan dalam memaknai tingkat keterlibatan
a. Perusahaan adalah lembaga ekonomi yang tyjuan pokoknya mencari keuntungan,
bukan merupakan lembaga sosial.
b. Perhatian manajemen perusahaan akan terpecah dan akan membingungkan
mereka bila perusahaan dibebani banyak tujuan.
c. Biaya kegiatan sosial akan meningkatkan biaya produk yang akan ditambahkan
pada harga produk sehingga pada gilirannya akan merugikan
masyarakat/konsumen itu sendiri.

13
d. Tidak semua perusahaan mempunyai tenaga yang terampil dalam menjalankan
kegiatan sosial.

Sementara itu, alasan-alasan yang mendukung CSR ini adalah:


a. Kesadaran yang meningkat dan masyarakat yang makin kritis terhadap dampak
negatif dari tindakan perusahaan yang merusak alam serta merugikan masyarakat
sekitarnya.
b. Sumber daya alam yang makin terbatas.
c. Menciptakan lingkungan sosial yang lebih baik.
d. Perimbangan yang lebih adil dalam memikul tanggung jawab dan kekuasaan
dalam memikul beban sosial dan lingkungan antara pemerintah, perusahaan, dan
masyarakat.
e. Bisnis sebenarnya sumber daya yang berguna.
f. Menciptakan keuntungan jangka panjang.

BAB III
KESIMPULAN

Hakikat ekonomi yaitu cara rumah tangga memperoleh dan menghasilkan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup (fisik) anggota rumah tangganya. ilmu ekonomi
berkepentingan dalam mengembangkan konsep, teori, hukum, sistem, dan kebijakan,
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Kemakmuran
tersebut dicapai melalui peningkatan produksi dan distribusi dari sudut produsen di satu
sisi, serta peningkatan pendapatan, konsumsi, dan lapangan kerja dari sudut konsumen
di sisi lain. Terdapat dua paham sistem ekonomi, yaitu: sistem ekonomi komonis dan
kapitalis, sistem ekonomi komonis bertujuan untuk memeratakan kemakmuran
masyarakat dan menghilangkan eksploitasi oleh manusia (majikan, pemilik modal)
terhadap manusia lainnya (kaum buruh), sedangkan ekonomi kapitalis tujuannya

14
manusia direndahkan hanya untuk mengejar kemakmuran ekonomi (fisik) semata dan
mengabaikan kekuatan Tuhan.
Adapun pro-kontra dalam aktivitas bisnis jika dilihat dari sudut pandang etika, dapat
dijelaskan melalui pemikiran Lawrence, Weber, Post (2005) tentang budaya etis. Budaya
etis adalah pemahaman tak terucap dari semua karyawan (pelaku bisnis) tentang
perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima. Yang menentukan derajat keetisan atau
budaya etis dari suatu kegiatan atau tindakan bisnis adalah orang kunci dibelakang
kegiatan bisnis itu sendiri bukan bisnis itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta Salemba Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai