Anda di halaman 1dari 23

FILSAFAT, AGAMA, ETIKA DAN HUKUM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah filsafat sudah cukup dikenal sejak zaman dahulu. Meski begitu, untuk
mulai mendefinisikannya ternyata bukan perkara mudah, bilah dilihat dari arti
katanya, filsafat berasal dari dua kata yunani philo dan shopia. Philo  berarti cinta,
sedangkan shopia berarti bijaksana. Dengan demikian philoshopia berarti cinta
terhadap kebijaksanaan, namun untuk membuka pemahaman lebih lanjut tentang
filsafat, ada baiknya dimulai dengan mengutik pertanyaan Suryasumantri yang
membedakan antara pengetahuan (ilmu) dengan filsafat. Pengetahuan dimulai dari
rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu, dan filsafat di mulai dari
keduanya.
Selanjutnya, Suryasumantri mengutik pertanyaan Will Duranp yang
mengumpamakan filsafat sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk
pendaratan pasukan infanteri (mewakili ilmu pengetahuan). Filsafatlah yang
memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Setelah pantai dapat
direbut oleh pasukan marinir (filsafat) sedangkan maka pasukan marinir akan pergi
dan selanjutnya tugas pasukan infanteri (ilmu pengetahuan untuk
menyempurnakan tempat yang telah direbut tersebut. Untuk dapat lebih
memperjelas perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan, atau untuk
membedakan suatu cabang ilmu dengan cabang ilmu lainnya, dapat dilihat dari
tiga aspek, yaitu: (a) objek yang dikaji (ontologis), (b) prosedur/metode untuk
mengkajinya (epistemologis), (c) tujuan penggunaan filsafat/ilmu itu sendiri
(aksiologis).
Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara
berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal,

1
sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan
berfikir sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat membahas
sesuatu dalam rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau
bukan. Agama tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama
kadang-kadang tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya. Hukum
adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk
mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah
terjadinya kekacauan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah
dalam makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Jelaskan hakikat filsafat, agama, etika dan nilai ?
2. Jelaskan hubungan agama, etika dan nilai ?
3. Jelaskan hukum, etika dan etiket ?
4. Bagaimana paradigma manusia utuh ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan hakikat filsafat, agama, etika dan nilai.
2. Menjelaskan hubungan agama, etika dan nilai.
3. Menjelaskan hukum etika dan etiket.
4. Menjelaskan bagaimana paradigma manusia utuh.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dalam makalah ini, ialah diharapkan makalah
yang telah disusun dapat menjadi bahan kajian oleh Mahasiswa dengan Dosen
mata kuliah Etika Profesi Akuntansi sehingga akan ada wawasan lebih yang

2
diperoleh dengan adanya penulisan dan penyajian makalah ini khususnya
mengenai pembahasan Filsafat, Agama, Etika dan Hukum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Filsafat
Filsafat berasal dari dua kata yunani phlio dan sophia, yang mana phlio
berarti berarti cinta dan sophia berarti bijaksana. Dengan demikian philosophia
berarti cinta kepada kebijaksanaan. (Puad Farid Ismail dan Abdul Hamid
Mutawalli 2003).
Adapun ciri-ciri pemikiran filsafat yaitu:
1. Sangat umun atau universal → Pemikiran filsafat mempunyai kecenderungan
sangat umum, dan tingkat keumumannya sangat tinggi. Karena pemikiran
filsafat tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus, akan tetapi
bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum, misalnya tentang
manusia, tentang keadilan, tentang kebebasan, dan lainnya.
2. Tidak faktual/Spekulatif → Kata lain dari tidak faktual adalah spekulatif,
yang artinya filsafat membuat dugaan-dugaan yang masuk akal mengenai
sesuatu dengan tidak berdasarkan pada bukti. Hal ini sebagai sesuatu hal yang
melampaui tapal batas dari fakta-fakta pengetahuan ilmiah. Jawaban yang
didapat dari dugaan-dugaan tersebut sifatnya juga spekulatif. Hal ini bukan
berarti bahwa pemikiran filsafat tidak ilmiah, akan tetapi pemikiran filsafat
tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus.
3. Bersangkutan dengan nilai → C.J. Ducasse mengatakan bahwa filsafat
merupakan usaha untuk mencari pengetahuan, berupa fakta-fakta, yang
disebut penilaian. Yang dibicarakan dalam penilaian ialah tentang yang baik
dan buruk, yang susila dan asusila dan akhirnya filsafat sebagai suatu usaha

3
untuk mempertahankan nilai. Maka selanjutnya, dibentuklah sistem nilai,
sehingga lahirlah apa yang disebutnya sebagai nilai sosial, nilai keagamaan,
nilai budaya, dan lainnya.
4. Berkaitan dengan arti → Sesuatu yang bernilai tentu di dalamnya penuh
dengan arti. Agar para filosof dalam mengunkapkan ide-idenya sarat denga
arti, para filosof harus dapat menciptakan kalimat-kalimat yang logis dan
bahasa-bahasa yang tepat, semua itu berguna untuk menghindari adanya
kesalahan/sesat pikir (fallacy).
5. Implikatif → Pemikiran filsafat yang baik dan terpilih selalu mengandung
implikasi (akibat logis). Dari implikatif tersebut diharapkan akan mampu
melahirkan pemikiran baru sehingga akan terjadi proses pemikiran yang
dinamis dari tesis ke anti tesis kemudian sintesis, dan seterusnya...sehingga
tidak ada habisnya. Pola pemikiran yang implikatif (dialektis) akan dapat
menuburkan intelektual.
Objek filsafat bersifat universal dan mencakup segala sesuatu yang
dialami manusia. Selanjutnya Abdul Kadir Muhamad menjelaskan filsafat
dengan melihat unsur-unsur sebagai berikut:
a) Kegiatan intelektual (pemikiran).
b) Mencari makna yang hakiki (interpretasi).
c) Segala fakta dengan gejala.(objek).
d) Dengan cara refleksi, metodis dan sistematis.
e) Untuk kebahagian manusia (tujuan).
Tabel 1.1 Perbedaan Filsafat dengan Ilmu

No Aspek Filsafat Ilmu

1 Ontologis Segala sesuatu yang Segala sesuatu yang


bersifat fisik dan bersifat fisik dan yang
nonfisik, baik yang dapat dapat di rekam melalui
di rekam melalui indra indra.

4
maupun yang tidak

Pendekatanyang bersifat Pendekatan ilmiah,


reflektif atau rasional- menggunakan
2 Epistemologis dedukatif pendekatan dedukatif dan
indukatif secara saling
melengkapi.

Sangat abstrak Sangat konkret, langsung


bermanfaat tetapi dapat dimanfaaatkan bagi
3. Aksiologis
tidaksecara langsung kepentingan umat
bagi umat manusia. manusia.

Persamaan Filsafat dan Ilmu


Antara filsafat dan ilmu sebenarnya memiliki akar kajian yang sama yakni
sama-sama mencari kebenaran dan menemukan suatu hal baru yang berkenaan
dengan pengetahuan. Persamaan keduanya dijelaskan secara rinci dibawah ini yaitu:
 Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek
selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
 Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-
akibatnya.
 Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan
 Keduanya mempunyai metode dan sistem.
 Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar.

5
Perbedaan Filsafat dan Ilmu
a. Objek lapangan filsafat bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada
(realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) bersifat khusus dan
empiric
b. Ilmu hanya terfokus pada bidang masing-masing secara kaku, filsafat tidak
terkotak-kotak dalam disiplin ilmu.
c. Objek formal (sudut pandang) filsafat bersifat non fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
d. Ilmu bersifat fragmentaris, spesifik dan intensif. Disamping itu objek formal ilmu
itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan
penyatuan diri dengan realita.
Kesimpulan Perbedaan Antara Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan terletak jelas dari pengertian awal.
Filsafat diperlukan manusia sebagai panduan dalam menjalani kehidupan, sedangkan
ilmu pengetahuan diperlukan untuk menjawab segala bentuk pertanyaan. Filsafat
membentuk karakteristik seorang individu atau kelompok dan ilmu pengetahuan
bertindak sebagai penunjang.

B. Hakikat Agama
Arti Agama menurut Bahasa, yaitu:
1. Menurut Bahasa Sankrit (Sansekerta), yaitu: tersusun dari dua kata a = tidak
dan gam = pergi (tidak pergi, diwarisi turun temurun Gam = tuntunan
(mengandung ajaran/tuntunan. Gama = kacau (orang beragama memang tidak
kacau).
2. Menurut Bahasa Latin, yaitu: Religi Religio). Menurut pendapat Cicero Religi
berasal dari kata relegere yang berarti mengumpulkan, membaca. Sedangkan

6
menurut pendapat Sevius berasal dari kata religare yang mengandung arti
mengikat.
3. Menurut Bahasa Arab, yaitu: -Din berarti agama, balasan; -Millah berarti
tuntunan, hutang, kebiasaan; -Madzhab berarti jalan, cara; -Thoriqoh/tarekat
berarti tata cara, jalan; -Tadbier berarti munundukkan, patuh; -Syari’ah berarti
hukum, peraturan.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem
atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa
atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Agama secara umum adalah upaya manusia untuk mengenal dan
menyembah Ilahi (yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta
kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia). Untuk memperolah
pemahaman tentang agama, dibawah ini dikutip beberapa pengertian dan definisi
tentang agama.
1. Agus M. harjana (2005) mengutip pengertian agama dari Ensiklopedi
Indonesia karangan Hasan Shandily. Agama berasal dari bahasa sangsakerta:
A berarti tidak, GAM berarti pergi, dan A besifat atau keadaan. Jadi istilah
agama berarti: bersifat tidak pergi, tetap lestari, kekal dan tidak berubah.
Dengan demikian agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia
utuntuk mencapai hidup kekal.
2. Faud farid ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa
agama adalah satu bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka yang
berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan Ilahi itu tersebut
kepada kebaikan hidup didunia dan kabahagian hidup di akhirat.
3. Abdul Kadir Muhammad (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu: (a)
menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu kesukaan luar yang lain
dan lebih dari pada yang dialami oleh manusia, dan (b) apa yang

7
disyariatakan Allah dengan perantara para nabi-Nya, berupa perintah dan
laranga-Nya serta petunjuk untuk kebaikan di dunia dan di akhirat.
Dari beberapa definisi diatas, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan
unsur-unsur penting sebagai berikut:
a. Hubungan manusia degan suatu yang tak terbatas, yang transendental, yang
Ilahi (Tuhan Yang Maha Esa).
b. Berisi pedoman dan tingka laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-
nilai dan norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui Nabi-
nabi.
c. Untuk kebahagian hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.
d. Sebenarnya dalam pengertian agama tercakup unsure-unsur utama sebagai
berikut:
1) Ada kitab suci.
2) Kitab suci ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan.
3) Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dengan
menafsirkan kitap suci bagi kepentingan umatnya.
4) Setiap agama berisi tentang ajaran dan pedoman penting:
a) Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.
b) Susila, upacara, atau tata etika.
c) Ritual,upacara, atau tata cara beribadat.
d) Tujuan agama.

C. Hakikat Etika
Etika berasal dari kata Yunani yaitu berasal dari kata ethos (bentuk
tunggal) yang berarti tempat tinggal, padang, rumput, kadang, kebiasaan, adat,
watak, perasaan, sikap, cara berpikir, bentuk jamaknya adalah ta etha, yang
berarti adat istiadat. Dalam hal ini kata etika sama dengan moral. Moral berasal
dari kata latin: mos (bentuk tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti

8
adat istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup, (Kanter,
2001).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika ialah ilmu tentang
baik dan buruknya perilaku, hak dan kewajiban moral; sekumpulan asa atau nila-
nilai yang berkaitan dengan akhlak, nilai mengenai benar atau salahnya
perbuatan atau perilaku yang dianut masyarakat.
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, dibawah ini
dikutip beberapa pengertian etika yaitu:
1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai
praksis etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang
diperaktikan atau justru tidak diperaktekan, walaupun seharusnya
diperaktikan. Tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebagainya.
Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral (Bartnes, 2001).
2. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang
dilakukan, atau tentang adat istiadat yang berkenaan dengan hidup yang baik
dan yang buruk (Kanter,2001).
3. Istilah lain dari etika adalah susila. Su artinya baik, dan sila artinya
kebiasaan atau tingkah laku. Jadi susila artinya kebiasaan atau tingkah laku
perbuatan manusia yang baik. Etika sebagai ilmu disebut tata susila, yang
mempelajari tata nilai, tentang baik dan buruknya suatu perbuatan, apa yang
harus dikerjakan atau dihindari sehingga tercipta hubungan yang baik
diantara sesama manusia.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam pengertian
sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak).
b. Kupulan asas atau nilai yang berkenan dengan akhlak.

9
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai
banyak arti. Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal
berikut:
a) Etika sebagai peraksis; sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat
istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam
kelompok atau masyarakat.
b) Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika
sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses
penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis.

D. Hakikat Hukum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hukum adalah sebagai berikut:
a. Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan
oleh penguasa atau pemerintah.
b. Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat.
c. Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan sebgainya) yang
tertentu.
d. Keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan),
vonis.
Secara umum hukum merupakan suatu sistem yang dibuat oleh pihak
berwenang ataupun pemerintah dari suatu negara yang berisi aturan dan norma
yang diterapkan guna menciptakan kedamaian dan ketertiban di negara tersebut.
Pengertian hukum tersebut juga meliputi sanksi yang menyertai bagi siapapun
pelanggar aturan dan norma yang telah ditetapkan. Sehingga dengan adanya
hukum suatu negara akan lebih nyaman dan meminimalisir tingkat kejahatan
yang terjadi di negara tersebut.

10
Menurut H.L.A. Hart, ada tiga persoalan pokok yang muncul berulang-
ulang sehingga memunculkan pertanyaan apa hakekat hukum yaitu:
1. Yang pertama, ciri umum dari hukum yang paling menonjol adalah bahwa
eksistensinya berkaitan dengan perilaku manusia. Jenis-jenis tertentu
perilaku manusia tidak lagi bersifat pilihan (opsional), melainkan dalam
pengertian tertentu bersifat wajib. Karakteristik hukum yang nampak
sederhana ini dalam faktanya tidaklah sederhana. Pemahaman paling
sederhana dimana perilaku tidak lagi opsional adalah ketika seseorang
dipaksa untuk mengerjakan apa yang dikatakan orang lain kepadanya dengan
adanya ancaman dan konsekuensi yang tidak menyenangkan bila ia
menolak. Jadi bagaimana hukum dan kewajiban hukum berbeda dari, dan
bagaimana kaitannya dengan, perintah-perintah yang ditopang oleh
ancaman. Hal ini menjadi permasalahan pokok yang ada di balik pertanyaan
apa itu hakekat hukum.
2. Persoalan kedua yaitu bagaimana perilaku mungkin tidak bersifat pilihan
melainkan wajib. Peraturan-peraturan moral membebankan kewajiban dan
menghilangkan pilihan bebas individu untuk melakukan hal yang ia sukai
dalam wilayah perilaku tertentu. Jadi, bagaimana kewajiban hukum berbeda
dari, dan bagaimana ia terkait dengan kewajiban moral, menjadi persoalan
yang juga turut ada di balik pertanyaan apa hakekat hukum itu.
3. Persoalan pokok ketiga yang terus menerus memicu persoalan apa hakekat
hukum itu tergolong persoalan yang lebih umum, yaitu apa itu peraturan dan
sampai kadar apa hukum merupakan persoalan mengenai peraturan.
Pada dasarnya hakekat hukum yang ideal sebagai obyek filsafat hukum
tentunya mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari hukum.
Pertanyaan-pertanyaan tentang “hakikat hukum”, tentang “dasar-dasar bagi
kekuatan mengikat dari hukum”, merupakan contoh-contoh pertanyaan yang
bersifat mendasar itu. Atas dasar yang demikian itu, filsafat hukum bisa
dihadapkan kepada ilmu hukum positif. Sekalipun sama-sama menggarap bahan

11
hukum, tetapi masing-masing mengambil sudut pemahaman yang berbeda sama
sekali. Ilmu hukum positif hanya berurusan dengan suatu tata hukum tertentu dan
mempertanyakan konsistensi logis asas-asas, peraturan-peraturan, bidang-bidang
serta sistem hukumnya sendiri.

E. Hakikat Nilai
Pengertian Nilai (Value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada
pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Untuk memahami pengertian nilai
secara lebih mendalam, dibawah ini dikutip beberapa definisi tentang nilai.
1. Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal
yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai
sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga
merupakan sesuatu yang memberi makna dalam hidup, yang berikan titik
tolak, isi, dan tujuan dalam hidup.
2. Faud Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai
sebagai standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur
segala sesuatu. Ada nilai materialis yang berkaitan dengan ukuran harta
pada diri kita, ada nilai kesehatan yang mengungkapkan tentang siknifikasi
kesehatan dalam pandangan kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan
kedudukan keadilan dan kesetiaan dalam hati kita, serta ada nilai sosiologis
yang menunjukan signifikasi kesuksesan dalam kehidupan praktis, dan nilai-
nilai yang lain.
Sementara itu, Notonagoro membedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,
b. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
mengadakan suatu aktivitas atau kegiatan,
c. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rohani manusia yang
dibedakan dalam empat tingkatan sebagai berikut:

12
1) Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau
cipta manusia.
2) Nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan
manusia.
3) Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur
kehendak manusia.
4) Nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.
Dari penjelasan tentang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulkan
tiga hal, yaitu:
a. Nilai selalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal).
b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah
cukup dikenal.
c. Gugus-gugus nilai membentuk semacam heararki dari yang terendah sampai
yang tertinggi.

F. Hubungan Agama, Etika dan Nilai


Nilai agama atau Norma agama adalah peraturan hidup yang harus
diterima manusia sebagai perintah-perintah, larangan larangan dan ajaran-ajaran
yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pelanggaran terhadap norma ini
akan mendapat hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa berupa “siksa” kelak di
akhirat.
Norma agama yang berasal dari Tuhan ini bertujuan untuk
menyempurnakan keadaan manusia agar menjadi baik, dan tidak menyukai
adanya kejahatan-kejahatan yang terjadi. Norma ini tidak di tujukan kepada sikap
lahir, tetapi pada sikap batin manusia yang di harapkan batin tersebut sesuai
dengan norma agama yang ia yakini sebagai sebuah kepercayaan. Norma agama
ini hanya memberikan kewajiban kepada manusia tanpa memberi hak kepada
mereka, mereka harus mentaati dan melaksanakan norma agama tersebut.

13
Semua agama melalui kitab sucinya msing-masing mengajarkan tentang
tiga hal pokok, yaitu:
1. Hakikat Tuhan (God Allah, Gusti Allah, Budha, Brahma, kekuatan tak
terbatas, dan lain-lain).
2. Etika, tata susila.
3. Rritual, tata cara beribadat.
Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak
ada agama yang tidak mengajarkan etika atau moralitas. Kualitas keimanan
(spritualitas) seseorang ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas
hubungan manusia dengan tuhan), tetapi juga oleh kulaitas moral/etika (kualitas
hubungan manusia dangan manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam).
Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-
nilai moral.
Akhirnya, tingkat kenyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, tingkat kualitas peribadatan, dan tingkat kualitas/moral seseorang akan
menentukan gugus/herarki nilai kehidupan yang telah dicapai. Tujuan agama
untuk merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal diakhirat (agama hindu
menyebut moksa, agama budha menyebut nirwana). Dari sudut pandang semua
agama, pencapain nilai-nilai kehidupan duniawi (nilai-nilai yang lebih rendah)
bukan merupakan tujuan akhir, tetapi hanya merupakan tujuan sementara atau
tujuan antara, dan hanya dianggap sebagai media atau alat (means) untuk
mendukung pencapain tujuan akhir (nilai tertinggi kehidupan).

G. Hukum, Etika dan Etiket


1. Pengertian
Hukum adalah kumpulan aturan, baik sebagai hasil pengundangan formal
maupun dari kebiasaan, dimana suatu negara atau masyarakat tertentu mengaku
terikat sebagai anggota atau sebagai subjeknya. Etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan

14
Etiket adalah adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan
dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.
2. Pandangan
Hukum ada (baik dibuat ataupun lahir dari masyarakat) pada dasarnya
berlaku untuk ditaati, dengan demikian akan tercipta ketentraman dan ketertiban.
Pada dasarnya hukum bertujuan untuk mencapai kepastian hukum, yaitu untuk
mengayomi masyarakat secara adil dan damai sehingga mendatangkan
kebahagiaan bagi masyarakat.
Etiket memandang manusia dari segi lahiriah saja. Orang yang berpegang
pada etiket bisa juga bersifat munafik. Sedangkan etika memandang manusia dari
segi dalam. Orang yang etis tidak mungkin bersifat munafik, sebab orang yang
bersifat etis pasti orang yang sungguh-sungguh baik.
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik. Baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat atau kelompok masyarakat. Yang
berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup
yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke
orang lain. Dengan kata lain, etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang
menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
Maka hubungannya ialah sebagai berikut: dasar dari etika dan etiket ialah
filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk. Etika berhubungan erat
dengan norma seperti tata cara, kebiasaan, sopan santun, dan adat. Norma ialah
perwujudan dari nilai-nilai. Sehingga nilai dan norma sangat penting untuk
membentuk suatu etika. Dengan adanya nilai dan norma akan dapat membuat
lingkungan bertindak sesuai etika yang berlaku dalam lingkungan masyarakat.
Hukum, etika dan etiket merupakan istilah yang sangat berdekatan dan
mempunyai arti yang hampir sama walaupaun terdapat perbedaan.
Tabel 1.2 Persamaan dan Perbedaan Hukum, Etika, dan Etiket

15
No Hukum Etika Etiket

1 Persamaan : sama-sama mengatur perilaku manusia

2 Perbedaan :

Sumber hukum: Sumber etika: Sumber etiket:


A.
Negara, pemerintahan Masyarakat Golongan masyarakat

Sifat pengaturan:
Sifat pengaturan:
Ada yang lisan
Tertulis berupa undang-
(berupa adat Sifat pengaturan:
B. undang, peraturan
kebiasaan) dan yang lisan
pemerintah, dan
tertulis berupa kode
sebagainya
etik

Objek yang di atur: Obek yang di atur: Objek yang di atur:


Bersifat lahiriah Bersifat rohaniah, bersifat lahiriah,
(misalnya hukum misalnya: prilaku misalnya tata cara
warisan, hukum agraria, etis (bersikap jujur berpakaian (untuk
hukum tata negara) dan dan tidak menipu pesta, sekolah
C.
rohaniah (misalnya juga bertanggung pertemuan, dll) tata
hukum pidana) jawab) dan prilaku cara menerima tamu,
tidak etis (korupsi, tata cara berbicara
mencuri, dan dengan orang tua dan
berzina). sebagainya.

H. Paradigma Manusia Utuh


Perlu dipahami pengertian beberapa konsep dan atau hubungan antar
berbagai konsep penting yang terkait dengan pembangunan manusia seutuhnya,

16
antara lain: karakter, kepribadian, kecerdasan, etika, gelombang otak, tujuan
hidup, agama, dan meditasi/zikir.
1. Karakter dan Kepribadian
Istilah kepribadian (personality) dan karakter banyak dijumpai dalam
ilmu psikologi. Soedarasono (2002) misalnya mendefenisikan kepribadian
sebagai totalitas kejiwaan seseorang yang menampilkan sisi yang didapat
dari keturunan (orang tua) leluhur dan sisi yang di dapat dari pendidikan,
pengalaman hidup, serta lingkungan. Karakter adalah sisi kepribadian yang
di dapat dari pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa di
katakan bahwa karakter adalah bagian dari kepribadian. Oleh karena itu Lilik
Agung (2007) mendefinisikan karakter sebagai kompetensi yang harus di
miliki oleh seseorang yang berkaitan dengan kinerja terbaik agar ia mampu
menghadapi tantangan realita/kenyataan yang selalu berubah dan mampu
meraih kesuksesan yang bersifat langgeng. Dapat di tarik kesimpulan
pengertian dari karakter sebagai berikut:
a. Karakter adalah korapetensi yang harus di miliki oleh seseorang.
b.   Karakter menentukan keberhasialan seseorang.
c. Karakter dapat di ubah, dibentuk, di pelajari melalui pendidikan dan
pelatihan tiada henti serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang di tentukan oleh tingkat kecocokan
karakter yang dimilikinya dengan di tuntun kenyataan/realita.
2. Kecerdasan, Karakter dan Etika
Wahyuni Nafis melalui pemahamannya atas ajaran tradisional islam
dan di inspirasii oleh beberapa pemikiran Stephan R Covery ia menyebut
tiga jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika yang di jelaskan dalam
tabel berikut:
Tabel 1.3 Etika dan Karakter

Golongan Etika Karakter Utama

17
1. Teo etika 9. Takwa (pasrah diri)
Saling ketergantungan 8. Ikhlas (tulus)
Masalah aku dengan tuhan 7. Tawakal (tahan uji)

2. Sosio etika 6. Silahturahmi (tali kasih)


Ketergantungan 5. Amanah (integritas)
Masalah aku dengan orang lain 4. Huznuzan (baik sangka)

3. Psiko etika 3. Twaduk


Kemandirian 2. Syukur
Masalah aku dengan aku 1. Sabar

Tabel 1.4 Hubungan Kecerdasaan, Karakter, Sel dan Etika


Empat Kecerdasan Sepuluh Sifat Karakter Sel Chopra Etika Nafis
Covery
PQ  Efisiensi (setiap sel menerima energi Psiko Etika
untuk mempertahahankan hidup)
IQ  Kesadaran (kemampuan beradaptasi) Psiko Etika
 Keabadian(meneruskan penetahuan
dan talenta kepada sel-sel generasi
berikutnya)
EQ  Penerimaan (menerima kehadiran dan Sosio Etika
ketergantungan dengan sel-sel lain)
 Memberi (membantu integrasi sel-sel
lainya)
 Pembentukan ikatan
SQ  Maksud yang lebih tinggi Teo Etika
 Kesatuan
 Kreatifitas
Keberadaan

18
3. Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh
Covery telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia
berkarakter, di perlukan pengembangan kompetensi secara utuh dan
seimbang terhadap empat kemampuan manusia yaitu: tubuh (PQ), intelektual
(IQ), hati (EQ), dan jiwa (SQ). Sementara cloud (2007) mengatakan bahwa
kunci pembangunan karakter adalah integritas. Pemahaman atas integritas
tidak sekedar berarti jujur atau mempunyai prinsip moral, tetapi terkandan
juga pengertian: utuh dan tidak terbagi, menyatu, berkonsentrasi kukuh, serta
mempunyai konsistensi.
4. Karakter Dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual
Belum banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengkaji
ranah spritual melalui pendekatan rasional/ilmiah. Ilmu psikologi mencoba
memasuki ranah kejiwaan, namun dalam perkembanganya ilmu ini justru
membatasi kajianya hanya pada lapisan pikiran (mental/emotional) dan tidak
ada upaya untuk masuk lebih dalam ke ranah roh (kesadaran
spritual/transdental). Sementara ajaran agama yang seharusnya dapat di
jadikan panduan dan pengembangan/olahan batin, dalam perjalananya sering
kali pengajaranya lebih bersifat indoktrinasi, sekedar menjalankan praktik
berbagai ritul, serta kurang mengedepankan pendekatan melalui proses nalar,
pengalaman, dan pengalaman langsung melalui refleksi diri. Akibatnya,
ajaran agama yang mulia itu tiidak mampu memberikan pencerahan kepada
umatnya.
5. Pikiran, Meditiasi, Dan Gelombang Otak
Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan
keterampilan untuk mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai
dengan aktifitasnya sehingga mencapai hasil optimal (Sentanu, 2007).
gelombang otak dapat di golongkan ke dalam empat golongaan sebagai
berikut:
Tabel 1.5 Empat Kategori Gelombang Otak

19
Nama Ciri-ciri

Beta (14-100 Hz) Kognitif, analisis, logika, otak kiri,


konsentrasi, prasangka, pikiran sadar
aktif, cemas, was-was, khawatir dll

Alpha (8-13,9 Hz) Khusyuk, relaksasi, moditatif, focus-


alaretness, akses naluri bawah sadar,
ikhlas nyaman, tenang, dll

Theta (4-7,9 Hz) Sanagant khusyuk, deep mediation ,


mimpi, intuisi, nurani bawah sadar,
ikhlas, kreatif dll

Delta (0,1-3,9 Hz)


Tidur lelap, nurani bawah sadar kolektif,
tidak ada pikiran dan perasaan, celluler
regneratiaon, hgh.

Ketika pikiran berada dalam keadaan sadar berarti pikiran sedang


berada dalam gelombang beta. Dalam gelombang ini pikiran sangat aktif
sehingga akan memaksa otak untuk mengeluarkan hormon kortisol dan
norepinephirin yang menyebabkan timbulnya rasa cemas, khawatir, gelisah
dan sejenisnya. Oleh karena itu, pikiran harus selalu di latih untuk memasuki
gelombang alpha Untuk membangun karakter positif, seperti tenang, sabar,
nyaman, ikhlas, bahagia dan sejenisnya.
6. Model Pembangunan Manusia Utuh
Berdasarkan konsep yang telah di jelaskan sebelumnya dapat dibuat
dua model tentang hakikat keberadaan manusia.
a) Model hakikat manusia tidak utuh
Model ini menjelaskan bahwa tujuan manusia hanya mengejar
kekayaan, kesenangan, dan kekuasaan duniawi. Kecerdasan yang

20
dikembangkan hanya IQ dan kesehatan fisik sehingga praktis kurang
atau bahkan lupa mengembangkan EQ dan SQ. Dengan kata lain,
manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari telah bertindak secara
tidak etis yang mengakibatkan terbentuknya karakter negatif umat
manusia. Sebagai konsekuensinya, walaupun dengan kemajuan iptek
manusia telah berhasil meningkatkan produksi barang dan jasa, namun
berbagai persoalan muncul sebagai akibat dari tindakan yang tidak etis
atau kealpaan mengembangkan EQ dan SQ tersebut, antara lain:
meluasnya korupsi dan kejahatan, melebarnya kesenjangan orang kaya
dan miskin, meningkatnya berbagai konflik, kegelisahan, ketakutan,
kemarahan, depresi, anarkisme, dan sebagainya.
b) Model hakikat manusia utuh (paradigma manusia utuh)
Pengembangan model hakikat mansia utuh perlu untuk mengatasi
hal-hal yang terjadi berkaitan dengan hakikat manusia tidak utuh.
Paradigma hakikat manusia seutuhnya mengembangkan sikap dan
perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan memadukan dan
menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan intelektual,
kematangan emosional dan kerukunan sosial, dan kesadaran spiritual.
Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya terbukti dapat melengkapi praktik
keagamaan guna meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual.
Meditasi melatih pikiran memasuki gelombang alpha. Transformasi
karakter akan terjadi bila pikiran memasuki gelombang yang sama
dengan energi tak terbatas. Pelatihan dan praktik meditasi, zikir dan
retret akan mengembangkan lapisan emosional dan spiritual serta
melengkapi pengembangan intelektual melalui iptek dan kesehatan fisik
melalui olahraga dan makanan sehat.

BAB III

21
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah hasil pemikiran manusia yang menempati posisi sebagai
induk pengetahuan. Filsafat juga diartikan mencari sebuah kebenaran,
karakteristik utama berfikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat
mendasar, dan spekulatif. Sifatnya menyeluruh artinya mempertanyakan hahekat
keberadaan, dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan
secara keseluruhan.
Agama adalah satu bentuk ketetapan ilahi yang mengarahkan mereka
yang berakal dengan pilihan mereka sendiri terhadap ketetapan ilahi itu tersebut
kepada kebaikan hidup didunia dan kebahagian hidup di akhirat.
Etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuk
tunggal), atau mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup. Hukum, etika dan etiket merupakan
istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai atri yang hampir sama walaupun
terdapat juga perbedaaan.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga apa yang kami uraikan
mengenai etika profesi akuntansi khususnya tentang Filsafat, Agama, Etika dan
Hukum dapat memberi manfaat kepada kita semua, selain dari itu kami juga
mengharapkan kritikan dari berbagai pihak, agar dapat membangun atau untuk
menyempurnakan pembuatan makalah yang selanjunya.

DAFTAR PUSTAKA

22
Agoes. Sukrisno, dan Ardana., I Cenik. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Salemba
Empat : Jakarta.

Heizer, Jay & Rander, Barry. 2005. Etika bisnis dan profesi Edisi ke 7. Jakarta.
Salembat Embat.

Utomo, T.L. 2016. Makalah Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum. (Online).
(http://trimolanggeng.blogspot.com/2016/12/makalah-filsafat-agama-etika-
dan-hukum.html, diakses 4 Oktober 2018).

Jayana Novi, dkk. 2010. Makalah Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum. (Online).
(https://dokumen.tips/documents/filsafat-agama-etika-dan-hukum.html,
diakses 4 Oktober 2018).

Tugas Kuliah Filsafat, Agama, Etika dan Hukum. (Online). (http://www.roeman-


art.com/2013/11/filsafat-agama-etika-dan-hukum-tugas.html, diakses 4
Oktober 2018).

23

Anda mungkin juga menyukai